Nurul Hidayah PK 3.3-1
Nurul Hidayah PK 3.3-1
PROYEK AKHIR
Oleh
NURUL HIDAYAH
NIM. 1861406072
Proyek Akhir ini. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang telah membawa manusia dari alam kebodohan
Penulisan Proyek Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Diploma III Prodi Perbankan dan Keuangan pada Jurusan Tata Niaga Politeknik
2015-2020”.
Kupersembahkan Proyek tugas akhir ini terkhusus kepada kedua orang tuaku
tercinta Ayahanda M.Yusuf dan Ibunda Sumiati. Terima kasih atas segala
pengorbanan dan kasih sayangnya selama ini yang tiada putus, serta telah menjadi
inspirasi dan motivator. Melalui kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan
1. Bapak Abdul Hakim, SE., M.S.M selaku Dosen Pembimbing Utama yang
iv
3. Bapak Rizal Syahyadi, ST., M.Eng.Sc selaku Direktur Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
Negeri Lhokseumawe.
6. Bapak Hamdani, SE, M.S.M selaku Kepala Program Studi D-III Perbankan
7. Bapak dan Ibu dosen serta staf Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan. Penulis sadar bahwa
Proyek tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar
harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya baik berupa saran dan kritik
Ta’ala yang telah memberikan kesehatan serta keselamatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proyek Akhir ini. Memohon doa kepada ALLAH dan berharap
v
semoga ilmu yang telah diperoleh dan dititipkan dapat bermanfaat bagi orang
banyak serta menjadi salah satu bentuk pengabdian di masyarakat nantinya. Insya
Allah, Aamiin.
Nurul Hidayah
NIM. 1861406072
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...................................................i
LEMBAR PENGESAHAN KOMISI UJIAN.................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP.........................................................................................54
4.1 Kesimpulan.........................................................................................54
4.2 Saran...................................................................................................55
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
untuk pengelolaan perekonomian bagi kemajuan suatu daerah. Salah satu tujuan
Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang terjadi terus menerus yang
anggaran.
1
2
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum (Ni Nyoman,
dkk:2018).
pembangunan dari sumber hutang dan non hutang. Pembiayaan hutang dilakukan
dengan cara menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) baik yang konvensional
berupa Surat Utang Negara (SUN) maupun yang syariah berupa Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dan berupa pinjaman yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri. Sedangkan pembiayaan non hutang berupa Sisa Anggaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baik secara langsung maupun
melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada Badan Usaha Milik Negara
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dirancang agar bisa dijadikan
diperlukan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai salah satu sumber dana
pembangunan. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari
daerah-daerah harus diikuti oleh kewenangan fiskal dari pemerintah pusat kepada
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan menjadi salah satu
Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan dalam bentuk block grant, yaitu
Alokasi Umum (DAU) untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang
terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal merupakan kebutuhan fiskal
mengurus
permasalahan di daerah. Fungsi yang dijalankan daerah tidak sesuai dengan
kinerjanya, hal ini yang menjadi masalah untuk kedepannya. Pemanfaatan DAU
(DAU) untuk beberapa tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Hal ini disebabkan karena penerimaan negara mengalami tekanan akibat Pandemi
Covid-19, apalagi pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) ke daerah didasari atas
Dana Alokasi Umum (DAU) pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)
Kota Lhokseumawe adalah Dana Alokasi Umum (DAU) banyak terserap belanja
pegawai menjadi hal yang paling mendesak di daerah. Besarnya anggaran dana
transfer dari pusat berupa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak diikuti dengan
besarnya pengeluaran dalam bentuk belanja modal, karena Dana Alokasi Umum
(DAU) lebih dominan oleh belanja pegawai yang berarti bahwa pada umumnya
keuangan pemerintahan daerah, ciri khas daerah, serta gambaran kegiatan pada
yang akan dibahas adalah perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) pada Badan
ini, penulis membagikan Proposal Proyek Akhir ini menjadi empat bab. Setiap bab
nya di bagi ke dalam beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
2015-2020.
Bab ini berisi tentang gambaran umum yang terdiri dari sejarah
Lhokseumawe.
BAB IV PENUTUP
Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe mulai dari tahun 2015 sampai
dengan 2020.
Zahir No.145 Kota Lhokseumawe. Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan
KAJIAN PUSTAKA
bertanggungjawab.
9
10
undang. Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) disusun harus sesuai
perekonomian.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbagi menjadi beberapa
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal tersebut dilakukan guna untuk
(APBN) adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi
kegiatan kenegaraan.
2.4 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)
pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini dikarenakan agar proses
baik.
pengeluaran.
ketepatan penyetoran.
landasan pesawat.
denda dijanjikan.
a. Hemat, tidak boros, efisien, dan berdaya guna serta sesuai dengan
Belanja Negara (APBN) dibagi menjadi dua prinsip, yaitu: prinsip penyusunan
terdapat asas-asas yang harus dipegang, yaitu asas kemandirian, asas penajaman,
lebih bermanfaat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat dilakukan dengan tiga
merupakan salah satu instrumen kebijakan yang di pakai sebagai alat untuk
Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu daftar yang memuat perincian sumber-
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ialah daftar yang berisi sumber
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal tersebut dilakukan guna untuk
dan Belanja Daerah (APBD) adalah sebagai pedoman pendapatan dan belanja
gambaran yang jelas tentang hal-hal yang akan di terima sebagai pendapatan dan
dan belanja Daerah (APBD) ialah sebagai petunjuk pendapatan dan belanja daerah
satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan
daerah. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang
Belanja Daerah (APBD) merupakan satu kesatuan yang terdiri atas tiga bagian,
terdiri dari tiga bagian, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), anggaran belanja
dan pembiayaan.
2.6.4. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
penambah nilai kekayaan yang bersih dalam periode tahun yang bersangkutan.
perundang-undangan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terdiri atas Dana
Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan dana Alokasi Khusus
daerah.
asli daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi hibah, dana darurat, dan
tiga sumber, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Lain-lain
Pendapatan.
APBN.
dana antar tingkat pemerintah yang tidak terikat dengan program pengeluaran
tertentu”.
Dana alokasi umum ialah jenis transfer dana yang tidak terikat dengan
program pengeluaran tertentu. Yang dimaksud transfer pada DAU ialah transfer
yang diganti berupa subsidi yang diberikan dari pemerintah kepada setiap masing-
umum adalah transfer dana yang bersifat block grant, sehingga pemerintah daerah
Dana alokasi umum adalah transfer dana yang berbentuk bantuan sosial
Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah disebutkan bahwa “Dana alokasi umum
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
transferyang berupa subsidi daerah yang ditujukan untuk pemerintah daerah guna
Tahun 2020 tentang penyaluran DAU dan pengendalian DAU Pasal 4 dan 6.
1) Penyaluran DBH SDA triwulan II dan triwulan III dan penyaluran DAU
bulan Mei 2020 sampai dengan September 2020 Tahun Anggaran 2020
Keuangan.
Kota Lhokseumawe sangat penting guna sebagai salah satu komponen belanja
pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD.
Indraningrum (2011:23) mengidentifikasikan beberapa tujuan pemerintah
pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk DAU kepada pemerintah daerah,
yaitu:
oleh kecilnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat digali oleh
pusat
berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU lebih besar dibanding daerah
Dalam BPKD Kota Lhokseumawe ada dana perimbangan yang salah satu
macam dari dana perimbangan yaitu Dana alokasi umum. Faktor yang
mempengaruhi banyak sedikitnya Dana Alokasi Umum untuk setiap daerah adalah
Perimbangan, Dana alokasi umum yang akan diterima oleh setiap daerah akan
5. Dana Bagi Hasil yang diperoleh dari pemerintah pusat setiap tahunnya.
wilayah,pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil yang diperoleh dari
pemerintah.
2.7.4. Prinsip dasar alokasi DAU
daerah, dalam mewujudkan demikian diperlukan juga prinsip dasar alokasi DAU.
Menurut Ririn (2011) menyatakan bahwa prinsip dasar untuk alokasi DAU
1. Kecukupan
Sebagi suatu bentuk penerimaan, sistem DAU harus memberikan sejumlah
dana yang cukup kepada daerah.
2. Netralitas dan efisiensi
Desain dari sistem alokasi harus netral dan efisiensi. Netral artinya suatu
sistem alokasi harus diupayakan sedemikian rupa sehingga efeknya justru
memperbaiki (bukannya menimbulkan) distorsi dalam harga relatif dalam
perekonomian daerah. Efisiensi artinya sisitem alokasi DAU tidak boleh
menciptakan distorsi dalam struktur harga input.
3. Akuntabilitas
Sesuai dengan namanya yaitu Dana Alokasi Umum, maka penggunaannya
terhadap dana fiskal ini sebaiknya dilepaskan ke adaerah, karena peran
daerah akan sangat dominan dalam penentuan arah lokasi.
4. Relevansi dengan tujuan
Alokasi DAU ditujukan untuk membiayai sebagian dari beban fungsi yang
dijalankan, hal-hal yang merupakan prioritas dan target-target nasional
yang harus dicapai.
5. Keadilan
Prinsip dasar keadilan alokasi DAU bertujuan untuk pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam pelaksanaan desentralisasi.
6. Objektivitas dan transparansi
Indikator yang digunakan sedapat mungkin adalah indikator yang sifatnya
objektif sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang ambivalen.
7. Kesederhanaan
Rumusan alokasi DAU harus sederhana (tidak kompleks). Rumusan
sebaiknya tidak memanfaatkan sejumlah besar variabel dimana jumlah
variabel yang dipakai menjadi relatif terlalu besar ketimbang jumlah dana
yang ingin dialokasikan.
Prinsip Dana alokasi umum ialah kecukupan, netralitas dan efisiensi,
Dengan adanya prinsip tersebut maka DAU menjadi lebih efektif dan data DAU
DAU ialah:
Dana Alokasi Umum (DAU) ialah sejumlah dana yang harus dialokasikan
Indonesia
akan digunakan
pihak akademis
perhitungan DAU.
ada empat tahap, yaitu tahap Akademis, tahap Administratif dan tahap Teknis
serta tahap Politis. Ketiga tahap tersebut memiliki berbeda tujuannya. Tahap
perhitungan DAU yang sesuai dengan ketentuan UU, tahap administratif dan
tahap teknis hampir memiliki kesamaan yang bertujuan untuk penyiapan data dan
berdasarkan formula DAU, sedangkan tahap politis yaitu tahap akhir yang
pembahasan perhitungan dan alokasi DAU nya antara pemerintah dengan Panja
DAU yang minimal 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Netto (PDN Netto).
menggunakan pendekatan celah fiskal (fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan
fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity) daerah dan
Keterangan:
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa formula DAU selisih antara
sama. Daerah dimungkinkan mendapatkan DAU lebih besar atau lebih kecil atau
merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam menciptakan dana
Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga sebagai sumber penerimaan daerah yang
sumber keuangan dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan, terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengolahan daerah yang dipisahkan, dan
Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah dalam wilayahnya sendiri
yang terdiri dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah
terdiri dari:
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya
1. Pajak daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 pajak daerah
didefinisikan sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atay
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang atau badan
kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah daerah
memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang langsung dapat
dirasakan oleh pembayar retribusi .
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan
Penerimaan daerah ini berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.
4. Lain-lain pendapatan asli daerah sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, meliputi:
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang digunakan
Lhokseumawe adalah sebuah kota yang berada di Provinsi Aceh, kota ini
berada persis ditengah-tengah jalur timur Sumatra. Berada diantara Banda Aceh
dan Medan sehingga kota ini merupakan jalur vital distribusi dan perdagangan di
Aceh yang bisa dijadikan tempat pertumbuhan ekonomi apalagi dengan adanya
pekerjaan.
diantara 04o54o – 05o 18o LU dan pada Garis 96o 20o – 97o 21o BT. Kota ini
wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan
30
31
Kecamatan ini memiliki luas 57,80 Km2 atau hamper 31,92% dari keseluruhan
luas wilayah kota ini. Kecamatan Blang Mangat memiliki luas wilayah seluas
56,12 Km2 atau 31% dari luas Kota Lhokseumawe, sementara Banda Sakti luas
hanya memiliki luas wilayah 11,24 Km2 atau 6,21% dari total luas wilayah Kota
dari Kecamatan Muara Dua memiliki luas 55,90 Km2 (30,87%). Posisi geografi
Kantor Wali Kota Lhokseumawe terletak pada garis 50 10’ – 440 7’ Lintang Utara
dan 970 08’ – 570 5’ Bujunr timur. Berjarak 900 m dari tugu selamat dating Kota
hubungan antara pegawai maupun bidang-bidang kerja antara satu sama lainnya
sehingga nantinya akan jelas kedudukan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing bagian.
Bentuk struktur organisasi yang digunakan pada instansi ini adalah struktur
organisasi garis. struktur organisasi garis adalah suatu bentuk organisasi yang
pada BPKD Kota Lhokseumawe yang dipimpin oleh seorang kepala subbidang
1. Kepala Badan
menengah dan jangka panjang, evaluasi dan pelaporan, pajak bumi dan bangunan,
bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan dan dana perimbangan, pajak daerah dan lain-lain
2. Sekretariat
seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
kepala sekretariat sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang sekretariat terdiri dari:
dan penetapan pajak bumi dan bangunan, pengolahan data informasi dan
penagihan pajak bumi dan bangunan, dana perimbangan, lain-lain pendapatan dan
subbidang yang dipimpin oleh seorang kepala subbidang yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada kepala bidang pajak bumi bangunan dan dana
perimbangan sesuai dengan bidang tugasnya. bidang pajak bumi bangunan dan
sebagai berikut:
Bidang pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah mempunyai tugas
beberapa subbidang yang dipimpin oleh seorang kepala subbidang yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang pajak daerah lain-lain
pendapatan asli daerahsesuai dengan bidang tugasnya. Bidang pajak daerah dan
berikut:
5. Bidang Anggaran
(SIPKD).
seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala bidang anggaran sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang anggaran, terdiri
dari:
6. Bidang Perbendaharaan
pemegang kas.
seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
7. Bidang Akuntansi
Bidang akuntansi mempunyai tugas membantu kepala badan dalam
seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala bidang akuntansi sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang akuntansi, terdiri
dari:
berikut:
seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala bidang kekayaan daerah sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang kekayaan
sebagai berikut:
berikut:
dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab
bidang pajak bumi dan bangunan, biaya perolehan hak atas tanah, bangunan dan
dana perimbangan, pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah, anggaran,
3.2 Dana Alokasi Umum (DAU) pada BPKD Kota Lhokseumawe Tahun
Anggaran 2015-2020
Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang bersumber dari pendapatan
masyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan atau
yang cukup besar. Dalam ketentuan pemerintah pusat memberikan Dana Alokasi
Umum kepada pemerintah daerah yaitu dengan cara melihat alokasi dasar yang
merupakan mengkaji data jumlah pegawai negeri sipil daerah dan besaran gaji
yang terkait dengan data. Dan juga penerimaan Dana Alokasi Umum yang
diterima oleh daerah digunakan untuk pelayanan masyarakat yang dapat dilihat
Keuangan/DJPK, BKF, dan DJA) dan DPR. Sumber data dalam perhitungan
Kementerian Keuangan);
e. Subsidi BBM dan subsidi listrik(data bersumber dari Direktorat PNBP, DJA,
Kementerian Keuangan);
f. Subsidi pupuk, subsidi pangan, dan subsidi benih (data bersumber dari
masing- masing KPA terkait).
470,000,000,000 467,846,597,000
469,107,319,000 469,471,445,000
460,000,000,000
459,628,037,000
450,000,000,000 459,628,037,000
440,000,000,000
430,000,000,000
420,000,000,000428,195,816,000
410,000,000,000
400,000,000,000
201520162017201820192020
Pada tahun 2015 untuk Dana Alokasi Umum yang diterima oleh
dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 untuk Dana Alokasi Umum yang
467.846.597.000,00 dan tahun 2017 Dana Alokasi Umum yang diterima mencapai
dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 jumlah Dana Alokasi Umum yang
469.471.445.000,00 atau meningkat sebesar 2.10% dan tahun 2020 Dana Alokasi
Umum yang diterima oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe yaitu menurun sebesar
sesuai dengan bobot daerah yang ada yaitu kebutuhan wilayah otonomi daerah dan
Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. Penyaluran Dana Alokasi
Grafik 3.2
Perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) Pada Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah Kota Lhokseumawe 2015-2020
0.0
-1.79
2.10
-9.64
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat perkembangan
terhadap dana alokasi umum yang terjadi dalam 6 (enam) tahun terakhir yang
pemerintah daerah Kota Lhokseumawe. Pada tahun 2017 dana alokasi umum jika
dibandingkan dengan tahun 2016 terhadap penyaluran dana alokasi umum hanya
seperti pendapatan pajak bumi dan bangunan, pendapatan retribusi daerah. Pada
tahun 2018 dana alokasi umum yang terjadi tidak mengalami penurunan maupun
Pada tahun 2019 penyaluran dana alokasi umum pada Badan Pengelolaan
pegawai negeri sipil juga besar maka menyebabkan peningkatan dana DAU dalam
Dalam 6 (enam) tahun tersebut hanya pada tahun 2020 yang menjadi
penyaluran dana alokasi umum yang sangat rendah dari tahun-tahun lainnya yaitu
karena pendapatan daerah menurun, namun jika dilihat dalam tahun 2020 bukan
tidak adanya alasan lain pemerintah pusat melakukan penurunan penyaluran dana
alokasi umum terhadap pemerintah daerah terkhususnya Kota Lhokseumawe,
yaitu dengan terjadinya pademi covid-19, hampir semua daerah yang ada realisasi
anggaran terhadap belanja suatu daerah maka adanya pemotongan anggaran dari
pemerintah pusat, dan anggaran yang dipotong tersebut dipostkan terhadap belanja
penangganan covid-19.
tahun terakhir akan ada faktor yang mempengaruhi belanja dalam daerah yaitu
belanja modal seperti belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin,
belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan
serta belanja modal aset tetap lainnya, berkurangnya Dana Alokasi Umum yang
memperkuat pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal yang bisa
semakin meningkat.
Selain itu, semakin tinggi dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
memberikan
pelayanan publik yang memadai sehingga hal ini akan meningkatkan belanja
Lhokseumawe.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
dalam penelitian ini. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
Rp. 2.753.877.251.000,00.
2. Pada tahun 2015 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah
3. Pada tahun 2016 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah
4. Pada tahun 2017 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah
5. Pada tahun 2018 Dana Alokasi Umum yang diterima Pemerintah Kota
6. Pada tahun 2019 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah
Rp. 469.471.445.000,00.
54
55
7. Pada tahun 2020 Dana Alokasi Umum yang terima oleh Pemerintah
atau menurun dari tahun 2019 seebesar (9,64)% dan menjadi tahun
terakhir.
4.2 Saran
masyarakat.
2. Dengan adanya Dana Alokasi Umum yang ada pada Badan Pengelolaan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Yani. (2002). Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Jakarta: Grafindo.
Awaniz, Berlian Nur. 2011. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah di Eks Karasiden
Pekalongan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Basri, Yuswar Zainul & Mulyani Subri. 2005. Keuangan Negara dan Analisis
Kebijakan Utang Luar Negeri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ririn, Gurning. 2011. Tugas Dana Alokasi Umum dan Laporan Realisasi
Anggaran. (http://www.edublogs.riringurning.com.)
Diakses pada tanggal 23 Februari 2021.
Siregar, Sabar. 2016. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah,
dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan
Kota di Sumatera Barat. Skripsi. Sumatera Utara. Medan.
Widjaya, Haw. 2001. Titik Berat Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.