Anda di halaman 1dari 4

TATA IBADAH MINGGU 14 November 2021

1. Panggilan Ibadah:
Menyanyi KJ 21 : 1,2
2. Votum & Salam. (Jemaat Berdiri)
Saudara yang terkasih di dalam Tuhan, marilah bersama-sama kita menyerahkan ibadah
pada hari dengan pengakuan yang demikian: Pertolongan kita yg datangnya dari Allah
Bapa, yang telah menciptakan langit dan bumi, yang tidak pernah meninggalkan pekerjaan
tanganNya dan yang kekal kasih setiaNya. Kiranya Kasih karunia, rahmat dan damai
sejahtera dari Allah Bapa, dan dari Tuhan kita Yesus Kristus, menyertai kita. Amin
3. Dasar Ibadah (Jemaat Duduk)
Tema ibadah Minggu pada hari ini Melestarikan Hidup dengan Budaya Toleransi dan Saling
Berbagi
Menyanyi KJ 429 : 1,3

4. Pertobatan
a. Doa Pengakuan Dosa (Jemaat Duduk)
b. Berita Anugerah (Jemaat Berdiri)
c. Menyanyi KJ 33 : 1,2

5. Pelayanan Firman Tuhan (Jemaat Duduk)


a. Doa dan Pembacaan Alkitab : Markus 13: 1-8
Berbahagia setiap kita yang membaca, merenungkan dan yang melakukan di dalam
kehidupan sehari-hari. Amin
b. Menyanyi KJ 59 : 1,2
c. Khotbah
d. Menyanyi KJ 392 : 1,2

6. Pengakuan Iman Rasuli. (Jemaat Berdiri)

7. Persembahan (Jemaat Duduk)


a. Menyanyi KJ 302 : 1-

8. Doa Syafaat
Diakhiri dengan mengucapkan bersama Doa Bapa Kami, bisa juga dengan dinyanyikan (KK.
143)

9. Pengutusan (Jemaat Berdiri)


Mari kita undur dari hadapan Tuhan dengan menjalani hidup taat melakukan sabda-Nya.
Nyatakanlah belas kasihmu kepada sesama, sama seperti Tuhan Yesus Kristus yang
berbelas kasih kepada manusia
Menyanyi KJ 406 : 1

10.Berkat (Pelayan ibadah menyampaikan berkat Tuhan)


“Kasih karunia Allah Bapa, damai sejahtera Tuhan Yesus Kristus, di dalam persekutuanNya
dengan Roh Kudus kiranya memampukan kita bebelas kasih kepada sesama dan
memberkati kita, saat ini sampai selama-lamanya. Amin.”
Menyanyi KJ 474
Ilmu Kanthong bolong

Salam budaya, mengawali Bulan Budaya hari ini, ijinkan saya mengajak saudara-saudara
untuk sejenak mengenal atau mengingat kembali seorang tokoh yang bernama Raden Mas
Panji Sosrokartono (R.M.P. Sosrokartono) kakanda dari R.A Kartini. Dari R.M.P Sosrokartono
kita mengenal yang disebut “Ilmu Kanthong bolong”. Dia menulis: “Nulung pepadhane, ora
nganggo mikir wayah, wadhuk, kanthong. Yen ana isi lumuntur marang sesami.” yang
memiliki arti membantu atau menolong sesama manusia, tidak perlu memikirkan perihal
waktu, perut, atau kantong saku, jika isinya memang ada dapat disalurkan pada sesama.

Inti ajaran ilmu kanthong bolong menganjurkan kita untuk menolong sesama hidup, sehingga
dapat meminimalisir sikap egois dalam diri kita masing-masing. Selain itu, suka menolong
sesama, menjadikan kita manusia dengan penuh perhatian dan tidak berlebihan dalam
mementingkan diri sendiri.

Ilmu kanthong bolong mengajarkan kita untuk tidak berlaku egois. Hal ini dijelaskan
Sosrokartono, bahwa diri sendiri jika dikesampingkan dan menempatkan sesama manusia
sebagai pusat perhatian, maka manusia menjadi kosong sama seperti kantongnya. Kosong di
sini berarti suatu keadaan yang dapat ditafsirkan sebagai kosong dari segala gairah dan nafsu
untuk menempatkan diri pada pusat dunia. Sehingga, akan terbentuk diri yang meletakan
sesama manusia pada hati nuraninya (altruis).

Ilmu kanthong bolong adalah ilmu tentang kedermawanan dan keikhlasan. Orang yang
menguasai ilmu kanthong bolong tidak akan pernah takut dan bersedih. Sebab ia sudah
sampai pada tataran keyakinan bahwa hidupnya adalah sebagai sarana, saluran atau talang
berkah bagi sesamanya untuk memenuhi panggilan dan kehendak Tuhan.

Terkadang Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Tuhan Yesus Kristus menasehati
kepada para murid agar memberikan rasa belas kasih dan perhatian kepada para janda
miskin seperti yang tertulis dalam Injil Markus 12:38-44. Yesus meminta para muridNya agar
jangan sampai meniru perilaku munafik ahli-ahli Taurat. Bahkan munafik yang amat buruk.
Contoh yang buruk yang diperlihatkan ahli-ahli Taurat adalah gila hormat. Mereka begitu
kuatir dengan ilmu pengetahuan dan kedudukan yang tinggi namun tidak sebanding dengan
sikap masyarakat terhadap mereka bilamana tidak selalu menghormati mereka di setiap
waktunya. Sayangnya hasrat mendapat penghormatan itu tidak dibarengi dengan perilaku
yang terhormat. Mereka suka berjalan-jalan dengan memakai jubah panjang dan suka
mendapat penghormatan di pasar, di rumah ibadat maupun di dalam perjamuan dengan
duduk di tempat terdepan, namun perilaku mereka justru sangat tidak terhormat.
Mereka memaksa para janda yang kehidupannya sudah menderita karena ditinggal suami
dan tentu penghidupannya juga, dipaksa untuk memberikan persembahan kepada para ahli
Taurat sekehendak mereka. Yesus katakan atas perilaku mereka terhadap para janda yakni
dengan sebutan menelan rumah janda-janda. Mereka gila pujian namun perilaku mereka
tidak terpuji. Mestinya mereka memperjuangkan hak kesejahteraan para janda tetapi
sebaliknya mereka membuat para janda menjadi susah atau miskin tanpa ragu-ragu dengan
memaksa persembahan yang lebih banyak. Uang yang masuk kantong saku mereka menjadi
lebih banyak pula.

Sebenarnya dengan status sebagai janda, kewajiban persembahan tidak dibatalkan. Namun
demikian jangan sampai kewajiban berpersembahan dilakukan secara terpaksa atau dipaksa.
Namun dengan kesadaran dan kerelaannya sendiri. Itulah sebabnya Tuhan Yesus kemudian
memberikan pengajaran berkenaan dengan bagaimana persembahan yang dihaturkan oleh
janda miskin. Di saat Dia melihat seorang janda miskin berpersembahan di Bait Allah hanya
dengan dua peser, yakni nilai uang yang terkecil. Yesus bahkan mengatakan janda miskin
berpersembahan lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan. Janda miskin berpersembahan dari kekurangannya sementara orang-orang
kaya mempersembahkan dari kelebihannya.

Hal itu dikarenakan janda miskin memberikan seluruh nafkahnya, sementara orang kaya
berpersembahan dari kelebihannya atau sebagian kecil dari nafkahnya. Itulah sebabnya janda
miskin oleh Yesus dinyatakan persembahannya bernilai lebih besar dari semua orang yang
memasukkan persembahan di peti persembahan. Hal itu tidak bisa diartikan bahwa bila
persembahan dari seluruh nafkahnya mengindikasikan kerelaan, sebaliknya bila hanya
sebagian kecil dari nafkah yang diterima, persembahan yang dihaturkan secara tidak rela.
Yesus mengatakan bahwa motif berkorban dan nilai kerelaannya jauh lebih besar yang janda
miskin haturkan dibandingkan semua orang yang memasukkan uang ke peti

persembahan. Walaupun tidak bisa dipungkiri orang yang berpersembahan yang diambil dari
sebagian kecil nafkahnya, tidak mesti bermotif kerelaan melainkan sekadar menjalankan
ritual demi sahnya ibadat. belajar dan meneladan Tuhan Yesus Kristus dalam membela hak
dan mempedulikan keadaan janda miskin. Bahkan para murid diminta oleh Tuhan Yesus agar
belajar dari janda miskin yang rela hati dalam berpersembahan. Kerelaan persembahan janda
miskin ini memberikan suatu gambaran kehidupan kerohanian kita, bahwa kekurangan tidak
menjadi alasan untuk berpersembahan. Walaupun sudah sedemikian rela bukan berarti
persembahan kita menjadi sempurna. Persembahan kita yang tidak sempurna sudah
disempurnakan oleh persembahan korban pada diri Tuhan Yesus. Bahkan dengan
persembahan korban yang sempurna itu, Allah menolong dan menyelamatkan kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai