Abdy Ihdalumam (PPL)
Abdy Ihdalumam (PPL)
Disusun Oleh:
ABDY IHDALUMAM
NPM: 170600233
FAKULTAS DAKWAH
TAHUN 2021
PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI
KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2021
II
III
KATA PENGANTAR
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) ini, kami susun berdasarkan apa yang
telah kami jalankan selama melaksanakan PPL diPondok Pesantren Al-Ma’ruf
Kedunglo Kota Kediri yang dilaksanakan selama kurang lebih 29 hari yaitu,
mulai tanggal 07 Desember 2020 hingga 04 Januari 2021.
IV
Kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan sebuah
implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu darma pendidikan dan
pengajaran yang telah dilaksanakan pada kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL), darma penelitian yang masih dalam proses dan darma pengabdian
masyarakat yang dilaksanakan dalam PPL. Hal tersebut merupakan salah satu
syarat yang harus ditempuh mahasiswa dalam menempuh program pendidikan S1,
yang telah ditetapkan oleh pihak akademik. Dengan demikian mahasiswa wajib
melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dan menyusun laporan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang telah diprogramkan dapat
dilaksanakan dengan baik atas kerja sama dari berbagai pihak.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini, karenanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.
Akhirnya, semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya
dan juga bermanfaat bagi penyusun pada khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
V
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................I
HALAMAN TIM PPL..........................................................................................II
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................III
KATA PENGANTAR..........................................................................................IV
DAFTAR ISI.........................................................................................................VI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Urgensi Praktek Pengalaman Lapangan...........................................................1
B. Tujuan dan Target.............................................................................................2
BAB II KERANGKA TEORI...............................................................................4
A. Mogok Mondok................................................................................................4
1. Pengertian Mogok Mondok........................................................................4
2. Faktor penyebab Mogok Mondok...............................................................5
3. Pengertian Penyesuaian Diri.......................................................................7
4. Aspek-aspek Penyesuaian Diri...................................................................8
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri.................................9
6. Teori Carl Rogers Tentang Self................................................................10
7. Pokok-pokok Teori Carl Rogers...............................................................11
VI
3. Subjek 3......................................................................................................29
C. Hasil Assesmen...............................................................................................30
1. Observasi...................................................................................................30
a. Subjek 1...............................................................................................30
b. Subjek 2...............................................................................................31
c. Subjek 3...............................................................................................32
2. Wawancara................................................................................................33
a. Subjek 1...............................................................................................33
b. Subjek 2...............................................................................................33
c. Subjek 3...............................................................................................34
3. Hasil Tes Psikologi...................................................................................35
a. Subjek 1...............................................................................................35
b. Subjek 2...............................................................................................36
c. Subjek 3...............................................................................................37
D. Dinamika Psikologi.........................................................................................38
1. Subjek 1......................................................................................................38
2. Subjek 2......................................................................................................39
3. Subjek 3......................................................................................................39
E. Rancangan Intervensi......................................................................................40
F. Prilaku, Sikap, dan Gejala yang lain Setelah Perlakuan.................................41
1. Pelaksanaan................................................................................................41
2. Evaluasi......................................................................................................41
BAB V PENUTUP................................................................................................42
A. Kesimpulan.....................................................................................................42
B. Saran...............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
LAMPIRAN..........................................................................................................46
VII
BAB I
PENDAHULUAN
1
tercakup dalam makna eksplisit dan implisit dari Praktek Pengalaman
Lapangan.
3. Memenuhi tanggungjawab moral dan ilmiah seorang pencari ilmu. Praktek
Pengalaman Lapangan menjadi sangat penting ketika diadaptasi dari
tridarma perguruan tinggi di muka, dapat ditilik bahwa tanggungjawab
mahasiswa sebagai pencari ilmu ialah mengamalkan baik bagi dirinya
sendiri ataupun orang lain. Bahkan ada pepatah mengatakan:
1
Buku Pedoman praktektikum (Kediri, Tribakti pers Edisi ke-4, 2020), h.8
3
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Mogok Mondok
1. Pengertian Mogok Mondok
Istilah "mogok mondok" diambil dari istilah yang biasa digunakan
untuk berhenti untuk mondok atau dengan sebutan boyong. Biasanya dalam
literature yang ada, istilah itu biasa dipakai dalam dunia sekolah sepertischool
refusal, school phobia, school avoidance, dan truancy. Keempat istilah itu
mengacu pada kecenderungan seseorang untuk menghindari sekolah. Namun
dalam permasalahan ini yang menjadi tempat bukan sekolah melainkan pondok
pesantren.
Pada dasanya istilah mogok mondok belum ada, namun istilah itu
memiliki kesamaan dengan mogok sekolah atau dikenal dengan School
Refusal, perbedaannya hanya usianya saja kalau di sekolah, mungkin yang bisa
menempunya memiliki usia yang telah ditentukan sedangkan di pondok
pesantren semua kalanganpun bisa masuk tanpa mengenal usia.
Secara umum terkaitPondok Pesantren sebagaiman diungkap oleh
Steenbrink “Secara istilah pondok berasal dari bahasa arab fundukyang berarti
pesanggrahan atau penginapan bagi orang yangbepergian”.Sedangkan menurut
Dhofier “Perkataan pesantren berasal darikata santri, yang dengan awalanpe di
depan dan akhiran an berarti guru mengaji”.
Menurut Dhofier pondok pesantren adalah sebuah asrama pendidikan
Islam tradisionaldimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah
bimbingan seseorang(atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan
“kyai”. Bukan hanya sebatas itu saja, santri juga harus mengikuti peraturan
yang ada, agar santri melatih dirinya untuk disiplin dan juga bisa lebih fokus
untuk belajar.
Namun disisi lain banyak siswa (santri) selalu mengeluhkan
kondisinya ketika berada di pondok pesantren yang dianggap sebagai penjara,
sehingga siswa (santri) merasa tidak betah berada di pondok pesantren.Karena
berbagai faktor yang dialami oleh santri bisa di sebabkan kegiatan yang terlalu
4
padat, memiliki banyak masalah didalam pondok, merasa tidak nyaman, faktor
ekonomi, dll.
Keluhan-keluhan yang sering dialami santri biasa terjadi karena
sungkan untuk berbaur dengan yang lainnya, lebih suka menyendiri, suka
melamun, apalagi ketika megahadapi masalah, sangat jarang sekali untuk
meminta saran atau solusi kepada teman lainnya. Sehingga selalu mengambil
jalan keluar untuk berhenti mondok atau istilah yang biasa dipakai “boyong”
yang berarti sudah keluar dari pondok pesantren.
Menurut peneltian Pritaningrum & Wiwin masih banyak santri yang
mengalamimasalah dalam menyesuaiakan diri terutama pada tahun pertama,
sehingga hampir setiap tahunselalu ada santri keluar sebelum lulus atau tetap
bertahan namun dalam kondisi terpaksa sehinggasering mengakibatkan santri
menunjukkan perilaku yang tidak terarah dan prestasi akademikmenurun. 2
Fenomena santri mogok mondok (boyong) sudah sering terjadi di beberapa
pondok pesantren di Indonesiaseperti yang terjadi di Pondok Pesantren Al-
Ma’ruf sebagian santri memilih utuk mogok mondok (boyong), karena merasa
tidak betah dengan kehidupan sekolah di pesantren dan tidakmampu
menyesuiakan diri dengan aturan yang ada.
3
Nasrudin, ”5 Alasan dan Solusi Ketika Santri Sudah Tidak Betah di Pesantren”
Pecihitam.org (https://pecihitam.org/ini-5-alasan-dan-solusi-ketika-anak-sudah-tidak-betah-di-
pesantren/, 25 Januari 2018)
6
Memang, keseharian santri berkumpul dengan sekian banyaknya
santri dengan latar belakang berbeda. Kadang juga ada yang nakal. Selain
memang perlunya ketelitian dan ketegasan pengurus, namun santri sendiri
juga harus terlatih untuk teliti menjaga barang-barang pribadinya. Kalau
tidak ingin terkesan pelit, ya harus belajar dan melatih diri untuk ikhlas
berbagi benda-benda yang kecil.
4
Sya’ban Maghfur, "Bimbingan Kelompok Berbasis Islamuntuk Meningkatkan
Penyesuaian Diri SantriPondok Pesantren Al Ishlah Darussalam Semarang". Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, (online), Volume 12, No. 1, 2018, (file:///C:/Users/hp%2014-
af118AU/Downloads/1307-Article%20Text-3814-1-10-20181105%20(1)pdf, diakses 03 Januari
2021)
5
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), h. 194.
7
harapan kelompok tempatindividu yang bersangkutan menjadi anggotanya dan
melakukan tidakan yang sesuai denganharapan tersebut.
Menurut Schneiders penyesuaian diri adalah proses kecakapan mental
dantingkah laku seseorang dalam menghadapi tuntutan-tuntutan baik dari
dalam diri sendirimaupun lingkungannya. Schneiders berpendapat karakteristik
penyesuaian diri normal yaitu: tidak adanya emosi yang berlebihan, tidak
adanya mekanismepsikologis, tidak adanya rasa frustrasi pribadi, pertimbangan
rasional dankemampuan mengarahkan diri, kemampuan untuk belajar,
pemanfaatanpengalaman masa lalu, dan sikap realistis dan obyektif.6
Jadi berhasil tidaknya santri melakukan penyesuaian diri dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar
(eksternal). Faktor dari dalam diri misalnya keadaan fisik, herediter, dan
kematangan (misal meliputi: emosional, intelektual, sosial) sedangkan faktor
dari luar misalnya dukungan sosial dan budaya hal itu diungkap oleh
Schneiders, dalam Friedlander, Laura, Reid, Graham, Naomi, & Cribbie.
6
Nuryani, "DAMPAK KESULITAN MENYESUAIKAN DIRI PADA SANTRI".
Jurnal Bimbingan dan Konseling, (online), Volume 4 No. 1, 2019, (file:///C:/Users/hp%2014-
af118AU/Downloads/469-853-1-SM.pdf, diakses pada 03 Januari 2021).
8
d. Individual variation, artinya ada perbedaan individual pada perilaku dan
responsnyadalam menanggapi masalah.7
8
Meidiana Pritaningrum, Wiwin Hendriani, "Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di
Pondok PesantrenModern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama". Jurnal Psikologi Kepribadian
dan Sosial, Volume 02, No. 03, 2016, (http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8869-
8cf2b951fcfullabstract.pdf, diakses 04 Januari 2021).
9
Sumadi Suryabrata, Psikologi kepribadian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. 4
2019), h. 246
10
Ibid..., h. 247
10
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah :
a. Self yaitu bagian badan phenomenal yang terdiri dari pola-pola
pengamatan danpenilaian sadar dari pada “I” atau “Me”.
b. Organisme yaitu mempunyai satu motif dasar yaitu:
mengaktualisasikan,mempertahankan dan mengembangkan diri.
c. Self mempunyai bermacam-maam sifat:
1) Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
2) Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan
mengamatinya dalamcara (bentuk) yang tidak wajar.
3) Selfmengejar menginginkan consistency (Keutuhan/kesatuan,
keselarasan)
4) Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
5) Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati
sebagaiancaman.
6) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.11
Self mengandung empat aspek, yaitu:
a. Bagaimana orang mengamati diriya sendiri
b. Bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri
c. Bagaimana orang menilai dirinya sendiri
d. Bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan
danmempertahankan diri.
Setiap orang mungkin tidak sadar akan reaksi-reaksi pengamatan,
pemikiran, penilaianserta mempertahankan atau menyempurnakan reaksi-
reaksi itu. Secara sadar orang dapatmempunyai suatu konsep mengenai dirinya
sendiri, sedangkan secara tidak sadar dia mungkinmempunyai konsepsi yang
berlawanan dengan konsepsi sadarnya itu, hal ini terbukti misalnyadari
kenyataan bahwa dia bersikap defensive dan apa yang dikatakan oleh
seseorang itumerupakan pencerminan yang tepat mengenai apa yang di
rasanya, hasil itu adalah tidak tepat.Peringatan ini diperkuat dengan mengutip
hasil-hasil eksperimen Volf dan Huntiky yangmenunjukkan bahwa penilaian
11
Ibid..., h. 258
11
secara sadar mengenai diri sendiri itu tidak mesti sama denganpenilaian diri
sendiri secara tidak sadar.
12
BAB III
OBSERVASI LAPANGAN
2. SejarahberdirinyaPondokPesantren Al Ma’ruf
Sebelum merintis dan mendirikan pondok pesantren KH. Imam Yahya
Malik belajar di pondok pesantren mangun sari Tulungagung, setelah itu
pindah ke pondok pesantren Lirboyo Kediri, yang mana selain mondok dan
belajar agama, beliau juga sambil khidmah pada Al Maghfurlah KH. Marzuki
Dahlan, dan secara bersamaan beliau juga khidmah pada KH. Mubasyir
Mundzir, pengasuh pondok pesantren ma’unah sari. Setelah menyelesaikan
pendidikan di Kediri beliau melanjutkan di kota Jogyakarta, dimana pada saat
di jogja selain mondok di pesantren Al Munawir Krapyak beliau juga sambil
kuliah di Universitas Islam Indobesia dengan mengambil jurusan di Fakultas
Ekonomi. Setelah selesai belajar di jogja beliau terus melanjukan
pendidikannya di pondok pesantren Watucongol Magelang Jawa tengah.
Setelah dirasa cukup, beliau pulang ke Kediri dan tepatnya pada tahun
1985, dengan bekal ilmu yang diperoleh dari berbagai pondok pesantren, beliau
mendirikan pondok pesantren yang diberi nama “ Al Ma’ruf “, yang mana
nama itu diambil dari nama kakek beliu sendiri yaitu KH. Mohammad Ma’ruf.
Dengan pertolongan Allah, satu demi satu santri dari berbagai daerah
mulai berdatangan untuk belajar di pondok pesantren Al Ma’ruf, namun pada
saat itu pondok pesantren Al Ma’ruf masih memiliki satu bangunan, yang mana
13
bangunan tersebut selain berfungsi sebagai ruang sekolah juga berfungsi untuk
tempat tinggal pengasuh. Dan pada saat itu pula santrinya masih berjumlah 9
orang.
Tahun demi tahun santri terus berdatangan, pondok pesantren Al
Ma’ruf pun merenovasi bangunan yang sudah tidak layak, dan membangun
asrama untuk tempat tinggal para santri, serta membangun aula dan fasilitas
lainnya untuk kebutuhan santri nantinya.Berbagai persiapan mulai dipersiapkan
dari penyiapan gedung, kurikulum, tenaga pengajar dan tenaga administrasi
yang professional dan berasal dari berbagai disiplin ilmu serta sarana dan
prasarana sampai dengan dana operasional yang cukup dalam menunjang
kegiatan belajar mengajar untuk menyiapkan santri menjadi terampil di segala
lini kehidupan.
B. Program-programPondokPesantren Al Ma’ruf
Dalam rangka melestarikan serta mengembangkan perannyasebagai
lembaga pendidikan, perjuangan dan layanan masyarakat. Makapondok pesantren
Al Ma’ruf Bandar Lor Kediri dituntut untuk melakukanupaya-upaya yang secara
maksimal dalam artian luas yang sesuai denganvisi dan misinya.
Adapun visi pondok pesantren Al Ma’ruf adalah Membentuk Insan yang
Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT, Berilmu dan dapat mengamalkan
ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan misi pondok pesantren Al Ma’ruf Bandar Lor Kediri diantaranya
sebagai berikut:
1. Mampu membaca Al Qur’an, memahami fiqh dasar dan keilmuanIslam
lainnya.
2. Mampu hidup mandiri, toleran dan berprinsip sesuai keilmuan yang
dimilikinya.
3. Mampu mengintegrasikan keilmuan Islam yang diperoleh di
PondokPesantren dan keilmuan umum yang diperoleh di
sekolah/universitas.
14
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan SantriPondok Pesantren Al Ma’ruf
15
Adapun struktur pondok pesantren Al Ma’ruf Bandar LorKota Kediri
sebagai berikut :
PENGASUH
PENASEHAT
KETUA PONDOK
WAKIL KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
SIE. LITBANG
: GarisKonsulat
12
Dokumentasi, Pondok Pesantren Al Ma’ruf Kedunglo, tanggal 25 Desember 2020
16
STRUKTUR KEPENGURUSAN PUTRA
PONDOK PESANTRENAL MA’RUF KEDUNGLO 2020 – 202113
Pengasuh : 1. KH. Imam Yahya Malik
2.Ibu Nyai Hj. Jauharotus Shofiyah
2.Abdy Ihdalumam
2. Fakhruddin Rozi
3. Taufikul Aziz
2. Ali Masrokhan
3. Ramzi Fauzan
2. Wahyu Cahya
13
Dokumentasi, Pondok Pesantren Al Ma’ruf Kedunglo, tanggal 25 Desember 2020
17
Perlengkapan : 1. Faris Hidayatullah (Koord)
3. Ibram Ibrahim
2. Minanurrohim
1. Keadaan Guru
Pondok pesantren Al Ma’ruf Bandar Lor Kota Kediri merupakan salah
satu pondok yang di Kota Kediri, dalam proses belajar mengajar masih tetap
mengikuti pondok-pondok yang lainnya.
Guru yang ada di Pondok pesantren Al Ma’ruf Bandar Lor Kota
Kediri berjumlah 21 orang, masing-masing ada yang dari lulusan MHM Pon
Pes Lirboyo ada juga yang dari lulusan pondok pesantren Al Ma’ruf sendiri.
Peneliti akan memaparkan daftar guru yang tetap yang ada di pondok
pesantren Al Ma’ruf Bandar Lor Kota Kediri dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 3.4 Daftar Nama Guru Pondok Pesantren Al Ma’ruf 14
14
Dokumentasi, Pondok Pesantren Al Ma’ruf Kedunglo, tanggal 25 Desember 2020
18
16. Ustzh. Munasirotunnnajah Riau Ustadzah
17. Ustzh.Samrotul Mufidah Nganjuk Ustadzah
18. Ustzh. Ulfah Nuriana Blitar Ustadzah
19. Ustzh. Oktarina Rahmah Kalimantan Timur Ustadzah
20. Ustzh. Uswatun Hasanah Kalimantan Timur Ustadzah
21. Ustzh. Munifah Palembang Ustadzah
2. Keadaan Santri
Jumlah santri pondok pesantren Al Ma’ruf Bandar Lor Kota Kediri
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, ini bisa dilihat dari 3
tahun kebelakang. Untuk megetahui lebih jelas hasil peningkatan jumlah
santri, dapat dilihat dari statistik yang dilakukan pondok pesantren dalam
setiap tahunnya.
Tabel 3.5 Jumlah Santri Pondok Pesantren Al Ma’ruf 15
Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa pesantren sebagai salah
satu lembaga pendidikan agama yang diminati orang banyak. Perkembangan
tersebut juga diikuti oleh peningkatan kualitas pendidikan, dimana pada saat
ini juga banyak diadakan kajian-kajian yang tidak hanya bersifat teoritis tapi
meningkat pada tahap praktik. Seminar-seminar dan kegiatan wirausaha
juga menjadi kegiatan tambahan bagi santri buat bekal di rumah.
15
Observasi, Pondok Pesantren Al Ma’ruf Bandar Lor Kediri, tanggal 25 Desember 2020
19
tertentu, untuk kamar mandi dan toilet memiliki 11 unit, serta memiliki beberapa
kantor sebagai tempat mengatur kebutuhan santri dan lainnya, diantaranya kantor
madrasah, kantor keamanan, dll.
Untuk lebih jelasnya Sarana dan prasarana yang ada di pondok pesantren Al
Ma’ruf Bandar Lor Kota Kediri secara detail bisa dilihat pada tabel berikut ini:
16
Observasi, Pondok Pesantren Al Ma’ruf Kedunglo, tanggal 25 Desember 2020
20
belum banyak juga, tetapi setidaknya para santri bias belajar dengan
nyaman di kelasnya masing-masing.
Adapun lamanya proses pendidikan madrasah pada saat itu adalah
selama 6 tahun langsung lulus, namun pada tahun 2015 sistem kelasnya
berubah menjadi dua kelas yaitu assasiyah dan tsanawiyah, yang mana
dalam kelas assasiyah menempuh selama 3 tahun dan setelah itu naik ke
kelas tsanawiyah selama 3 tahun juga.
Dalam proses belajar mengajar selama satu semester untuk setiap
tingkatan kelas penyajiannya dengan tatap muka antara ustadz/ustdzah
dengan santri dengan alokasi waktu 90 menit, 30 menit pertama dipakai
untuk muraja’ah dan 60 menit terakhir untuk penyajian materi. Dalam
proses belajar ini, tugas pengajar sebelum member materi terlebih dahulu
menyusun materi yang akan disajikan sesuai dengan waktuyang sudah
ditentukan.
17
Observasi, Pondok Pesantren Al Ma’ruf Bandar Lor Kediri, tanggal 20 Desember 2020
21
KELAS PELAJARAN FAN ILMU
Safinatun Najah Fiqh
Aqidatul Awam/Tijan Durori Tauhid
I Assasiyah Manhaj Imami Nahwu
Taisirul Kholaq Akhlaq
Sulam Taufiq Fiqh
Fathul Qorib Fiqh
Hujjatul Islam Ke-Nuan
II Assasiyah Jurumiyah Nahwu
Uyunul Masail Bab Haid
Sorogan Baca Kitab
Fathul Qorib Fiqh
Ta’lim Muta’alim Akhlaq
III Assasiyah Imrity Nahwu
Risalah Ahli Sunnah Aswaja
Tahliyah Akhlaq
Fathul Mu’in Fiqh
Waroqot Ushul Fiqh
Faroidul Bahiyah Qowaidul Fiqh
I Tsanawiyah
Jawahirul Kalamiyah Tauhid
Alfiyah Ibnu Malik Nahwu
Mukhtashor Ayatul Ahkam Tafsir
Fathul Mu’in Fiqh
Bulughul Marom Hadits
II Tsanawiyah
Mukhtashor Ayatul Ahkam Tafsir
Alfiyah Ibnu Malik Nahwu
Fathul Mu’in Fiqh
Bulughul Marom Hadits
III Tsanawiyah
Mukhtashor Ayatul Ahkam Tafsir
Alfiyah Ibnu Malik Nahwu
b) Murottil Qur’an
Murottil Qur’an merupakan pendidikan yangmengajarkan Al-
Qur’an beserta ilmu tajwid kepada santri PondokPesantren Al Ma’ruf.
Kegiatan ini berlangsung setelah jama’ahsholat maghrib.Untuk pengajar
pondok pesantren putra Al Ma’ruf, yaitu parapengurus senior dan
pengajar madrasah diniyah Al Ma’ruf, sementaraitu untuk pondok
pesantren putri Al Ma’ruf, pengajar langsung di bimbingoleh Nyai
Hj.Jauharotus Shofiyya.
22
Untuk pesantren putra Al Ma’ruf hanya melaksanakan tahtiman
dalambentuk bin nadhor,sementara untuk pondok pesantren putri Al
Ma’rufmelaksanakan tahtiman dalam bentuk bin nadhor maupun bil
ghaib.
c) Jam’iyah Al Malikiyah
Berdirinya Jam’iyyah Al malikiyah ini pertama kali digagas oleh
Bapak SyamsuriAbdul Qahar, S.Sos.I pada tahun 2006, dan terus
dirembug sertadigodog bersama pengurus yang lainnya. Untuk nama
jam’iyah Al Malikiyahsendiri diambil dari ayahanda KH. Imam Yahya
Malik setelahadanya refleksi terhadap kegiatan yang sudah ada, namun
belummempunyai nama untuk sebuah jam’iyah.
Jam’iyyah Al malikiyah merupakan jam’iyah yang berada di bawah
naungan pondok pesantren Al Ma’rufyang mempunyai orientasi untuk
membentuk santri agar mampu menguasaiilmu kemasyarakatan yang
bertujuan untuk mempersiapkan santri untuk bekal di rumah setelah
pulang dari pondok pesantren, semisal seperti maulid al barzanji, latihan
pidato atauceramah agama, khutbah jum’at, yasinan serta tahlilan, tata
cara merawat jenazah, dll.
d) Musyawaroh
Kegiatan musyawarah di pondok pesantren Al Ma’ruf ini dibagi
menjadi beberapa tingkat, dari tingkat Assasiyah dan tingkat
Tsanawiyah.
1) Tingkat Assasiyah
Di pondok pesantren Al Ma’ruf, musyawaroh yang dilakukan
pada tingkat assasiyah, baik assasiyah kelas 1,2,3 diwajibkan untuk
mengikuti musyawarah. Ada aturan-aturan tersendiri dan sanksi
sendiri apabila santri tidak mengikuti musyawarah. Seperti adanya
surat izin bagi santri yang tidak bisa mengkuti musyawarah, dan
kemudian apabila ada santri yang tidak mengikuti musyawarah tanpa
izin akan mendapatkan sanksi, seperti berdiri di kelas atau membaca
kitab kosongan, dll.
23
Untuk materi yang di musyawarahkan pada tingkat assasiyah
yaitu kitab fathul qorib fasal awal seperti fasal thoharoh, sholat, dan
untuk pelaksaannya dilaksanakan setelah jam diniyah selesai, yaitu
mulai jam 21.00 WIB sampai jam 22.30 WIB.
2) Tingkat Tsanawiyah
Sama seperti halnya pada musyawarah pada tingkat assasiyah,
dimana tingkat Tsanaiyah juga diwajibkan untuk selalu mengkiti
musyawarah. Ada juga peraturan-peraturan dan sanksi apabila tidak
mengkuti musyawarah.
Untuk materi yang di musyawarahkan pada tingkat tsanawiyah juga
sama seperti tingkat assasiyah yaitu kitab fathul qorib, namun fasalnya
berbeda dengan dengan assasiyah, kalau tsanawiyah fasal jual beli,
nikah. Dan untuk pelaksaannya dilaksanakan setelah jam diniyah
selesai, yaitu mulai jam 21.00 WIB sampai jam 22.30 WIB.
e) Al Ma’ruf Award
Kegiatan ini berlangsung di akhir tahun, dan kegiatan ini sudah
dimulai sejak tahun 2009. Tujuan dari kegiatan iniadalah untuk memberi
apresiasi kepada insan-insan Al Ma’ruf baik santri,pengurus, guru, dll
yang telah berjasa dalam memajukan pondokpesantren Al Ma’ruf. Dalam
kegiatan Al Ma’ruf Award ini ada beberapa kategori untuk
peraihpenghargaan, diantaranya seperti santri teladan, pengurus teladan,
guruteladan, dan kategori lainnya.
Dalam pemilihan kategori tersebut para santri dibagi selembaran
angket untuk memilih beberapa kategori yang sudah ada. Adapaun
dewan juriyang menilai kategori ini adalah dewan juri yang dibentuk
oleh tim khusus yang sebelumnya telah berkonsultasi kepada pengasuh.
f) Haflah Akhirussanah
Kegiatan ini merupakan kegiatan puncak di pondok pesantren Al
Ma’ruf.Dalam kegiatan haflah akhirussanah ini terdapat berbagai
24
rangkaiankegiatan. Dimulai dari lomba antar kamar, tahlil akbar, reuni
alumni,ceramah agam dan ziaroh aulia.
Kegiatan ini biasanya diakatakan kegiatan yang paling
ramai.Disamping melibatkan santri, wali santri, dan tokoh masayarakat
baiksipil maupun militer, juga melibatkan seluruh alumni
PondokPesantren Al Ma’ruf.
25
BAB IV
PELAKSAAN PPL
A. Pelaksanaan Diagnostik
Istilah diagnostik sendiri sering kali disebut dengan Psikodiagnostik yang
memiliki pengertian yaitu bentuk psychological assessmentyang valid danreliable,
yangmenghasilkan evaluasi yang komprehensif dan pemahaman kompleks
mengenai proses-proses mental, karakteristik kepribadian, dan keadaan mood
seorang individusecara objektif. Psikodiagnostik dapat digunakan untuk
memastikan keakuratandiagnosis dan untuk membantu klinisi dalam
merancangtreatmentyang tepat bagikliennya.
Sedangkan assessment atau dengan istilah Psychological assessment adalah
sebuah evaluasi yang dilakukan oleh psikolog dalamrangka mengetahui fakta-
fakta umum maupun spesifik mengenai individu,mengidentifikasi baik
keunggulan maupun kelemahannya, untuk menginformasikan bagaimana individu
tersebut berfungsi sekarang. Tujuan dari psychological assessment adalah
menghasilkan sebuah gambaran yang akurat mengenai masalah-masalah
yangdimiliki seorang individu, mengidentifikasi faktor-faktor interpersonal dan
lingkunganyang berkontribusi terhadap masalah-masalah tersebut, dan
menentukantreatment yang efektif untuk mengatasi masalah mereka.
Perbedaan psikodiagnostik dengan psychological assessment adalah bahwa
psikodiagnostik merupakan bentuk dari psychological assessment, bukan
merupakansubdisiplin psikologi tersendiri, melainkan melibatkan berbagai
disiplin psikologi yang berbeda. Psikodiagnostik tidak memiliki objek materiil
atau fisik tersendiri, hal yangdidiagnosis dinyatakan sebagai konstruk-konstruk
psikologis tergantung sub disiplinnya dan dalam psikodiagnostik tidak
dikembangkan prosedur danmetodologi yang spesifik, melainkan menggunakan
metodologi umum dalam penelitian psikologi, meliputi pengujian hipotesis
Sehingga dalam assessment melakukan suatu kegiatan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan/ kompetensi yang dimiliki oleh konseli dalam
memecahkan masalah. Pada umumnya assessment dapat dilakukan dalam bentuk
26
laporan diri, performance test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan
sebagainya.
Dalam penelitian ini metode assessment yang dilakukan berupa observasi
yang dilaksanakan di kosan subjek yang terletak pojok Bu Nana Jl. Mojoroto,
Gang 1, kec. Mojoroto kemudian penulis melakukan wawancara penelitian
kepada subjek dan teman-teman terdekat subjek serta penulis melaksanakan
Psikotes kepada subjek, alat tes yang digunakan berupa BAUM, Wartegg, dan
DAP, tujuannya untuk mengetahui kepribadian khusunya terkait emosi, sosial dan
intelegensi. Pelaksaan tes dilaksanakan di kediaman subjek.
Domisili : Kediri
Status :Mahasiswa
Identitas Orang Tua
Nama Orang Tuan : Ayah :UG
: Ibu :RH
Tempat/tggl lahir : Ayah : -
: Ibu :-
Usia : Ayah : -
: Ibu :-
Alamat : Dsn. Sumber Agung Ds. Sumber Agung Rt/Rw
009/003 Kec. Margo Tabir
Status : Ayah : Petani
: Ibu:Petani
27
HML merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara, buah hati pasangan
harmonis seorang petani, yaitu Pak UG dengan seorang Ibu Rumah Tangga
yang sekaligus sebagi petani juga, yaitu Bu RH. HML tinggal di Jambi
bersama orang tuanya dan juga HML tergolong keluarga yang sederhana,
berbeda dengan kakanya, yaitu Mba MR, Kaka kandung HML yang sudah
berkeluarga. Masa studi MHL meneruskan ke jenjang perguruan tinggi di
Institut Agama Islam Tribakti Kediri, disisi lain HML berdomisili di Pondok
Pesantren Al-Ma’ruf Kedunglo Kediri. Awal HML berada di Pondok baik-baik
saja, namun ketika HML mendapatkan suatu masalah membuat HML
mengalami keluhan-keluhan berada di Pondok Pesantren seperti merasa tidak
betah berada di pondok pesantren, banyak melamun, sering keluar pondok
tanpa izin, kurang semangat untuk mengaji sehingga mengakibatkan HML
memutuskan untuk berhenti mondok.
2. Subjek 2
Nama :SNA
Tempat/tanggal lahir :Sungai Tawar, 13 Mei2000
Usia : 20
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke :2
Alamat : Desa Kampung Baru Rt.28 Rw.28 Kec.Sungai
Domisili : Kediri
Status :Mahasiswa
Identitas Orang Tua
Nama Orang Tuan : Ayah :AM
: Ibu :PI
Tempat/tggl lahir : Ayah : -
: Ibu :-
Usia : Ayah : -
: Ibu :-
28
Alamat : Desa Kampung Baru Rt.28 Rw.28 Kec.Sungai
Gelam Kab.Muaro JambiStatus
: Ayah :Petani
: Ibu :Ibu rumah tangga
SNA merupakan anak dari pasangan bapak AM dan ibu PI yang berasal
dari jambi. Bapak AM bekerja sebagai petani sedangkan ibu PI sebagai ibu
rumah tangga. SNA anak ke dua dari tiga bersaudara dan juga SNA hidup
sederhana bersama keluarga. Sejak SMP SNA sudah di didik oleh orang tuanya
ketika ingin membeli sesuatu yang diinginkan SNA harus mencari uang sendiri
dengan cara bekerja. Setelah lulus SMA SNA melanjutkan studinya ke
perguruan tinggi di UNISKA Kediri yang berdomisili di Pondok Pesantren Al-
Ma’ruf Kedunglo Kediri. Pada awalnya SNA ingin fokus kuliah tetapi disisi
lain ingin memperdalam ilmu agama, tetapi ketika SNA menginjak semester 3
memiliki suatu problem, sehingga SNA megalami keluhan berada di Pondok
Pesantren antara lain: tidak bisa mengatur waktu, merasa sungkan sama
pengurus, sering pulang malam ke pondok pesantren, memikirkan biaya sehari-
hari. Sehingga SNA memutuskan untuk kerja dan berhenti untuk mondok.
3. Subjek 3
Nama :MA
Tempat/tanggal lahir :Mamben Daya, 14 April 2000
Usia : 20
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke :1
Alamat : Desa Mamben Daya kec. Wanasaba Kab. Lombok
Timur NTB
Domisili : Kediri
Status :Mahasiswa
Identitas Orang Tua
Nama Orang Tuan : Ayah :F
: Ibu :AK
29
Tempat/tggl lahir : Ayah : -
: Ibu :-
Usia : Ayah : -
: Ibu :-
Alamat : Desa Mamben Daya kec. Wanasaba Kab. Lombok
Timur NTB
C. Hasil Assesmen
Hasil assesmen pada penelitian ini meliputi sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk menggali data subjek penelitian. Observasi
ini dilaksanakan selama 2 minggu, yang di mulai dari tanggal 10Desember
2020 sampai dengan tanggal 24Desember 2020 hal ini di butuhkan waktu yang
cukup lama sebab penulismengambil kasus yang bersifat kelompok dengan 3
subjek. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan kepada 3 subjek.
a. Subjek 1
Subjek adalah seorang anak rantau dari luar pulau jawa tepatnya di
Jambi, dan juga subjek anak ke-2 dari dua bersaudara. Sebelumnya pernah
melanjutkan madrasah aliyah ke Jawa sembari menimbah ilmuagama di
30
pondok pesantren Nganjuk Jawa Timur. Alasan subjek kenapa memilih
melanjutkan studinya di kota Nganjuk karena kakek dan neneknya berasal
dari kota tersebut sehingga subjek ingin kembali ke asal mulanya.Kemudian
setelah lulus subjek melanjutkan studinya di IAI Tribakti Kediri yang
berdomisili di Pondok Pesantren Al-Ma’ruf Kedunglo Kediri.
Pada awal-awal berada di Pondok Pesantren Al-Ma’ruf subjek
tergolong anak yang cukup rajin dalam mengaji dan selalu mematuhi
peraturan pondok. Subjek juga suka berbaur dengan teman-teman lainnya,
namun dalam suatu kondisi membuat subjek berubah sikap, disebabkan
subjek mendapatkan kabar dari kakaknya bahwa ibunya mengidap penyakit
hemodialisis (cuci darah) yang dilakukan sebulan sekali karena mengalami
penyakit ginjal. Kabar itupun kakanya berikan tanpa sepengetahuan ibunya,
bahkan ibunya melarang kakaknya untuk mengabari adeknya tersebut.
Sehingga membuat subjekmegalami tekanan pada dirinya sendiri yang
disebabkan adanya masalah tersebut. Akhirnya subjek merasa tidak nyaman
lagi berada di lingkungan pondok pesantren dan memutuskan secara sepihak
untuk berhenti mondok (boyong).
b. Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi, subjek berasal dari pulau Sumatra
khususnya di Jambi,subjek juga melanjutkan kuliah di Kediri Jawa Timur
khususnya di UNISKA, disislain juga subjek berdomisili di Pondok
Pesantren Al-Ma’ruf. Dari pengakuan subjek sebenarnya betah berada di
lingkungan pondok pesantren tetapi karena desakan ekonomi akhirnya
memutuskan untuk kerja, bahkan awal masuk pondok pesantrenpun subjek
sudah mulai bekerja entah itu jadi kuli, jaga stand, dan menjal bibit,
sehingga kegiatan yang dimiliki subjek sangat padat, dipagi hari ia bekerja
dan dimalam hari ia mengajisedangkan kuliahnya terbengkalai, subjek lebih
sering meninggalkan kuliah dan sempat cuti selama 1 tahun. Pada akhirnya
subjek ingin kuliah kembali dan memutuskan untuk tidak mondok agar bisa
fokus kedua kegiatan tersebut.
31
c. Subjek 3
Berdasarkan hasil observasi, subjek berasal dari NTB khusunya
bertempat di Lombok Timur, subjek merupakan anak pertama dari 2
bersaudara, subjek tergolong orang yang pendiam dan tertutup. Kemudian
subjek juga meneruskan studinya di jawa khususnya di IAI Tribakti Kediri,
namun semenjak pandemi covid-19 ayahnya sudah tidak lagi bekerja
sehingga subjek mempunyai inisiatif untuk bekerja demi meneruskan
kuliahnya karena menurut subjek sangat disayangkan kalau kuliahnya putus
ditengah jalan apalagi pada saat ini subjek menginjak semester 5.
Sebab desakan ekonomi keluarga membuat subjek memilih untuk
keluar pondok (boyong) agar bisa bekerja. Menurut pengakuan subjek kalau
masih berada di lingkungan pondok subjek tak mampu untuk membagi
waktu kerja dan kegiatan pondok.
Jadi dari urain observasi di atas bahwa satu masalah namun
penyebab yang berbeda dan masalah tersebut dirasakan oleh 3 subjek
sehingga mereka mengambil sikap yang sudah di jelaskan, kemudian
dibenturkan dalam teori Carl Rogers tentang self sebagai konstruk yang
menjelaskan bagaimana individu melihat dirinya sendiri.Menurut
White,Duncan & Baumlesebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Self atau dikenal dengan konsep diri
memiliki 3komponen dasar yang terdiri dari ideal self, public self, dan real
self.
Ideal self merupakan konsep diri yang diinginkanoleh klien,
misalnya seperti baik, bermoraldan orang yang dihormati.
Terkadangpandangan mengenai konsep diri yangideal menimbulkan konflik
antara ideal self dan real self. Real self adalah suatucara seseorang
memandang dirinya sendiri. Konflik antara idealself dan real self
memotivasi klien untuk mengubah dirinya sehingga sesuai dengan konsep
diri yangideal, akan tetapi pandangan mengenaikonsep diri yang ideal harus
bersifatrealistik. Selanjutnya, public self merupakan pikiran klien
mengenaipandangan orang lain dan lingkungansekitar mengenai dirinya,
yangmempengaruhi ideal self dan real selfindividu tersebut. Ketika ketiga
32
komponentersebut terbentuk secara seimbang dansesuai, maka akan tercipta
sebuah konsepdiri yang positif hal ini diungkap oleh White, Duncan
&Baumle.18
Oleh karena ituPendekatan humanistik bertujuan untuk mengontrol
diri sendiri karena ketika subjek belum memahami dengan baik dirinya
sendiri bisa jadi apa yang menjadi keputusannya bukan langkah yang baik.
2. Wawancara
a. Subjek1
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dari teman subjek
maupun subjeknya sendiri, subjek termasuk orang yang agak tertutup,
walaupun curhat ke temennya hanya sebatasnya saja, bahkan ketika subjek
memutuskan untuk berhenti mondokpun alasannya masih membingungkan
teman-temannya tapi pada saat subjek diwawancarai akhirnya subjek
menceritakan kronologinya yang diantaranya ketika mendapatkan kabar dari
kakaknya bahwa ibunya sakit dan sudah tidak mampu lagi bekerja.
Akhirnya subjek merasa gelisah, panik dan perasaan tidak tenang
berada di lingkungan Pondok Pesantren. Sebab kejadian tersebut subjek
memilih berhenti mondok (boyong) memilih untuk berada di kos-kosan
karena menurut subjek kos-kosn tempat yang nyaman baginya. Padahal
orang tuannya menyarankan agar tetap berada di pondok pesantren namun
hal itu tidak digubris sama sekali oleh subjek.
b. Subjek2
Berdasarkan hasil wawancara kepada subjek, bahwa subjek memilih
untuk mogok mondok (boyong), bukan karena peraturan pondok yang ketat
atau mengengkangnya tetapi alasan subjek tidak bisa untuk membagi waktu
antara kegiatan pondok dan kerja, sebab subjek sering pulang kerja pada
malam hari menjelang kegiatan pondok dimulai bahkan terkadang kegiatan
pondok berbenturan dengan kegiatan kampus akhirnya dari situlah
penyebab subjek untuk memilih mogok mondok (boyong).
18
Pamela Felita, Christine Siahaja, Vania Wijaya, Gracia Melisa, Marcella Chandra,
dan Rayini Dahesihsari, "PEMAKAIAN MEDIA SOSIAL DAN SELF CONCEPT PADA
REMAJA". Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA, (online), Volume 5 N0. 1, 2016, (file:///C:/Users/hp
%2014-af118AU/Downloads/184-Article%20Text-1721-1-10-20190920.pdf, diakses 04 Januari
2021)
33
Namun ketika mewawancarai teman-temannya banyak yang kurang
mengetahui penyebab subjek memilih untuk mogok mondok (boyong),
karena pengakuan teman-temannya subjek orang yang tertutup, walaupun
subjek termasuk orang yang mudah berbaur dengan sekitarnya.
c. Subjek3
Berdasarkan hasil wawancara kepada subjek, bahwa subjek memilih
untuk mogok mondok (boyong), karena himpitan ekonomi keluarga.
Semenjak pandemi covid-19 ayahnya menjadi pengangguran, bahka ketika
subjek ingin ke Jawapun untuk meneruskan kuliahnya sempat dihalangi oleh
orang tuanya sebab tidak memiliki ongkos, namun demi anaknya orang tua
subjek sampe rela hutang ke orang lain demi ongkos anaknya ke Jawa.
Sehingga pada saat ini subjek sudah tidak lagi dikirimi uang oleh
orang tuanya. Pada akhirnya subjek mengambil keputusan tersebut agar bisa
bekerja dan membantu sedikit demi sedikit ekonomi keluarganya. Padalah
subjek sebenarnya betah berada di lingkungan pondok pesantren tetapi
keadaan subjek yang harus memilih pilihannya.
Namun hasil wawancara dari teman-teman terdekatnya subjek orang
yang pendiam, jarang berbaur bahkan saudaranya sendiri yang sama-sama
mondok tidak mengetahui akan hal itu, bahkan ketika ditanya oleh saudara
subjek alasan dia memilih untuk keluar dari pondok, subjek menjawab
pengen merasakan dunia luar saja.
Dari kesimpulan wawancara di atas bahwasannya dari 3 subjek, ada 2
subjek memiliki penyebab yang sama untuk berhenti mondok (boyong).
Bahwa ke-3 subjek menginginkan yang terbaik untuk dirinya sendiri
sehingga dalam menghadapi masalanya lebih cenderung mengikutiapa yang
subjek inginkan.
Menurut Carl Rogersetiap orang mempunyai kebutuhan akan
anggapan positif,yaitu anggapan yang bernilai bagi dirinya sendiri. Carl
Roger jugamenyatakan bahwa konsep diri manusia bersifat tersirat dan
terpadu,dalam diri manusia terdiri dari apa yang diinginkan, dicita-citakan
atauapa yang seharusnya dianggap demikian.19
19
Nurbaiti, "PENDIDIKAN HUMANISTIK ISLAMI MELALUI PEMBELAJAAN
APLIKATIF (Studi di Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta)". Jurnal Psikologi,
34
Sedangkan menurut Fatimah mengatakan bahwa proses penyesuaian
diri sangat dipengaruhi olehfaktor-faktor yang menentukan kepribadian itu
sendiri, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut, faktor fisiologis dan faktor psikologis. 20
Faktor psikologisini termasuk di dalamnya seperti pengalaman, hasil
belajar, kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi,depresi dan sebagainya, faktor
perkembangan dan kematangan, dan faktor lingkungan. Faktorlingkungan
itu sendiri terbagi dalam beberap yaitu, lingungan keluarga, hubungan
dengan orang tua,hubungan saudara, lingkungan masyarakat dan lingkungan
kampus. Penelitian ini lebih memfokuskanpada faktor lingkungan pondok
pesantren atau kampus.
3. Hasil Tes Psikologi
a. Subjek 1
Hasil tes BAUM pada subjek, bahwa Subjek secara umum ditinjau
dari segi intelegensi cukup baik lebih condong ke arah objektif walaupun
pengamatan yang dimiliki cukup tajam namun subjek merasa kurang
percaya diri apa yang dilakukan karena di perolehnya melalui
empiris.Secara emosi subjek kurang baik seperti mudah marah, tak punya
pandangan dll. Sehingga dalam mengambil keputusan seringkali tanpa di
pertimbankan secara matang disebabkan tujuan yang dimiliki oleh subjek
belum jelas.Namun berbeda dari segi sosial subjek memiliki kemampuan
untuk bergaul, adaptasi dengan sekitarnya, tetapi memiliki perasaan yang
tidak tetap bisa berubah-ubah bahka subjek lebih suka tertutup tidak terbuka
ketika menghadapi suatu masalah.
Hasil tes Wartegb g bahwa subjek darisegi intelegensi secara
keseluruhan cukup baik namun sukar dalam mengambil sikap dalam
memposisikan diri. Sulit untuk menetukan pilihan yang dihadapinya lebih
suka melakukan sesuai dengan kondisi yang dirasakan Secara sosial subjek
tergolong baik, sering melakukan interaksi, suka berbaur dll. Namun subjek
(online), Volume 18, No.1, 2019, (file:///C:/Users/hp%2014-af118AU/Downloads/11480-32287-1-
SM.pdf, diakses 06 januari 2021)
20
Usbi Raula dan Agustin Handayani, "PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA LUAR
JAWA DITINJAU DARI PERSEPSI LINGKUNGAN DAN JENISKELAMIN". Jurnal Psikologi
Universitas Islam Sultan Agung, (online), Volume 10, N0.1, 2016, (file:///C:/Users/hp%2014-
af118AU/Downloads/3294-7605-1-SM.pdf, diakses 06 Januari 2021)
35
masih kebingungan dalam mengambil sikap. Secara emosi subjek tidak
memiliki kekonsistenan apa yang dijadikan sebagai pijakan, selalu berubah-
ubah sesuai kondisi dan juga subjek lebih suka tertutup bisa jadi ada
ketakutan-ketakutan yang subjek hadapi.
Hasil tes DAP subjek secara umum memiliki motivasi yang bagus
pada dirinyan dan juga secara sosial, subjek suka berbaur, tetapi tidak bisa
mengkondisikan perasaannya ketika tertimpa suatu masalah yang ada
subjek akan merasakan suatu tekanan yang mengakibatkan keraguan dan
ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
b. Subjek 2
Hasil tes BAUM pada subjek, Subjek memiliki intelegensi cukup baik
yang bersifat objektif dan memiliki pengamatan yang tajam sehingga
orientasinya mengarah ke masa yang akan datang. walaupun butuh
pengakuan dan suka di puji oleh dari orang lain. Secara sosial subjek suka
membantu orang lain, pergaulan lincah tetapi ada tendensi mengarah kepada
anak-anak dan juga kurang ril dalam menghadapi sesuatu. Secara emosi
subjek kondisi hati yang berubah-rubah senang menjadi sedih, gelisah dan
suka menutupi problrm yang di hadapi dan memiliki sifat pemalu.
Hasil tes Wartegg bahwa subjek sesuai dengan yang digambar bahwa
apabila ditinjau dari segi emosi memiliki hambatan diantaranya kurang
tegas, pendiam, namun disisi lain subjek memiliki motivasi yang baik dalam
dirinya bahkan bisa memusatkan pada perhatian, berbakat dan efisien.
Berbeda jika di pandang dari kognisi, subjek memiliki kemampuan dalam
taraf analisis sintesis, sikap yang alami dan rileks dapat mengutamakan akal
sehat dan juga Subjek mampu memiliki problem solving yang baik. Tetapi
terkadang subjek juga kesulitan dalam mencari problem solving. Walaupun
dari segi sosial subjek memiliki penyesuaian yang baik terhadap lingkungan
yang dia tempati namun subjek lebih cenderung kearah alam bawah sadar,
tidak konsisten yang mempengaruhi kehidupannya,karena selalu di
nisbatkan perkara yang akan datang dengan perkara masa lalu.
Hasil tes DAP Secara umum yang di gambar subjek subjek sudah
mulai memikirkan layaknya seperti orang dewasa pada umumnya. Subjek
36
juga memiliki adaptasi yang baik namun seringkali subjek merasakan
ketakutan , tidak aman pada dirinya. Sudah mulai menyukai lawan jenis,
tetapi tidak bisauntuk langsung mengambil suatu keputusan atau sikap.
Namun Disisi lain dari segi sosial subjek sulit untuk menyesuaikan diri
tetapi butuh seseorang yang bisa dijadikannya sebagai pegangan agar bisa
membebaskan dirinya dari suatu tekanan.
c. Subjek 3
Hasil tes BAUM pada subjek,sesuai dengan apa yang gambarkan jika
ditinjau dari segi intelegensi, subjek memiliki intelegensi yang rendah ini
dapat memicu subjek kurang kreatif dan konservatif yang menyebabkan
subjek tidak berani tampil dan suka menampakan potensi kecemasan.
Namun dari segi emosi subjek memiliki sifat-sifat diantaranya kelihatan
penurut tapi kepala batu, jiwa yang kaku, suka menentang hatinya sendiri,
rasa takut yang besar karena subjek memiliki sifat tertutup untuk
menceritakan semua konflik yang dihadapi. Namun dari segi sosial juga
subjek tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang ia tempati, dan
juga subjek merasa kurang diakui lingkungan yang ia tempati.
Hasil tes Wartegg Subjek ditinjau dari segi intelegensi memiliki
tingkat pemahaman yang rendah, suka penolakan pada sesuatu yang remeh,
tetapi memiliki kemampuan mencari Solusi yang logis, dan
mempermudah diri sendiri sehingga tidak ada perasaan yang tekan yang
dapat berakibat atau membuat frustasi diri sendiri. Segi sosial yang dimiliki
subjek memiliki ketakutan (anxiety) untuk menghadapi dunia luar atau
dunia sosial diluar dirinya sesuatu yang bertentangan, dinamis, penuh
ketegangan, memberi dorongan kemauan untuk mengatasi sesuatu.Segi
emosi pada subjek bisa tergolong unik sebab perasannya dapat disesuaikan
dengan situasi hidup pada saat itu, jadi tergantung situasi dan kondisi yang
dapat mempengaruhinya.
Hasil tes DAP Secara keseluhan subjek dari aspek emosi suka untuk
menutup diri tidak mau terbuka, menolak ketergantungan, menekan
permusuhan dan juga Kurang mampu mengontrol dorongan untuk mencapai
keinginan sebab dibarengi rasa perasan tidak mampu. Bukan hanya sebatas
37
itu subjek juga memiliki etika yang baik, sopan santun dan lembut. Namun
dari segi sosial subjek memiliki adaptasi yang cukup baik, selalu berusaha
untuk berbaur dengan yang lainnya agar sifat yang dimiliki subjek seperti
perasaan sedih /tertekan, ketakutan, tidak aman, tidak pasti dapat di
rubahnya melalui cara subjek dalam bersosial.
D. Dinamika Psikologi
1. Subjek 1
HML merupakan nama inisial subjek yang berjenis kelamin laki-laki,
subjek anak pasangan dari bapak UG dan Ibu RH, kedua orang tuanya
berpropesi seabagai petani, HML sebagi anak bungsu dari dua bersaudara.pada
saat ini subjek sudah beranjak usia 20 tahun, subjek bersama keluarganya
tinggal di Jambi namun kakek neneknya tinggal di Nganjuk Jawa Timur.
Tujuan HML ke Jawa ingin meneruskan studinya di perguruan tinggi
Institut Agama Islam Tribakti Kediri namun disisi lain walaupun sebagai
mahasiswa subjek juga sebagai santri di Pondok Pesantren Al-Ma’ruf. Namun
subjek pada sat ini memutuskan untuk berhenti mondok, karena subjek sudah
tidak merasanyaman berada di Pondok Pesantren.
Berdasarkan hasil tes kepribadian bahwa subjek tergolong orang yang
suka berbaur tetapi ketika ada masalah subjek enggan menceritakan
masalahnya keteman-temannya, lebih suka menutup diri. Namun dari emosi
walaupun subjek berusia 20 tahun tetapi masih labil dalam mengambil suatu
keputusan, tidak konsisten selalu berubah-ubah sesuai dengan bad moodnya
sendiri sehingga sering mengalami keraguan dalam mengambil suatu
keputusan.
2. Subjek 2
Subjek ke dua dengan nama inisial SNA, yang berjenis kelamin laki-
laki. subjek berusia 20 tahun, asal subjek dari Jambi kedua orang tua subjek
bapaknya inisial AM yang bekerja sebagai petani sedangkan ibunya inisial PI
sebagai ibu rumah tangga, subjek termasuk keluarga yang sederhana. Bahkan
38
orang tuanya sudah mengajarkan kepada subjek pada saat SMP bekerja ketika
subjek mengingginkan sesuatu.
Kemudian subjek memilih untuk merantau ke Jawa bertujuan untuk
meneruskan studinya ke jenjang perguruan tinggi di UNISKA Kediri, disisilain
subjek juga berdomisili di Pondok Pesantren Al-Ma’ruf , namun di pondok
subjek tidak bertahan lama karena faktor ekonomi sehingga subjek mengambil
keputusan untuk berhenti mondok dengan alasan kurang biaya dan tidak bisa
mengatur waktu.
Sedangkan menurut hasil tes kepribadian yang pernah dijalankan oleh
subjek. Subjek tergolong orang yang mudah untuk bergaul tetapi masih
memiliki sifat kekanak-kanakan dan juga subjek suka menolong, membatu dan
melakukan hal baik lainnya kepada orang lain. Subjek juga memiliki kondisi
hati yang mudah berubah senang menjadi sedih, tidak konsisten, suka menutupi
problem yang di hadapi, memiliki sifat pemalu, selalu mengkaitkan dengan
masa lalunyadan sulit untuk menyesuaikan diri tetapi butuh seseorang yang
bisa dijadikannya sebagai pegangan agar bisa membebaskan dirinya dari suatu
tekanan
3. Subjek 3
Subjek dengan nama inisial MA merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, subjek yang berjenis kelamin laki-laki pada saat ini menginjak usia
20 tahun, Bapak subjek yang berinisal F berprofesi sebagai sopir sedangkan ibu
subjek yang berinisial AK berprofesi sebagai pendagang. Subjek berasal dari
lombok.
Keinginan subjek merantau ke Jawa ingin meneruskan studia di
perguruan tinggi Institut Agama Islam Tribakti Kediri, sebab sebelumnya ada
saudara subjek yang pernah berada di Kediri, disamping subjek sebagai
mahasiswa subjek juga sebagai santri di Pondok Pesantren Al-Ma’ruf
Kedunglo Kediri. Namun pada saat pandemi Covid-19 membuat bapaknya
kehilangan pekerjaan, pada saat itu subjek memiliki keinginan untuk bekerja
demi meringankan beban orang tua dan biasa membiayai kuliahnya. Akhirnya
subjek memutuskan untuk berhenti mondok, dikarenakan subjek termasuk
39
orang yang sulit mengatur aktivitasnya dan juga kurangnya motivasi untuk
belajar agama di Pondok Pesantren.
Sehingga dalam tes kepribdian yang pernah dijalankan oleh subjek, bahwa
subjek tidak dapat menyesuaikan dirinya sendiri dengan lingkungan sebab subjek
merasa keberadaannya tidak di akui. Subjek juga memiliki perasan seperti
perasaan sedih /tertekan, ketakutan, tidak aman, tidak pasti dapat di rubahnya
melalui cara subjek dalam bersosial. Subjek juga kelihatan penurut tapi kepala
batu, jiwa yang kaku, suka menentang hatinya sendiri, rasa takut yang besar
karena subjek memiliki sifat tertutup untuk menceritakan semua konflik yang
dihadapi. Namun disisi lain subjek bisa tergolong unik sebab perasannya dapat
disesuaikan dengan situasi lingkungan pada saat itu, jadi tergantung bad moodnya
dan subjek suka untuk menutup diri tidak mau terbuka, menolak ketergantungan,
dan kurang mampu mengontrol dorongan untuk mencapai keinginan sebab
dibarengi rasa perasan tidak mampu. Bukan hanya sebatas itu subjek juga
memiliki sisi positifnyaseprti etika yang baik, sopan santun dan lembut.
E. Rancangan Intervensi
Rencana penindak lanjutan penanganan yang diambil oleh penulis untuk
meningkatkan penyesuaian diri pada santri yang mogok mondok, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rancangan Intervensi
No Intervensi Target Waktu
Mengajak subjek untuk Agar subjek tidak
Kamis, 31
1 tetap mengaji di pondok dipengaruhi oleh dunia
Desember 2020
pesantren luar yang bersifat negatif
Sering-sering ngajak
Agar subjek bisa kembali Sabtu, 02
2 subjek untuk main ke
lagi ke pondok pesantren Januari 2021
pondok pesantren
Menyuruh subjek untuk Melatih subjek untuk
membuat schedule time terbiasa mengatur Minggu, 03
3
dari bangun tidur sampai waktunya sesuai aktivitas Januari 2021
tidur kembali yang dilakukan
No Intervensi Target Waktu
Untuk memberikan
pertimbangan ketika Senin, 04
4 Konseling
mengambil suatau Januari 2021
keputusan
40
F. Prilaku, Sikap, dan Gejala yang lain setelah Perlakuan
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan melakukan intervensi kepada ketiga subjek dari empat
perlakuan, hanya 3 yang di jalankan yaitu intervensi no 1, 2, dan 4, bahkan
intervensi no 1 yang menerapkan hanya subjek no 2 dan no 3 yang no 1 enggan
melakukannya dengan alasan sudah kurang motivasi untuk belajar di pondok
pesantren.
2. Evaluasi
Intervensi yang sudah ditetapkan waktunya oleh penulis mengalami
perubahan tidak sesuai sebagaimana rancangan intervensi serta dalam
melakukan intervensi alangkah baiknya melihat kondisi dan situasi subjek
sebab mood seseorang berbeda-beda. Jadi dari 4 intervensi yang bisa di
terapkan hanya 3 itupun yang diterapkan oleh subjek ke-2 dan subjek ke-3,
berbeda dengan subjek ke-1 hanya menjalankan 2 intervensi, sehingga apabila
menemukan kasus yang serupa dengan penulis lebih menerapkan intervensi
yang bisa dilakukan oleh subjek.
Keunggulan intervensi yang diterapkan oleh penulis pada poin pertama
untuk mengembalikan rasa nyaman berada dipondok, poin yang kedua
keunggulannya agar subjek merasa diakui dilingkungan yang subjek tempati,
poin yang ketiga keunggulannya subjek supaya bisa mengatur waktu dalam
melakukan aktivitas akan tetapi pada poin ke tiga tersebut tidak efektif untuk
diterapkan, sebab kebanyakan orang menginginkan kebebasan tidak mau
untyuk dikengkang.
Sedangkan pada poin ke empat hanya sebatas konseling namun hal ini
sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan suatu motivasi yang ada pada diri
seseorang agar tetap menjalakan keseharian sebagaimana mestinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
41
Pelaksanaan observasi di Pondok Pesantren Al-Ma’ruf Kota Kediri, dalam
rangka untuk menyusun tugas laporan Praktek Pengalaman Lapangan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Adanya intervensi yang telah dilakukan dapat meningkatkan penyesuain diri
pada mahasiswa yang sekaligus sebagai santri, subjek sudah mulai
untukmenyesuaikan diri dimanapun yang mereka tempati. Karena setiap orang
memiliki cara sendiri-sendiri dalam penyesuaian diri, subjek yang mengalami
seperti itu seharusnya membutuhkan seseorang yang dijadikan sebagai tempat
subjek untuk mencurahkan apa yang dirasakan dan meminta solusi terbaik.
Adanya intervensi dijadikan sebagai penindak lanjutan yang menitik
beratkan pada penyesuai diri terhadap lingkungan sekitar, jika tidak dilakukan
maka dapat menimbulkan setres, merasa tidak nyaman, banyak melamun maupun
yang lainnya, subjek seharusnya terus berusaha untuk mengarahkan dirinya
sendiri memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya sendiri. Tetapi, penting sekali
bagi orang-orang sekitar semisal teman-temannya, pengurus, guru untuk
memahami subjek, dan memberikan perhatian agar subjek dapat menyesuaikan
diri dengan baik dan bisa memecahkan masalah yang di hadapi secara solutif.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas dan hasil penelitian ini penulis
memberikan sedikit untaian kata yang semoga bisa memberikan masukan yang
bermafaat agar jangan salah mengambil keputusan, yakni sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan itu sebaiknya membangun revo subjek terlebih dahulu
agar subjek merasanyaman tidak merasa terncam.
2. Ketika menemukan kasus yang serupa, maka intervensinya pada poin 1,2
dan 4 pada tabel rencana intervensi sebab hanya itu yang di lakukan oleh
subjek.
3. Penulis menyarankan dalam melakukan intervensi harus mengetahui
keadaan subjek agar berkenan melakukannya sebab mood seseorang
berbeda-beda.
42
v
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN-LAMPIRAN
45
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI
FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
46
PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI
FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
47
PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI-KEDIRI
FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2021
Pelaksanaan
No Hari/tanggal Tempat Pihak Terkait Tujuan Target
Kegiatan
Mengetahui
Senin/ 07 Analisis situasi segala bentuk Mendapatkan
Pondok Pengurus
Desember pondok sistem data santri yang
1. Pesantren pondok
2020 pesantren peraturan yang mogok mondok
ada
Agar
Pengenalan Mengenali
Selasa/ 08 terjalinnya
dengan subjek Kediaman subjek, dan
Desember Subjek keakraban
2. dan membuat subjek memahami
2020 peneliti dengan
kesepakatan karakter subjek
subjek
Agar subjek
Kamis/ 10 Melakukan Untuk lebih terbuka
3. Desember pertemuan biasa Warung kopi Subjek membangun dalam
2020 dengan subjek revo subjek memberikan
data
Subjek bisa
Melakukan Agar
Jum’at/ 11 Subjek mengungkap
Asesmen Kediaman memperoleh
4. Desember Teman permasalahan
(Observasi, subjek data dari
2020 subjek yang
Wawancara) subjek
dihadapinya
Mengetahui
lebih
Mendapatkan
mendalam
Minggu/ 13 pencetus utama
Analisis hasil Pondok terkait masalah
5. Desember Peneliti dari munculnya
asesmen pesantren yang
2020 masalah
membuatnya
tersebut
mogok
mondok
48
Mengetahui Agar subjek
Selasa/ 15 Melakukan
Kediaman respon yang bisa memilih
6. Desember intervensi Subjek
subjek akan dilakukan pilihan yang
2020 konseling
oleh subjek tepat
Agar peneliti
Untuk melihat bisa
hasil dari mengoreksi
Jum’at/ 18 Melakukan
Pondok subjek kembali dari
7. Desember evaluasi Peneliti
Pesantren mengalami hasil intervensi,
2020 intervensi
perubahan apa masih ada yang
tidak perlu
ditambahkan
Agar bisa
Bisa
Minggu/ 20 mendapatkan
Melakukan Kediaman mengungkap
8. Desember Subjek hasil dari
Psikotes Subjek kepribadian
2020 psikotes
subjek
tersebut
Agar Supaya mudah
mengetahui dalam
Selasa/ 22 Membuat gambaran pada medeskripsikan
Pondok
9 Desember dinamika Peneliti subjek terkait suatu
Pesantren
2020 psikologis mengalami kasus/masalah
perubahan atau yang dialami
tidak oleh subjek
Menjelaskan Agar peneliti
sebagai dipermudah
tangung jawab untuk
Kamis/ 24
Membuat Pondok tugas dan memaparkan
10. Desember Peneliti
Laporan PPL Pesantren kegiatan serta suatu kasus
2020
sebagi bentuk ataupun
pemecahan masalah dalam
masalah bentuk tulisan
49
50
51
52
53
54
DOKUMENTAS
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
HASIL TES PSIKOLOGIS RAHASIA
1. Identitas Testee
Nama : HML
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20Tahun
Pend. Terakhir : Madrasah Aliyah
2. Tujuan Pemeriksaan : Mengungkap Kepribadian
3. Waktu dan Tempat : 20 Desember 2020 di kediaman subjek
4. Dinamika Psikologi
HML merupakan nama inisial subjek yang berjenis kelamin laki-laki, subjek anak ke
dua dari dua bersaudara.pada saat ini MHL sudah beranjak usia 20 tahun.Berdasarkan hasil
tes bahwa MHL tergolong orang yang suka berbaur, suka melakukan interaksi namun MHL
enggan menceritakan masalah yang sebenarnya pada orang lain lebih suka menutup diri
sehinga binggung dalam meanggambil suatu langkah dan mengakibtkan dalam
pemngambilan keputusan selalu mengikuti perasaan yang dirasakan pada saat itu
juga..Namun walaupun MHL berusia 20 tahun tetapi masih labil dalam mengambil suatu
keputusan, tidak konsisten selalu berubah-ubah sesuai dengan bad moodnya sendiri
ABDY IHDALUMAM
( 170600233 )
65
HASIL TES PSIKOLOGIS RAHASIA
1. Identitas Testee
Nama : SNA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20Tahun
Pend. Terakhir : SMK
2. Tujuan Pemeriksaan : Mengungkap Kepribadian
3. Waktu dan Tempat : 20 Desember 2020 di kediaman subjek
4. Dinamika Psikologi
Subjek dengan nama inisial SNA, yang berjenis kelamin laki-laki. subjek berusia 20
tahun, berdasarkan hasil tes subjek tergolong orang yang mudah untuk bergaul tetapi masih
memiliki sifat kekanak-kanakan dan juga SNA suka menolong, membatu dan melakukan
hal baik lainnya kepada orang lain dan juga SNA orang yang pendiam. Tetapi kondisi hati
SNA yang mudah berubah senang menjadi sedih, tidak konsisten, suka menutupi problem
yang di hadapi, memiliki sifat pemalu, selalu mengkaitkan dengan masa lalunya dan sulit
untuk menyesuaikan diri, merasa tertekan ketika mendapatkan masalah.
5. Saran
Saran bagi saudara SNA sebaiknya jangan sungkan untuk meminta solusi kepada
temannya ketika menghadapi masalah yang membuat subjek tertekan, sebab ketika diam
tanpa meminta solusi justru membuat subjek tidak memiliki suatu pertimbangan yang
matang dalam mengambil keputusan dan juga SNA walaupun mencoba untuk membuat
komitmen dalam memutuskan suatu hal, karena ketika SNA masih terus-terusan memiliki
sifat yang berubah-ubah sesuai Kediri, 22 Desember 2020
kondisi yang dirasakan sama Tester
halnya mengikuti keinginan
nafsunya sendiri.
ABDY IHDALUMAM
( 170600233 )
66
HASIL TES PSIKOLOGIS RAHASIA
1. Identitas Testee
Nama : MA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20Tahun
Pend. Terakhir : SMA
2. Tujuan Pemeriksaan : Mengungkap Kepribadian
3. Waktu dan Tempat : 20 Desember 2020 di kediaman subjek
4. Dinamika Psikologi
Subjek dengan nama inisial MA merupakan anak pertama dari dua bersaudara,
MAberjenis kelamin laki-laki, pada saat ini menginjak usia 20 tahun bahwah hasil tes yang
dilakukan oleh MA bahwa dia termasuk orang yang kurang keatif, suka menolak hal-hal
yang remeh, suka menampakan potensi kecemasan, tetapi disisi lain MA mampu mencari
solusi yang logis dan mempermudah diri agar tidak ada perasaan yang tekan yang dapat
berakibat atau membuat frustasi diri sendiri. MA tidak dapat menyesuaikan dirinya sendiri
dengan lingkungan sebab MA merasa keberadaannya tidak di akui. MA juga memiliki
perasan seperti perasaan sedih /tertekan, ketakutan, tidak aman, tidak pasti dapat di
rubahnya melalui cara MA dalam bersosial. MA juga memiliki sifat tertutup untuk
menceritakan semua konflik yang dihadapi. tetapi disisi lain MA bisa tergolong unik sebab
perasannya dapat disesuaikan dengan situasi perasaan pada saat itu, jadi tergantung bad
moodnya. Bukan hanya sebatas itu MA juga memiliki sisi positifnyaseprti etika yang baik,
sopan santun dan lembut.
5. Saran
Sebaiknya MA mencoba untuk menampakan potensi yang membuat MA senang
maupun merasa bahagia sebab dengan melakukan hal yang positif makan akan
mendapatkan suatu sugesti yang baik pada dirinya sendiri, MA juga harus bisa mengubah
perasaan yang buruk yang selalu menghantuinya dengan membiasakan diri untuk
melakukan hal yang positif agar kebiasaan yang buruk bisa berubah menjadi lebih baik.
ABDY IHDALUMAM
( 170600233 )
67
VERBATIM
No Wawancara
Observasi
Interviewer Interviewe 1 Interviewe 2 Interviewe 3
Assalamu’alai Wa’alaikumus Wa’alaikumus Wa’alaikumus
1
kum Wr. Wb salam Wr. Wb. salam Wr. Wb. salam Wr. Wb.
Gimana
Alhamdulillah
2 kabarnya, Alhamdulillah Alhamdulillah
sehat
sehat?
Syukurlah
kalau
semuanya
baik-baik saja,
hhmmmm
langsung saja
sebelumnya
kita sudah
3 Iya, siap Nggih Siap
membuat
kesepakatan
ya, terkait
pembahasan
yang saya
angkat tentang
mogok
mondok?
Sebelum ke
pembahasan
kiranya saya
memperkenal
kan diri, nama
4 saya Abdy Nggih kang Nggih Nggih
Ihdalumam
dari IAI
Tribakti prodi
psikologi
islam SMT 7
Oke, langsung
kepembahsan
yang pengen
saya Kalau saya Iya kang
Kurang lebih 1
5 tanyakan, baru 3 kurang lebih 1
bulanan
sudah berapa mingguan bulanan
lama saudara
berada dikos-
kosan?
6 Apakah Hmmm saya Sebenarnya Kalau aku Interviwer 1
keputusan baru bicara ke orang tua mutlak seperti masih
untuk ngekos orang tua terserah aku keinginan ku menutup sesuatu
sudah di setelah berada siih bang sejak lama dari orang
bicarakan dikos-kosan untuk berada tuanya,
68
interviwet 3 tidak
sama kedua menceritakan
sekitar 5 harian di kos-kosan
orang tua? sama sekali ke
orang tuanya
Interviwer 1
merasa di pondok
termasuk teman-
Pikiran untuk
teman kamarnya
ngekos udah
yang individualis
lama
hanya
Kalau aku dari sebenarnya,
Semenjak memikirkan diri
awal masuk apa lagi
mendengar sendiri
pondok udah mendengar
kabar ibu saya Interviwer 2
Kenapa kerja bang buat ayah ku sudah
sakit tanpa termasuk anak
saudara meringankan tidak kerja lagi
memberi tau yang mandiri, dia
memilih untuk beban orang semenjak
saya perasaan engga mau
7 berada dikos tua cuma adanya
saya agak terlalu
ketimbang bingug bagi pandemi
kacau kang, ini mebebankan
berada di waktunya aja cuma belum
juga saya orang tua
pondok? akhirnya mau ada temennya
dikasih tau sehingga mau
enggak mau buat ngekos
kakak ku engga mau
harus milih tapi karena
diem-diem menggambil
salah satunya interviwer 2
keputusan seerti
ngekos yaudah
itu
ikut aja biar
Interviwer 3
ada temennya
hanya ingin
mencari
kebebasan
8 Apa saudara Aku sudah Betah bang Kalau dibilang Interviwer 1
juga sudah betah siih sebenarnya betah memng kurangnya
tidak betah cuma ya tadi cuma kadang- betah siih kekeluargaan
berada di kenyamanan kadang aku kang, cuma didalam
pondok Al- ku hilang enggak enakan mau gimana kamarnya, justru
Ma’ruf? mendengar sma pengurus lagi aku harus subjek lebih
kabar seperti setiap pulang kerja soalnya sering keluar
itu, bahkan kerja selalu jadi mau pondok untuk
setelah orang malam, enggak mau menghibur diri
tua ku tau biasanya abis mengambil Interviwer 2
posisiku di pulang kerja keputusan belum bisa untuk
kos-kosan langsung ngaji seperti ini mengatur waktu
bahkan sedangkan yang digunakan,
menyarankan keadaan aku subjek juga
ku untuk capek pengeng termasuk orang
kembali ke istirahat dll. yang apa yang
pondok, Cuma Makanya aku diinginkan harus
mau gimana mengambil tercapai
lagi aku dah keputusan walaupun hal itu
malu balik lagi untuk boyong kurang baik
69
untuk dilakukan
Interviwer 3
seperti ada yang
ditutupin sebab
saudaranya
sendiri tidak
mengetahui sama
kepondok
sekali ketika
subjek berhenti
mondok,
mungkin subjek
hanya ingin
mencari
kebebasan diluar
Terimakasih
atas informasi
yang sudah
disampaikan
Sama-sama
oleh saudara, Siap bang,
kang, hehhehe
9 sebelumnya biasa ko Oke siap kang
santuy aja
saya meminta wkwkwkw
kang
maaf apabila
ada kata-kata
yang kurang
berkenan
Wassalamu’al
Wa’alaikumus Wa’alaikumus Wa’alaikumus
10 aikum Wr.
salam Wr. Wb. salam Wr. Wb. salam
Wb.
70