Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

Tinjauan Yuridis tentang Perbuatan Melawan Hukum

dalam Transaksi Jual Beli Melalui Internet (E-Commerce)

DISUSUN OLEH:

Ghina Adellia S (19103040120)

Dosen Pembimbing:

Diky Faqih Maulana


A. Latar Belakang

Salah satu hasil dari perkembangan teknologi antara lain adalah teknologi dunia maya

yang sering disebut juga dengan internet. Melalui internet, seseorang dapat melakukan segala hal

yang ingin mereka lakukan. Hal yang mereka lakukan tidak terbatas hanya pada lingkup lokal

saja, melainkan bisa dilakukan secara global atau internasional. Kegiatan yang dilakukan melalui

internet ini merupakan suatu kegiatan tanpa batasan. Yang artinya, seseorang dapat melakukan

segala kegiatan dimanapun dan kapanpun mereka mau. Dengan segala kemajuan internet

sekarang ini banyak masyarakat kita yang terlena sehingga sering kali tidak memikirkan hal-hal

yang timbul dari kecanduan internet terlebih lagi jika dampak tersebut merupakan dampak

negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Pada era globalisasi saat ini perkembangan dari berbagai aspek kehidupan terutama pada

ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perubahan yang begitu pesatnya. Tanpa disadari

banyak sekali pengaruh yang diciptakan dari kondisi yang serba modern ini, baik dampak positif

maupun dampak negatifnya yang bermunculan seiringan dengan perkembangan zaman. Dampak

positif tentu saja merupakan suatu hal yang memiliki harapan besar untuk memberikan manfaat

pada kesejahteraan kehidupan manusia di dunia khususnya di Indonesia sebagai negara

berkembang. Yang mana hasil dari kemajuan teknologi dan informasi ini akan diaplikasikan

dalam berbagai bentuk, dimana konsekuensinya akan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Dampak negative yang akan timbul dari kemajuan yang ada harus dipikirkan solusi dan

pemecahan masalahnya karena dapat berdampak buruk pada mental masyarakat.

Pada awalnya, internet hanya digunakan sebagai sarana untuk saling tukar menukar

informasi saja. Namun, pada saat internet mengalami perkembangan yang pesat akhirnya

merambah pada kegiatan-kegiatan komersial seperti jual beli produk. Mengikuti perkembangan
globalisasi yang ada, pada saat ini internet dipercaya sebagai sarana penunjang bisnis seperti jual

beli produk baik lokal sampai lintas negara. Keberadaan internet saat ini menjadi sebuah aset

yang sangat besar bagi dunia bisnis sebagaimana layaknya sebuah intellectual property (HAKI).

Kegiatan perdagangan atau jual beli produk melalui elektonik dan internet dikenal

dengan istilah Elektronik Commerce yaitu suatu kegiatan yang saat ini banyak dilakukan oleh

orang-orang, dimana transaksi jual beli tersebut dilakukan secara elektronik menggunakan

internet yang dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga transaksi jual beli

dapat dilakukan seseorang dimanapun dan kapanpun ia mau. Dengan begitu, semua transaksi

dilakukan dengan cara tidak tatap muka antara penjual dengan pembeli. Mereka melakukan

transaksi tersebut berdasarkan kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang

terjadi diantara para pihak dilakukan secara online. Baik melalui e-mail atau menggunakan cara

yang lainnya. Dengan begitu, tidak ada berkas atas perjanjian yang dilakukan seperti transaksi

jual beli di dunia nyata.

Transaksi e-commerce sebenarnya menggunakan perjanjian yang sama dengan perjanjian

jual beli biasa, yang membedakan hanyalah pada transaksi e-commerce menggunakan perjanjian

yang dibuat dengan menggunakan kontrak elektronik. Kontrak melalui elektonik merupakan

kontrak yang dibuat yang kemudian dibagikan melalui website yang telah dibuat terlebih dahulu

oleh pelaku usaha kemudian transaksi dilakukan jika telah mendapat persetujuan dari

konsumennya.

Undang-undang perlindungan konsumen mengatur mengenai perlindungan terhadap

pembeli atau konsumen yang dimana menegaskan bahwa hak dari konsumen merupakan

kewajiban dari pelaku usaha. Tanggungjawab penjual ini tidak hanya terbatas ganti kerugian
yang dialami oleh konsumennya, tetapi juga bertanggungjawab atas konraktual yang sudah di

disepakati dimana merupakan suatu perjanjian yang mengikat. Isi perjanjian tersebut telah dibuat

terlebih dahulu oleh penjual atau pelaku usaha.

Kondisi seperti ini tentu saja menimbulkan berbagai akibat hukum dengan segala

konsekuensinya. Salah satunya jika terjadi suatu perbuatan yang melawan hukum dari salah satu

pihak antara penjual atau pembeli yang melalui transaksi elektronik ini. Hal itu akan menyulitkan

pihak yang dirugikan untuk menuntut segala kerugian yang terjadi yang disebabkan oleh pihak

yang melakukan perbuatan melawan hukum itu. Karena pada nyatanya memang dari awal

hubungan hukum diantara kedua belah pihak yang bertransaksi tersebut tidak dilakukan secara

langsung atau tidak saling berhadapan. Bisa jadi pihak yang telah melakukan perbuatan melawan

hukum tersebut berada di luar negeri yang dimana memiliki jarak yang sangat jauh dengan pihak

yang dirugikan sehingga untuk melakukan tuntutan terhadapnya sangat sulit untuk dilakukan,

tidak seperti pada saat melakukan tuntutan yang dilakukan dalam hubungan hukum konvensional

yang terjadi secara langsung atau berhadapan langsung oleh pihak yang melakukan perbuatan

melawan hukum tersebut.

E-Commerce dapat dipahami sebagai jenis transaksi yang dimana perdagangan berupa

barang atau jasa yang dilakukan secara elektronik. Dalam operasionalnya e-commerce dapat

berbentuk B to B (business to business/bisnis untuk bisnis) atau B to C (business to consumers/

bisnis untuk konsumen). Untuk B to C ini pada umumnya posisi konsumen tidak sekuat

perusahaan sehingga seringkali terjadi berbagai macam persoalan. Oleh karena itu para

konsumen diminta untuk sangat berhati-hati dalam melakukan transaksi elektronik ini. Persoalan

yang seringkali terjadi ialah masalah yang menyangkut mengenai mekanisme pembayaran

(payment mechanism) dan jaminan keamanan dalam bertransaksi (security risk).


Permasalahan seperti ini merupakan suatu hal yang harus mendapat perhatian untuk

dicari solusinya. Karena transaksi jual beli melalui elektonik ini tidak mungkin terhenti, bahkan

tidak bisa dipungkiri bahwa tiap harinya ditemukan teknologi baru dalam dunia internet.

Sementara itu perlindungan dan kepastian hukum bagi para pengguna internet pada saat ini

belum mencukupi. Dengan permaslahan ini, harus diupayakan untuk tetap mencapai

keseimbangan hukumnya.

Pada saat ini e-commerce telah dianggap sebagai wadah transaksi jual beli produk untuk

diperdagangkan melalui internet. Hal ini tentunya tidak bisa terlepas dari permasalahan-

permasalahan serta sangat membutuhkan adanya jaminan hukum sebagai perlindungan pada saat

diselenggarakannya transaksi jual beli tersebut. Sistem hukum yang dibutuhkan dalam realisasi

pelaksanaan e-commerce ini baik sistem hukum dalam lingkup domestic lokal maupun sampai

internasional. Kajian hukum ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk berbagai permasalahan

yang ada berkaitan dengan masalah perbuatan melawan hukum pada transaksi jual beli melalui

internet. Pada teori ini diharapkan juga agar bisa menjadi salah satu alasan kuat untuk

dilakukannya tindakan tegas oleh hukum bagi siapa saja yang melakukan perbuatan melawan

hukum pada suatu transaksi jual beli elektronik melalui internet.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa sistem perdagangan melalui e-commerce

menunjukkan masih banyak penyimpangan yang terjadi yang tidak sesuai dengan Pasal 18

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Tanggungjawab pelaku

usaha atas kerugian yang terjadi telah diatur dalam Pasal 19 yaitu ganti rugi berupa uang maupun

barang yang nilainya setara. Dasar pertimbangan hakim dalam putusannya menekankan bahwa

apabila barang tidak datang maka penggugat akan mengembalikan uang secara utuh (refund).
Tetapi sayangnya hakim kurang mempertimbangkan mengenai kerugian yang dialami oleh

konsumen mengenai refund uang tersebut.1

1
Ariza Umami S.H., M.H.,Skripsi:”Kajian Yuridis Mengenai Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian Jual-Beli
Melalui Internet (E-Commerce)” (Metro: UMM,2014), Hal.3-7 .
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keabsahan perjanjian jual beli online jika ditinjau dari KUH Perdata?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi jual beli online?

C. Tujuan Penelitian

Memperoleh data serta informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti untuk

penyusunan penulisan hukum guna memenuhi tugas mata kuliah Metopen program studi Ilmu

Hukum UIN Sunan Kalijaga. Serta mengetahui keabsahan perjanjian jual beli online jika ditinjau

dari KUH Perdata dan mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen dalam

transaksi jual beli online.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai keabsahan

dan perlindungan hukum yang berkaitan dengan jual beli online. Dengan harapan dapat

memberikan sedikit pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti. Penelitian ini kedepannya

agar dapat menjadi bahan referensi untuk penunjang akademis sebagai tambahan kepustakaan

dalam program studi yang sama.

E. Literatur Review/ Telaah Pustaka

Pertama, jurnal yang ditulis oleh Ita Susanti yang berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap

Perlindungan Konsumen Belanja Online Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen Juncto UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik. Dalam jurnal ini penulis membahas mengenai perlindungan hukum terhadap

konsumen belanja online. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa jual beli online tunduk dan
patuh pada ketentuan Pasal 1457 sampai dengan Pasal 1540 KUHPerdata yang dijelaskan bahwa

jual beli itu dianggap terjadi diantara ke dua belah pihak, ketika setelah ke dua belah pihak ini

mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaannya tersebut

belum diserahkan dan harganya belum dibayar. Jual beli ini masuk ke salah satu perjanjian

sehingga berlakulah ketentuan perikatan dalam Buku III KUHPerdata.2

Kedua, jurnal yang ditulis oleh Roberto Ranto yang berjudul Tinjauan Yuridis Perlindungan

Hukum Terhadap Konsumen dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik. Dalam jurnal

ini penulis membahas mengenai perlindungan hukumnya bagi pelaku jual beli online. Hasil dari

penelitian ini ditemukan adanya penjelasan bahwa UU Perdagangan telah memberikan

perlindungan kepada konsumen dalam melakukan kegiatan perdagangan elektronik yang dimana

dijelaskan pada ketentuan dalam Pasal 65 bahwa penggunaan sistem elektonik sebagaimana

dijelaskan pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan yang ada dalam UU elektronik. Seperti

contohnya adalah harus mencantumkan identitas dan legalitas pelaku usaha produsen atau pelaku

distribusi.3

Ketiga, jurnal yang ditulis oleh Aulia Fajriani Kamaruddin yang berjudul Tinjauan Yuridis

Transaksi E-Commerce yang dilakukan oleh Anak Dibawah Umur Dihubungkan dengan Syarat

Sah Perjanjian Pada Pasal 1320 KUHPerdata. Pada jurnal ini penulis membahas mengenai syarat

sah perjanjian. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya penjelasan tentang syarat sah

perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Pasal 1320,

2
Ita Susanti, Artikel:”Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Konsumen Belanja Online Berdasarkan UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Juncto UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.”(Bandung: UP MKU Politeknik Negeri Bandung, 2017), Hal. 6.
3
Roberto Ranto, Jurnal: “berjudul Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Transaksi Jual
Beli Melalui Media Elektronik.” (Salatiga: Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, 2019), Hal. 7.
menjelaskan bahwa perjanjian dianggap sah dan mengikat secara penuh bagi para pihak yang

membuatnya sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang berlaku.4

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Actaviani Carolina yang berjudul Tinjauan Yuridis

Terhadap Klausula Baku dalam Syarat dan Ketentuan Aplikasi Online E-Commerce. Pada

skripsi ini penulis membahas mengenai tanggung jawab pelaku usaha terhadap klausula bagu

yang mengakibatkan kerugian bagi konsumen. Hasil dari penelitian ini adalah pelaku usaha

tersebut bertanggung jawab atas hukum perdata dan pidana.

Kelima, jurnal yang ditulis oleh Hetty Hasannah yang berjudul Analisis Hukum tentang

Perbuatan Melawan Hukum dalam Transaksi Bisnis Secara Online (E-Commerce) Berdasarkan

Burgerlijke Wetboek dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Pada jurnal ini penulis membahas mengenai perbuatan melawan hukum

berdasarkan Hukum Perdata di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah pada Pasal 1366

sampai dengan Pasal 1369 KUH Perdata terselip penjelasan mengenai ganti rugi, yang dimana

pada pasal inilah dapat digunakan sebagai dasar untuk mengajukan ganti kerugian atas perbuatan

yang dianggap melawan hukum dalam proses transaksi bisnis secara online.5

F. Kerangka Teori

Di era perkembangan elekronik dan informasi yang semakin maju atau bisa dibilang masa

globalisasi, bisa dipastikan bahwa setiap orang membutuhkan yang namanya perkembangan.

Pada proposal penelitian mengenai jual beli online ini menjelaskan bahwa pada saat ini orang-

orang butuh segala sesuatu yang efisien dan tidak ribet. Oleh karena itu perkembangan zaman
4
Actaviani Carolina, Skripsi: “Tinjauan Yuridis Terhadap Klausula Baku dalam Syarat dan Ketentuan Aplikasi Online
E-Commerce.” (Yogtakarta: Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, 2020) Hal. 7.
5
Hetty Hasannah, Jurnal: “Analisis Hukum tentang Perbuatan Melawan Hukum dalam Transaksi Bisnis Secara
Online (E-Commerce) Berdasarkan Burgerlijke Wetboek dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.” (Bandung: Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia) Hal. 48-49.
melahirkan toko berbentuk online yang dijalankan menggunakan aplikasi. Hal ini bertujuan agar

orang-orang melakukan perdagangan barang secara efisien. Dengan begitu orang-orang

berlomba-lomba mencari penghasilan dengan gaya yang berbeda yakni dengan mendirikan

online shop.

Banyak orang menganggap bahwa belanja online sangat mudah dan efisien. Tidak membuang

banyak waktu dan tenaga untuk membeli sesuatu.

Pada nyatanya, kebanyakan orang terlalu tergiur sehingga melupakan ada sisi negative yang

ditimbulkan dari belanja secara online ini. Seperti halnya timbul berbagai macam kejahatan yang

tidak bisa diperkirakan akan terjadi, contohnya adalah penipuan.

Di situasi yang terjadi tersebut, orang-orang membutuhkan perlindungan hukum untuk

mengatur, mencegah, dan memberi sanksi terhadap pihak-pihak yang mencoba melakukan

perbuatan melawan hukum.

Pada proposal penelitian ini akan memberikan penelitian terhadap kasus yang terjadi di atas

pada era perkembangan teknologi dan informasi seperti sekarang ini.

G. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu

kebenaran yang ditemukan berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.

Spesifikasi penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, dimana penelitian ini

menjelaskan suatu keadaan, objek, atau peristiwa yang terjadi kemudian dikaitkan dengan logika

keilmuan hukum dan praktik hukum positif yang berhubungan dengan masalah yang terjadi.
Data yang dikumpulkan lalu diklasifikasi dari bahan hukum primer (peraturan perundang-

undangan yang berlaku) atau sekunder (buku, jurnal hukum, kesimpulan para ahli hukum, atau

kasus-kasus hukum yang pernah terjadi) dengan pengumpulan datanya menggunakan studi

pustaka.

Analisis bahan hukum ini diperoleh dan diteliti dengan cara memahami, mendeskripsikan

bahan hukum dengan sistematis menggunakan perundang-undangan dan teori hukum yang

relevan.

Anda mungkin juga menyukai