Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sejarah Pupuk Organik

Penggunaan pupuk organik kira kira mulai digunakan pada permulaan dari

manusia mengenal bercocok tanam yaitu kurang lebih 5.000 tahun yang lalu.

Bentuk primitive dari pemupukan untuk memperbaiki kesuburan tanah terdapat

pada kebudayaan tua manusia di negeri–negeri yang terletak di daerah aliran

sungai–sungai nil, euphrat, indus dan daerah lannya. Lahan disekitar aliran–aliran

sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan–endapan lumpur yang

kaya dengan unsur haranya melalui banjir yang terjadi. Nenek moyang kita

menggunakan sisa sisa makanan mereka yang berupa sayur-sayuran, tulang, ikan,

dan segala sesuatu yang menjadi sisa makanan mereka, dengan cara menimbun

hal hal tersebut didalam tanah yang akan dijadikan tempat untuk bercocok tanam.

Pada mulanya mereka tidak sengaja melakukan hal tersebut, akan tetapi mereka

mengamati dengan mereka melakukan hal tersebut, tanaman yang mereka tanam

menjadi lebih subur. Oleh karena itu mereka terus melakukan hal tersebut, dengan

maksud membuat tanaman yeng mereka tanam menjadi lebih subur.

Di Indonesia sebenarnya pupuk organik sudah lama dikenal oleh para

petani. Bahkan mereka hanya mengenal pupuk organik sebelum gebrakan revolusi

hijau melanda diIndonesia pada tahun 1990-an. Waktu itu pemerintah

mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakian bibit impor, pupuk kimia

dan yang lain lain oleh pemerintah, membuat Indonesia berjaya pada saat itu,

bahkan sempat mengalami swasembada beras. karena mereka menganggap pupuk

6
anorganik lebih murah, karena pada waktu itu di subsidi oleh pemerintah dan juga

lebih peraktis, para petani banyak menggunakan pupuk anorganik ketimbang

pupuk organik setelah revolusi hijau melanda. Namun hal tersebut tidak

berlangsung lama, Para petani mulai kelabakan menghadapi kesuburan tanah yang

kian merosot, ketergantungan pemakaian pupuk anorganik kian hari makin

meningkat.

Revolusi hijau memang pernah meningkatkan produktifitas pertanian di

tanah air, akan tetapi penggunaan pupuk anorganik memiliki dampak besar yang

dirasakan oleh para petani yaitu:

1. Berbagai jenis organisme penyubur tanah musnah karena pupuk anorganik.

2. Kesuburan tanah merosot.

3. Keseimbangan ekosistem tanah rusak.

4. Terjadi serangan hama dalam jumlah yang besar.

Timbuhnya kesadaran dampak negative dari penggunaan pupuk anorganik,

banyak masyarakat yang beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.

Akan tetapi penggunaan pupuk organik masih terbilang sulit diperoleh sampai

sekarang karena :

1. Kebanyakan pupuk organik diproduksi oleh pengusaha kecil dan menengah

2. Pupuk organik di produksi untuk digunakan diri sendiri

3. Jumlah penggunaan pupuk organik masih sangat terbatas

Selain itu peminat terbanyak pupuk organik hanya digunakan untuk

tanaman hias yang jumlah pemakaiannya terbilang sedikit sehingga produksinya

juga tidak terlalu banyak.

7
Putu Budi Umarayasa, Staff Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian

Sumber : ( Berbagai sumber ).

2.2. Pupuk Organik Granul

Pupuk organik granul adalah pupuk hasil pencampuran dari dolomit dan

sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi)

berbentuk bulatan dengan ukuran 3 [mm],4 [mm],5 [mm]. Pupuk organik granul

umumnya memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin

dan hanyut terbawa air. Bahan yang terkandung pada pupuk organik granul

berupa pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari

kotoran ternak. Pupuk kandang adalah bahan baku utama pembuatan pupuk

organik granul. Kualitas pupuk organik mempengaruhi kualitas pupuk yang

digunakan. Pupuk kandang berupa penguraian materi organik, seperti sisa

makanan, kotoran ternak, limbah ikan. Proses penguraian menjadi bentuk yang

lebih sederhana ini dilakukan secara biologis dengan bantuan mikroorganisme

seperti bakteri, fungi, dan aktinomicetes. Proses penguraian memerlukan kondisi

yang optimal seperti ketersediaan nutrisi yang memadai, udara yang cukup, dan

kelembaban yang tepat. Semakin sesuai kondisi lingkungannya, maka semakin

cepat proses penguraiannya dan semakin tinggi pula mutu kandangnya.

Oleh karena itu, tim rancang bangun menggunakan pupuk kandang sebagai

bahan granul. Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan

pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya

berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya,

proses penguraiannya berlangsung lebih lama dan tidak menimbulkan panas. Ciri-

8
ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri

fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan

tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah bahan pembentuknya sudah

tidak terlihat dan temperaturnya relatif stabil. Jika dibandingkan pupuk organik

granul dengan pupuk kandang berbentuk curah dari daya serapnya pupuk organik

granul lebih lama habisnya daripada pupuk kandang berbentuk curah.

2.3. Manfaat Pupuk Granul

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan

pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan,

terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah,

yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon

organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan

produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran

lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan

pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat

beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat

beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan

tanaman dapat bervariasi. Selain itu, perannya cukup besar terhadap perbaikan

sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang

ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh

mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan

sebagai sumber energi dan makanan mikrob tanah sehingga dapat meningkatkan

9
aktivitas mikrob tersebut dalam penyediaan hara tanaman.

Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman,

juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikrob. Bahan dasar pupuk organik

yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan

pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos

berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang

dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan

berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu

diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya

dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer

menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini

memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, dan suhu tanah. Bahan organik

dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar

pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan

organik yang terdekomposisi seperti kompos.

Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara

makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro

seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya

relatif sedikit. Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan tanaman, terutama bagi pencinta tanaman hias. Banyak para pelaku

hobi dan pencinta tanaman hias bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan

prosentase kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang tepat untuk tanaman yang

bibit, remaja, atau dewasa/indukan.

10
Fungsi unsur-unsur hara makro:

A. Nitrogen (N):

1. Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

2. Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri.

3. Berfungsi untuk sintesis asam amino dan protein dalam tanaman.

4. Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau daun, panjang daun, lebar

daun) dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang).

5. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen gejalanya: pertumbuhan

lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-

daun tua cepat menguning dan mati.

B. Fosfor (P):

1. Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman.

2. Merangsang pembungaan dan pembuahan.

3. Merangsang pertumbuhan akar.

4. Merangsang pembentukan biji.

5. Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel.

6. Tanaman yang kekurangan unsur fosfor gejalanya: pembentukan buah/dan

biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan.

C. Kalium (K):

1. Berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim,

dan mineral termasuk air.

2. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit.

3. Tanaman yang kekurangan unsur kalium gejalanya: batang dan daun

11
menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar

dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada

pucuk daun. ( Wikipedia ).

2.4. Cara Membuat Pupuk Granul

Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat

curah, tablet, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada

penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang

banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk granul sebenarnya tidak terlalu

sulit.

Secara garis besar pupuk granul dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini :

a. Pengeringan Bahan.

b. Penggilingan dan Pengayakan.

c. Penambahan Bahan-Bahan Lain.

d. Granulasi.

e. Pengemasan.

Proses pembentukan pupuk organik menjadi butiran-butiran pupuk/granul

yaitu dengan proses granulasi.

2.5. Proses Granulasi

Pupuk kandang dimasukkan ke dalam piringan granulator. Pengisian pupuk

dan dolomit ke dalam piringan granulator dilakukan secara bertahap dengan

menggunakan sekop atau menumpahkannya dari dalam karung. Sebaiknya,

proses ini dilakukan dalam keadaan piringan berotasi sehingga pupuk dapat

langsung bergerak mengikuti perputaran piringan.

12
Selama proses granulasi berlangsung, semprotkan larutan molase

secukupnya. Sebaiknya, penyemprotan dilakukan secara merata dan sedikit demi

sedikit agar pupuk tidak menggumpal. Pupuk yang saling merekat akan berputar

mengikuti gerakan piringan. Gerakan perputaran ini akan menyebabkan

terbentuknya butiran- butiran granul yang semakin besar. Karena itu, perlu

dilakukan pengadukan untuk mencegah terbentuknya butiran berukuran lebih dari

5 [mm] yang terakumulasi di bagian bawah piringan. Pengadukan juga berfungsi

untuk mencegah terbentuknya kerak pada dinding piringan.

2.6. Bagian Utama Mesin

Mesin pembuat pupuk organik granul ini terdiri dari berbagai macam

komponen, sebagai berikut:

a. Motor AC

Motor AC 1 fasa dengan arah putaran searah jarum jam yang berfungsi

sebagai penggerak utama, menyalurkan putaran ke reducer, poros, dan

memutarkan pan mempunyai spesifikasi daya 2 [Hp], putaran motor 2800 [rpm],

dengan voltage 220 [volt].

Gambar 2.1 Motor Listrik


Sumber : teknik-ketenagalistrikan.blogspot.com

13
b. Reducer

Reducer berfungsi untuk menurunkan putaran motor dengan perbandingan

putaran yang digunakan adalah 1 : 30.

Gambar 2.2 Reducer


Sumber : yw-transmission.com

c. Rangka Mesin

Rangka mesin berfungsi untuk menopang semua komponen mesin. Terdiri

dari : rangka atas dengan dimensi 85 mm x 70 mm x 75 mm dan bawah

berdimensi 80 mm x 90 mm x 76 mm, rangka bawah menopang rangka atas

dengan bantuan poros dan pillow block yang terpasang pada rangka bawah,

rangka atas menopang motor AC, reducer, pillow block, poros, pan, dan sprayer.

Gambar 2.3 Rangka Mesin


Sumber : Dokumentasi pribadi

14
d. Pan

Pan berfungsi untuk menampung pupuk yang akan dibentuk menjadi pupuk

granul dengan cara diputar. Pan mempunyai dimensi ø 1000 mm x 150 mm. untuk

pengaduk mempunyai dimensi p = 200 mm x l = 50 mm x t = 100 mm.

1. Menghitung volume pan

V = 2.π 2.t

Dimana :

V = volume (cm3)

π = konstanta (3,14)

T = tinggi (cm)

2. Menghitung volume pengaduk

V=pxlxt

Dimana :

V = volume (cm3)

P = panjang (cm)

L = lebar (cm)

T = tinggi (cm)

Gambar 2.4 Pan


Sumber : mesinsakti.com

15
e. Poros

Poros yang digunakan untuk meneruskan putaran dan beban berat pada

umumnya dibuat dengan pengerasan yang tahan terhadap keausan. Poros terdiri

dari: poros pada rangka bawah yang berfungsi sebagai penghubung ke rangka

atas, poros yang sesumbu dengan pan berfungsi sebagai penghantar daya dari roda

gigi yang ditransmisikan ke pan. Poros pada rangka bawah berdimensi ø38 [mm]

x 800 [mm], poros yang sesumbu dengan pan berdimensi ø48 [mm] x 1000 [mm].

Ft
σt = (sularso, elemen mesin,2008)
A

Keterangan :

σ t= tegangan tarik ijin [N/mm2]

Ft = gaya tangensial pasak [N]

A = luas penampang [mm2]

Gambar 2.5 Poros


Sumber : teknik-mesin1.blogspot.com

f. Roda gigi

Roda gigi lurus berfungsi sebagai penerus daya antara reducer ke poros pan.

Roda gigi dari reducer berdimensi ø115 [mm] dengan modul 2, roda gigi dari

poros pan berdimensi ø380 [mm] dengan modul 2.

16
Gambar 2.6 Roda Gigi
Sumber : handlemesin.blogspot.com

g. Pillow Block

Berfungsi sebagai rumah bantalan (bearing) poros untuk menahan beban

dari poros. Terdapat 4 pillow block, 2 dipasang di rangka bawah untuk rumah

bantalan poros penghubung ke rangka atas jenis pillow block 205, 2 dipasang di

rangka atas untuk rumah bantalan poros yang sesumbu dengan pan jenis pillow

blosk 206.

Gambar 2.7 Pillow Block


Sumber : supplierbearing.com

h. ’V’ Belt

’V’ Belt berfungsi sebagai penerus daya antara puli motor listrik ke puli

reducer. Terdapat 1 v belt yang menghubungkan dari puli motor listrik ke puli

reducer.

Alasan pemilihan transmis sabuk-V dengan tipe A adalah :

a. Alasan pemilihan sabuk jenis V :

17
- Mampu bekerja dengan halus dan tidak bersuara berisik jika dibanding

dengan transmisi roda gigi maupun transmisi rantai.

- Mudah didapatkan dipasaran.

- Harga murah.

- Memiliki gaya gesek yang besar karena pangaruh bentuk puli sehingga tidak

mudah selip.

- Menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relative rendah.

b. Alasan pemilihan sabuk tipe A :

- Putaran puli kurang dari 6000 (rpm)

1. Perhitungan Luas Penampang Sabuk ( A )

1
A = ( ls . ts ) – 2 ( .t l )
2 s . st

A = luas penampang sabuk [mm2]

ls = lebar sabuk [mm]

ts = tinggi sabuk [mm]

lst = seslisih tinggi dengan lebar puli [mm]

2. Perhitungan Kecepatan Linier Sabuk

π . d 1.n 1
V= [m/s] (sularso,elemen mesin
60.100

2008)

Dengan:

v = kecepatan sabuk [m/s]

d 1 = diameter puli penggerak [mm]

n1 = putaran motor listrik [rpm]

18
3. Perhitungan panjang sabuk

π 1
L = 2X + ( D p+ d p ) + ( D p + d p )2 (R.S. Khurmi,
2 4x

2005)

Keterangan :

L = Panjang keliling sabuk [mm]


Dp = Diameter puli penggerak [mm]
dp = Diameter puli yang digerakkan [mm]
X = Jarak sumbu poros [mm]

4. Perhitungan Sudut Kontak Sabuk

(r 2−r 1)
Sin α = (R.S. Khurmi,
x

2005)

π
θ = ( 180-2.α ) [0] . [rad]
180

Keterangan :

α = Sudut yang mempengaruhi sudut kontak [0]

r2 = Jari – jari puli besar [mm]

r1 = Jari – jari puli kecil [mm]

θ = Sudut kontak [ 0]

5. Perhitungan Gaya Tegang Sabuk

Koefisien antara sabuk dan puli (µ)

42,6
μ = 0,54 – ( ) (R.S. Khurmi,
152,6 +v

19
2005)

F 1 θ.μ
2,3 log =
F 2 sin α

P = ( F 1- F 2 ) . v

Keterangan :

P = Kapasitas daya satu sabuk [Watt]


F1 = Gaya tegang sabuk sisi tegang [N]
F2 = Gaya tegang sabuk sisi kendor [N]
V = Kecepatan sabuk [m/det]

Gambar 2.8 V-Belt


Sumber : www.mitsuboshi.com

i. Puli

Puli berfungsi sebagai penerus daya dari motor listrik ke reducer. Terdapat 2

puli, puli di motor listrik dan puli di reducer.

Beban total (W) :

W=m.g (sularso, elemen mesin 2008)

Keterangan :

M = Massa puli [kg]

g = Percepatan grafitasi [m/s2]

W = Beban puli [kg m/s2]

20
Daya yang dibutuhkan oleh puli :

P = W . vp . jumlah puli

Keterangan :

P = Daya puli [watt]

vp = Kecepatan puli [m/s2]

W = Beban puli [kg m/s2

Gambar 2.9 Puli


Sumber : mechanicaljungle.com

j. Batang Sudut

Berfungsi untuk mengatur sudut kemiringan pan.

Gambar 2.10 Batang Sudut


Sumber : krakatauniaga.co.id

2.7 Perhitungan Perbandingan Transmisi Putaran

n1 d 2
=
n2 d 1
(sularso, elemen mesin,hal

166)

21
Dengan :

n1 = putaran poros pertama (rpm)

n2 = Putaran poros kedua (rpm)

d1 = diameter puli penggerak (mm)

d 2 = diameter puli yang digerakan (mm)

a. Perhitungan Daya Motor untuk Menggerakan Pan atau Piringan

Kecepatan sudut yang terjadi pada pan atau piringan (ω) menurut

(R.S. Khurmi, 2005) dapat dihitung dengan rumus :

2. π . n
ω=
60

Keterangan :

Ω = Kecepatan sudut [rad/s]


N = Putaran [rpm]

Torsi yang digunakan untuk menggerakan poros dapat dihitung

menggunakan rumus :

Pd
T= ( R.S. Khurmi,
ω

2005)

T=F.r

Keterangan :

ω : Kecepatan sudut [rad/s]

n : Putaran [rpm ]

Daya yang digunakan untuk menggerakan poros (P) menurut ( R.S.

22
Khurmi, 2005) dapat dihitung menggunakan rumus :

P = T.ω

Keterangan :

T : Torsi [Nm]

Pd : Daya rencana [Nm/s]

ω : Kecepatan sudut [rad/s]

b. Perhitungan Gaya Sentrifugal Pan atau Piringan

Fc = m.v2 (sularso,elemen mesin 2008)

Keterangan :

Fc = Gaya Sentrifugal [N]

m = Massa pan [kg]

v = Kecepatan pan [m/s]

2.8 Perhitungan Bantalan

2.8.1 Tekanan Bantalan

W
P= (sularso, elemen mesin,hal
ld

109)

Keterangan :

P = Tekanan yang diterima bantalan [N/mm2]

W= Beban yang diterima bantalan [N]

l = Panjang bantalan [mm]

d = Diameter poros [mm]

2.8.2 Umur Bantalan

Pengertian umur bantalan gelinding yaitu sebuah bantalan gelinding

23
didefinisikan laju putaran L (atau jumlah jam kerja Lh pada jumlah perputaran

konstan ) yang dijalani oleh bantalan sebelum terjadi gejala kelelahan bahan pada

satu elemen gelindingnya.

C
L = [ W ]k x 106

Dimana :

L = Umur bantalan [putaran]

C = Beban gerak dasar [N]

W = Beban gerak equivalent [N]

k = Koefisien ball bearing

2.9 Perhitungan Pasak

Gaya tangensial pada pasak (Ft) :

T
d
F= p (sularso, elemen mesin,hal 25)
2

Keterangan :

F = Gaya tangensial pasak [N]

T = Torsi pada poros [Nmm]

d p = Diameter Poros [mm]

Tegangan geser pada pasak ( τ k) :

F
τ ka = (sularso, elemen mesin,hal 25)
b .l

Keterangan :

24
τ ka = tegangan geser [N/mm2]

F = gaya tangensial pasak [N]

b = lebar pasak [mm]

l = panjang pasak [mm]

Tegangan geser yang diizinkan(τ k) : τ ka

σb
= (sularso, elemen mesin,hal 25)
s fk 1 . s fk 2

Keterangan :

Harga untuk pasak Sf1 : 6 , Sf2 : 3

s fk 1= faktor keamanan untuk pengaruh massa.

s fk 2= factor keamanan untuk pengaruh kekasaran dan alur pasak

Ft
τk ≥
b.l

τk ≥ τk

Tekanan permukaan yang terjadi pada pasak ( Pa)

Pa = F (sularso,2008)
¿¿

Keterangan :

Pa=Tekanan permukaan ijin ¿2]

F = gaya tangensial pada pasak [N]

l 1= panjang pasak [mm]

t2 = kedalaman alur pasak pada puli [mm]

2.10 Perhitungan Kekuatan Sambungan Las

25
Konstruksi pembuatan pupuk granul menggunakan sambungan las sudut.

Menurut (Rilles M.Wattimena 2008) las sudut adalah logam tambahan harus

ditambahkan pada sudut tegak lurus antara bagian-bagian yang hendak

dilas,sebagai alat penyambung permanen dari bagian mesin , pengelasan

merupakan sambungan yang lebih kuat dan ringan dibandingkan dengan

sambungan keling .Gaya (F) yang mampu di tahan oleh sambungan las sudut ini

sebagai berikut .

L. t
F=
√ 2 σt

Dimana :

L : lebar yang hendak dilas [mm]

t : tebal benda kerja [mm]

σt ∶ Tegangan tarik [N/mm2

2.11 Perhitungan Baut

σt
σt = (R.S. Khurmi,
v

2005)

τ g = 0,8x σ t

Dimana :

σt : Tegangan tarik [N/mm2]

σ t : Tegangan tarik ijin [N/mm2]

τ g : Tegangan geser ijin [N/mm2]

v : Faktor keamanan

2.11.1 Perhitungan Baut pada Poros Rangka

26
Beban yang diterima pada poros rangka adalah

Beban yang diterima


F=
Jumlah baut

Diameter minimal baut yang digunakan

F
τg≥ π (sularso elemen
4 ()
.d 2

mesin,2008)

Dimana :

τ g: = Tegangan geser yang diijinkan [N/mm


2
]

F = Gaya yang diterima tiap baut [N]

d = Diameter baut yang digunakan [mm]

2.11.2 Perhitungan Baut pada Poros Pan

Beban yang diterima pada poros pan adalah

Beban yang diterima


F=
Jumlah baut

Diameter minimal baut yang digunakan

F
τg≥ π (sularso elemen
4()
.d 2

mesin,2008)

Dimana :

τ g: = Tegangan geser yang diijinkan [N/mm

27
2
]

F = Gaya yang diterima tiap baut [N]

d = Diameter baut yang digunakan [mm]

28

Anda mungkin juga menyukai