Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BELA NEGARA, CINTA TANAH AIR

“Di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Pancasila
dengan dosen pembimbing.......

Disusun oleh :

1. Cindy Arta Lestari (211560111016)


2. Sri Putri Amelia (211560111041)
3. Windi Citra Aulia (211560111050)
4. Teuku Muhamad Gerall (211560111054)

STIKes MEDISTRA INDONESIA

TAHUN AKADEMIK

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Bela Negara, Cinta Tanah Air” dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Pelajaran Pancasila. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku Dosen Mata Pelajaran Pancasila.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 13 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),


penerimaan negara pada tahun 2016 dari sektor pajak memberikan kontribusi yang
sangat besar, yaitu 74,6 % dari total pendapatan negara. Hal ini memberi indikasi
bahwa sektor perpajakan memiliki peran sangat penting dalam menjamin
keberlangsungan kehidupan bangsa kita, khususnya dalam mewujudkan kehidupan
bangsa yang cerdas, sejahtera, adil, dan damai. Oleh karena itu, untuk memastikan
pemasukan dari sektor perpajakan, setiap warga negara sudah seharusnya memiliki
kesadaran tentang pajak. Kesadaran pajak setiap warga negara merupakan modal
psikososial untuk menunaikan kewajibannya sebagai pembayar pajak dan juga
sebagai penikmat pajak. Secara kurikuler capaian pembelajaran (learning outcomes)
tentang kesadaran pajak, dapat dikembangkan sebagai program pendidikan melalui
inklusi kesadaran pajak dalam Mata Kuliah Wajib Umum (vide Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi).

Untuk menjamin terwujudnya inklusi kesadaran pajak tersebut, diperlukan program


pembelajaran yang dirancang secara inklusif dalam pembelajaran MKWU guna
mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan.Dalam konteks nation and character
building, pendidikan kesadaran pajak yang diinklusikan ke dalam mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki fungsi dan peran
yang sangat penting, antara lain sebagai upaya untuk mengembangkan kesadaran
pajak dalam diri peserta didik. Pendidikan kesadaran pajak saling menguatkan dengan
rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang bersumber dari nilai dan moral Pancasila.
Dalam konteks ini, pendidikan kesadaran pajak yang inklusif dalam MKWU
diharapkan berkontribusi terhadap pengembangan keadaban warga negara yang sadar
pajak (civic virtue).Tujuan dan strategi dalam kesadaran pajak.
B. Rumusan masalah

1. Apakah masyarakat sudah memiliki kesadaran membayar pajak?

2. Apakah masyarakat sudah memahami bahwa membayar pajak adalah salah satu
rasa bela negara?

3. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah masyarakat sudah memiliki kesadaran dalam


membayar pajak.

2. Untuk menganalisis apakah masyarakat sudah memahami dengan membayar


pajak adalah salah satu rasa nasionalis.

3. Untuk menganalisis pengaruh adanya sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib


pajak.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi wajib pajak

Memberikan informasi tentang perpajakan, sehingga membangun kesadaran


masyarakat untuk lebih mengetahui tentang pajak sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Bagi Direktorat Jendral Pajak

Memberikan informasi serta masukan kepada Direktorat Jendral Pajak, bahwa


pelayanan fiskus dan ketegasan sanksi perpajakan diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibanperpajakannya.

3. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan refensi untuk mahasiswa dalam memahami
kesadaran membayar pajak
BAB II

PEMBAHASAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu bentuk negara yang sistem
pemerintahannya berdasarkan ideologi Pancasila. Sejak kemerdekaan bangsa ini
diproklamirkan pada tanggal17 Agustus 1945, para pendiri negara melihat bahwa persoalan
yang dihadapi negara bukan hanya bidang politik, namun mencakup berbagai dimensi
kehidupan masyarakat.

Salah satu tujuan dari berdirinya Republik Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang
adil dan sejahtera. Visi keadilan dan kesejahteraan rakyat ini mendapat perhatian yang besar
dari para pendiri negara. Mereka menyadari bahwa tujuan dan cita-cita negara berdasar
Pancasila harus mampu mengakomodir kepentingan rakyat. Oleh karena itu, konsep negara
kesejahteraan menjadi sesuatu yang diharapkan Amanat negara kesejahteraan ini dapat
direalisasikan manakala pemerintah dalam membangun bangsa dan negara ini, baik secara
fisik maupun non-fisik, memiliki kewenangan untuk mengumpulkan pajak sebagaimana
terdapat dalam Pasal 23A UUD Tahun 1945. Pajak dikumpulkan dari warga negara dan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum.
Berikut 4 strategi atau langkah menimbulkan kesadaran pajak

1) Segera lakukan sosialisasi

Menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari lingkungan
keluarga sendiri yang terdekat, melebar kepada tetangga, kemudian forumforum
tertentu dan ormasormas tertentu melalui sosialisasi.

2) Memberikan kemudahan kepada semua wajib pajak dan tingkatkan mutu pelayanan
kepada wajib pajak.

Pelayanan yang berkualitas merupakan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan


kepada Wajib Pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat
dipertangungjawabkan serta harus dilakukan secara konsisten dan kontinyu.

3) Meningkatkan rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak

Rasa percayanya wajib pajak akan pemerintah akan membentuk kesadaran akan
kegiatan pembayaran pajak sebagai sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu
kewajiban. Dengan demikian tercipta pola hubungan antara negara dan masyarakat
dalam memenuhi hak dan kewajiban yang dilandasi dengan rasa saling percaya.

4) Memberikan pemahaman melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan perpajakan


Pendidikan diharapkan dapat mendorong individu kearah yang positif dan mampu
menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat memberikan
pengaruh positif sebagai pendorong untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.

1. Langkah-langkah melakukan pembayaran pajak

- Cara Mendapatkan Kode e-FIN Pajak:

 Kunjungi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di kota Anda dengan membawa fotokopi
KTP dan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Jika Anda belum
memiliki kartu NPWP, minta ke kantor tempat Anda bekerja.

 Mengisi formulir pembuatan e-FIN di loket yang telah disediakan.

 Selanjutnya, aktivasi e-FIN dengan tautan yang dikirimkan ke alamat email Anda.
Nomor e-FIN selanjutnya bakal berguna untuk membuat akun DJP Online.

- Cara Membuat Akun DJP Online:

 Kunjungi laman https://djponline.pajak.go.id/account/ lewat aplikasi browser Anda


dan pilih menu ‘Registrasi’.

 Isi data dengan nomor NPWP dan kode e-FIN yang telah Anda miliki. 

 Pastikan juga kode e-FIN Anda telah diaktivasi di loket yang ada di KPP. Setelah itu
isi kode keamanan sesuai yang telah disediakan. Jika sudah klik Verifikasi.

 Setelah semuanya beres, masuk ke akun Anda dan tuliskan email, nomor HP yang
aktif, dan kode keamanan. Anda akan diminta membuat password yang digunakan
untuk login DJP Online. Klik Simpan setelah selesai membuat password.

 Cek email yang Anda daftarkan. Klik tautan yang dikirimkan oleh DJP Online untuk
mengaktifkan akun. Anda akan mendapatkan pemberitahuan Aktivasi Akun Berhasil.
Klik Ok untuk masuk ke menu log in.

 Langkah selanjutnya adalah masuk ke akun DJP Online dengan mengisi NPWP


dan password. Jika berhasil log in berarti akun Anda telah berhasil diaktifkan.
 Akun DJP Online tersebut bisa Anda gunakan untuk lapor SPT tahunan (e-Filing) dan
membayar pajak (e-Billing).

- Cara Bayar Pajak Online dengan e-Billing DJP Online:

 Log in ke laman djponline.pajak.go.id.

 Masukkan NPWP, password, dan kode keamanan untuk login ke akun Anda.

 Selanjutnya pilih menu e-Billing System.

 Pilih pada menu Isi SSE.

 Kemudian Anda akan mendapat form Surat Setoran Elektronik (SSE) yang harus
Anda isi.

 Data pada formulir tersebut akan terisi otomatis. Yang perlu Anda ubah hanya pada
kolom Jenis Pajak, Jenis Setoran, Masa Pajak, Tahun Pajak, Uraian Pajak yang
dibayarkan, dan Jumlah Setoran.

 Setelah merampungkan pengisian, klik Simpan.

 Klik pada pilihan Kode Billing.

 Klik Cetak Kode Billing.

 Setelah mendapatkan Kode Billing, bayar pajak online lewat bank, kantor pos, atau
ATM yang Anda gunakan. Bisa juga melalui internet banking jika Anda
menggunakan fasilitas tersebut.

Beberapa Fungsi Pajak Bagi Pembangunan Negara


 Fungsi Pajak Menurut Para Ahli

Menurut Rahayu dalam Perpajakan (2018:31), ada 4 fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)


Fungsi penerimaan atau budgetair yaitu, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi mengatur atau regulerend yaitu, pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)
Fungsi pemerataan yaitu, maksudnya bisa digunakan untuk menyesuaikan dan
menyeimbangkan antara pembagian pendapatan dengan kesejahteraan masyarakat.
4. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi yaitu, pajak bisa digunakan untuk menstabilkan kondisi dan
keadaan ekonomi. Contohnya dengan menetapkan pajak yang cukup tinggi,
pemerintah bisa mengatasi inflasi.

• Fungsi Pajak Menurut Direktorat Jendral Pajak

Menurut DJP fungsi pajak terbagi menjadi 4 fungsi, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)


Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Contohnya :
 dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri,
diberika berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
 Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea
masuk
yang tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas
Pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, bisa dilakukan antara lain :
1. dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
2. pemungutan pajak,
3. penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.

Pajak dalam konteks sejarah Indonesia


Pajak merupakan salah satu komponen penting dalam perjalanan suatu bangsa dan
negara. Hampir semua negara yang ada di dunia ini menerapkan suatu aturan maupun skema
tentang pengenaan pajak. Tak terkecuali di Indonesia ini. Dibawah ini peristiwa perpajakan
yang terjadi pada beberapa masa di negera Indonesia, seperti:

1. Masa Kerajaan
Pajak telah dikenal sejak wilayah Nusantara masih dikuasai oleh berbagai kerajaan dan
kesultanan yang timbul dan tenggelam dalam rentang sejarah yang panjang. Raja-raja
Nusantara telah memungut “pajak atau upeti” dari masyarakat untuk menghidupi
kerajaannya, antara lain:
 untuk kegiatan operasional kerajaan,
 membangun dan merawat infrastruktur,
 dan menyelenggarakan acara-acara keagamaan.
Rupa-rupa pajak yang diwajibkan mulai dari:
 pajak tanah,
 hasil hutan sampai pelacuran,
 dan pertunjukan seni.
2. Masa Hindia Timur (1600–1800)
Bangsa Portugis, Inggris, Spanyol, dan Belanda adalah bangsa Eropa yang aktif
berdagang ke wilayah Hindia Timur. VOC maskapai dagang milik Belanda berhasil
mendominasi perdagangan di Hindia Timur.
Pada abad ke-17, VOC membangun dan mengurus kota Batavia, ibu kota imperium
dagangnya di Asia-Afrika, dengan pajak sehingga bisa sukses hingga ibu kota itu mendapat
sebutan “Koningen Het van Oosten” atau “Ratu di Timur
i. VOC hidupnya sungguh sangat bergantung pada pajak.
Fase Hindia Timur

3. Masa Hindia Belanda: Fase Liberal (1870–1942)


Pada 1870, sistem tanam paksa melalui perundangan dinyatakan berakhir. Salah
satu langkahnya adalah sistem hak milik perorangan terhadap tanah, tetapi banyak ditolak
karena sistem lama sudah berakar soal tanah dan lagi pula pajak tanah tetap tinggi karena
hakekatnya pemerintah kolonial tetap menerapkan sistem sewa tanah antara negara
dengan rakyat.
Sementara barang-barang dari luar yang diperlukan rakyat dibebani rupa-rupa pajak.
Pada saat itu rakyat harus “membeli uang”, artinya rakyat harus menjual pelayanan dan
barang-barang untuk memperoleh uang pembayar pajak dan pembeli barang-barang lain
yang dibutuhkan. Fase Tanam Paksa

4. Masa Pendudukan Jepang (1942–1945)


Masuknya Jepang ke Indonesia mengubah nuansa feodal yang diterapkan kolonial
Belanda. Jepang meneruskan land rent  atau pajak tanah disebut dengan Pajak Bumi.
Pemerintah pendudukan Jepang juga menetapkan:
 sistem wajib serah padi. Selain itu juga ditetapkan
 pembayaran pajak untuk penggunaan fasilitas fasilitas tertentu,
seperti jembatan, jalan raya, dan fasilitas umum lainnya.
 Masyarakat juga diwajibkan untuk membayar pajak sepeda bagi siapa saja yang
memilikinya.

5. Masa Republik Indonesia dalam Revolusi Kemerdekaan (1945–1950)


Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, para pendiri
Republik menuangkan masalah pajak kedalam Undang-undang Dasar 1945 hal keuangan.
Dalam Pasal 23 yang memuat lima butir ketentuan, butir kedua menyatakan bahwa “Segala
pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang”.
Dengan demikian, pajak sebagai “nyawa” negara telah secara resmi diatur oleh Undang-
undang 1945.

Masa Pemerintahan Presiden Soekarno (1950–1966)


Sesuai dengan Pasal 23 A UUD 1945 yang berbunyi, “Pajak dan pungutan yang
bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang.
. Perlahan pemerintah membenahi berbagai aturan di antaranya
pada 1957 mengganti Pajak Peralihan dengan nama Pajak Pendapatan Tahun 1944 yang
disingkat dengan Ord. PPd. 1944. Jawatan Pajak Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal
Moneter yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah,
pada 1963 diubah menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi.
Dua tahun kemudian berubah lagi menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah atau Ipeda.

Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1967–1998)


Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, beberapa perubahan dan penyempurnaan
undang-undang pajak dilakukan.
 Awalnya pemerintah mengeluarkan UU Nomor 8 Tahun 1970 tentang Perubahan
dan Tambahan Ordonansi Pajak Perseroan 1925. Undang-undang ini berlaku
selama 13 tahun, yaitu sampai dengan 31 Desember 1983 ketika reformasi pajak
atau tax reform digulirkan.
 terbitlah Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 1976 yang menetapkan
Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat
Jenderal Pajak.
Peralihan ini mengubah mekanisme birokrasi pajak yang semula bidang moneter
ke dalam bidang perpajakan.
 Pada 1983, pemerintah melaksanakan reformasi pajak melalui Pembaharuan
Sistem Perpajakan Nasional (PSPN) dengan mengundangkan lima paket undang-
undang perpajakan, yaitu tentang:
a) Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
b) Pajak Penghasilan (PPh),
c) PPN dan PPnBM,
d) PBB serta Bea Meterai (BM).
“Sejak 1984 Indonesia memasuki era baru sistem pemungutan pajak, yaitu self-assessment
system”

Masa Reformasi 1998 hingga sekarang


Perkembangan ekonomi dan masyarakat membuat pemerintah kembali mengubah
undang-undang perpajakan pada tahun 2000. Sebuah Pengadilan Pajak dibentuk dua tahun
kemudian.
 Perubahan perubahan undang-undang perpajakan terus dilakukan,
 termasuk juga ukuran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
 Sistem self-assessment ditekankan untuk peningkatan pendapatan.
 Target penerimaan negara dari perpajakan juga terus meningkat.
 Pemerintah juga mewajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan yang tegas
diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 28.
 Wajib melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
 Insentif pajak juga diterapkan mencakup Pajak Penghasilan,
 Pajak Pertambahan Nilai,
 Fasilitas Perpajakan (PPh, PPN, dan PBB),
 serta intensifikasi perpajakan yang lebih sistematis dan terstandar serta penegakan
hukum.
Pada 2003 Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan 45 kebijakan pengurangan pajak
penghasilan dan barang mewah. Memasuki awal 2005 Direktorat Jenderal Pajak menyiapkan
empat fasilitas untuk memberi insentif kepada dunia usaha. Reformasi pajak di Indonesia
mendapat dukungan negara-negara dunia.
Lebih lanjut, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486 Tahun 1974, tarif
PPn kembali mengalami perubahan dengan dibaginya tarif PPn menjadi tiga (3) golongan
sebagai berikut (Suwito Ardiyanto, 1981):
 0 persen, yaitu bagi barang-barang yang dibebaskan dari PPn, misalnya barang-barang
kebutuhan hidup sehari-hari dan koran.
 5 persen, misalnya untuk barang-barang berupa karton, kertas bungkus, kertas tulis,
kertas cetak, karbon, dan lain-lain.
 10 persen, yang berlaku untuk barang-barang yang tidak termasuk a dan b.

Perlu diketahui, sistem PPn juga memberikan hak kepada produsen dan importir untuk
meminta kembali pajak yang telah mereka bayar dari pembeli atau konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
https://edukasi.pajak.go.id/images/buku_pt/Materi_Terbuka/BukuMTKPPT2.pdf
https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?
jdl=Ini_4_Strategi_Kemenkeu_Tingkatkan_Kepatuhan_Pajak&news_id=102696&grou
p_news=IPOTNEWS&news_date=&taging_subtype=ECONOMICS&name=&search=y
_general&q=kepatuhan%20pajak&halaman=1
https://adoc.pub/strategi-meningkatkan-kesadaran-wajib-pajak-dalam-
mewujudkan.html
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/informasi-lengkap-cara-bayar-
pajak-online
https://www.harmony.co.id/blog/apa-saja-fungsi-pajak-bagi-pembangunan-negara
https://majalahpajak.net/pajak-dari-masa-ke-masa/

Anda mungkin juga menyukai