Anda di halaman 1dari 2

Khotbah Amos 7:10-17 (Tetaplah Menyuarakan Firman Tuhan)

Sering sekali tanpa kita sadari teguran, peringatan, serta nasehat dianggap sebagai ancaman,
dianggap sebagai serangan, dianggap sebagai sikap menjatuhkan dan tidak mendukung perbuatan orang
lain, sehingga banyak respon orang yang tidak siap dan menolak saat diberi teguran saat diberi peringatan
dan juga nasehat. Ada orang yang memberi respon marah, ada yang bersikap menjauhi dan memusuhi.
Namun, di sisi lain kita melihat bahwa walaupun ada resiko saat mengkritik ada resiko saat memberikan
peringatan, teguran dan nasehat tetapi percayalah, bahwa masih tetap ada juga orang yang siap ditegur,
diperingati dan menerima nasehat, karena mungkin bagi dia tidak selamanya teguran itu bersifat
menjatuhkan atau menggurui , melainkan mebangun. Dan, berbahagialah orang yang mau mendengar
nasehat serta menerima teguran dan peringatan, karena orang yang demikian adalah orang yang bijaksana.
Mengapa?
1. Kerena orang yang bijaksana adalah orang yang hidupnya mau dipimpin oleh Tuhan
2. Orang yang sadar bahwa dirinya tidak selalu benar dan butuh perbaikan.
3. Orang yang bijaksana adalah orang yang siap merendahkan dirinya dihadapan Tuhan, oleh
karena itu jadilah orang yang selalu siap dan mau menerima nasehat dan teguran, karena
dengan demikian engkau akan berbahagia. Itulah sebagai pengantar dalam perenungan kita
pada saat ini.
Selanjutnya, saudara yang terkasih, pada saat ini perikop Firman Tuhan menceritakan tentang kisah Amos.
Amos diusir dan alasan dari terusirnya Amos dari tengah-tengah kehidupan Israel adalah ketika ia
melakukan perintah Tuhan, ia menyuarakan kebenaran dan ia memberikan peringatan di tengah-tengah
kehidupan bangsa Israel serta ditengah-tengah kehidupan raja Yerobeam yang pada saat itu adalah raja.
Amos mengatakan bahwa raja Yerobeam akan mati dengan pedang dan orang Israel akan dibuang, namun
bagi mereka ini adalah berita yang tidak mereka inginkan. Karena pada saat itu konteksnya mereka sedang
berada pada kemakmuran dan kejayaan, mereka sedang mengalami kesejahteraan, kemenangan demi
kemenangan. Namun, yang sangat disayangkan bahwa kemakmuran yang sedang mereka nikmati pada
akhirnya membawa kepada kemerosotan moral dan juga kebobrokkan spritualitas, bagaimana tidak?
Mereka beribadah mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan mereka
menyanyi bagi Tuhan, tetapi itu semua hanyalah topeng dan kepalsuan, itulah sebabnya ibadah mereka
adalah kekejian bagi Allah (Allah membenci ibadah mereka). Mereka beribadah tetapi hidup mereka jauh
dari ketaatan, hidup mereka jauh dari kebenaran dan keadilan, mereka beribadah namun mereka
menindas orang miskin, mereka merampas hak orang lemah (Tuhan sangat murka dengan perbuatan
umatNya ini). Dan ini adalah point penting yang harus kita terima, bahwa Tuhan memakai Amos
untuk memperingati Raja dan bangsa Israel bukan karena tidak ada alasan, justru alasannya jelas.
Karena di mana ada penyimpangan, ada kesalahan dan ada kebobrokkan yang terjadi (apakah itu
dosa, ketidakdilan,kecurangan dll) maka di sanalah suara kebenaran itu perlu disampaikan.

Saudaraku, Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menyampaikan kehendakNya, menyampaikan
peringatanNya dan nasehatNya untuk menegur kita yang sedang bersalah dan berdosa, maka kita sebagai
umat Tuhan jangan pernah membantasi Allah untuk menentukan siapa yang layak untuk menegur kita,
karena Tuhan punya cara dan otoritas sendiri untuk itu. Yang terpenting bukanlah persoalan siapa yang
menyampaikanNya, namun untuk apa pesan dan nasehat itu disampaikan. itulah sebabnya Allah mengutus
Amos yang adalah seorang peternak dan pemungut buah ara hutan yang seharusnya tidak layak
memperingati kesalahan Raja dan umat Israel, namun Allah tetap memakai Amos untuk menyampaikan
kebenaranNya. Maka saudaraku, jika orangtuamu, saudaramu, adik dan kakakmu, ntah siapapun itu
sedang berusaha mengingatkan dan menasehatkan kamu jangan terus kamu menentangnya dan
menganggapnya tidak layak, karena jangan-jangan dia adalah Amos yang dipakai Allah untuk
memperbaiki dirimu. Itulah perenungan kita sebagai penerima nasehat, namun selain sebagai penerima
nasehat dan peringatan, kita juga harus ingat bahwa Tuhan juga bisa memakai kita sebagai utusannya
menyampaikan berita kebenaran, namun sebelum sampai disitu mari kita belajar apa arti dari pemanggilan
dan pengutusan Allah terhadap Amos.

Melalui pemanggilan dan pengutusan Amos kita belajar beberapa hal:

1. Pemanggilan dan pengutusan Allah adalah misi penyataan tetang kemurahan dan Anugerah Allah
begitu besar, dan Allah tidak menghendaki kebinasaan terjadi atas umatNya, Allah tidak menghendaki
umatNya hidup di dalam kejahatan, hidup di dalam ketidakadilan dan hidup di dalam dosa, Allah
sungguh tidak menghendaki umat yang Dia kasihi memiliki kemerosotan moral, memiliki kebobrokan
spritualitas, kasih Allah yang tanpa batas itu dinyatakan agar umat berbalik, agar umat kembali hidup
dan bertobat. Maka itu jadilah pembawa pesan Tuhan yang jujur dan benar. Dan nyatakan itu di dalam
kehendak Allah bukan kehendak kita.
2. Kesediaan dan kesiapan Allah, untuk memakai “siapa saja” artinya ketika Allah memakai siapa saja
Allah tidak memandang latarbelakang, Dia tidak memandang pekerjaannya apa, Dia tidak memandang
status sosialnya dan jabatanya apa, tidak! Namun yang terutama yang diperhatikan Allah adalah
ketaatan, ketertundukkan serta kedekatan kepada Allah, ini adalah point penting yang
diperhatikan Allah ketika Dia memakai kita untuk melayaniNya, melakukan pekerjaan Allah. Dan
ketaatan itu ada di dalam diri Amos, serta ketaatan itu pulalah yang membuat Amos bersedia
melakukan perintah Allah, sehingga Allah memampukan Amos untuk berani memberitakan nubuatan
dan menyuarakan kebenaran yakni tentang penyimpangan dan dosa-dosa raja dan seluruh umat Israel,
ya walau dia tidak dikenal sebagai nabi pada saat itu, dan ketaatan itulah yang membuat Amos hadir
dengan penuh keberanian di tengah-tengah keterbatasannya. Lalu bagaimana dengan kita, apakah
kita sudah dapat dikatakan sebagai orang yang taat, orang yang tunduk dan memiliki
kedekatana/keintiman dengan Allah, sehingga Allah bersedia memakai kita?
3. Di dalam sebuah pengutusan Allah memakai hambaNya tidak hanya untuk menyampaikan tentang
berita berkat Allah dan tentang berita sukacita, melainkan berita penghakiman Allah bagi orang yang
menyimpang dari kehendakNya. Jadi, kalaupun kita menjalankan misi penyataan suara
kebenaran (suara nafiri) Allah, kita jangan takut untuk ditolak, serta jangan menghitung untung
dan resiko untuk memberitakannya sehingga kita enggan untuk menyampaikan. Karena dalam
nats inipun kita sudah memahami keberanian, dan kesungguhan Amos untuk memperingatkan kepada
raja dan bangsa Israel bahwa ibadah yang benar merupakan suatu kesatuan dengan ketaatan, tetapi
apa yang terjadi? Peribadahan mereka sungguh sangat jauh dari ketaatan, tidak ada keadilan dan
kebenaran dalam kehidupan bangsa Israel. Dalam hal ini, apakah kehadiran Amos dengan peringatan
dan teguran disambut baik oleh bangsa Israel, Yorebeam dan imam Amazia? Tidak! Justru kehadiran
Amos dianggap meresahkan, mereka tidak nyaman dengan teguran Amos, mereka merasa terganggu
kehidupannya karena kehadiran Amos karena suara kebenaran yang diperdengarkan itu disampaikan
oleh Amos. Pada ay.10-13 kita melihat bahwa Amazia imam yang sudah diangkat Yerobeam itu
berusaha untuk menyusun strategi bagaimana supaya Amos itu tidak berada di Bethel dan diusir,
karena bagi Amazia Amos adalah ancaman dan serangan yang mengganggu kenyamananya yang dapat
merusak rencananya untuk mendapatkan keuntungan dan tugas kenabiannya. Akhirnya Amazia
memprovokasi tentang Amos kepada raja Yerobeam. Inilah tindakan penolakkan yang diterima Amos.
Namun Amos tidak minder Provokasi Amazia tidak menyurutkan niat Amos menjalankan tugasnya.
Amos tetap menyampaikan berita itu sekalipun ia ditolak, karena ia tidak memiliki kepentingan apa-
apa terhadap siapa pun. Amos hanya menaati perintah Tuhan yang mengutusnya ke Israel. Amos tidak
hendak melawan raja dan bangsa Israel. Amos tidak mencari makan/upah melalui nubuatannya.
Beratnya risiko yang harus dihadapi tidak membuat Amos undur dari tugas perutusannya karena ia
memiliki keteguhan hati untuk tunduk hanya kepada Tuhan. Pun demikian mestinya orang percaya
masa kini harus menjadi Mic/pengeras suara kenabian Allah. Nabi-nabi Tuhan: harus rela
melepaskan segala tendensi demi menyuarakan dan menyatakan kebenaran Tuhan. Sebagai anak-anak
Tuhan kita tidak perlu takut atau merasa kecil hati untuk melayani Tuhan.  Ingat, Tuhan tidak pernah
memanggil dan memilih seseorang menurut kriteria manusia, tapi Ia melihat hati. Amos sendiri hanya
menaati perintah Allah yang menyuruhnya pergi ke Israel. Ia tidak sedang mencari makan melalui
nubuat-nubuatnya; ia bukan nabi professional seperti Amazia yang bernubuat di istana raja dan
mendapat dukungan keuangan dari kerajaan.
4. Apabila kita memperhatikan ayat 15-17, maka kita akan menjumpai konsistensi dan keberanian Amos
untuk tetap memberitakan dan menubuatkan firman Tuhan bagi Israel, umat Tuhan. Sekalipun Amos
menerima perlakuan yang tidak baik. Dia ditolak, dia difitnah, dia dilecehkan dan diusir dari Israel,
tetapi semuanya itu tidak menjadikan dia kecewa, berhenti dan tidak lagi mengingat perintah dan
perkataan Tuhan yang ditanamkanNya dalam hidup Amos sebagai hamba Allah. Amos tetap mengingat
visi dan misi Allah yang ditanamkan dalam hidupnya sebagai hamba Tuhan. Amos tetap konsisten, dan
setia menjalani hidupnya sebagai hamba Tuhan. Amos tidak berbalik kepada hidup lama dengan
profesi lamanya sebagai peternak dan pemungut buah di hutan. Tetapi Amos tetap menjalankan firman
dan hidupnya sebagai hamba Tuhan untuk menjadi saluran berkat rohani bagi Israel. Tidak sama
seperti imam Amazia, imam yang bergantung kepada finansial yang tidak sungkan membiarkan dosa
merajalela oleh karena kepentingan dirinya, sehingga dia tidak segan-segan untuk menutupi
kebenaran dengan memprovokasi Amos, tapi lihat bagaimana bagian yang diberikan Allah terhadap
imam seperti Amazia? (ay. 17).
Umat yang dikasihi Tuhan, ingatlah, bahwa keadaan dunia tidak akan mengubah predikat, konsekuensi,
dan resiko kita menjadi orang percaya dan hamba Allah. Oleh karena kita, tetaplah konsisten, tetaplah
setia, dan beritakan firman Tuhan dengan tekun. Sebab pernyataan identitas kita sebagai hamba Tuhan,
orang percaya kepada dunia adalah bentuk pernyataan kesetiaan, dan iman kita kepada Kristus. Jangan
takut, jangan gentar, maju terus bersama Tuhan. Karena orang yang demikian akan tetap disertai oleh
Tuhan. Amin

Pdt. Dedi K Y Sirait, S. Th

Anda mungkin juga menyukai