Mini Refarat PPOK
Mini Refarat PPOK
Oleh:
TUGAS KEPANITERAAN
KLINIK BAGIAN ILMU
PENYAKIT PARU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) saat ini merupakan penyebab kematian
nomor empat di dunia, tetapi diprediksikan menjadi penyebab kematian nomor tiga pada
tahun 2020. Lebih dari 3 juta orang di dunia meninggal karena PPOK pada tahun 2012.
PPOK merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas kronis di seluruh dunia,
banyak orang penderita penyakit ini selama bertahun-tahun, dan meninggal karena
komplikasi yang terjadi. Secara global, beban PPOK diproyeksikan meningkat dalam
beberapa dekade mendatang karena paparan terus menerus terhadap faktor risiko PPOK
dan penuaan populasi.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang umum, dapat
dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten dan
keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh kelainan saluran napas dan/atau alveolus
yang terpapar paparan yang signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya.
Keterbatasan aliran udara kronis yang merupakan karakteristik PPOK disebabkan oleh
adanya small airways disease (misalnya, bronkiolitis obstruktif) dan kerusakan parenkim
(emfisema), yang kontribusi relatifnya bervariasi dari orang ke orang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. AMINOFILIN
1. Definisi
Aminofilin adalah salah satu obat bronkodilator golongan xantin yang memiliki
efek mendilatasi bronkus. Aminofilin merupakan senyawa kompleks teofilin dengan
etilendiamin, dengan kandungan teofilin anhidrat bervariasi antara 79-86. Dalam
tubuh aminofilin terurai menjadi teofilin. Teofilin termasuk obat-obatyang
mempunyai lingkup terapi (therapeutic windows) sempit. (10-20 mcg/mL) Artinya
jarak antar dosis terapeutik dan dosis toksis kecil, sehingga efek toksik akan mudah
timbul apabila dosis atau kadarnya melewati ambang toksik.
2. Farmakodinamik
a) Mekanisme
Aminofilin atau teofilin menghambat enzim fosfodiesterase sehingga
mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5’-AMP dan 5’-
GMP. Penghambatan menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP dalam sel
sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos bronkus.
Aminofilin ataupun teofilin relatif nonselektif dalam menghambat subtype PDE.
Aminofilin ataupun teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada
reseptor adenosin. Adenosin dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada pasien
asma dan memperkuat pelepasan mediator dari sel mast yang diinduksi oleh
rangsang imunologis, karena itu dengan pemberian aminofilin atau teofilin dapat
mengatasi bronkokonstriksi yang terjadi pada pasien asma. Atas dasar kedua hal
di atas maka aminofilin dapat menimbulkan efek relaksasi otot polos bronkus atau
bronkodilator pada pasien asma.
b) Efek Pada Susunan Saraf Pusat
Aminofilin atau teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, bila dosis
pemberian ditinggikan maka mampu memberikan efek gugup, gelisah, insomnia,
tremor, dan kejang. Tetapi dengan dosis rendah metilxantin seperti aminofilin
dapat merangsang SSP yang sedang mengalami depresi, misalnya pemberian
aminofilin dosis 2mg/kgbb dengan cepat akan memulihkan keadaan narkosis pada
individu yang mendapat 100 mg morfin IV untuk anestesia.
c) Efek Pada Medula Oblongata
Metilxantin seperti aminofilin dapat merangsang pusat nafas pada medula
oblongata dengan meningkatkan kepekaan pusat nafas terhadap perangsangan
CO2. Selain itu juga dapat menimbulkan mual dan muntah karena perangsangan
sentral maupun perifer. Muntah dapat diinduksi bila kadar dalam plasma melebihi
15 mcg/ml.
d) Efek Pada Sistem Kardiovaskular
Pernah digunakan untuk pengobatan darurat payah jantung berdasarkan
kemampuannya menurunkan tahanan perifer, merangsang jantung, meningkatkan
perfusi dan menimbulkan diuresis, tetapi karena absorbsi dan disposisinya susah
diduga dan sering terjadi toksisitas serius terhadap SSP dan jantung sekarang
sudah tidak digunakan lagi.
a) Jantung - Aminofilin atau teofilin dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung.
Pemberian aminofilin dapat meningkatkan kadar epinefrin hingga 100% dan
hanya memberikan pengaruh sedikit pada norepinefrin.
b) Pembuluh darah - Aminofilin atau teofilin menyebabkan dilatasi pembuluh darah
termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal karena efek langsung pada otot
pembuluh darah
c) Sirkulasi otak - Xantin menyebabkan hambatan adenosin yang penting untuk
pengaturan sirkulasi otak, sehingga dengan pemberian xantin akan terjadi
pengurangan aliran darah ke otak.
d) Sirkulasi coroner - Golongan xantin menyebabkan vasodilatasi arteri koroner dan
bertambahnya aliran darah koroner. Selain itu golongan xantin juga
meningkatkan kerja jantung atau kontraksi jantung.
e) Tekanan darah - Efek aminofilin atau teofilin pada tekanan darah tidak bisa
diramalkan, karena disatu sisi menyebabkan stimulasi pusat vasomotor dan
stimulasi miokard yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah, tetapi disisi
lain menyebabkan adanya vasodilatasi yang dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah, resultan dari kedua hal ini biasanya sedikit menaikkan tekanan
darah tidak lebih dari 10mmHg. Karena adanya vasodilatasi aliran darah lebih
cepat dan efisien dan menyebabkan tekanan nadi meningkat.
e) Efek Pada Otot Polos
Golongan xantin dapat merelaksasi otot polos utamanya otot polos
bronkus dengan menghambat PDE. Aminofilin juga menyebabkan penurunan
motilitas usus untuk sementara waktu.
f) Otot Rangka
Golongan xantin Dapat memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi
kelelahan otot diafragma.
g) Diuresis
Semua golongan xantin meningkatkan produksi urin tetapi efeknya hanya
sebentar. Diduga efek ini melalui mekanisme penghambatan reabsorbsi elektrolit
di tubulus proksimal tanpa disertai perubahan filtrasi ataupun perubahan aliran
darah ke ginjal.
h) Lambung
Golongan xantin dapat meningkatkan sekresi asam lambung
i) Metabolik
Golongan xantin dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam
plasma dan dapat meningkatkan basal metabolisme.
3. Farmakokinetik
Obat golongan xantin seperti aminofilin cepat diabsorbsi setelah
pemberian oral, rektal ataupun parenteral. Kelarutan aminofilin lebih besar
daripada teofilin, tetapi ternyata derajat absorpsinya tidak banyak berbeda.
Setelah pemberian per-oral, obat ini diabsorpsi dengan cepat, sehingga kadang-
kadang terjadi lonjakan kadar dalam darah yang menimbulkan gejala efek
samping. Pemberian teofilin/aminofilin bersama dengan katekolamin dan
simpatomimetik golongan amina harus hati-hati karena dapat memperkuat
terjadinya takhiaritmia. Teofilin mengalami metabolisme terutama di hepar dan ±
8 % fraksi obat diekskresikan melalui urin dalam bentuk tetap. Aminofilin dapat
mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam, tetapi saat ini ada teofilin
lepas lambat yang bisa bertahan dengan interval 8, 12 atau 24 jam. Adanya
makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbsi aminofilin atau
golongan xantin lainnya. Pemberian IM dapat menyebabkan nyeri lokal yang
sangat lama. Metilxantin dapat menembus plasenta dan masuk ke air susu ibu.
Dalam keadaan normal ikatan golongan xantin dengan protein sebesar 60% tetapi
pada keadaan sirosis hepar ikatan protein menurun menjadi 40%. Eliminasi xantin
terutama melalui metabolisme hepar. Sebagian besar dieliminasi bersama urin
dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin, kurang dari 20% aminofilin
ditemukan dalam bentuk utuh dalam urin.
4. Bentuk Sediaan
Tablet 200 mg, 225 mg (phyllocontin) dan 350 mg
Injeksi ampul 10 ml mengandung 24 mg/ml (phaminov)
5. Dosis
Per oral : dosis 200 mg – 1000mg/hari
IV : 250-500 mg/hari diberikan secara lambat
6. Indikasi
Menghilangkan dan mengatasi gejala-gejala asma dan bronkhospasme yang
bersifat reversibel yang berhubungan dengan bronkhitis kronis dan emfisema.
7. Efek Samping
a) Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare.
b) Susunan saraf pusat, misalnya : sakit kepala, insomnia.
c) Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler.
d) Pernafasan, misalnya : tachypnea.
e) Rash, hiperglikemia.
8. Kontra-indikasi
a) Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun.
b) Hipersensitif terhadap aminofilina atau komponen obat.
c) Penderita tukak lambung
9. Peringatan
Hati-hati pada penderita hipoksemia (kekurangan oksigen dalam darah),
hipertensi, atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung.
C. TEOFILIN
1. Definisi
akut.5
2. Mekanisme
1. Alfred P.Fishman, Jack A.Elias JAF at el. Fishman’s Pulmonary Diseases and
Disorders. 4th ed. Mc Graw Hill; 2008. 1524 p.
2. Boushey HA. Asthma Drugs. In : Katzung BG (Ed). Basic & Clinical