OLEH: KELOMPOK 2
VII A KEPERAWATAN
Nama Kelompok:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak
korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan peralatan
menjadi rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis akibat bencana,
misalnya - ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan
yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan berjalannya waktu.
Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan dampak psikologis, jangka panjang,
baik yang terlihat jelas misalnya depresi , psikosomatis (keluhan fisik yang diakibatkan
oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung : konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap
kejadian traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain juga akan menyusul, ini
adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam berbagai
golongan terutama kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita dan lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik, banyak
korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan, gangguan stress
pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari dampak fisik dari bencana,
dampak psikologis dapat menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan
semangat hidup, kemampuan social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan adalah
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus
mendapatkan perlindungan dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka
hadapi. Konteks kerentanan merujuk kepada situasi rentan yang setiap saat dapat
mempengaruhi atau membawa perubahan besar dalam penghidupan masyarakat. Setiap
orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan
perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya. Kelompok masyarakat yang rentan
adalah orang lanjut usia, anak-anak, perempuan, dan penyandang cacat. Dalam konteks ini,
kita akan membicarakan lebih rinci mengenai “Perawatan Populasi Rentan Anak”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perawatan populasi rentan pada anak dalam situasi bencana?
C. TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana perawatan populasi rentan pada anak dalam
situasi bencana
D. MANFAAAT
Untuk menambah referensi terkait dengan materi perawatan populasi rentan
pada anak dalam situasi bencana dan sebagai pemenuhan tugas keperawatan bencana
yang dimana sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai penugasan keperawatan
bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian untuk klien anak dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan
berinteraksi terhadap stress terhadap pengalaman traumatis
a. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assesment)
1) Dalam keadaan bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang
berlebihan
2) Dalam keadaan yang sepetia apa klien mengalami kembali trauma yang
dirasakan
3) Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau afektifitas yang akan
mengingatkan klien terhadap trauma
4) Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial
5) Apakah klien mengalami kesulitan semenjak kejadian traumatis
b. Pengkajian Affektif (Affective Assesment)
1) Berapa lama klien dalam 1 hari merasa ketegangan dan perasaan ingin cepat
marah
2) Apakah klien pernah mengalami perasaan panik
3) Apakah klien pernah mengalamiperasaan bersalah yang berkaitan dengan
trauma
4) Tipe aktivitas yang akan dilakukan
5) Apa saja sumber-sumber kesenagan dalam hidup klien
6) Bagaimana hubungan yang secara emosional terasa akrab dengann orang
lain
c. Pengkajian Intelektual (Intellectual Assesment)
1) Kesulitan dalam hal konsentrasi
2) Kesulitan dalam hal memori
3) Berapa frekuensi dalam satu hari tentang fikiran yang berulang yang
berkaitan dengan trauma
4) Apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang tersebut
5) Mimpi buruk yang dialami klien
6) Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien
terhadap dirinya
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Sindrome pasca trauma berhubungan dengan respon maladaftif berulang terhadap
peristiwa traumatik yang penuh tekanan
b. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan
aktivitas sebelumnya
c. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik
d. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya
e. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik
3. TUJUAN & INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Sindrome pasca trauma berhubungan dengan respon maladaftif berulang terhadap
peristiwa traumatik yang penuh tekanan
Tujuan;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu merespon adaftif terhadap
peristiwa trauma yang dialami
NOC;
1) Pemulihan dari trauma
2) Pengendalian impuls: kemampua untuk menahan diri dari perilaku infulsive
NOC;
1) Konseling
2) Tunjukan empati dan kehangantan
NIC;
NIC;
NIC;
NIC;
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Perawatan Populasi
Rentan pada Ibu Hamil, Anak dan Penyakit Kronis diatur dalam UU No 24/2007, pasal 55,
ayat 2 Kelompok rentan dalam situasi bencana adalah individu atau kelompok yang
terdampak lebih berat diakibatkan adanya kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya
yang pada saat bencana terjadi menjadi beresiko lebih besar, meliputi: bayi, balita, dan
anak-anak; ibu yang sedang mengandung/menyusui; penyandang cacat (disabilitas); dan
orang lanjut usia.
Anak-anak adalah orang yang memerlukan kegembiraan, kasih sayang perlakuan
yang santun dan asupan gizi seimbang untuk memastikan potensi-potensi dalam dirinya
bisa tumbuh dengan baik. Bencana atau ancaman bencana akan bisa merampas ini semua,
sehingga kebijakan berkaitan kebencanaan harus memastikan bisa menjamin dan
melindungi mereka. Kelompok yang paling rentan ketika terjadi bencana adalah anak.
Bayi dan anak-anak sering menjadi korban dalam semua tipe bencana karena
ketidakmampuan mereka melarikan diri dari daerah bahaya. Pasca bencana, anak-anak
berisiko mengalami masalah-masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang baik
fisik dan psikologis karena malnutrisi, penyakit-penyakit infeksi, kurangnya skill bertahan
hidup dan komunikasi, ketidakmampuan melindungi diri sendiri, kurangnya kekuatan fisik,
imunitas dan kemampuan koping. Kondisi tersebut dapat mengancam nyawa jika tidak
diidentifikasi dan ditangani dengan segera oleh petugas kesehatan.
Bencana juga berdampak pada penyakit kronis yang akan memberi pegaruh besar
pada kehidupan dan lingkungan bagi orang-orang dengan penyakit kronik. Terutama dalam
situasi yang terpaksa hidup di tempat pengungsian dalam waktu yang lama atau terpaksa
memulai kehidupan yang jauh berbeda dengan pra-bencana, sangat suli tmengatur dan
memanajemen penyakit seperti sebelum bencana. Walaupun sudah berhasil selamat dari
bencana dan tidak terluka sekalipun manajemen penyakit kronis mengalami kesulitan,
sehingga kemungkinan besar penyakit tersebut kambuh dan menjadi lebih parah lagi ketika
hidup di pengungsian atau ketika memulai kehidupan sehari-hari lagi.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA