Metode Campuran Dalam Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Asal Usul, De nisi, dan Perdebatan dalam Penelitian Metode Campuran
Awal dari apa yang sekarang dikenal sebagai penelitian metode
campuran sering dikaitkan dengan pengaruh beberapa peneliti awal di lapangan. Karya Campbell dan Fiske (1959) dikreditkan sebagai salah satu studi yang mendorong minat dalam mengukur sifat-sifat yang sama dengan beberapa metode dan menguraikan bagaimana konvergensi temuan dari beberapa metode meningkatkan keyakinan bahwa varians dalam sifat-sifat yang diukur bukan hanya representasi dari varians karena metode. Kemudian, Jick (1979) mengartikulasikan bagaimana metode kualitatif dan kuantitatif dapat dicampur untuk tujuan triangulasi. Triangulasi, sebagaimana dibahas oleh Denzin (1978), mengacu pada upaya untuk meningkatkan akurasi dan kelengkapan temuan penelitian dengan menggabungkan beberapa sumber data dan/atau metodologi. Karya ini mempopulerkan prinsip bahwa pemahaman yang baik tentang suatu fenomena dapat diperoleh dari berbagai perspektif dibandingkan dengan satu perspektif.
2. Kekuatan dan Tantangan Penelitian Metode Campuran
a. Kekuatan penelitian metode campuran
Pertama, metode campuran menjanjikan akses ke "dunia" kuantitatif dan
kualitatif terbaik dengan memungkinkan peneliti mengkompensasi
kelemahan dalam satu metode melalui yang lain, dan memanfaatkan kekuatan pelengkap pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kedua, metode campuran memungkinkan masalah penelitian dapat ditangani yang tidak dapat diakses dengan metode tunggal (Tashakkori & Teddlie, 2003). Ketiga, metode campuran memungkinkan deskripsi fenomena studi yang lebih komprehensif dan mendalam. Kesimpulan yang lebih kuat umumnya dapat dibuat dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode campuran (Teddlie & Tashakkori, 2003) dan keyakinan yang lebih besar dapat diperoleh dari hasil (Johnson & Christensen, 2004). Keempat, ada bukti bahwa metode campuran berhubungan positif dengan ukuran dampak penelitian.
Dalam sebuah studi baru-baru ini Molina-Azorin (2012) menemukan bahwa
artikel metode campuran, rata-rata menerima, lebih banyak kutipan daripada artikel yang menggunakan metode tunggal.
• Kekuatan Desain Metode Campuran dalam Konteks Penelitian Manajemen
Sumber Daya Manusia: Peran Keterikatan Sosial
Metode campuran mungkin sangat membantu dalam mengatasi jenis
masalah penelitian yang dipertimbangkan di bidang HRM. Bab 1 mencatat masalah keterikatan sosial yang dihadapi oleh peneliti HRM (Granovetter, fi 1985; Raub & Weesie, 1990, 2000; Sanders, 2009). Pengalaman individu, tim, dan organisasi yang kompleks dan saling terkait membutuhkan desain penelitian yang mampu mengatasi masalah temporal, jaringan, dan keterikatan kelembagaan yang terkait dengan penelitian HRM. Dalam hal ini, metode campuran sangat membantu dalam membantu upaya peneliti untuk menangani masalah keterikatan temporal, karena penelitian kualitatif dapat memberikan pemahaman tentang proses dinamis sementara pendekatan kuantitatif dapat memodelkan perubahan dari waktu ke waktu.
b. Tantangan Penelitian Metode Campuran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sanders dkk. (2012)
membuktikan bahwa penelitian mengenai hubungan antara beberapa praktik
HRM dan kinerja antara tahun 1996 sampai 2010 ditinjau hanya terdapat 5% penelitian yang menggunakan metode campuran. Terdapat beberapa hal mengapa metode campuran sangat jarang digunakan. Pertama, menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dapat menimbulkan tantangan yang signi kan, karena kombinasi pendekatan hampir selalu merupakan upaya yang lebih kompleks daripada penelitian yang didasarkan pada satu pendekatan. Kompleksitas ini bermanifestasi dalam bentuk tuntutan yang meningkat pada peneliti dalam hal persyaratan untuk keahlian yang lebih luas dalam metodologi penelitian, kemahiran yang lebih besar dalam mengelola proyek penelitian yang besar dan kompleks, dan peningkatan keterampilan dalam integrasi temuan dari berbagai metode. Kedua, pengembalian yang diharapkan atas investasi waktu dan usaha. Salah satu tanggapan umum terhadap masalah kompleksitas dan sumber daya ini adalah membentuk tim dengan keahlian yang saling melengkapi untuk berbagi beban kerja sehingga satu individu tidak dituntut untuk mahir dalam setiap metode penelitian.
3. Merancang dan Melaksanakan Penelitian Metode Campuran
Tashakkori dan Teddlie (1998) mengidenti kasi empat pendekatan umum
untuk penelitian metode campuran yang dibedakan oleh waktu dan bobot yang diberikan untuk setiap metode. Deskripsi ini telah memandu banyak penelitian selanjutnya di lapangan (misalnya, Bryman & Bell, 2003; Creswell & Plano Clark, 2007; Greene dkk., 1989; Molina-Azorin, 2012). Baru-baru ini Molina-Azorin (2012) memanfaatkan penelitian ini untuk memberikan gambaran tentang penelitian metode campuran dari segi tujuan, prioritas, implementasi, dan desain.
• Tujuan
Penelitian metode campuran dicirikan oleh empat tujuan umum yakni
pengembangan, komplementaritas, ekspansi, dan triangulasi (Greene dkk., 1989). Penelitian metode campuran dengan tujuan pengembangan menggunakan hasil satu metode untuk menginformasikan konstruksi penelitian selanjutnya. Penelitian semacam itu lebih cenderung menyatakan fi fi tujuannya sebagai fokus pada pengembangan konsep atau ukuran untuk digunakan dalam komponen penelitian lainnya. Dengan demikian, studi pertama harus mengarah pada studi kedua yang lebih mampu menjawab masalah yang dirancang untuk dinilai. Seringkali ini melibatkan komponen kualitatif yang mempertimbangkan bagaimana sebuah konsep dapat dioperasionalkan melalui wawancara dengan individu yang berpengetahuan luas. Penelitian kualitatif ini kemudian mendukung pengembangan ukuran kuantitatif untuk digunakan dalam survei selanjutnya.
• Prioritas
Penelitian metode campuran juga dicirikan dalam hal prioritas yang
melekat pada berbagai komponen penyelidikan. Penelitian metode
campuran sering kali melibatkan pemberian status yang berbeda atau bobot untuk satu komponen penelitian daripada memperlakukan setiap komponen sebagai memiliki status yang sama ( Molina-Azorin, 2012). Keputusan metode mana yang akan didahulukan biasanya didasarkan pada pertimbangan praktis.
• Implementasi
Penelitian metode campuran dapat dilaksanakan dengan pendekatan
sekuensial atau simultan. Kecenderungan ke arah pilihan implementasi
sekuensial mungkin merupakan cerminan penelitian di mana komponen kuantitatif diprioritaskan dan didukung oleh pengumpulan data kualitatif pendahuluan atau lanjutan. Sebagai contoh, Innocenti, Pilati, dan Peluso (2011) menggunakan dua sumber data— pertama, kuesioner untuk mengukur kepercayaan karyawan pada manajemen, dan kedua, wawancara telepon tindak lanjut dengan manajer SDM dari perusahaan yang berpartisipasi untuk memvalidasi langkah-langkah tersebut. dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang kebijakan dan praktik HRM yang diterapkan. Data wawancara kualitatif meningkatkan validitas ukuran kuantitatif, tetapi tidak secara langsung mempengaruhi kesimpulan yang diambil dari keseluruhan penelitian.
• Desain
Dengan menggunakan sistem ini, prioritas dan implementasi dapat
digabungkan untuk menentukan sembilan desain metode campuran yang berbeda.
- Status setara / implementasi simultan: (1) QUAL + QUAN
- Status yang sama / implementasi berurutan: (2) QUAL → QUAN; (3) QUAN → QUAL
- Status berbeda / implementasi simultan: (4) QUAL + quan; (5) QUAN + qual
- Status berbeda / implementasi berurutan: (6) qual → QUAN; (7) QUAL →