Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATA KULIAH
METODOLOGI STUDI ISLAM
DISUSUN OLEH
M. Yusuf Hasan Albanna
Rokhili
Tajudin
Assalam’alaikum Wr.Wb.
Tiada kata yang patut diucapkan dari seorang hamba, selain senan tiasa memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala lipahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang amat besar
maknanya bagi penulis dalam proses untuk meyelesaikan sebuah karya tulis yang penulis beri
judul ”MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA” sebagai Tugas dari mata kuliah
Metodologi Studi Islam.
”Tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan –
kesalahanyang terdapat dalam makalah ini, sehingga sedah barang tentu serpihan – serpihan
saran, kritik dan pemikiran yang kontruktif akan senantiasa penulis harapkan dari para pembaca.
Akhirnya dengan penuh mengharap dan senantiasa berusaha, Insya Allah dengan rahmat,
karunia, izin dan cinta-Nya ide – ide dan aktifitas kita ini memberikan konstribusi positif dan
bermanfaan bagi keharuman dan kejayaan Islam khususnya, Indonesia pada umumnya, dan
mahasiswa serta STAI Asy-syukriyah Tangerang. Amin.
Billahittaufiq walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
BAB III........................................................................................................................................... 8
PENUTUP...................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 8
Daftar Pustaka............................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian agama ?
2. Bagaimana kebutuhan manusia terhadap agama ?
3. Apa fungsi agama dalam kehidupan ?
4. Apa doktrin agama islam ?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas metodologi studi Islam Serta agar
kita lebih memahami tentang Apa itu agama fungsi-fungsi agama doktrin agama Islam Rasa ingin tahu
manusia serta kebutuhan manusia terhadap agama.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau
kecenderungan. Agama secara etimologis juga berasal dari bahasa Sanskerta dari gabungan “a”
yang artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Maksudnya orang
yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan
mengalami kekacauan. Agama juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau
religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan.
Secara terminologi menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah fenomena yang sulit
didefinisikan. WC Smith mengatakan, "Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini
belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima". Meski demikian, para cendekiawan
besar dunia memiliki definisi, atau yang lebih tepatnya kita sebut dengan kesimpulan mereka
tentang fenomena agama. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan,
undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari
kiamat, nasihat,
2. Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J, mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama
dengan religi, religi adalah ikatan atau pengikatan diri.
3. Spencer mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang Maha mutlak.
4. Dewey, menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita-cita umum dan abadi
meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya, agama adalah
pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih tepat dalam kehidupan masyarakat, agama merupakan
sumber nilai dan kekuatan mobilisasi yang sering menimbulkan konflik dalam sejarah umat
manusia.
Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para Ahli, Harun
Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai berikut:
- Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
- Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengand ung pengakuan pada suatu sumber
yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan manusia.
2
- Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
- Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. terhadap adanya kewajiban-
kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
- Pemujaan kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan
misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan
tersebut dianggap yang paling benar
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat
dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh
dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari
keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang
Khaliknya.
Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena masalah prinsip dasar
kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai kebutuhan.
Ada tiga faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama. Yaitu:
1. Faktor Kondisi Manusia
Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus
yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuha n yang bersifat fisik jasmaniah.
Kebutuhan tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan
segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat
psikis (mental) rohaniah. Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan,
kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
3
3. Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia dengan
tiga bagian. Yaitu:
- Aspek Das es yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam
kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang
tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
- Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan
baik dengan dunia nyata.
- Aspek das uber ich, aspek sosiologis yang yang mewakili nilai- nilai tradisional serta cita-cita
masyarakat.
Selain faktor yang dimiliki manusia dalam memerlukan agama ada juga alasan mengapa
manusia perlu beragama. Dalam buku yang ditulis Yatimin juga Abudin Nata bahwa ada tiga
alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Yaitu:
a. Fitrah Manusia
Dalam ajaran islam, ditegaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Fitrah
keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia
terhadap agama. Ketika dating wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka
seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam konteks ini Allah SWT.
berfirman dalam QS. Ar-Rum (30) ayat 30 yang berbunyi:
“hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia dengan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Adanya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula
dianalisis dari istilah insan yang digunakan Alqur’an untuk menunjukkan manusia. Manusia
(insan) secara fitrah sudah dilengkapi dengan kemampuan mengenal, memahami kebenaran, dan
kebaikan yang terpancar dari ciptaan-Nya. Lebih lanjut Musa Asy’ari bahwa pengertian manusia
yang disebut insan, yang dalam Alquran dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia
yang terletak pada kemampuan akalnya dan mewujudkan pengetahuan yang konseptual dalam
kehidupan sehari-hari.
“ Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan
ketakwaan. (QS. Al-Syams : 7-8) “.
4
Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia melalui
nafs menangkap makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan
dan keburukan. Di sini antara lain terlihat perbedaan pengertian kata ini menurut Alquran dengan
terminologi kaum sufi yang oleh Al-Qusyairi dalam risalahnya menyatakan bahwa nafs dalam
pengertian sufi adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan perilaku buruk. Selanjutnya,
Quraish Shihab mengatakan walaupun Alquran menegaskan bahwa nafs berpotensi positif dan
negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa pada hakekatnya potensi positif manusia lebih kuat
daripada potensi negatifnya. Sifat sifat yang cenderung ada pada manusia itu antara lain berlaku
zhalim (aniaya), sombong (kubbar),ingkar dan sebagainya. Karena itu manusia dituntut untuk
memelihara kesucian nafs, dan tidak mengotorinya. Untuk menjaga kesucian nafs, manusia harus
selalu mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama, dan disinilah letaknya kebutuhan
manusia terhadap agama.
c.Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia
dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang dating dari dalam
maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.
Tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakuka manusia yang secara
sengaja berupaya ingin memalingka manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan
biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang
didalamnya misi menjauhkan manusia dari Tuhan.
Seperti firman Allah yang berbunyi,
“ Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi orang dari
jalan Allah. (QS. Al-Anfal : 36) “.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunaka agar
orang mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk budaya , hiburan, obat-obat terlarang dan lain
sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu, upaya untuk mengatasi dan membentengi manusia
adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup
demikian itu, saat ini semakin meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi
penting.
Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami
dan mengamalkan nilai agama. Tugas manusia didunia yaitu ibadah dan mengabdi kepadanya.
Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan sebagai suatu gedung
perpustakaan kebenaran. Agama dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu
keputusan antara yang benar dan yang salah.
Peranan sosial agama bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan
bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-
kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang
mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok
keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
5
Manusia menyelesaikan tantangan-tantangan hidup dengan menggunakan agama, karena
manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam
menolong manusia.
6
a. Argumen keberadaan Allah
Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan lainnya
yang dianut oleh para pengikut agama lain. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam
semesta yang mendukung keberadaaan tuhan. Pertama, paham yang menyatakan bahwa alam
semesta ini ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang
menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel yang merupakan inti. Ketiga, paham ynag
mangatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan
b. Kemustahilan menemukan zat Allah
Akal yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus sebagai pembeda antara
manusia dan makhluk lainnya, belum bisa digunakan untuk mengetahui persoalan yang tidak
dapat diselesaikan oleh akal yaitu menemukan zat Allah, karena pada hakekatnya manusia
berada dalam dimensi yang berbeda dengan Allah.
Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika yang diketahuinya hanya “saya tidak
tahu”. Petunjuk Allah, akal dan segala potensi manusia, ilmu dan teknologi sebagai produk dari
akal, adalah untuk melaksanakan program hidup melaksanakan program hidup dan alat untuk
mencapai tujuan hidup manusia. Baik disadari maupun tidak disadari, akal dan potensi yang
dimiliki manusia terbatas kemampuannya. Di dalam memenuhi segala hajatnya, manusia hanya
dapat mecoba, mempelajari, meneliti, memahami dan memanfaatkan yang ada pada dirinya dan
yang ada pada alam semesta.
Keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam
benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya yang semakin
mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah apabila tak terjawab. Hal ini yang
disebut rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat
kebahagiaan dirinya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari ulasan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh
manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal
ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk
mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam
semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia
dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia
akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
Dalam buku yang ditulis Yatimin juga Abudin Nata bahwa ada tiga alasan yang
melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Yaitu:
1. Fitrah Manusia
2. Adanya Nafsu (An-Nafs)
3. Tantangan Manusia
4. Fungsi Agama Dalam Kehidupan :
5. Fungsi Edukatif
6. Fungsi Penyelamatan
7. Fungsi Pengawasan Sosial
8. Fungsi Memupuk Persaudaraan
9. Fungsi Transformatif
8
Daftar Pustaka
Abd. A’la. Al-quran dan Hermeneutika, dalam jurnal Tashwirul Afkar,edisi 08, Jakarta Selatan:
LAKPESDAM
Nata, Abuddin. 1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta. CV. Rajawali Press.
Musa Asy’ari, 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Alquran. Yogyakarta: Lembaga
Studi Filsafat Islam.
Endang Saifuddin Anshari. 1982. Ilmu, Filsafat Dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Dr. Atang Abdul Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok Mubarok. 2009. Metodologi Studi Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Quraisy syihab. 2007. Membumikan Alquran Fungsi dan peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: PT. Mizan Pustaka.