Anda di halaman 1dari 6

Ceramah Singkat Tentang Kematian 02

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahiim.

Innalhamdalillah Nahmaduhu wanasta`inuhu wanastagfiruhu wanaudzubillahiminsyuruuri


anfusina waminsyayyiaati `amalina Manyyahdillah falaamudillalah
wamanyudlilfalahadiyalahu.

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kita nikmat iman dan islam serta nikmat
umur sehingga hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk tetap berakstivitas dan
berbuat sesuatu untuk bekal kita di akhirat nanti.

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi
nikmat iman, islam dan ihsan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluaganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada hari ini, kami akan menyajikan materi agama Islam yang mengulas tentang kematian
karena kematian jarang diingat orang padahal kematian sangat dekat dengan manusia.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Berziarah kuburlah
kalian, karena hal itu dapat mengingatkan kalian pada kematian.” (H.R. Muslim).
Kata “kematian” yang paling pertama kita ingat mungkin tempat peristirahatan kita yang
terakhir menunggu sampai hari hisab tiba dimana kita ditempatkan di “rumah baru” kita
sebuah lubang gelap kecil seukuran tubuh manusia yang begitu sunyi tanpa teman dan
penolong seorangpun. Sering kita mendengar dalam ceramah agama Islam bagaimana para
ustad mengingatkan setiap muslim untuk selalu mengingat kematian dengan cara sering
berzikir, bertaubat dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang agama.

Manfaat Mengingat Mati

 Adapun manfaat dari mengingat kematian adalah :

 Selalu berbuat kebaikan dan takut untuk berbuat maksiat

 Menjadi rajin beribadah

 Tidak cinta dunia berlebihan, karena harta dan segala sesuatu yang kita cintai di dunia
akhirnya akan kita tinggalkan dan pada saat kematian tiba kita hanya menggunakan
kain kafan saja

 Bila menghadapi cobaan lebih sabar dan kuat, karena tahu siksa dialam kubur dan
siksa pada hari hisab nanti lebih dahsyat
 Bertaubat

 Selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong

Sering seseorang bila ingat akan kematian yang dapat menghampiri kapan saja menjadi
begitu taat beribadah, bersedekah dan sangat sayang kepada keluarganya. Tetapi orang lebih
sering lupa akan akhir hidupnya yang bisa datang kapan saja dengan lebih mencintai dunia
secara berlebihan tetapi cintanya pada akhirat hanya sedikit saja malah seolah-olah lupa
bahwa kematian dapat menjemput kapan saja.

Zar’ah ibn ‘Abdillah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. pernah bersabda, “Manusia itu lebih
mencintai kehidupan, padahal kematian itu lebih baik baginya. Manusia juga lebih mencintai
harta yang banyak, padahal sedikit harta itu lebih sedikit hisabnya bagi dirinya.”(HR.Imam
al-Bayhaqi)

Dalam ceramah agama Islam yang disampaikan seorang ustad di sebuah mesjid di Jakarta
Pusat pada bulan Ramadhan lalu, beliau mengatakan bahwa pada dasarnya semua umat
muslim menginginkan mati dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik), dan manusia
tidak mengetahui mati di hari apa, dimana, atau sedang apa karena kematian itu adalah hal
yang gaib sama halnya dengan kiamat hanya Allah SWT yang tahu, yang harus diingat dalam
kematian adalah kedatangannya mendadak dan bila sudah datang waktunya tak bisa ditolak.

Tetapi manusia bisa berusaha dalam keadaan seperti apa ia akan mati, husnul khatimah atau
su’ul khatimah (akhir yang buruk). Untuk mencapai husnul khatimah pada saat kematian
manusia bisa melakukan amal shalih yang istiqamah, agar bisa istiqamah adalah dengan
memperbanyak Zikrul Maut, banyak mengingat mati.
Su’ul Khatimah

Penyebab su’ul khatimah menurut sebagian ulama ada 4 faktor yaitu :

 Mengabaikan sholat

 Minum Khamar

 Durhaka pada ke dua orang tua

 Menyakiti kaum muslim


Anas r.a. menuturkan bahwa Nabi saw. telah bersabda “Perbanyaklah mengingat kematian,
karena hal itu dapat membersihkan dosa dan menjadikan zuhud didunia. Jika kalian
mengingatnya ketika kaya, ia akan menghabiskan harta itu dijalan Allah, jika mengingatnya
ketika dalam keadaan miskin, ia akan menjadikan kalian ridha akan kehidupan.”

Baca Juga : Harga Ready Mix

Setiap manusia tidak bisa lari dari kematian meskipun dia bersembunyi di ujung bumi bila
ajal sudah datang menjemput pasti dia akan mati. Bila Allah menghendaki maut akan datang
dimana dan kapan saja sesuai dengan firman Nya, “Katakanlah bahwasanya kematian yang
kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya ia akan menemui kamu, …..” (Al Jumu’ah ayat
8), demikian pula dalam surat Qaaf ayat 19, Allah berfirman : “Dan datanglah sakaratul maut
dengan sebenarnya. Demikianlah yang kamu tidak dapat melarikan diri daripadanya.”

Sebenarnya tidur yang kita jalani setiap hari amat dekat dengan kematian, nyawa manusia
ditahan ketika sedang tidur, di dalam kitab suci Al Qur’an Allah berfirman dalam surat Az
Zumar surat 39 ayat 42, “Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa
orang yang belum mati diwaktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa orang yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditentukan…..”.

Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita untuk selalu berdoa sebelum tidur dan setelah
tidur, itu artinya kita dibimbing untuk menghadapi kematian sebelum tidur dan diajak
bersyukur karena Allah menghidupkan kita dari kematian.

Selalu mengingat kematian memang sesuatu yang seharusnya kita lakukan karena dengan
mengingat kematian manusia enggan untuk melakukan kemaksiatan dan perbuatan yang sia-
sia apalagi sudah banyak contoh orang yang meninggal dalam keadaan sia-sia dan sesuai
dengan apa yang menjadi kebiasaannya misalnya : pecandu narkoba atau sex bebas, mereka
meninggal dalam keadaan melakukan hal maksiat yagn biasa mereka lakukan sehari-hari.

Nauzubilah Minzalik semoga kita tidak termasuk dalam golongan itu.

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Sekian materi hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Akhiru kalam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Contoh Naskah Ceramah | Dakwah Singkat Tema Kematian
Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya
selalu berada dalam mode menunggu menghadapi kematian. Mereka memandang kematian
sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk
menghindari kematian. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu ’alaih
wa sallam yang bersabda:

“Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.” (HR Tirmidzi 2229)

Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: “Bila manusia
meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari tidurnya.” Subhanallah...! Berarti
beliau ingin mengatakan bahwa manusia yang menemui ajalnya adalah manusia yang justru
baru mulai menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang masih hidup di dunia ini
justru masih ”belum bangun”. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman Allah
ta’aala:
َ‫ون‬DDDDDD‫انُوا يَ ْعلَ ُم‬DDDDDD‫وْ َك‬DDDDDDَ‫ َوانُ ل‬DDDDDDَ‫ َرةَ لَ ِه َي ْال َحي‬DDDDDD‫ َّدا َر اآْل ِخ‬DDDDDD‫ ٌو َولَ ِعبٌ َوإِ َّن ال‬DDDDDDْ‫ ُّد ْنيَا إِاَّل لَه‬DDDDDD‫اةُ ال‬DDDDDDَ‫ ِذ ِه ْال َحي‬DDDDDDَ‫ا ه‬DDDDDD‫َو َم‬
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)

Pantas bilamana Ali radhiyallahu ’anhu pula yang berkata: “Dunia pergi menjauh dan akhirat
datang mendekat. Karena itu, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi budak-budak
dunia. Sekarang waktunya beramal, dan tidak ada penghisaban. Sedangkan besok waktunya
penghisaban, tidak ada amal.”

Bagaimanakah kematian orang beriman? Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa
sallam bersabda:

“Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat.” (HR Ahmad 21886)

Penulis produktif Aidh Al-Qarni menulis: ”Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat
kematian. Sadar bahwa dirinya sudah mendekat maut serta tidak mungkin bisa lari darinya.
Jadi, siapkan diri untuk menemui Allah. Karena itu, sudah sepantasnya ia menjauhi akhir
kehidupan yang jelek dan memperbanyak amal kebaikan sehingga dapat berjumpa dengan
Allah ta’aala dalam keadaan diridhai.”

Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu. Ia
ditikam oleh Abu Lu’luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh tersungkur
bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta, keluarga, sanak
saudara atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah ”Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah,
hasbiyallah wa ni’mal wakil.” Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya: ”Siapakah yang
telah menikamku?”
”Kau ditikam oleh Abu Lu’luah Al-Majusi.”
Umar radhiyallahu ’anhu lalu berkata: ”Segala puji bagi Allah ta’aala yang membuatku
terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali.”
Umar-pun mati syahid.

Ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menghadapi sakaratul maut beliau mengambil
secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya kondisi yang beliau hadapi.
Lalu beliau berdoa:

“Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih.
Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu
buatku.” (HR Bukhary-Muslim)
Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu
meletakkannya di atas wajah beliau seraya berdoa:
BACA JUGA

 Contoh Naskah Ceramah | Dakwah Singkat Tema Makna Dari Sebuah


Kebahagiaan
 Contoh Naskah Ceramah | Dakwah Singkat Tentang Bersyukur
 Contoh Naskah Ceramah | Dakwah Singkat Tentang 3 Keistimewaan Wanita
yang Tidak Dimiliki Oleh Laki-Laki

”Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.”

Saudaraku, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa datang
kapan saja. Kematian yang sungguh mengandung kepedihan bagi setiap manusia yang
mengalaminya. Hingga kekasih Allah ta’aala saja, yakni Rasulullah shollallahu ’alaih wa
sallam berdoa agar Allah ta’aala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada
seorangpun yang tidak bakal merasakan kepedihan sakratul maut.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran 185)

Marilah saudaraku, kita mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan segera bertaubat
memohon ampunan dan rahmat Allah ta’aala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian
orang kafir. Suatu bentuk kematian yang diwarnai penyesalan yang sungguh terlambat.

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku
berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya
itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding)
sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100)

Seandainya kamu semua berada di rumahmu, pastilah orang-orang yang telah ditetapkan
untuk mati keluar ke tempat mereka terbunuh (QS Ali Imran 3; 154)

Kematian itu milik semua makhluk Allah, manusia, hewan, tumbuhan termasuk bangsa
malaikat dan setan semuanya akan merasakan apa yang namanya kematian.
Kematian adalah sebuah tahapan dari kehidupan yang kejadiannya bersifat pasti. Ia akan
datang menjemput tanpa dapat dihindari. Kehadirannya sering menimbulkan ketakutan pada
awalnya dan senantiasa melahirkan kesedihan pada akhirnya.

Bahkan, kesedihan yang berkepanjangan dan berlarut-larut. Kematianlah yang membuat


seluruh kenikmatan dan kebahagiaan terputuskan yang kemudian diganti oleh penderitaan
dalam kehidupan dunia.

Kematian pula yang membuat hubungan antara orang-orang yang dicintai dan yang mencintai
terpisahkan. Karena kematian, seseorang harus meninggalkan harta benda yang begitu
dicintai, begitu dibanggakan dan begitu diagungkan dan sejumlah harta benda yang diklaim
adalah miliknya sendiri.

Alhaakumut takaatsuru hattaa zurtumul maqabir; bermegah-megahan telah melalaikan kalian


hingga kalian sampai di alam kubur ( Q.S. At-Takatsur, 102:1-2)

Anda mungkin juga menyukai