Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TYPOID

Oleh :

Anindita Amalia Rizky


(14.401.16.004)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2017
Lembar Pengesahan

Telah disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Judul : Asuhan keperawatan pada pasien Typoid

Disusun oleh :

Anindita Amalia Rizky (14.401.16.004)

Dosen Pengampu
Keperawatan Medikal Bedah

(Firdawsyi Nuzula, S.Kp.,M.Kes)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa. Karena berkat rahmat dan hidyahnya kami
dapat menyusun makalah ini yang mengangkat tentang “Asuhan Keperawatan Pasien dengan
typoid”

Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami berbagai masalah.
Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
perkuliahan, yaitu ibu Firdawsyi Nuzula, S.Kp,.M.Kes yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik
dari isi maupun penjelasan dari makalah ini, maka dari itu kami meminta maaf jika makalah
kami masih banyak kekurangannya apabila ada kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini kami mengucapkan terima kasih.

Glenmore, 09 September 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

i
Sampul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.............................................................................................. 1
C. Batasan masalah................................................................................................. 1
D. Tujuan................................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan

A. Konsep Penyakit
1. Definisi typoid........................................................................................... 3
2. Etiologi...................................................................................................... 3
3. Tanda dan gejala........................................................................................ 4
4. Patofisiologi............................................................................................... 4
5. Komplikasi................................................................................................. 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .................................................................................................. 6
2. Diagnosa keperawatan................................................................................ 11
3. Intervensi ................................................................................................... 11

Daftar Pustaka....................................................................................................... 25

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typoid Abdominalis atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid


atau tifes dalam bahasa kita adalah suatu penyakit infeksi akut yangmenyerang usus halus 
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi . Penyakit ini bisa menyerang siapa saja
mulai dari anak-anak hingga orangdewasa dan orang tua, laki-laki maupun wanita.
[ CITATION Mar16 \l 1057 ]

Hasil Riset Kesehatan Dasar Kesehatan Nasional tahun 2012 di Indonesia demam
typoid merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan kejadian antara 350 – 810 per
100. 000 penduduk (Riskerda, 2012). Hasil data dari puskesmas dan beberapa Rumah
Sakit di Jawa Timur tahun 2009 kejadian demam tipoid masing-masing 4000 dan 1000
kasus perbulan, dengan angka kematian 0,8 %. Sedangkan penelitian prevelensi pada
tahun 2010 menunjukkan bahwa 5,20% penduduk menderita tipoid dan selalu
menunjukkan angka peningkatan. Tercatat penderita yang menderita tipoid di RSUD
Blambangan tahun 2012 penderita Tipoid di RSUD Blambangan tahun 2011 sebanyak
158 orang sedangkan penelitian pada tahun 2012 penderita tipoid di seluruh Rumah Sakit
pemerintah di Banyuwangi berjumlah 335 penderita [CITATION Din12 \l 1057 ].

Demam typoid ( di masyarakat dikenal dengan penyakit tifus) disebabkan kuman


salmonella tiphi. Kuman ini masuk ketubuh kita melaui makanan dan minuman yang
tercemar. Setelah kuman masuk ke tubuh biasanya akan timbul gejala penyakit (masa
inkubasi) 7-21 hari. Demam typoid kerap didapatkan di negara yang masyarakatnya
belum mengamamalkan hidup bersih. Di negara maju, dianas kesehatan berkewajiban
memantau kebersihan makanan. Restoran yang tercemar kuman akan di tutup untuk
melindungi masyarakat. Di negri kita pengawasan ini belum berjalan baik sehingga setiap
orang diharapkan dapat memilih makanan dan minuman yang bersih agar dia terlindung
dari penularan penyakit [ CITATION drS09 \l 1057 ].

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak


dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman
dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk
pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan

1
kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit
typhus. Oleh karena itu kita harus memperhatikan kualitas makanan. Bukan dari segi
harga, tapi dari susunan menu, kehigienisan dan sanitasi makanan [ CITATION Djo09 \l
1057 ].

B. Batasan Masalah

Agar penulisan askep typoid ini lebih terarah. Maka peniulis mebatsinya, adapun
batasan masalahnya meliputi definisi, etiogi, tanda dan gejala, patofisiologi, dan
komplikasi dari demam typoid.

C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan demam typoid?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta


mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian demam typoid.
b. Untuk mengetahui dan memahami etiologi demam typoid.
c. Memahami manisfestasi klinis demam typoid.
d. Memhami dan mengetahui patofisiologi dan pathway demam typoid.
e. Untuk mengetahui komplikasi demam typoid.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari demam typoid.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari demam typoid.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan demam typoid.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi

Penyakit tipes atau typoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri bernama Salmonella Typhii. Salmonella Typhii hidup didalam badan manusia,
dimana kuman ini dtemukan didalam pembuluh darah dan saluran pencernaan
penderita tersebut [ CITATION drA15 \l 1057 ].

Menurut [ CITATION Ayu10 \l 1057 ] demam typoid atau tipes abdominalis


merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran.

Typoid merupakan penyakit infeksi aku pada usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhosa dan hanya terdapat pada manusia[ CITATION Mar16 \l 1057 ].

2. Etiologi

Typoid atau tipes disebabkan karena terinfaesi oleh bakteri Salmonella Typhii
atau Salmonella Paratyphia A, B, dan C pada usus atau aliran darah. Pada kondisi
sakit hebat, penderita typoid atau tipes bisa kehilangan kesadaran [ CITATION drA15 \l
1057 ].

3. Tanda dan gejala

Menurut [CITATION Ami15 \p 178 \l 1057 ] beberapa gejala yang muncul pada
penderita tifoid diantaranya:

1. Gejala pada anak : inkubasi 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi pada akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani demam
akan menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

3
5. Nyeri kepala, nyeri perut.
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi.
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot.
8. Batuk.
9. Epistaksis.
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merang serta tremor).
11. Hepatomegali, slenomegali.
12. Gangguan mental berupa samnolen.
13. Delirium atau psikosis.

4. Patofisiologi

Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam


usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama
Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan
nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk kealiran darah (terjadi
bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak
difagosit akan berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut
membesar disertai nyeri pada perabaan[ CITATION Mar16 \l 1057 ]. Pada akhir masa
inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah(bakteremi sekunder) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalamkelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.Pada masa bakteremi ini, kuman
mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal
dimana kuman ini berkembang [ CITATION Ari11 \l 1057 ]. Demam tifoid disebabkan
karena Salmonella Typhosa danendotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat
pirogen oleh lekosit
pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah danmempeng
aruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejalademam [CITATION
Djo09 \p 2797 \l 1057 ].

4
Pathway

Kuman Salmonela Typhi Dimusnahkan oleh


masuk melalaui makanan Lolos dari asam asam lambung
ke saluran gastrointestinal

Pembuluh darah limfe Bakteri masuk ke usus halus

Peredaran darah Masuk retikulo endothelial


(bakteriemi primer) (RES) terutama hati dan limfe

Berkembang biak Masuk kealiran darah


di hati dan limfe (bakteremia sekunder)

Empedu Endotoksin

Rongga usus pada Terjadi kerusakan sel

kel. Limfoid halus


Merangsang melepas
Pembesaran hati Pembesaran zat epirogen oleh leukosit
limfe

Hepatomegali Mempengaruhi pusat


Splenomegali termugulator
hipotalamus

Lase plak peyer Penurunan/peningkatan


mobilitas usus MK. Hipertermi
Erosi
Penurunan/peningkatan
paristaltik usus
MK. Nyeri Akut

MK. Konstipasi/diare Peningkatan asam


lambung

Anoreksia, mual, muntah

5
MK. Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubu
Sumber (Nanda Nic-Noc, 2013).

5. Komplikasi

Menurut[CITATION Djo09 \p 2801-2802 \l 1057 ] typoid suatu penyakit sistemik


maka hampir semua organ utama tubuh dapat diserang dan berbagai komplikasi
serius dapat tejadi beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam typoi yaitu:

1. Komplikasi intestinal: perdarrahan ussu, perforasi usus, ileus paralitik,


pankreatitis.
2. Komplikasi ekstra intestinal.
a. Komplikasi kardiovaskuler: gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis.
b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trobositopenia, KID, trombosis.
c. Komplikasi paru: pneumunia, empiema, pleuritis.
d. Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, perinefrietis.
f. Komplikasi tulang: osteomielitis, priastitis, spondilitis, artritis.
g. Kompliksi neuropsikiatrik/typoid toksik.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas

Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang
terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya
demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi
lingkungan yang kurang.

b. Status kesehatan saat ini


1. Keluhan utama pasien

6
Pasien mengatakan lemas, tidak nafsu makan, juga tidak brgairah
untuk beraktivitas, dan pasien juga mengeluh demam tinggi pada malam hari
sedangkan pada siang harinya demam turun.

2. Alasan masuk rumah saikit

Pasien mengatakan lemas, tidak nafsu makan, juga tidak brgairah


untuk beraktivitas, dan pasien juga mengeluh demam tinggi pada malam hari
sedangkan pada siang harinya demam turun

3. Riwayat penyakit sekarang


a. P (Provokatif / Paliatif ) : Klien mengeluh nyeri pada abdomen.
b. Q (Qualitas/Quantitas) : Rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk
c. R (Region / Radiasi) : Nyeri menyebar pada punggung, abdominal.
d. S (Skala Seviritas) : Skala nyeri 6 yaitu nyeri sedang
e. T (Timing) : Biasanya timbul berkala tak menentu.

c. Riwayat kesehatanterdahulu
1. Riwayat penyakit sebelumnya

Pasien mengatakan sbelumnya tidak pernah menglami penyalit yang


sama, pasien juga mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit
dan sampai di rawat

2. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan anggotanya keluarganya tidak ada yang pernah


atau mengalami sakit yang sama.

d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda – tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg

7
 Suhu : 38,4ºC
 Respirsi : 20 x/menit
 Nadi : 84 x/menit

2. Body system [CITATION Ari11 \p 491-492 \l 1057 ].


a. Sistem pernapasan
Inspeksi:
- Bentuk dada normal chest, simetris, pernapasan abdominal torakal.
Palpasi:
- Vokal fremitus sama kanan dan kiri, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
terdapat masa.
Perkusi:
- Sonor
Auskultasi:
- Suara nafas vesikuler, tidak terdapat suara tambahan.
b. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi :
- Ictus cordis tampak
Palpasi:
- Ictus cordis teraba pada ICS 2
Perkusi:
- Batas atas : ICS II Mid sternalis.
- Batas bawah : ICS V
- Batas kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
- Batas kanan : ICS IV Sternalis Dextra
Auskultasi:
- S1 dan S2 tunggal
c. Sistem persyarafan
Inspeksi:
- Pasien sadar penuh atau composmentis.
d. Sistem perkemihan

8
Inspeksi:
- Pasien mengalami penurunan output urine

e. Sistem pencernaan
Inspeksi :
- Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatitis.
Tnada ini jelas mual nampak pada minggu kedua berhubungan
dengan infeksi sitemik dan endotoksin kuman.
- Sering muntah.
- Perut kembung.
- Distensi abdomen dan nyeri, merupakan tanda yang diwaspadai
terjadinya perforasi dan peritonitis.
Auskultasi :
- Didapatkan penurunan bising usus kurang dari 5 x/menit pada minggu
pertama dan terjadi konstipasi, serta selanjutnya juga didapatkan
bising usus lebih dari 12x/menit meningkat akibat terjadinya diare.
Perkusi :
- Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.
Palpasi :
- Hepatomegali dan splenomegali. Pembesaran hati dan limpa
mengindikasikan infeksi RES yang mual terjadi pada minggu ke II.
- Nyeri tekan abdomen.

f. Sistem integumen
Inspeksi :
- kulit tampak pucat, warna kulit kuning langsat, kulit bersih tidak
kriput.
Palpasi :
- tidak terdapat massa, tidak terdpat nyeri tekan, turgor kulit menurun,
akral teraba hangat.

9
g. Sistem muskuluskeletal
Inspeksi:
- Simetris, tidak terdapat masa, tidak terdapat fraktur.
Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan, kekuatan otot: 4444 4444
555 555
h. Sistem endokrin
Inspeksi:
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran
kelenjar getah bening,

i. Sistem pengindraan
1. Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah muda
penglihatan baik, tidak ada alat bantu penglihatan.
2. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa, tidak terdapat sekret
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak terdpat sekret ataupu serumen,tidak
terdapat massa
Palpasi : tidak terdapt nyeri tekan, tidak teraba massa, uji
webber lateralisasi dextra, uji rinne hantaran udara dan tulang sama,
swabach memanjang
4. Pengecap
Inspeksi : bibir kering, terdapat stomatitis, lidah tampak
berselaput atau kotor, tidak ada perdarahan, tidak terdapat pembesaran
tonsil.
5. Peraba
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : pasien bisa membedakan antara panas dan dingin

3. Pemeriksaan penunjang

10
Menurut[CITATION Ami15 \p 179 \l 1057 ] pemerikasaan penujang
demam typoid sebagai berikut:

a. Pemeriksaan darah perifer lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar


leukosit normal. Leukosit dapat terjadi walaupun tanda disertai infeksi
skunder.

b. Pemeriksan SGOT dan SGPT.

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal


setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.

c. Pemeriksaan Uji Widal.

Uiji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap


bakteri salmonella typhii. Uji Widal dimaksudkan untuk menetukan
adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya
infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuat antiodi (aglutinin).

d. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urine : bisa psitif pada mingu kedua
Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.
e. Anti Salmonella typhi IgM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendekteksi secara dini infeksi


akut salmonella typhi, karean antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.

4. Penatalaksanaan [CITATION Djo09 \p 2800-2801 \l 1057 ].


a. Istirahat dan perawatan.

Tirah baring dan perawatan prfesional bertujuan untuk mencegah


komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya ditempat seperti
makan, minum mandi, buang air kecil, buang air besar akan membantu
dan mempercapat masa penyembuhan.

11
b. Diet dan terapi penunjang

Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses


penyembuhan penyakit demam typoid, kerena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan
proses penyembuhan akan menjadi lama. Dimasa lampau demam typoid
diberikan diet bubur saring. Bubur saring tersebut ditunjukkan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal
ini disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Dan ada
beberapa penelitian lagi menunjukkan bahwa penderita demam typoid
diberikan diet makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan
dengan aman pada pasien demam typoid.

c. Pemberian antimikroba

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati


demam typoid adalah sebagai berikut:

a. Kloramfenikol
b. Tiamfenikol
c. Kotrimoksazol. Efektifitas obat ini hampir sama dengan
kloramfenikol.
d. Ampisilin dan amoksilin
e. Sepalosporin generasi ketiga.
f. Golongan fluorokuinolon seperti:
- Norfloksasin
- Siprofloksasin
- Ofloksasin
- Perfloksasin
- Fleroksasim
g. Azitromizin

12
2. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan respons sistemik dari inflamasi gastro intestinal
2. Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari b.d. kurangnya
asupan makanan yang adekuat.
3. Diare berhubungan dengan peningkatan paristaltik usus
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi saluran gastrointestinal.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan paristaltik usus

Menurut [ CITATION Jud11 \l 1057 ] diagnosa keperawatan typoid yang muncul


antara lain:

1. Hipertermi
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas rentan normal.
Batas karakteristik :
a. Kulit merah
b. Suhu tubuh naik diatas normal
c. Kejang atau konvulsi
d. Kulit teraba hangat
e. Takikardi
f. Takipnea

Faktor yang berhubungan

a. Dehidrasi
b. Penyakit atau trauma
c. Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
d. Pakaian yang tidak tepat
e. Peningaktan laju metabolisme
f. Obat atau anastesia

13
g. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
h. Aktivitas yang berlebiahan

2. Ketidakseimbangan Nutrisi
Definisi : asupan nutrisi tuidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Batas karakteristik :
Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen(dengan atau tanpa penyakit)
c. Menolak makan
d. Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Melaporkan perubahan sensasi rasa
f. Merasa ceapt kenyang setelah mengonsumsi makanan
Objektif
a. Pembuluh kapiler rapuh
b. Diare atau stiatore
c. (adanya bukti) kekurangan makanan
d. Kehilangan rambut yang berlebihan
e. Bising usus hiperaktif
f. Kurang minat terhadap makanan
g. Salah paham
h. Membran mukosa pucat
i. Tonus otot buruk
j. Menolak untuk makan
k. Rongga mulut terluka
l. Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelanatau mengunyah

Faktor yang berhubungan :

a. Penyakit kronis

14
b. Kesulitan mengunyah atau menelan
c. Faktor ekonomi
d. Intolenransi makanan
e. Faktor ekonomi
f. Kebutuhan metabolik tinggi
g. Reflek mengisap pada bayi tidak adekuat
h. Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
i. Akses terhadap makanan terbatas
j. Hilang nafsu makan
k. Mual dan muntah
l. Pengabaian oelh orang tua

3. Diare
Dfinisi : pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa
Batas karakteristik :
Subjektif
a. Nyeri abdomen
b. Kram
c. Urgensi
Objektif
a. Sedikitnya sehari tiga kali mengalami defekasi dengan feses cair
b. Bising usus hiperaktif

Faktor yang berhubungan :

a. Tingkat stres dan ansietas yang tinggi


b. Efeksamping obat
c. Penyalahgunaan alkohol
d. Kontaminan
e. Racun
f. Pemberian makanan melalui selang
g. Proses infeksi
h. Inflamasi
i. Iritasi
j. Malabsorbsi

15
4. Nyeri Akut
Definisi :Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for The Study of
Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan selera makan.
b. Perubahan tekanan darah.
c. Perubahan frekuensi jantung.
d. Perubahan frekuensi penapasan.
e. Laporan isyarat.
f. Diaforesis.
g. Perilaku distraksi (misalnya : Berjalan mondar-mandir, mencari orang lain
dan aktivitas lain, aktivitas yang berulang).
h. Mengekspresikan perilaku (misalnya : Gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah).
i. Masker wajah (misalnya : mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu focus, meringis).
j. Sikap melindungi area nyeri.
k. Fokus menyempit (misalnya : Gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan).
l. Indikasi nyeri yang dapat diamati.
m. Perubahan posisi untuk menghindar nyeri.
n. Sikap tubuh melindungi.
o. Dilatasi pupil.
p. Melaporkan nyeri secara verbal.
q. Fokus pada diri sendiri.
r. Gangguan tidur.
Faktor yang Berhubungan :
a. Agen cedera (misalnya : biologis, fisik, dan psikologis).

5. Konstipasi

16
Definisi: penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran feses
yang sulitatau tidak lampias.
Batas karakteristik:
Subjektif
a. Nyeri abdomen
b. Nyeri tekan pada abdomen
c. Anoreksia
d. Pearasaan penuh/tekanan pada rektum
e. Sakit kepala
f. Mual
g. Nyerisaat defekasi

Objektif
a. Perubahan padapola defekasi
b. Penurunan volume feses
c. Distensi abdomen
d. Feses yang kering, keras, dan padat
e. Masa abdomen dapat di palpasi
f. Flatus berat
g. Mengejan saat defekasi
h. Muntan

Faktor yang berhubungan:

a. Kelemahan otot abdomen


b. Aktivitas fisik yang tidak memadai
c. Depresi
d. Stres emosi
e. Konfunsi mental
f. Hemoroid
g. Ketidak seimbangan elektrolit
h. Obesitas
i. Kehamilan
j. Fisura anal rektum

17
3. Intervensi
a. Hipertermi [CITATION Jud11 \p 390-393 \l 1057 ] .
1. Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh.
2. Kriteria Hasil :
a. Termogulasi : keseimbangan antara produksi panas, penigkatan panas,
dan kehilangan panas.
b. Termogulasi: Neonatus: keseimbangan antara produksi panas, penigkatan
panas, dan kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan.
c. Tanda – tanda vital : nilai suhu denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan
tekenan darah dalam normal.
3. Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a. Pantau aktivitas kejang
b. Pantau dehidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
c. Pantau tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernafasan
d. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
lingkungan.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a. Ajarkan psien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan


mengenali secara dini hipertermia (misalnya, sengatan panas, dan
keletihan akibat panas
b. Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan
tindakan kedaruratan yang diperlukan.

Regulasi suhu (NIC)

a. Pantau dan laporkan tanda atau gejala hipotermia serta hipertermia

Aktivitas kolaboratif

a. Regulasi suhu (NIC)


1. Berikan obat antipiretik , jika perlu
2. Gunakan matras dingin dan mandi air hangan untuk mengatasi suhu
tubuh

18
b. Ketidakseimbangan Nutrisi
1. Tujuan : dalam 3x24 jam pasien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi
yang adekuat
2. Kriteria hasil:
a. Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu
b. Menunjukkan peningkatan BB

3. Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a. Teneukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
b. Pantau nilai laboratorium, khusunya transferin, albumin, dan elektrolit.
c. Menejemen nutrisi (NIC) :
 Ketahui makanan kesukaan pasien
 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
 Timbang pasien pada interval yang tepat.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a. Ajrakan metode untuk perencanaan makan.


b. Ajarkan pesien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal.
c. Menejeman nutri (NIC) : beriakn informasi yang tepat tentang
keseimbangan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

Aktivitas kolaboratif

a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien


yang menglami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
(misal, pasien anoreksia nervosa atau pasien penyakit glomerular/dialisis
peritoneal)

19
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
pelengkap, pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi perenteral total
agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan.
c. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi.
d. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasie tidak dapat
membeli atau menyiapkan mkanan yang adekuat.
e. Manajemen nutrisi (NIC): tentukan dengan melakukan kolaborasi
bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan unntuk memenuhi kebutuhan nutrisi (khususnya untuk pasien
dengan kebutuhan energi tinggi, seperti pasien pasca bedah dan luka bakar
trauma demam, dan luka)

c. Diare
1. Tujuan :diare dapat dikendalikan atau dihilangkan.
2. Kriteria hasil :
- Menukjukkan eleminasi fekal yang efektif, yang dibuktikan oleh indikator
berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, sedang ringan atau tidak ada
gangguan) : pola eliminasi, pola defekasi.
3. Intevensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a. Lakukan tes guaiak pada feses
b. Minta pasien mengidentifikasi pola defekasi
c. Pantau nilai laboratorium (elektrolit, hitung darah lengkap), dan laporkan
adanya abnormalitas
d. Timbang berat badan pasien setiap hari
e. Kaji dan dokumentasikan: frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah
(ukuran) feses, turgor kulit dan kondisi mukosa mulut sebagai indikator
dhidrasi
f. Manajemen diare (NIC):
- Ambil sepesimen feses untuk uji kultur dan sensitifitas, jika diare
berlanjut
- Evaluasi profil obat terhadap efek samping dai saluran cerna
- Evaluasi caatan asupan kandungan nutrisi
- Pantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area perianal

20
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Informasikan pasie tentang kemungkinan obat yang mengakibatkan diare
b. Ajarkan pasien untuk menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan
makanan yang mengiritasi saluran cerna
c. Manajemen Diare (NIC):
- Ajarkan pasien tentang penggunaan obat yang benar
- Anjurkan pasien dan anggota keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi, dan konsistensi feses
- Anjurkan pasien untuk lapor ke petugas kesehatan setiapkali diare
- Ajarkan pasien tentang teknik menurunkan stres,jika perlu
Aktivitas kolaboratif
a. Konsulkan dengan ahli diet untuk penyesuaian diet yang diperlukan
b. Manajemen Diare (NIC): konsultasikan pada dokter jika tanda dan gejala
diare menetap.
a. Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering, atau selalu):

d. Nyeri akut
1. Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
atau selalu): Mengenali awitan nyeri, menggunakan tindakan pencegahan,m
elaporkan nyeri yang dapat dikendalikan.
2. Kriteria Hasil :
a. Mampu mengenali serangan nyeri.
b. Mampu mendeskripsikan penyebab nyeri.
c. Menggunakan teknik pencegahan nyeri, khususnya teknik non
farmakologis.
d. Melaporkan perubahan gejala nyeri secara periodic kepada tenaga
kesehatan.
e. Menunjukkan gejala terhadap nyeri (keluhan, menangis, gerakan
lokalisir,ekspresi wajah, gangguan istirahat tidur, agitasi, iritabilitas

21
meningkat, diaphoresis, penurunan konsentrasi, kehilangan nafsu makan,
dan nausea).
f. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (respiratory rate, apical heart
rate, radial heart rate, tekanan darah).
g. Menunjukkan perubahan dampak dari nyeri (disruptive effects), antara
lain penurunan konsentrasi, penurunan motivasi, gangguan tidur,
kerusakan mobilitas fisik, gangguan pemenuhan ADL, dan kerusakan
eliminasi urine dan alvi.
h. Nursing Interventions Classification (NIC) :

Aktifitas Keperawatan

a. Kaji nyeri (lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas, dan faktor presipitasi dari nyeri).
b. Kaji pengetahuan klien tentang nyeri serta pengalaman sebelumnya.
c. Kaji dampak dari nyeri (gangguan tidur, penurunan nafsu makan,
gangguan aktifitas, penurunan konsentrasi).
d. Beri lingkungan yang nyaman kepada klien.
e. Ajari klien pola manajemen nyeri.
f. Ajari klien penggunaan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri.
g. Lakukan teknik PCA (Patient Controlled Analgesia) sesuai kebutuhan.
h. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi intensitas
nyeri.
i. Monitoring kepuasan pasien atas pelaksanaan manajemen nyeri.

Penyuluhan pasien/keluarga
a. Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obatt khusus yang harus di
minum, frequensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut
(misalnya pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet) dan nama orang
yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
b. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
c. Informasikan kepada asien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dn tawarkan strategi koping yang disarankan.

22
d. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau opioid
(misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis)
e. Managemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur.
f. Managemen Nyeri (NIC) : ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
(misalnya, umpan-balik biologis, transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS), hypnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi
musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres
hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah, dan jika
memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan nyeri, sebelum nyeri
terjadi atau meningkat dan bersama penggunaan tindakan peredaran nyeri
yang lain.

Aktifitas kolaboratif
a. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di
masa lalu.

e. Konstipasi
Tujuan: konstipasi menurun
Kriteria hasil: mampu mengeluarkan feses tanpa bantuan, feses lunak dan
berbentuk.
Aktivitas keperawatan
a. Dapatkan data dasar mengenai progran defekasi,aktivitas, pengobatan, dan
pola kebiasaan pasien.
b. Kaji dan dokumentasikan:
- Warna dan konsistensi feses peratma pascaoprasi
- Frekuensi, warna dan konsistensi feses
- Keluarnya flatus
- Adanya impaksi
- Ada atau tidak ada bising usus dan distensi abdomen keempat kuadran
abdomen

23
c. Manajemen konstipasi (NIC):
- pantau tandan dan gejala ruptur usus atau peritonitis
- identifikasi faktor(misalnya, pengobatan, tirah baring, dan diet) yang
dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a. informasikan kepada pasien pasien kemungkinan konstipasi akibat obat


b. instrusikan pasien mengenai bantuan eleminasi defekasi yang dapat
meningkatkan pola defekasi yang optimal di rumah.
c. Ajrkan kepada pasien tentang efek diet (misalnnya, cairan dan sera) pada
eliminasi
d. Instrusikan pasien tentang konstipasi penggunaan laktasif jangka panjang
e. Tekankan pentingnya menghindari mengejan selama defekasi untuk
mencegah perubahan pada tanda vital, lambung atau perdarahan
f. Manajemen konstipasi/impaksi (NIC) :jelaskan etiologi masalah dan rasional
tindakan kepada klien

Aktivitas kolaboratif

a. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkakatkan seratdan cairan dalam


diet.
b. Minta program dari dokter untuk memberikan bantuan eliminasi, seperti diet
tinggi serat,pelunak feses, enema, dan laktasif.
c. Pelaksanaan konstipasi/impaksi (NIC) :
- Konsultasi dengan dokter tentang penurunan atau peningkatan frekuensi
bising usus
- Sarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika konstipasi atau
impaksi terjadi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuratif, S., & Hardhi Kusuma, S. (2015). Aplkasi Asuhan kepeperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.

Krishna, d. A. (2015). Mengenali keluhan Anda. Jakarta: Informasi Media.

Marni., S. N. (2016). Asuhan Keperwatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.

Muttaqin, A., & sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal:Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Widodo, D. (2010). Ilmu Penyakit Dalam jilid 3 eds 5. Jakarta: Internal Publishing.

Wilkinson, J. M. (2011). Diagnosis Keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai