Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MATA KULIAH AGAMA ISLAM

ASPEK KEIMANAN DAN PERIBADATAN

Oleh :

NINDYA ANGGRAINI

ENJOLENI KAMALENG

AKADEMI KEPERAWATAN KOSGORO MOJOKERTO

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat

merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul

"Aspek Keimanan dan Peribadatan" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung

bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.

Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa

masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.

Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi

para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki

makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana

ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para

pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-

makalah selanjutnya.

Mojokerto, 11 Oktober 2021

                                                                                               Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN

Halaman Judul ............................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................................ii

Daftar Isi .....................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

1.1.....................................................................................................................Latar Belakang .......................

1.2..................................................................................................................Rumusan Masalah ....................

1.3...........................................................................................................................Tujuan .....

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................... 6

2.1. Dasar Keimanan .................................................................................................. 6

2.1.1. Pengertian Dasar Keimanan....................................................................... 6

2.1.2. Dasar-Dasar Keimanan ............................................................................. 8

2.1.3. Tahap dan Tingkatan Iman serta Keyakinan............................................ 12

2.2. Urgensi Agama Dalam Kehidupan...................................................................... 13

2.2.1. Urgensi Agama Bagi Masyarakat Global................................................. 17

2.3. Prinsip-Prinsip Dalam Beribadah........................................................................ 19

2.4. Berbagai Bentuk Ibadah Sehari-hari................................................................... 22

2.4.1. Bentuk Ibadah Menurut Perbuatan Manusia ............................................ 22

2.4.2 Ibadah di Lihat dari Bentuk dan Segi Sifatnya.......................................... 24

iii
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat

besar. Zakiah Daradjat menyebutkan ada tiga fungsi agama terhadap mereka

yang meyakini kebenarannya, yaitu:

a) Memberikan bimbingan dalam hidup.

b) Menolong dalam menghadapi kesukaran.

c) Menentramkan batin.

Realitanya, jalan yang ditunjukkan agama tidak seluruhnya diikuti

oleh manusia, bahkan sebagian besar mengingkarinya. Pengingkaran terhadap

agama ini tidak hanya terjadi pada zaman jahiliyah saja, tetapi terjadi juga

pada zaman modern ini. Proses modernisasi telah membawa perubahan pola

hidup manusia. Terutama dalam cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku

dalam kehidupan sehari-hari yang mana perubahan tersebut akan membawa

dampak positif dan negatif.

1.2 Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan

masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

4
1. Apa yang dimaksud dengan dasar keimanan ?

2. Macam-macam urgensi agama ?

3. Apa saja prinsip-prinsip dalam beribadah ?

4. Bagamana bentuk ibadah sehari-hari ?

1.3 Tujuan

1. Menjeskan tentang pengertian dari dasar keimanan

2. Menjelaskan tentang urgensi agama

3. Menjelaskan prinsip-prinsip dalam beribadah

4. Menjelaskan berbagai bentuk ibadah sehari-hari

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Keimanan

2.1.1 Pengertian Dasar Keimanan

Di dalam agama Islam kita mengenal Arkân al-Imân . Arkân

merupakan bentuk jamak ( plural ) dari kata rukn. Rukn yang dalam

bahasa Indonesia menjadi rukun berarti dasar. Karena itu dasar-dasar

keimanan disebut Rukun Iman ( Arkân al-Imân ).

Rukun Iman disebutkan di dalam Al-Quran, yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah

dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-

Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang

kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-

rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah

sesat sejauh-jauhnya.” ( QS An Nisâ [4] : 136 ).

Dalam ayat ini disebutkan bahwa kita diwajibkan beriman

kepada Allah, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat-malaikat-

Nya dan hari kemudian. Sementara dalam ayat lain disebutkan,

yang artinya : “ … sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada

Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi … “

( QS Al-Baqarah [2] :177 ).

6
Kedua ayat ini menyebutkan dasar-dasar keimanan itu ada

lima, yaitu iman kepada Allah, rasul-rasul / nabi-nabi-Nya, kitab-

kitab-Nya, malaikat-malaikat-Nya, dan iman kepada hari kemudian

atau hari akhir.

Keyakinan terhadap rukun iman yang berkembang di kalangan

Sunni terdiri dari enam rukun. Penetapan enam Rukun Iman ini

didasarkan pada hadits Bukhari. Malaikat Jibril mendatangi Nabi

Muhammad SAW dan menanyakan tentang apa yang dimaksud

dengan iman. Nabi menjawab,

“Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kebangkitan, dan qadla

(peraturan ) dan qadar atau kuasa-Nya.” ( H R Bukhari).

Salah satu rukun yang tidak disebutkan secara eksplisit di

dalam Al-Quran adalah keyakinan akan ketentuan atau takdir Allah.

Tapi sebenarnya bila seseorang memiliki keyakinan kepada Allah

tentu keyakinannya itu mencakup keyakinan terhadap takdir atau

qadla dan qadar Allah. Dalam hal ini Rasulullah SAW memberikan

penekanan saja bahwa segala hal tergantung kepada ketentuan atau

ketetapan Allah, seperti dinyatakan dalam Al-Quran, yang artinya :

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa

yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan

7
hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” 

( QS At Taubah [9] : 51 )

2.1.2 Dasar-dasar keimanan (Arkân al-Imân ) yang enam itu adalah :

1. Iman kepada Allah SWT.

2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah. Malaikat-malaikat yang wajib

diketahui   sebanyak 10 malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail,

Munkar, Nakir, Raqib, ‘Atid, Malik, dan Ridwan.

3. Iman kepada kita-kitab Allah. Kitab-kitab yang wajib diketahui

sebanyak empat kitab, yaitu : Taurat (diturunkan kepada Nabi

Musa), Zabûr (diturunkan kepada Nabi Dawud ), Injil (diturunkan

kepada Nabi Isa), dan Al-Qur’an (diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW).

4. Iman kepada rasul-rasul Allah. Rasul-rasul yang wajib diketahui

sebanyak 25 orang, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim,

Luth, Ismail, Ishaq, Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun,

Zulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya,

Isa, dan Muhammad SAW.

5. Iman kepada hari kiamat, sebagai hari pembalasan terhadap segala

perbuatan manusia selama di dunia.

6. Iman kepada takdir, yaitu ketentuan baik dan buruk dari Allah SWT.

8
Aspek-aspek rukun iman dalam Islam dijelaskan dalam uraian sebagai

berikut:

1) Iman kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan

meyakini bahwa Allah itu benar-benar ada, kendati seseorang tidak

pernah melihat wujud-Nya atau mendengar suara-Nya. Untuk

beriman kepada-Nya, seorang muslim harus mengetahui sifat-sifat-

Nya, baik itu sifat-sifat wajib, jaiz, atau mumkin, atau dapat juga

dilakukan dengan mengenal 99 Asmaul Husna yang tertuang dalam

Alquran atau hadis.

2) Iman kepada Malaikat Allah SWT

Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan

mempercayai bahwa malaikat itu benar-benar ada. Seorang muslim

mesti meyakini adanya malaikat kendati tidak pernah melihat

wujudnya, mendengar suaranya, atau menyentuh zatnya. Perintah

mengimani malaikat ini tertera dalam Alquran surah Al-Baqarah

ayat 285: "Semua beriman kepada Allah, malaikat–malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya," (QS.Al-Baqarah [2] : 285 ).

3) Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan

mempercayai bahwa Allah menurunkan kitab kepada utusan-Nya.

9
Kitab ini merupakan pedoman, petunjuk kebenaran dan kebahagiaan,

baik itu di dunia maupun akhirat. Keberadaan kitab-kitab Allah SWT

ini tertera dalam Alquran surah Al-Hadid ayat 25:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan

membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama

mereka Alkitab dan neraca [keadilan] supaya manusia dapat

melaksanakan keadilan,”(QS.Al-Hadid[57]:25).

4) Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT

Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan

mempercayai bahwa Allah benar-benar menurunkan rasul-Nya

kepada suatu masyarakat tertentu untuk menyampaikan ajaran-Nya.

Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan memperoleh hidayah

dan petunjuk. Sebaliknya, yang mengingkari Rasul-Nya akan

tersesat. Keberadaan rasul Allah SWT ini tertera dalam Alquran

surah Al-Hajj ayat 75:

“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia,

sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat, ” (QS.Al-

Haj[22]:75).

5) Iman kepada Hari Kiamat

Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai

bahwa suatu hari kehidupan di semesta akan musnah. Selepas itu,

manusia akan dibangkitkan dari kubur, dikumpulkan di padang

10
mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka. Dalam surah Al-

Infithar ayat 14 dan 15, Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya

orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka

masuk ke dalamnya pada hari pembalasan [hari kiamat],” (QS. Al-

Infithar [82]:14-15).

6) Iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai

bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu yang

buruk maupun yang baik.

Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di

lauh al-mahfuz sejak zaman azali. Takdir dan ketetapan ini sudah diatur

oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan

firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22: “Tiadalah sesuatu bencana

yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah

tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,”

(QS. Al-Hadid [57]: 22). Artinya, qada merupakan ketetapan Allah

SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga

tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Allah SWT telah

menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun

sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).

Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya,

adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha

11
Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir

yang baik, maupun takdir yang buruk. Jika qada itu ketetapan yang

belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah

ditentukan sebelumnya itu.

Di dalam rukun iman yang ketiga disebutkan empat kitab Allah,

tetapi kita sekarang tidak menjadikan keempatnya pedoman hidup kita.

Sebagai kitab Allah yang terakhir, Al-Quran merupakan  pedoman

hidup manusia sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW  sampai

akhir kehidupan dunia ini. Sedangkan untuk kitab-kitab sebelumnya,

kita hanya wajib meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab

tersebut yang menjadi pedoman hidup manusia pada zamannya.

2.1.3 Tahap dan Tingkatan Iman serta Keyakinan

Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah:

1) Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran

yang disampaikan)

2) Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran)

3) Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul)

12
Tingkatan Keyakinan akan Kebenaran (Yaqin) adalah:

1) Ilmul Yaqin (yaqin setelah menyelidikinya berdasarkan ilmu)

Contoh : Seperti keyakinan orang amerika yang masuk islam setelah

membuktikan AL QUR'AN dengan ILMU

PENGETAHUAN

2) 'Ainul Yaqin (yaqin setelah melihat kebenarannya hasilnya baik

berupa mu'zizat, karomah dll )

Contoh : Keyakinan Bani israil yaqin setelah melihat mu'zizat dari

nabinya

3) Haqqul Yaqin (yaqin yang sebenar-benarnya meskipun belum

dibuktikan dengan ilmu dan belum melihat kebenarannya)

Contoh : Yakinnya para sahabat RA kepada nabi

MUHAMMAD.SAW pada peristiwa ISRA' MIRAJ

meskipun tidak masuk akal(berdasarkan ilmu) dan tidak

seorang sahabat pun melihat kejadian itu, namun mereka

tetap meyakini peristiwa itu .

2.2 Urgensi Agama Dalam Kehidupan

Untuk memahami tingkat urgensi agama bagi manusia kiranya perlu

diketahuai lebih dulu eksistensi manusia dan kebutuhan-kebutuhannya di satu

pihak dan kemudian dikaitkan dengan peran yang bisa difungsikan oleh

agama terhadap pemenuhan kebutuhan itu pada pihak lain.

13
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang bersamaan dengan itu

memiliki berbagai kebutuhan. Manusia dituntut untuk merealisasikan

kebutuhan itu dan itulah sebabnya manusia senantiasa beraktivitas, yang tentu

ujungnya adalah demi terpenuhinya kebutuhan itu. Merujuk penjelasan

Abraham Maslow, tokoh psikologi humanistik, bahwa ada lima kebutuhan

manusia yang hirarkhis sifatnya (hierarchy needs), yakni kebutuhan fisiologi,

rasa aman, afiliasi, harga diri dan penggunaan potensi. Aktualisasi diri,

pengembangan dan penggunaan potensi merupakan suatu tahapan hidup,

yang menurut Maslow, didorong oleh adanya metamotivasi (metamotivation)

yang antara lain wujudnya adalah mystical atau peak experience, yakni

sejenis kekuatan gaib. Hal demikian ini menunjukkan bahwa di dalam diri

manusia telah terdapat potensi beragama. Dikatakan oleh para

filosof perennial bahwa “secara instrinsik dan alami, Tuhan telah

menanamkan benih atau potensi (fitrah) beragama pada diri setiap manusia”,

dan itulah sebabnya manusia secara alamiah biasa diapresiasi dengan sebutan

homo religius (makhluk beragama).

Relevan dengan uraian di atas berarti beragama itu sesungguhnya

merupakan fitrah-alamiah bagi setiap manusia, berakar kuat pada perasaan

dan kesadaran primordialnya. Dan oleh karena beragama itu adalah

merupakan kecenderungan alamiah (fitrah) pada setiap manusia, maka

fenomena agama merupakan suatu fenomena yang bersifat universal bagi

umat manusia, dengan tanpa adanya batasan sekat ruang dan waktu. Max

Muller, salah seorang tokoh psikologi modern sebagaimana dikutip oleh al-

Aqqad, mengatakan bahwa manusia telah beragama sejak awal

14
keberadaannya, dan bahkan agama itu akan terus selalu ada sepanjang

manusia masih ada. Itulah sebabnya dalam sejarah

umat manusia, sebagai ditegaskan oleh Yusuf Musa, belum pernah ada satu

masyarakat pun yang hidup tanpa agama. Dengan ungkapan lain,

sesungguhnya fenomena agama itu lebih merupakan fenomena universal bagi

manusia, dan oleh karena itu sejak dahulu hingga sekarang sama sekali belum

pernah ditemukan adanya laporan hasil penelitian atau kajian ilmiah yang

menginformasikan perihal adanya suatu masyarakat yang hidup dengan tanpa

agama.

Ringkas kata, agama merupakan elan vital bagi manusia, keberadaan

masyarakat manusia tidak mungkin bisa dipisahkan dengan suatu agama, dan

oleh karenanya dapat dipastikan bahwa agama akan terus berada dalam

lingkaran kehidupan manusia sepanjang keberadaan kehidupan manusia itu

sendiri. Eksisnya berbagai agama dalam masyarakat sejak beribu-ribu tahun

yang lalu di daerah Mesir, Asyiria, Babilonia, Persia, Cina dan sebagainya

adalah menjadi bukti nyata yang tidak terbantahkan dan sekaligus sebagai

pendukung kebenaran penjelasan di atas. Di samping fitrah atau potensi

beragama, manusia punya fitrah sosial, sehingga dia diatributi sebagai

makhluk sosial (homo socios). Fitrah sosial ini menuntut adanya agama

secara natural. Mengingat manusia dalam penciptaannya dilengkapi beberapa

potensi fisik dan psikis, maka semua potensi itu menuntut

realisasinya secara aktual.

15
Tetapi kenyataannya manusia memiliki berbagai keterbatasan, hingga

sejumlah keinginan dan kebutuhannya tak terpenuhi, kecuali melalui kerja

sama dengan pihak lain. Namun dalam kerja sama itu, manusia sering

dihadapkan egoisme masing-masing pihak, hingga timbul benturan. Jika

demikian maka manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan aturan hidup

bersama, hingga tercipta kehidupan bersama yang baik. Tentu saja aturan itu

harus mutlak benar, terbebas dari kepentingan pribadi dan kelompok, dan

aturan hidup seperti ini yang disebut agama dari yang Mahamutlak.

Dengan demikian secara sosial, agama merupakan kebutuhan mutlak

bagi manusia, yang karena kebenaranya absolut dapat mengangkat manusia

dan memebedakannya dengan binatang dengan fungsi utama menjaga

kesusilaan dan tata tertib masyarakat. Hal demikian ini relevan dengan makna

din yang berwatak dasar mengatur, kata din berarti aturan hidup. Di antara

pengaturan itu adalah dengan pengendalian ego berlebihan, yang menjelma

ke dalam bentuk berbagai perilaku dalam kehidupan.

Di samping keterangan di atas, disampaikan pula penjelasan lain

mengenai urgensi atau pentingnya agama bagi umat manusia. Penjelasan ini

menyebutkan secara lebih terinci mengenai urgensi agama bagi manusia.

Adapun pentingnya agama bagi manusia karena ada berbagai alasan berikut

ini:

1) Agama merupakan sumber moral;

2) Agama merupakan petunjuk kebenaran;

16
3) Agama adalah merupakan sumber informasi mengenai masalah metafisika

(gaib);

4) Agama memberikan bimbingan rohani kepada manusia, baik saat suka

maupun duka.

2.2.1 Urgensi Agama Bagi Masyarakat Global

Kita sekarang berada di era global, dunia ini terasa semakin

mengecil. Tak ubahnya seperti lapangan bola, apa yang terjadi di sudut

sana dapat kita saksikan ketika kita berada di sudut sini. Apa yang

terjadi di luar negeri, pada hari, tanggal, dan jam yang sama juga dapat

kita saksikan dari Indonesia. Hal itu terjadi karena kemajuan di bidang

teknologi.

Drs. Sidi Gazalba menulis sebuah buku tentang perlukah agama

atau tidak. Buku tesebut semakin relevan dengan zaman ini. Ada orang

yang beragama, tetapi separuh-separuh saja. Ada orang Islam, tetapi

tidak shalat. Menurut satu penelitian dari Australia umat Islam di

Indonesia yang shalat itu hanya 3%. Mungkin saja itu tidak benar, tapi

itu sudah menggambarkan betapa sedikitnya orang yang shalat. Itu baru

orang yang shalat, tentu lebih kecil lagi jumlah orang yang khusyu’

shalatnya. Kita bisa lihat fenomena ini di sekitar kita, tapi jika kita

katakan mereka tidak Islam pasti mereka marah. Ini adalah fakta, bahwa

ada orang yang mengaku beragama Islam, tapi percaya tidak percaya.

Kalau betul-betul percaya kepada akhirat maka pasti ia tidak berani

meninggalkan shalat. Karena orang yang tidak shalat akan masuk

17
neraka. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Muddatstsir

ayat 42-43 yang artinya, “Apa yang menyebabkan kamu masuk

kedalam neraka saqar? Mereka menjawab, “Dulu kami di dunia tidak

shalat.” Demikian juga kewajiban-kewajiban yang lain, larangan-

larangan yang lain, yang dilanggar oleh umat Islam.

Tesis tentang perlunya agama antara lain. Pertama, menurut Drs.

Sidi Gazalba agama itu perlu untuk selamat dan sejahtera di akhirat.

Satu-satunya jalan keselamatan di akhirat adalah dengan amal ibadah

kepada Allah. Yaitu amal yang betul-betul mengharapkan ridho dari

Allah Swt. Siapa yang kufur kepad Allah, tidak beragama, maka semua

amal kebaikannya akan terhapus, dan di akhirat nanti dia termasuk

orang-orang yang merugi.

Kedua, agama itu perlu untuk menjadi benteng pertahanan batin

manusia. Ini merupakan wujud bahwa seseorang percaya kalau ada

kekuasaan di atas kekuasaan yang ada pada dirinya. Meskipun hidupnya

penuh dengan masalah, dengan ia mengadu kepada Allah, saraf-

sarafnya yang semula tegang karena masalah itu menjadi kendur.

Karena semua beban batinnya sudah dicurahkan, disampaikan kepada

Allah Swt.

Ketiga, agama itu perlu untuk menyelamatkan manusia. Menjaga

dan mengawal kemanusiaan. Ilmu sosiologi, antropologi, ilmu-ilmu

aqliyah tidak bisa mengawal kemanusiaan. Agama merupakan satu-

satunya cara terbaik untuk memanusiakan manusia. Menjaga

18
kemanusiaan manusia, fitrah manusia agar tetap sebagai manusia. Tidak

seperti hewan, tidak buas, tidak serakah, namun ada batas-batasnya.

Keempat, agama itu perlu untuk menyelamatkan uang negara.

Para pemimpin-pemimpin negara jika tidak beriman maka inilah yang

akan merusak, menjadi pencuri uang negara. Namun jika dia beriman

maka kebaikanlah yang akan selalu terpancar.

Kelima, agama itu perlu untuk menjaga perdamaian dunia.

Universitas tumbuh subur dan berkembang di berbagai penjuru dunia,

setiap hari selalu ada yang diwisuda sebagai sarjana, magister, bahkan

doktor dan guru besar. Banyak kaum intelektual, tetapi justru dunia ini

semakin tidak aman, tidak damai.

Mengapa terjadi amburadul seperti ini? Karena agama tidak

berlaku, iman tidak ada, sehingga tidak takut kepada Allah Swt. Maka

sebenarnya semakin modern masyarakat, semakin komplikasi

kehidupan manusia itu, ternyata semakin amburadul pergaulan antara

satu dengan yang lainnya. Dan itu bisa diatasi hanya dengan agama,

yaitu agama Islam.

2.3 Prinsip-Prinsip Dalam Beribadah

Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:

1) Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)

19
)٤( ‫ِّين‬ ِ mِ‫) َمال‬٣( ‫ َّر ِح ِيم‬m‫) الرَّحْ َم ِن ال‬٢( َ‫) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬١( ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬
ِ ‫د‬m‫وْ ِم ال‬mmَ‫ك ي‬

)٥( ُ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّاكَ نَ ْستَ ِعين‬


َ ‫إِيَّا‬

1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang. 2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha

Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. yang menguasai di hari Pembalasan. 5.

hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami

meminta pertolongan.

2) Ikhlas (Al-Bayinah/98:5)

ِ ِ‫َو َما أُ ِمرُوا إِال لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬


‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا الصَّالةَ َوي ُْؤتُوا ال َّز َكاةَ َو َذلِكَ ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan (ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama

yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;

dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

3) Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)

‫وا بِي لَ َعلَّهُ ْم‬mmُ‫ت َِجيبُوا لِي َو ْلي ُْؤ ِمن‬m‫ان فَ ْليَ ْس‬m
ِ m‫اع إِ َذا َد َع‬ ُ َ َ‫َوإِ َذا َسأَل‬
ِ ‫ َّد‬m‫ َوةَ ال‬m‫ك ِعبَا ِدي َعنِّي فَإِنِّي قَ ِريبٌ أ ِجيبُ َد ْع‬

َ‫يَرْ ُش ُدون‬

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka

(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan

orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah

mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman

kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

20
4)  Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah

5) Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)

‫غ‬m َ m‫نَ هَّللا ُ إِلَ ْي‬m‫ا أَحْ َس‬mm‫ ْن َك َم‬m‫ ُّد ْنيَا َوأَحْ ِس‬m‫ك ِمنَ ال‬
ِ m‫ك َوال تَ ْب‬ َ َ‫يب‬m‫َص‬ َ ‫ َرةَ َوال تَ ْن‬m‫ك هَّللا ُ ال َّدا َر اآل ِخ‬
ِ ‫سن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬

َ‫ض إِ َّن هَّللا َ ال يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬


ِ ْ‫ْالفَ َسا َد فِي األر‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu

berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.

6) Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)

ِ ‫ْرفُوا إِنَّهُ ال ي ُِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِين‬ ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َوال تُس‬

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)

mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535].

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

7) Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit

(Al-Baqarah/2:286)

‫اخ ْذنَا ِإ ْن ن َِسينَا أَوْ أَ ْخطَأْنَا َربَّنَا‬ ْ َ‫ال يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا إِال ُو ْس َعهَا لَهَا َما َك َسب‬
ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ا ْكتَ َسب‬
ِ ‫ت َربَّنَا ال تُ َؤ‬

‫فُ َعنَّا‬mm‫ ِه َوا ْع‬mِ‫ا ب‬mmَ‫ةَ لَن‬mَ‫َوال تَحْ ِملْ َعلَ ْينَا إِصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِنَا َربَّنَا َوال تُ َح ِّم ْلنَا َما ال طَاق‬

َ‫َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَا أَ ْنتَ َموْ النَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْال َكافِ ِرين‬

21
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya

dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka

berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa

atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada

Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-

orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada

Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami;

ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka

tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”

2.4 Berbagai Bentuk Ibadah Sehari-hari

2.4.1 Bentuk Ibadah Menurut Perbuatan Manusia

Secara bahasa ibadah berasal dari bahasa Arab al-'ibadah. Kata ini

merupakan pola mashdar dari kata kerja 'abada-ya'budu yang bermakna

ketaatan.

Dalam syariah Islam, ibadah yang merupakan ketundukan atau

ketaatan seorang hamba secara khusus kepada Allah diklasifikasikan

menjadi empat macam. Di antaranya berdasarkan jenis perbuatan hamba,

kualitasnya, keberadaan 'illah di dalamnya, dan berdasarkan ruang

lingkupnya serta berdasarkan hukum syariahnya.

Ustaz Isnan Anshory Lc dalam buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam

terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan empat jenis ibadah

22
berdasarkan perbuatan hamba. Di antaranya ibadah qolbiyyah,

qowliyyah, amaliyyah, dan maaliyyah. 

1) Ibadah Qolbiyyah.

Maksud dari ibadah qolbiyyah adalah setiap ibadah yang

dilakukan oleh aktivitas hati. Ibadah ini meliputi aspek i'tiqod atau

keyakinan seperti iman kepada wujud Allah SWT. Selain i'tiqod

seperti cinta (mahabbah) kepada Allah SWT atau dalam bentuk

tafakur (renungan dan pikiran) seperti merenungkan penciptaan Allah

SWT.

2) Ibadah Qowliyyah

Maksud dari ibadah qowliyyah adalah setiap ibadah yang

dilakukan oleh aktivitas lisan. Seperti membaca Alquran, bertasbih,

bertahmid, bertahlil, bertakbir, dan lain sebagainya.

3) Ibadah Amaliyyah

Maksud dari ibadah amaliyyah adalah setiap ibadah yang

dilakukan oleh aktivitas anggota tubuh. Seperti gerakan dalam sholat,

melakukan puasa, haji, dan lain sebagainya.

4) Ibadah Maaliyyah

23
Maksud dari ibadah maaliyyah adalah setiap ibadah yang

dilakukan seorang hamba dengan mendermakan hartanya. Seperti

menunaikan zakat dan bersedekah.

2.4.2 Ibadah di Lihat dari Bentuk dan Segi Sifatnya

Terdapat beberapa jenis ibadah sesuai dengan bentuk dan sifatnya yaitu:

1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau yang berhubungan dengan lidah

(ucapan), yaitu dzikir, berdoa, membaca kitab suci Al-Quran,

membaca kalimat-kalimat thoyyibah (tahmid, takbir, tahlil, yaqdis,

dan hauqolah).

2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,

seperti membantu atau menolong orang lain, berjihad, dan mengurus

jenazah.

3) Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud

perbuatannya seperti shalat, puasa, zakat dan haji.

4) Ibadah dalam bentuk tata cara dan pelaksanaannya bersifat menahan

diri seperti puasa, i'tikaf dan ihram.

5) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang

yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan

seseorang yang berhutang.

24
BAB III

KESIMPULAN

Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat

besar. Di dalam agama Islam kita mengenal Arkân al-Imân . Arkân merupakan

bentuk jamak ( plural ) dari kata rukn. Rukn yang dalam bahasa Indonesia

menjadi rukun berarti dasar. Karena itu dasar-dasar keimanan disebut Rukun Iman

( Arkân al-Imân ).

Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang bersamaan dengan itu memiliki

berbagai kebutuhan. Adapun pentingnya agama bagi manusia karena ada berbagai

alasan yaitu : Agama merupakan sumber moral, Agama merupakan petunjuk

kebenaran, Agama adalah merupakan sumber informasi mengenai masalah

metafisika (gaib), Agama memberikan bimbingan rohani kepada manusia, baik

saat suka maupun duka.

Adapun prinsip melaksanakan Ibadah ialah niat lillahi ta’ala, Ikhlas,

Tidak menggunakan perantara (washilah), Dilakukan sesuai dengan tuntunan Al-

Qur’an dan Sunnah, Seimbang antara dunia akherat, dan Tidak berlebih-lebihan.

25
Ustaz Isnan Anshory Lc dalam buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam terbitan

Rumah Fiqih Publishing menjelaskan empat jenis ibadah berdasarkan perbuatan

hamba. Di antaranya ibadah qolbiyyah, qowliyyah, amaliyyah, dan maaliyyah. 

26
DAFTAR PUSTAKA

Gayo, Mohammad Daud.2021.Urgensi dan Relevansi Agama Islam dalam

Perjuangan Kemerdekaan dan Pengelolaan Negara Berdasarkan Pancasila

dan UUD45. Yogyakarta:Deepublish.

Hamdi, Asep Saepul.2016.Dasar-Dasar Agama Isam.Yogyakarta:Deepublish.

Ilyas, Hamim.2018.Fiqih Akbar.Jakarta:PT. Pustaka Alvaber.

Hafil, Muhammad. 2020. Empat Jenis Ibadah Berdasarkan Perbuatan Manusia.

https://republika.co.id/berita/qkst3y430/empat-jenis-ibadah-berdasarkan-

perbuatan-manusia.html. (04 Desember 2020)

Ninggar. P, Adya. 2021. Makna Rukun Iman, Ini 6 Pilar Fondasi Keimanan Umat

Muslim, Apa Saja?.

https://www.tribunnews.com/nasional/2021/06/08/makna-rukun-iman-ini-6-

pilar-fondasi-keimanan-umat-muslim-apa-saja?.html. (08 Juni 2021)

Nurfauzi, Hanif. 2013. Mengenal Dasar-dasar Keimanan.

https://muslim.or.id/1777-mengenal-dasar-dasar-keimanan.html. (05 Juni

2013)

Rachmawan, Hatib. 2012. Fiqih Ibadah Dan Prinsip Ibadah Dalam Isam.

https://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam.html. (21

September 2012)
Sasongko, Agus. 2019. Urgensi Ibadah.

https://republika.co.id/berita/ptay2j313/urgensi-ibadah.html. (19 Juni 2019)

Anda mungkin juga menyukai