Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Yuridis tentang Perbuatan Melawan Hukum

dalam Transaksi Jual Beli Melalui Internet (E-Commerce)

LATAR BELAKANG

Salah satu hasil dari perkembangan teknologi antara lain adalah teknologi dunia maya

yang sering disebut juga dengan internet. Melalui internet, seseorang dapat melakukan segala hal

yang ingin mereka lakukan. Hal yang mereka lakukan tidak terbatas hanya pada lingkup lokal

saja, melainkan bisa dilakukan secara global atau internasional. Kegiatan yang dilakukan melalui

internet ini merupakan suatu kegiatan tanpa batasan. Yang artinya, seseorang dapat melakukan

segala kegiatan dimanapun dan kapanpun mereka mau. Dengan segala kemajuan internet

sekarang ini banyak masyarakat kita yang terlena sehingga sering kali tidak memikirkan hal-hal

yang timbul dari kecanduan internet terlebih lagi jika dampak tersebut merupakan dampak

negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Pada era globalisasi saat ini perkembangan dari berbagai aspek kehidupan terutama pada

ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perubahan yang begitu pesatnya. Tanpa disadari

banyak sekali pengaruh yang diciptakan dari kondisi yang serba modern ini, baik dampak positif

maupun dampak negatifnya yang bermunculan seiringan dengan perkembangan zaman. Dampak

positif tentu saja merupakan suatu hal yang memiliki harapan besar untuk memberikan manfaat

pada kesejahteraan kehidupan manusia di dunia khususnya di Indonesia sebagai negara

berkembang. Yang mana hasil dari kemajuan teknologi dan informasi ini akan diaplikasikan

dalam berbagai bentuk, dimana konsekuensinya akan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Dampak negative yang akan timbul dari kemajuan yang ada harus dipikirkan solusi dan

pemecahan masalahnya karena dapat berdampak buruk pada mental masyarakat.

Pada awalnya, internet hanya digunakan sebagai sarana untuk saling tukar menukar

informasi saja. Namun, pada saat internet mengalami perkembangan yang pesat akhirnya

merambah pada kegiatan-kegiatan komersial seperti jual beli produk. Mengikuti perkembangan

globalisasi yang ada, pada saat ini internet dipercaya sebagai sarana penunjang bisnis seperti jual

beli produk baik lokal sampai lintas negara. Keberadaan internet saat ini menjadi sebuah aset

yang sangat besar bagi dunia bisnis sebagaimana layaknya sebuah intellectual property (HAKI).

Kegiatan perdagangan atau jual beli produk melalui elektonik dan internet dikenal

dengan istilah Elektronik Commerce yaitu suatu kegiatan yang saat ini banyak dilakukan oleh

orang-orang, dimana transaksi jual beli tersebut dilakukan secara elektronik menggunakan

internet yang dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga transaksi jual beli

dapat dilakukan seseorang dimanapun dan kapanpun ia mau. Dengan begitu, semua transaksi

dilakukan dengan cara tidak tatap muka antara penjual dengan pembeli. Mereka melakukan

transaksi tersebut berdasarkan kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang

terjadi diantara para pihak dilakukan secara online. Baik melalui e-mail atau menggunakan cara

yang lainnya. Dengan begitu, tidak ada berkas atas perjanjian yang dilakukan seperti transaksi

jual beli di dunia nyata.

Transaksi e-commerce sebenarnya menggunakan perjanjian yang sama dengan perjanjian

jual beli biasa, yang membedakan hanyalah pada transaksi e-commerce menggunakan perjanjian

yang dibuat dengan menggunakan kontrak elektronik. Kontrak melalui elektonik merupakan

kontrak yang dibuat yang kemudian dibagikan melalui website yang telah dibuat terlebih dahulu
oleh pelaku usaha kemudian transaksi dilakukan jika telah mendapat persetujuan dari

konsumennya.

Undang-undang perlindungan konsumen mengatur mengenai perlindungan terhadap

pembeli atau konsumen yang dimana menegaskan bahwa hak dari konsumen merupakan

kewajiban dari pelaku usaha. Tanggungjawab penjual ini tidak hanya terbatas ganti kerugian

yang dialami oleh konsumennya, tetapi juga bertanggungjawab atas konraktual yang sudah di

disepakati dimana merupakan suatu perjanjian yang mengikat. Isi perjanjian tersebut telah dibuat

terlebih dahulu oleh penjual atau pelaku usaha.

Kondisi seperti ini tentu saja menimbulkan berbagai akibat hukum dengan segala

konsekuensinya. Salah satunya jika terjadi suatu perbuatan yang melawan hukum dari salah satu

pihak antara penjual atau pembeli yang melalui transaksi elektronik ini. Hal itu akan menyulitkan

pihak yang dirugikan untuk menuntut segala kerugian yang terjadi yang disebabkan oleh pihak

yang melakukan perbuatan melawan hukum itu. Karena pada nyatanya memang dari awal

hubungan hukum diantara kedua belah pihak yang bertransaksi tersebut tidak dilakukan secara

langsung atau tidak saling berhadapan. Bisa jadi pihak yang telah melakukan perbuatan melawan

hukum tersebut berada di luar negeri yang dimana memiliki jarak yang sangat jauh dengan pihak

yang dirugikan sehingga untuk melakukan tuntutan terhadapnya sangat sulit untuk dilakukan,

tidak seperti pada saat melakukan tuntutan yang dilakukan dalam hubungan hukum konvensional

yang terjadi secara langsung atau berhadapan langsung oleh pihak yang melakukan perbuatan

melawan hukum tersebut.

E-Commerce dapat dipahami sebagai jenis transaksi yang dimana perdagangan berupa

barang atau jasa yang dilakukan secara elektronik. Dalam operasionalnya e-commerce dapat
berbentuk B to B (business to business/bisnis untuk bisnis) atau B to C (business to consumers/

bisnis untuk konsumen). Untuk B to C ini pada umumnya posisi konsumen tidak sekuat

perusahaan sehingga seringkali terjadi berbagai macam persoalan. Oleh karena itu para

konsumen diminta untuk sangat berhati-hati dalam melakukan transaksi elektronik ini. Persoalan

yang seringkali terjadi ialah masalah yang menyangkut mengenai mekanisme pembayaran

(payment mechanism) dan jaminan keamanan dalam bertransaksi (security risk).

Permasalahan seperti ini merupakan suatu hal yang harus mendapat perhatian untuk

dicari solusinya. Karena transaksi jual beli melalui elektonik ini tidak mungkin terhenti, bahkan

tidak bisa dipungkiri bahwa tiap harinya ditemukan teknologi baru dalam dunia internet.

Sementara itu perlindungan dan kepastian hukum bagi para pengguna internet pada saat ini

belum mencukupi. Dengan permaslahan ini, harus diupayakan untuk tetap mencapai

keseimbangan hukumnya.

Pada saat ini e-commerce telah dianggap sebagai wadah transaksi jual beli produk untuk

diperdagangkan melalui internet. Hal ini tentunya tidak bisa terlepas dari permasalahan-

permasalahan serta sangat membutuhkan adanya jaminan hukum sebagai perlindungan pada saat

diselenggarakannya transaksi jual beli tersebut. Sistem hukum yang dibutuhkan dalam realisasi

pelaksanaan e-commerce ini baik sistem hukum dalam lingkup domestic lokal maupun sampai

internasional. Kajian hukum ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk berbagai permasalahan

yang ada berkaitan dengan masalah perbuatan melawan hukum pada transaksi jual beli melalui

internet. Pada teori ini diharapkan juga agar bisa menjadi salah satu alasan kuat untuk

dilakukannya tindakan tegas oleh hukum bagi siapa saja yang melakukan perbuatan melawan

hukum pada suatu transaksi jual beli elektronik melalui internet.


Hasil penelitian menjelaskan bahwa sistem perdagangan melalui e-commerce

menunjukkan masih banyak penyimpangan yang terjadi yang tidak sesuai dengan Pasal 18

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Tanggungjawab pelaku

usaha atas kerugian yang terjadi telah diatur dalam Pasal 19 yaitu ganti rugi berupa uang maupun

barang yang nilainya setara. Dasar pertimbangan hakim dalam putusannya menekankan bahwa

apabila barang tidak datang maka penggugat akan mengembalikan uang secara utuh (refund).

Tetapi sayangnya hakim kurang mempertimbangkan mengenai kerugian yang dialami oleh

konsumen mengenai refund uang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai