Anda di halaman 1dari 79

PERKEMBANGAN DANA ALOKASI UMUM PADA BPKD KOTA

LHOKSEUMAWE TAHUN 2015-2020

PROYEK AKHIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Ahli Madya Bisnis (A.Md. Bns)
Pada Program Studi Diploma Tiga Perbankan Dan Keuangan
Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Oleh

NURUL HIDAYAH
NIM. 1861406072

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH Subhanallahu Wa Ta’ala

yang telah memberikan kesempatan, kesehatan kepada penulis dalam penyusunan

Proyek Akhir ini. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada nabi Muhammad

Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang telah membawa manusia dari alam kebodohan

ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulisan Proyek Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas

mahasiswa/i semester VI sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Diploma III Prodi Perbankan dan Keuangan pada Jurusan Tata Niaga Politeknik

Negeri Lhokseumawe. Adapun judul dari Proyek Akhir ini adalah

“Perkembangan Dana Alokasi Umum pada BPKD Kota Lhokseumawe tahun

2015-2020”.

Kupersembahkan Proyek tugas akhir ini terkhusus kepada kedua orang tuaku

tercinta Ayahanda M.Yusuf dan Ibunda Sumiati. Terima kasih atas segala

pengorbanan dan kasih sayangnya selama ini yang tiada putus, serta telah menjadi

inspirasi dan motivator. Melalui kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Abdul Hakim, SE., M.S.M selaku Dosen Pembimbing Utama yang

selalu berusaha meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan serta petunjuk kepada penulis.

2. Bapak R. Hannamara F. Nur, SE., M.Sc selaku Dosen Pembantu yang

selalu berusaha meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan serta petunjuk kepada penulis.

iv
3. Bapak Rizal Syahyadi, ST., M.Eng.Sc selaku Direktur Politeknik Negeri

Lhokseumawe.

4. Bapak Zulkarnaini, SE. M.Si.Ak.CA selaku Ketua Jurusan Tata Niaga

Politeknik Negeri Lhokseumawe.

5. Ibu Kheiriah, SH, MH selaku Sekretaris Jurusan Tata Niaga Politeknik

Negeri Lhokseumawe.

6. Bapak Hamdani, SE, M.S.M selaku Kepala Program Studi D-III Perbankan

dan Keuangan Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe.

7. Bapak dan Ibu dosen serta staf Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri

Lhokseumawe.

8. Kepada sahabat yang baik Dedi Kurniawan Siregar, Balqis Huraira,

Rahmadi, SE. dan teman seperjuangan khususnya kelas PK 3.3 yang

membantu penulis dalam memberikan saran dan komentar kepada penulis

dalam proses pembuatan Proposal Proyek Akhir ini.

9. Semua rekan mahasiswa/i Program Studi Perbankan dan Keuangan D-III

Politeknink Negeri Lhokseumawe.

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan. Penulis sadar bahwa

Proyek tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar

harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya baik berupa saran dan kritik

yang konstruktif demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis hanya berserah diri kepada ALLAH Subhanallahu Wa

Ta’ala yang telah memberikan kesehatan serta keselamatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proyek Akhir ini. Memohon doa kepada ALLAH dan berharap

v
semoga ilmu yang telah diperoleh dan dititipkan dapat bermanfaat bagi orang

banyak serta menjadi salah satu bentuk pengabdian di masyarakat nantinya. Insya

Allah, Aamiin.

Lhokseumawe, Agustus 2021


Penulis,

Nurul Hidayah
NIM. 1861406072

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...................................................i
LEMBAR PENGESAHAN KOMISI UJIAN.................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian...................................................................1


1.2 Perumusan Masalah............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................5
1.5 Metode Penelitian...............................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan.........................................................................7
1.7 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................8
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................9

2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)..........................9


2.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)..............10
2.3 Tujuan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).....................................................................11
2.4 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).....................................................................12
2.5 Asas-asas Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).....................................................................13
2.6 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)..........................14
2.6.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).......................................................................14
2.6.2 Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).......................................................................14
2.6.3 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).......................................................................15
2.6.4 Pendapatan Daerah.................................................................16
2.7 Dana Alokasi Umum (DAU)..............................................................17
2.7.1 Pengertian Dana Alokasi Umum (DAU)................................17
2.7.2 Tujuan pembentukan Dana Alokasi Umum (DAU)...............19
2.7.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dana Alokasi Umum (DAU)..................................................21
2.7.4 Prinsip dasar Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU)...............22
2.7.5 Tahap Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU)...................24
2.7.6 Formulasi Dana Alokasi Umum (DAU).................................25
vii
2.8 Pendapatan Asli Daerah (PAD)..........................................................26
2.8.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)............................26
2.8.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)...................27

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................30

3.1 Gambaran Umum Instansi..................................................................30


3.1.1 Sejarah singkat Kota Lhokseumawe.......................................30
3.1.2 Tugas Pokok BPKD Kota Lhokseumawe...............................31
3.1.3 Fungsi BPKD Kota Lhokseumawe.........................................31
3.1.4 Struktur Organisasi dan Tugas Tanggung Jawab BPKD
Kota Lhokseumawe................................................................32
3.1.5 Aktivitas BPKD Kota Lhokseumawe.....................................46
3.2 Dana Alokasi Umum (DAU) pada BPKD Kota Lhokseumawe
Tahun Anggaran 2016-2020...............................................................46

BAB IV PENUTUP.........................................................................................54

4.1 Kesimpulan.........................................................................................54
4.2 Saran...................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


LAMPIRAN....................................................................................................

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahun 2016

Lampiran 2 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahun 2017

Lampiran 3 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahun 2018

Lampiran 4 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahun 2019

Lampiran 5 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahun 2020

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Dana Alokasi Umum Pada BPKD Tahun 2016-2020....................................47

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan pemerintah dalam pembangunan sangatlah penting dipergunakan

untuk pengelolaan perekonomian bagi kemajuan suatu daerah. Salah satu tujuan

pembangunan adalah menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang terjadi terus menerus yang

dilakukan oleh pihak yang bersangkutan guna bertujuan mewujudkan demi

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan perekonomian.

Keberhasilan pembangunan dapat juga dilihat diantaranya dari

pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan tingkat ketidakseimbangan antar

penduduk, antar daerah dan antar kelompok. Selain menciptakan kemakmuran

masyarakat, tujuan utama dari pembangunan perekonomian adalah menciptakan

pertumbuhan yang tinggi, mengurangi atau menghapus kemiskinan,

ketidakseimbangan pendapatan, mengurangi tingkat pengangguran, dan

meningkatkan kapasitas produksi. Dalam melakukan proses pembangunan,

pemerintah memerlukan biaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal guna

menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan di lingkungan masyarakat. Usaha

pemerintah dalam menyediakan dana untuk membiayai pembangunan melalui

Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) dengan cara menutup defisit

anggaran.

1
2

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen

untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai

pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan

ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian,

dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum (Ni Nyoman,

dkk:2018).

Pemerintah menutup defisit anggaran tersebut untuk membiayai

pembangunan dari sumber hutang dan non hutang. Pembiayaan hutang dilakukan

dengan cara menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) baik yang konvensional

berupa Surat Utang Negara (SUN) maupun yang syariah berupa Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN) dan berupa pinjaman yang berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri. Sedangkan pembiayaan non hutang berupa Sisa Anggaran

Lebih (SAL) sebagai sumber pembiayaan anggaran. Pembiayaan melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baik secara langsung maupun

melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) menjadi penggerak sumber-sumber pembiayaan lainnya.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) ditetapkan dengan peraturan daerah (Muhammad Yasin, dkk:2017).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dirancang agar bisa dijadikan

petunjuk untuk penerimaan dan pengeluaran penyelenggaraan pemerintah daerah


dalam hal pelaksanaan otonomi daerah dan juga demi meningkatkan kemakmuran

masyarakat pada daerah tersebut.

Untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah, maka

diperlukan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai salah satu sumber dana

pembangunan. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari

pendapatan ABPN yang dialokasikan kepada daerah. Pemberian kewenangan ke

daerah-daerah harus diikuti oleh kewenangan fiskal dari pemerintah pusat kepada

pemerintahan daerah (keuangan) karena daerah membutuhkan sumber-sumber

pendapatan baru dan perimbangan keuangan untuk menjalankan fungsi tersebut.

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu komponen belanja

pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan menjadi salah satu

komponen pendapatan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan dalam bentuk block grant, yaitu

penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada provinsi dan kabupaten/kota. Dana

Alokasi Umum (DAU) untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang

terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal merupakan kebutuhan fiskal

dikurangi dengan kapasitas fiskal.

Kegunaan Dana Alokasi Umum (DAU) yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berjalannya desentralisasi harus diikuti

dengan transfer anggaran ke daerah, hal ini berkaitan dengan prinsip

pengalokasian anggaran yang disesuaikan dengan fungsi masing-masing dalam

organisasi pemerintah, karena pemberian fungsi dan kewenangan untuk

mengurus
permasalahan di daerah. Fungsi yang dijalankan daerah tidak sesuai dengan

kinerjanya, hal ini yang menjadi masalah untuk kedepannya. Pemanfaatan DAU

sangat berhubungan antara pusat dan daerah terutama di bidang keuangan.

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe

merupakan suatu instansi pemerintah yang bertugas melaksanakan

penyelenggaraan urusan pemerintah di bidang penerimaan pendapatan daerah

berdasarkan asas otonomi. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)

mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang

pendapatan daerah. Selain itu, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)

berkewajiban mengadakan koordinasi, pengarahan, bimbingan dan pembinaan

baik administrasi maupun teknis penerimaan pendapatan daerah terhadap seluruh

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Dari segi peningkatan, penerimaan, pendapatan Dana Alokasi Umum

(DAU) untuk beberapa tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Hal ini disebabkan karena penerimaan negara mengalami tekanan akibat Pandemi

Covid-19, apalagi pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) ke daerah didasari atas

Pendapatan Domestik Nasional Neto (PDN) yang tidak tetap.

Dari penjelasan di atas bahwa permasalahan yang sering terjadi tentang

Dana Alokasi Umum (DAU) pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)

Kota Lhokseumawe adalah Dana Alokasi Umum (DAU) banyak terserap belanja

pegawai menjadi hal yang paling mendesak di daerah. Besarnya anggaran dana

transfer dari pusat berupa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak diikuti dengan

besarnya pengeluaran dalam bentuk belanja modal, karena Dana Alokasi Umum
(DAU) lebih dominan oleh belanja pegawai yang berarti bahwa pada umumnya

pemerintah daerah masih berfokus pada masalah administrasi, sehingga belum

seimbang dalam meningkatkan pelayanan publik.

Alasan lain penulis melakukan pengambilan sampel penelitian di Kota

Lhokseumawe yaitu didasarkan pada pertimbangan kemampuan pengelolaan

keuangan pemerintahan daerah, ciri khas daerah, serta gambaran kegiatan pada

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Lhokseumawe. Oleh karena itu

dalam penelitian ini penulis berkeinginan meneliti mengenai perbuhan

pengelolaan Dana Alokasi Umum (DAU) di Kota Lhokseumawe.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang akan menjadi perumusan masalah

yang akan dibahas adalah perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) pada Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini

dilakukan adalah untuk mengetahui perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU)

pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibagi menjadi beberapa sebagai berikut:

1. Bagi Penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana

pembelajaran pengetahuan dan wawasan untuk menganalisis, memahami


permasalahan tentang perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) pada

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe.

2. Bagi Dinas terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

bahan teori tambahan dan informasi khususnya pada pihak-pihak terkait

untuk menjadi lebih baik lagi dalam menerapkan perkembangan Dana

Alokasi Umum (DAU) Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah

(BPKD) Kota Lhokseumawe.

3. Bagi Akademis, penelitian ini di harapkan mampu memberikan inspirasi

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi referensi

dan sumber lebih lanjut untuk penelitian berikutnya dalam menyelesaikan

permasalahan yang sama.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu:

1. Telaah kepustakaan (library riview)

Yaitu penelitian yang bersifat teori atau tinjauan kepustakaan dengan

membaca buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Penelitian lapangan (field research)

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung ke objek penelitian

2. Wawancara, yaitu tanya jawab secara langsung dilakukan penulis

dengan pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.


1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi proposal Proyek Akhir

ini, penulis membagikan Proposal Proyek Akhir ini menjadi empat bab. Setiap bab

nya di bagi ke dalam beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika

penulisan, ruang lingkup penelitian, lokasi dan waktu penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menjelaskan teori-teori yang berhubungan

dengan pertumbuhan Dana Alokasi Umum (DAU) pada Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe tahun

2015-2020.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum yang terdiri dari sejarah

singkat, struktur organisasi, aktivitas kantor. Dan selanjutnya

dibahas tentang perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota

Lhokseumawe.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini penulis mengambil beberapa kesimpulan dari

pembahasan yang di bahas di atas dan memberikan saran-saran

yang berguna bagi masyarakat.


1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup

pembahasan pada Perkembangan Dana Alokasi Umum Pada Badan Pengelolaan

Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe mulai dari tahun 2015 sampai

dengan 2020.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Badan Pengelolaan Keuangan

Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe yang beralamat di Jalan Muhammad Malikul

Zahir No.145 Kota Lhokseumawe. Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan

Februari hingga Oktober 2021.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

Dalam rangka menerapkan kebijakan fiskal, pemerintah menyusun suatu

anggaran yang merangkum penerimaan dan pengeluaran. Di Indonesia, anggaran

pemerintah tersebut adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN).

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 yaitu: “Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan

keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan di

laksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.” (Kementerian Keuangan)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan wujud pengelolaan

keuangan negara yang ditetapkan setiap tahunnya berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang pelaksanaannya di lakukan secara terbuka dan

bertanggungjawab.

Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003 pasal 1 Tentang Keuangan

Negara,yang dimaksud dengan Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

selanjutnya disebut APBN,adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara

yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). (Kementerian Keuangan)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rangkaian

dari perencanaan, realisasi dan pelaksanaan keuangan tahunan pemerintahan

negara Indonesia yang ditetapkan dengan undang-undang dan pelaksanaannya di

setujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

9
10

2.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud

pengelolaan keuangan negara yang di tetapkan setiap tahun dengan undang-

undang. Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) disusun harus sesuai

dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah negara dan kemampuan dalam

menghimpun pendapatan negara.

Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurut Undang-

Undang No. 17 Tahun 2003, yaitu:

1. Fungsi otorisasi, yaitu anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan

pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan

2. Fungsi perencanaan, yaitu negara dapat menjadi pedoman untuk

merencanakan kegiatan pada tahun tersebut

3. Fungsi pengawasan, yaitu anggaran negara harus menjadi pedoman untuk

menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai

dengan kebutuhan yang telah ditetapkan

4. Fungsi alokasi, yaitu anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi

pegangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi

dan efektivitas perekonomian

5. Fungsi distribusi, yaitu kebijakan anggaran negara harus memperhatikan

rasa keadilan dan kepatutan

6. Fungsi stabilisasi, yaitu anggaran pemerintah yang telah menjadi alat

untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbagi menjadi beberapa

macam fungsi, yaitu fungsi otorisasi, fungsi perencanaan, fungsi pengawasan,

fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.

2.3 Tujuan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN)

Setiap tahun pemerintah pusat atau daerah menyusun Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal tersebut dilakukan guna untuk

menyeimbangkan pengeluaran dan penerimaan negara. Menurut Ahman dan

Indriani (2007:45) tujuan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi

keseimbangan yang dinamis, dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan

kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan

kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) ialah sebagai petunjuk pembuatan laporan

pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka melaksanakan kegiatan-

kegiatan kenegaraan.
2.4 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki prinsip-

prinsip dalam penyusunannya yang sesuai dengan asas-asas penyusunan Anggaran

pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini dikarenakan agar proses

penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berjalan dengan

baik.

Menurut Alam (2007:50) prinsip penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) didasarkan pada aspek pendapatan dan aspek

pengeluaran.

1. Prinsip penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

didasarkan pada aspek pendapatan

a. Mengintensifkan penerimaan sektor anggaran dalam jumlah dan

ketepatan penyetoran.

b. Mengintensifkan penagihan dan pemungutan piutang negara, misalnya

sewa penggunaan barang-barang negara, sewa pelabuhan, dan sewa

landasan pesawat.

c. Mengintensifkan tuntutan ganti rugi yang diderita oleh negara dan

denda dijanjikan.

2. Prinsip penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

berdasarkan aspek pengeluaran negara

a. Hemat, tidak boros, efisien, dan berdaya guna serta sesuai dengan

kebutuhan teknis yang ada.

b. Terarah dan terkendali sesuai dengan anggaran dan program kegiatan.


c. Mengusahakan semaksimal mungkin membeli produk-produk dalam

negeri dengan memperhatikan kemampuan/potensi yang dimiliki.

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dibagi menjadi dua prinsip, yaitu: prinsip penyusunan

APBN berdasarkan aspek pendapatan dan berdasarkan aspek pengeluaran negara.

2.5 Asas-asas Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN)

Dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

terdapat asas-asas yang harus dipegang, yaitu asas kemandirian, asas penajaman,

dan asas penghematan.

Menurut Alam (2007:50) asas-asas penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) adalah:

1. Kemandirian, yaitu pembiayaan negara didasarkan atas kemampuan negara.

2. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktifitas.

3. Penajaman prioritas pembangunan, artinya Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) harus mengutamakan pada pembiayaan yang

lebih bermanfaat.

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa asas penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat dilakukan dengan tiga

cara, yaitu kemandirian, penghematan dan penajaman.


2.6 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2.6.1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada dasarnya

merupakan salah satu instrumen kebijakan yang di pakai sebagai alat untuk

meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat didaerah.

Menurut Tim Ganesha Operation (2017:86) Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu daftar yang memuat perincian sumber-

sumber pendapatan daerah dan macam-macam pengeluaran daerah dalam kurun

waktu satu tahun.

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ialah daftar yang berisi sumber

pendapatan daerah dan pengeluaran daerah dalam satu periode.

2.6.2. Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Setiap tahun pemerintah pusat atau daerah menyusun Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal tersebut dilakukan guna untuk

menyeimbangkan pengeluaran dan penerimaan daerah.

Menurut Tim Ganesha Operation (2017:86) tujuan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) adalah sebagai pedoman pendapatan dan belanja

dalam melaksanaan kegiatan pemerintah daerah. Dengan adanya Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah daerah sudah memiliki

gambaran yang jelas tentang hal-hal yang akan di terima sebagai pendapatan dan

pengeluaran yang harus di keluarkan selama satu tahun.


Berdasarkan yang telah di jelaskan diatas, tujuan Anggaran pendapatan

dan belanja Daerah (APBD) ialah sebagai petunjuk pendapatan dan belanja daerah

dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan daerah.

2.6.3. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Struktur Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan

satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan

daerah. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang

pedoman pengelolaan keuangan daerah, struktur Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah (APBD) merupakan satu kesatuan yang terdiri atas tiga bagian,

yaitu pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

“Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1) di


kelompokkan atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari
belanja langsung dan belanja tidak langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan
mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan
penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan
dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran
pokok utang dan pemberian pinjaman daerah”.

berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa struktur APBD

terdiri dari tiga bagian, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), anggaran belanja

dan pembiayaan.
2.6.4. Pendapatan Daerah

Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas

Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. Menurut Nurlan Darise (2009:42)

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.

Pendapatan Daerah merupakan hak pemerintah yang di nyatakan sebagai

penambah nilai kekayaan yang bersih dalam periode tahun yang bersangkutan.

Daerah diberikan hak mendapat sumber keuangan berupa tersedianya persediaan

pendanaan dari pemerintah.

Pendapatan Daerah menurut Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 33

Tahun 2004 bersumber dari:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Dana Perimbangan, yaitu pendapatan daerah yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terdiri atas Dana

Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan dana Alokasi Khusus

(DAK). Dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi

ketidakseimbangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan

daerah.

3. Lain-lain Pendapatan, yaitu seluruh pendapatan daerah selain pendapatan

asli daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi hibah, dana darurat, dan

lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan (UU 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah).


Berdasarkan kutipan diatas, sumber pendapatan daerah terbagi menjadi

tiga sumber, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Lain-lain

Pendapatan.

2.7 Dana Alokasi Umum (DAU)

2.7.1. Pengertian Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum berperan sebagai perantara penyaluran dana antar

daerah yang dialokasikan untuk provinsi,kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan

Dana Alokasi Umum ditetapkan sekurang-kurangnya 26% yang ditetapkan dalam

APBN.

Menurut Awaniz (2011:19) “Dana alokasi umum merupakan jenis transfer

dana antar tingkat pemerintah yang tidak terikat dengan program pengeluaran

tertentu”.

Dana alokasi umum ialah jenis transfer dana yang tidak terikat dengan

program pengeluaran tertentu. Yang dimaksud transfer pada DAU ialah transfer

yang diganti berupa subsidi yang diberikan dari pemerintah kepada setiap masing-

masing daerah guna untuk kesejahteraan masyarakat.

Adapun menurut Halim (2016:127) menjelaskan bahwa “Dana alokasi

umum adalah transfer dana yang bersifat block grant, sehingga pemerintah daerah

mempunyai keleluasaan di dalam penggunaan DAU sesuai dengan kebutuhan dan

aspirasi masing-masing daerah”.

Dana alokasi umum adalah transfer dana yang berbentuk bantuan sosial

yang diberikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada lembaga

pendidikan yang digunakan untuk pembangunan fisik lembaga pendidikan,


sehingga pemerintah daerah mempunyai keleluasaan dalam penggunaan DAU

sesuai kebutuhan dan aspirasi masing-masing daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah disebutkan bahwa “Dana alokasi umum

adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan

tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam pelaksanaan desentralisasi”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa dana

alokasi umum merupakan salah satu dana perimbangan atau pendapatan

transferyang berupa subsidi daerah yang ditujukan untuk pemerintah daerah guna

mencapai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam pelaksanaan

desentralisasi dan memenuhi kebutuhan daerah masing-masing.

Menurut peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2020 tentang penyaluran DAU dan pengendalian DAU Pasal 4 dan 6.

Pasal 4 tentang Penyaluran DAU:

1) Penyaluran DBH SDA triwulan II dan triwulan III dan penyaluran DAU

bulan Mei 2020 sampai dengan September 2020 Tahun Anggaran 2020

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pemerintah Daerah telah menyampaikan Laporan Kinerja Bidang

Kesehatan untuk pencegahan dan/atau penanganan Covid-19; dan

b. Laporan Kinerja Bidang Kesehatan untuk pencegahan Covid-19

menunjukkan realisasi pelaksanaan kegiatan.


2) Penyaluran DID Tahap I dan Tahap II Tahun Anggaran 2020 untuk

Kelompok Kategori Pelayanan Dasar Publik Bidang Kesehatan

dilaksanakan secara bersamaan paling cepat bulan Maret 2020 paling

lambat bulan Juli 2020.

Pasal 6 tentang Pengendalian DAU:

1) Dalam rangka pengendalian pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2020,

terhadap penyaluran sebagian DAU Tahun Anggaran 2020 dapat

dilakukan pemotongan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan

Keuangan atas nama Menteri Keuangan.

2) Pemotongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal

daerah tidak memenuhi persyaratan penyaluran sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1) selama dua bulan berturut-turut.

3) Pemotongan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan

mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah dan perkiraan kebutuhan

belanja daerah tiga bulan ke depan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemotongan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perimbangan

Keuangan.

2.7.2. Tujuan pembentukan DAU

Pembentukan DAU pada BPKD (Badan Pengelolaan Keuangan Daerah)

Kota Lhokseumawe sangat penting guna sebagai salah satu komponen belanja

pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD.
Indraningrum (2011:23) mengidentifikasikan beberapa tujuan pemerintah

pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk DAU kepada pemerintah daerah,

yaitu:

1. Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah

2. Untuk meningkatkan akuntabilitas

3. Untuk meningkatkan sistem pajak yang lebih maju

4. Untuk meningkatkan keberterimaan pajak daerah

Tujuan pemerintah pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk DAU

kepada pemrintah daerah adalah mendorong terciptanya keadilan antar wilayah,

untuk meningkatkan akuntabilitas, untuk meningkatkan sistem pajak yang lebih

maju, dan untuk meningkatkan keberterimaan pajak daerah. Pembentukan DAU

juga bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk

mendanai kebutuhan daerah.

Adapun menurut Halim (2016:127) menjelaskan bahwa tujuan dibentuknya

DAU adalah sebagai berikut:

Dana alokasi umum mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan


daerah, DAU akan memberikan kepastian bagi daerah untuk membiayain
kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing
daerah dengan proporsi sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam
negri netto yang telah ditetapkan dalam APBN.

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembentukan DAU

untuk mengurangi ketidakseimbangan ekonomi antara satu provinsi dengan

provinsi lainnya tidak dapat dihindari dengan adanya desentralisasi. Disebabkan

oleh kecilnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat digali oleh

pemerintah daerah. Untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut, pemerintah

pusat
berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU lebih besar dibanding daerah

yang kaya dan sebaliknya juga.

2.7.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dana alokasi umum

Dalam BPKD Kota Lhokseumawe ada dana perimbangan yang salah satu

macam dari dana perimbangan yaitu Dana alokasi umum. Faktor yang

mempengaruhi banyak sedikitnya Dana Alokasi Umum untuk setiap daerah adalah

celah fiskal dan potensi daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2000 tentang Dana

Perimbangan, Dana alokasi umum yang akan diterima oleh setiap daerah akan

dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

1. Alokasi dasar, yaitu jumlah PNS yang ada di daerah.

2. Jumlah penduduk yang ada di daerah.

3. Luas wilayah daerah.

4. Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan setiap tahun.

5. Dana Bagi Hasil yang diperoleh dari pemerintah pusat setiap tahunnya.

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi Dana alokasi umum ialah alokasi dasar,jumlah penduduk,luas

wilayah,pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil yang diperoleh dari

pemerintah.
2.7.4. Prinsip dasar alokasi DAU

Dana alokasi umum dalam mendanai kebutuhan daerah serta untuk

mengurangi terjadinya ketidakseimbangan keuangan antar daerah dengan

menerapkan metode yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi suatu

daerah, dalam mewujudkan demikian diperlukan juga prinsip dasar alokasi DAU.

Menurut Ririn (2011) menyatakan bahwa prinsip dasar untuk alokasi DAU

adalah sebagai berikut:

1. Kecukupan
Sebagi suatu bentuk penerimaan, sistem DAU harus memberikan sejumlah
dana yang cukup kepada daerah.
2. Netralitas dan efisiensi
Desain dari sistem alokasi harus netral dan efisiensi. Netral artinya suatu
sistem alokasi harus diupayakan sedemikian rupa sehingga efeknya justru
memperbaiki (bukannya menimbulkan) distorsi dalam harga relatif dalam
perekonomian daerah. Efisiensi artinya sisitem alokasi DAU tidak boleh
menciptakan distorsi dalam struktur harga input.
3. Akuntabilitas
Sesuai dengan namanya yaitu Dana Alokasi Umum, maka penggunaannya
terhadap dana fiskal ini sebaiknya dilepaskan ke adaerah, karena peran
daerah akan sangat dominan dalam penentuan arah lokasi.
4. Relevansi dengan tujuan
Alokasi DAU ditujukan untuk membiayai sebagian dari beban fungsi yang
dijalankan, hal-hal yang merupakan prioritas dan target-target nasional
yang harus dicapai.
5. Keadilan
Prinsip dasar keadilan alokasi DAU bertujuan untuk pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam pelaksanaan desentralisasi.
6. Objektivitas dan transparansi
Indikator yang digunakan sedapat mungkin adalah indikator yang sifatnya
objektif sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang ambivalen.
7. Kesederhanaan
Rumusan alokasi DAU harus sederhana (tidak kompleks). Rumusan
sebaiknya tidak memanfaatkan sejumlah besar variabel dimana jumlah
variabel yang dipakai menjadi relatif terlalu besar ketimbang jumlah dana
yang ingin dialokasikan.
Prinsip Dana alokasi umum ialah kecukupan, netralitas dan efisiensi,

akuntabilitas, relevansi, keadilan, objektivitas dan transparansi, kesederhanaan.

Dengan adanya prinsip tersebut maka DAU menjadi lebih efektif dan data DAU

setiap tahunnya mudah di dapat dan direalisasikan.

Menurut Siregar (2016:17) menyatakan bahwa prinsip dasar untuk alokasi

DAU ialah:

1. Kecukupan prinsip mendasar yang pertama adalah prinsip kecukupan.


2. Netralisasi dan efisiensi desain dari sistem alokasi harus netral dan efisien.
3. Akuntabilitas sesuai dengan namanya yaitu Dana Alokasi Umum, maka
penggunaan terhadap dana fiskal ini sebaiknya dilepaskan ke daerah,
karena peran daerah akan sangat dominan dalam penentuan arah lokasi,
maka peran lembaga DPRD, pers dan masyarakat di daerah bersangkutan
amatlah penting dalam proses penentuan prioritas anggaran yang perlu
dibiayai DAU.
4. Relevansi dengan tujuan sistem alokasi DAU sejauh mungkin harus
mengacu pada tujuan pemberian alokasi sebagaimana dimaksudkan dalam
Undang-Undang.
5. Keadilan prinsip dasar keadilan alokasi DAU bertujuan untuk pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
\dalam pelaksanaan desentralisasi.
6. Objektivitas dan transparansi sebuah sistem alokasi DAU yang baik harus
didasarkan pada upaya untuk meminimumkan kemungkinan manipulasi,
maka sistem alokasi DAU harus dibuat sejelas mungkin dan formulanya
pun dibuat setransparan mungkin.
7. Kesederhanaan rumusan alokasi DAU harus sederhana (tidak kompleks).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar alokasi

DAU adalah kecukupan, netralitas dan efisiensi, akuntabilitas, relevansi dengan

tujuan, keadilan, objektivtas dan transparansi dan kesederhanaan.


2.7.5. Tahap Perhitungan DAU

Dana Alokasi Umum (DAU) ialah sejumlah dana yang harus dialokasikan

pemerintah pusat kepada setiap Daerah Otonom di Indonesia tahunnya sebagai

dana pembangunan. Oleh karena itu dalam mengalokasikan sejumlah dana

tersebut, DAU memiliki beberapa tahap dalam perhitungannya.

Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan, tahap perhitungan DAU ialah:

1. Tahapan Akademis, merupakan konsep awal penyusunan kebijakan atas

implementasi formula DAU dilakukan oleh Tim Independen dari berbagai

universitas dengan tujuan untuk memperoleh kebijakan perhitungan DAU

yang sesuai dengan ketentuan UU dan karakteristik Otonomi Daerah di

Indonesia

2. Tahapan Administratif, dalam tahapan ini Kemenkeu c.q. DJPK

melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk penyiapan data dasar

perhitungan DAU termasuk didalamnya kegiatan konsolidasi dan

verifikasi data untuk mendapatkan validitas dan kemutakhiran data yang

akan digunakan

3. Tahapan Teknis, merupakan tahap pembuatan simulasi perhitungan DAU

yang akan dikonsultasikan Pemerintah kepada DPR RI dan dilakukan

berdasarkan formula DAU sebagaimana diamanatkan UU dengan

menggunakan data yang tersedia serta memperhatikan hasil rekomendasi

pihak akademis

4. Tahapan Politis, merupakan tahap akhir, pembahasan perhitungan dan

alokasi DAU antara pemerintah dengan Panja Belanja Daerah Panitia


Anggaran DPR RI untuk konsultasi dan mendapatkan persetujuan hasil

perhitungan DAU.

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan perhitungan DAU

ada empat tahap, yaitu tahap Akademis, tahap Administratif dan tahap Teknis

serta tahap Politis. Ketiga tahap tersebut memiliki berbeda tujuannya. Tahap

pertama yaitu tahap akademis dengan tujuan untuk memperoleh kebijakan

perhitungan DAU yang sesuai dengan ketentuan UU, tahap administratif dan

tahap teknis hampir memiliki kesamaan yang bertujuan untuk penyiapan data dan

pembuatan simulasi perhitungan DAU menggunakan data yang tersedia

berdasarkan formula DAU, sedangkan tahap politis yaitu tahap akhir yang

pembahasan perhitungan dan alokasi DAU nya antara pemerintah dengan Panja

Belanja Daerah Panitia Anggaran DPR RI yang bertujuan untuk mendapatkan

persetujuan hasil perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU).

2.7.6. Formulasi Dana Alokasi Umum (DAU)

Besaran alokasi DAU per daerah di hitung menggunakan rumus/formulasi

DAU yang minimal 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Netto (PDN Netto).

Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan formulasi DAU sebagai berikut: “Formula DAU

menggunakan pendekatan celah fiskal (fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan

fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity) daerah dan

Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS daerah.


Rumus Formula DAU

DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF)

Keterangan:

AD: Gaji PNS Daerah

CF: Kebutuhan Fiskal - Kapasitas Fiskal

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa formula DAU selisih antara

kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah.

Provinsi/Kabupaten/Kota berhak menerima DAU dengan besaran yang tidak

sama. Daerah dimungkinkan mendapatkan DAU lebih besar atau lebih kecil atau

sama dengan DAU tahun sebelumnya.

2.8 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.8.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Penggunaan informasi yang paling utama adalah untuk tujuan

pengambilan keputusan, dan biasanya menjadi sebagi ukuran berhasilnya suatu

organisasi dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Harapan pemerintah

daerah dapat mengendalikan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dimana dalam penyelenggaraan urusan daerah.

Menurut Fadli (dalam Widjaya, 2001:42) “Pendapatan Asli Daerah (PAD)

merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam menciptakan dana

pembangunan guna memenuhi belanja daerah”.


Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu modal pasar pemerintah

daerah dalam menciptakan dana pembangunan guna memenuhi belanja daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga sebagai sumber penerimaan daerah yang

mencerminkan tingkat kemandirian daerah.

Menurut Basri (2005:90) “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

sumber keuangan dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan, terdiri dari hasil

pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengolahan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan yang sah”.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli

Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah dalam wilayahnya sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan

yang terdiri dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah

yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan yang sah.

2.8.2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Bagi pemerintah daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD), kegiatan

membiayai langsung atau tidak langsung di daerah tersebut. Dengan demikian,

pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan penyediaan sumber-sumber

Pendapatan Asli (PAD) dengan cara meningkatkan kinerja pemungutan.

Menurut Yani (2002:39) sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terdiri dari:

1. Hasil pajak daerah


Yaitu pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh daerah
untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak
daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya
digunakan untuk pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung
diberikan sedangkan pelaksanaannya bisa dapat dipaksakan.
2. Hasil retribusi daerah
Yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik
pemerintah daerah yang bersangkutan.
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan
Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari
keuntungan bersih perusahaan daerah berupa dana pembangunan daerah
dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah baik
perusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan
pengelolaan.
4. Dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Yaitu pendapatan-pendapatan yang tidak ternasuk dalam jenis-jenis pajak
daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas, lain-lain usaha daerah
yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegiatan
tersebut, bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau menetapkan suatu
kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.
Dalam menjalankan pemerintahan yang baik di pusat dan daerah,

pemerintah memerlukan dana yang bersumber dari beberapa sumber. Sumber-

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi

daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya

yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa

sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai berikut:

1. Pajak daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 pajak daerah
didefinisikan sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atay
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang atau badan
kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah daerah
memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang langsung dapat
dirasakan oleh pembayar retribusi .
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan
Penerimaan daerah ini berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.
4. Lain-lain pendapatan asli daerah sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, meliputi:
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang digunakan

untuk pembangunan daerah serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Instansi

3.1.1 Sejarah Singkat Kota Lhokseumawe

Lhokseumawe adalah sebuah kota yang berada di Provinsi Aceh, kota ini

berada persis ditengah-tengah jalur timur Sumatra. Berada diantara Banda Aceh

dan Medan sehingga kota ini merupakan jalur vital distribusi dan perdagangan di

Aceh yang bisa dijadikan tempat pertumbuhan ekonomi apalagi dengan adanya

Perkantoran, pusat perbelanjaan, restaurant dan sarana hiburan sebagai lapangan

pekerjaan.

Kota Lhokseumawe merupakan bagian dari Provinsi Aceh yang terletak

diantara 04o54o – 05o 18o LU dan pada Garis 96o 20o – 97o 21o BT. Kota ini

memiliki wilayah sekitar 181,06 kilometer persegi (Km2), dengan batas

administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka:

1. Sebelah selatan berbatas dengan Aceh Utara (Kecamatan Kuta Makmur),

2. Sebelah Barat berbatas dengan Aceh Utara (Kecamatan Dewantara),

3. Sebelah Timur berbatas dengan Aceh Utara (Kecamatan Syamtalira Bayu).

Secara administrative, Kota Lhokseumawe dibagi ke dalam 4 (empat)

wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan

Muara Satu. Keempat kecamatan ini melingkupi 9 (Sembilan) kemungkinan dan

68 (enam puluh delapan) Desa/Gampong.

30
31

Muara Dua merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas.

Kecamatan ini memiliki luas 57,80 Km2 atau hamper 31,92% dari keseluruhan

luas wilayah kota ini. Kecamatan Blang Mangat memiliki luas wilayah seluas

56,12 Km2 atau 31% dari luas Kota Lhokseumawe, sementara Banda Sakti luas

hanya memiliki luas wilayah 11,24 Km2 atau 6,21% dari total luas wilayah Kota

Lhokseumawe, sedangkan Kecamatan Muara Satu, sebagai wilayah pemekaran

dari Kecamatan Muara Dua memiliki luas 55,90 Km2 (30,87%). Posisi geografi

Kantor Wali Kota Lhokseumawe terletak pada garis 50 10’ – 440 7’ Lintang Utara

dan 970 08’ – 570 5’ Bujunr timur. Berjarak 900 m dari tugu selamat dating Kota

Lhokseumawe berdiri kokoh Kantor Wali Kota Lhokseumawe, tepatnya di jalan

merdeka, Banda Sakti Kota Lhokseumawe (disamping Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Lhokseumawe).

3.1.2 Tugas Pokok BPKD Kota Lhokseumawe

Tugas pokok Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota

Lhokseumawe sebagai salah satu unsur birokrasi publik didaerah adalah

melaksanakan kewenangan otonomi dibidang pengelolaan keuangan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.

3.1.3 Fungsi BPKD Kota Lhokseumawe

Dalam menyelenggarakan tugas pokok badan pengelolaan keuangan

daerah Kota Lhokseumawe, mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas.


2. Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang.
3. Perumusan kebijakan teknik administrasi dan teknik pelaksanaan
penyusunan anggaran dan pendapatan daerah.
4. Pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah yang telah diciptakan dengan
qanun.
5. Pelaksanaan fungsi bendahara umum daerah.
6. Pengumpulan bahan penyususnan anggaran belanja.
7. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang administrasi pengelolaan
keuangan dan kekayaan daerah.
8. Perumusan kebijakan dan pedoman-pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah.
9. Pengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh bupati.

3.1.4 Struktur Organisasi BPKD Kota Lhokseumawe

Struktur organisasi merupakan kerangka yang menunjukkan hubungan-

hubungan antara pegawai maupun bidang-bidang kerja antara satu sama lainnya

sehingga nantinya akan jelas kedudukan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing bagian.

Bentuk struktur organisasi yang digunakan pada instansi ini adalah struktur

organisasi garis. struktur organisasi garis adalah suatu bentuk organisasi yang

didalamnya terdapat garis wewenang yang saling menghubungkan langsung

secara vertikal antara pimpinan dan bawahan. Seperti masing-masing subbidang

pada BPKD Kota Lhokseumawe yang dipimpin oleh seorang kepala subbidang

yang bertanggung jawab langsung kepada kepala BPKD Kota Lhokseumawe

sesuai dengan bidang tugasnya.

Adapun tugas dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi BPKD

Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut:

1. Kepala Badan

Kepala BPKD mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan

kebijakan, urusan ketatausahaan, menyusun program jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang, evaluasi dan pelaporan, pajak bumi dan bangunan,

bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan dan dana perimbangan, pajak daerah dan lain-lain

pendapatan asli daerah, anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan kekayaan daerah.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas membantu kepala badan dalam pengelolaan

urusan administrasi, keuangan, kepegawaian, ketatausahaan dan tatalaksana,

kearsipan, umum, perlengkapan dan peralatan, kerumahtanggaan, hukum,

penyelenggaraan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit

organisasi di lingkungan BPKD.

Bidang Sekretariat memiliki beberapa subbagian yang dipimpin oleh

seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

kepala sekretariat sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang sekretariat terdiri dari:

Subbagian penyusunan program mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melakukan penghimpunan dan penyiapan bahan perumusan rencana


kerja, program, anggaran, dan laporan di lingkungan BPKD.
b. Melakukan koordinasi dan konsultasi dalam rangka perumusan
rencana kerja, penyusunan program, anggaran, dan laporan di
lingkungan BPKD.
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan Subbagian
Penyusunan Program.
d. Melaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbagian keuangan dan perlengkapan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melakukan penghimpunan dan penyiapan bahan keuangan,


perlengkapan dan peralatan serta pengelolaan aset di lingkungan
BPKD.
b. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dalam rangka pelaksanaan
penatausahaan keuangan, perlengkapan dan peralatan serta
pengelolaan aset di lingkungan BPKD.
c. Melaksanakan penatausahaan keuangan, perlengkapan dan peralatan
serta pengelolaan aset di lingkungan BPKD.
d. Melaksanakan kegiatan verifikasi dokumen keuangan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Menyusun laporan keuangan di lingkungan BPKD.
f. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di Subbagian
Keuangan dan Perlengkapan.
g. Melaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melakukan penghimpunan dan penyiapan bahan tata usaha, rumah


tangga, kehumasan, hukum, kepegawaian dan reformasi birokrasi di
lingkungan BPKD.
b. Melakukan koordinasi dan konsultasi dalam rangka tata usaha, rumah
tangga, kehumasan, hukum, kepegawaian dan reformasi birokrasi di
lingkungan BPKD.
c. Melakukan kegiatan tata usaha, rumah tangga, kehumasan, hukum,
kepegawaian dan reformasi birokrasi di lingkungan BPKD.
d. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiataan
Subbagian Umum dan Kepegawaian.
e. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Bidang Pajak Bumi Bangunan dan Dana Perimbangan

Bidang pajak bumi bangunan dan dana perimbangan mempunyai tugas

membantu kepala badan dalam melaksanakan tugas dibidang pendataan, penilaian

dan penetapan pajak bumi dan bangunan, pengolahan data informasi dan

penagihan pajak bumi dan bangunan, dana perimbangan, lain-lain pendapatan dan

bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

bidang pajak bumi bangunan dan dana perimbangan memiliki beberapa

subbidang yang dipimpin oleh seorang kepala subbidang yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada kepala bidang pajak bumi bangunan dan dana

perimbangan sesuai dengan bidang tugasnya. bidang pajak bumi bangunan dan

dana perimbangan terdiri dari:


Subbidang subbidang pendataan, penilaian dan penetapan pajak bumi dan

bangunan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Penyiapan bahan penyusunan rencana kerja dibidang pendataan,


penilaian dan penetapan pajak bumi dan bangunan.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang pendataan, penilaian dan penetapan pajak bumi dan
bangunan.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang pendataan,
penilaian dan penetapan pajak bumi dan bangunan.
d. Melaksanakan tugas dibidang pendataan, penilaian dan penetapan
pajak bumi dan bangunan sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang pendataan,
penilaian dan penetapan pajak bumi dan bangunan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang pendataan,
penilaian dan penetapan pajak bumi dan bangunan sesuai dengan
lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang penagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mempunyai tugas

sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang penagihan,


penatausahaan, penerimaan, pengelolaan data pajak bumi dan
bangunan, dan penyampaian serta pemeliharaan dokumen.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang penagihan, penatausahaan penerimaan, pengelolaan data
pajak bumi dan bangunan, dan penyampaian serta pemeliharaan
dokumen.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang penagihan,
penatausahaan penerimaan, pengelolaan data pajak bumi dan
bangunan, dan penyampaian serta pemeliharaan dokumen.
d. Melaksanakan tugas dibidang penagihan, penatausahaan penerimaan,
pengelolaan data pajak bumi dan bangunan, dan penyampaian serta
pemeliharaan dokumen sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang penagihan,
penatausahaan penerimaan, pengelolaan data pajak bumi dan
bangunan, dan penyampaian serta pemeliharaan dokumen sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang penagihan,
penatausahaan penerimaan, pengelolaan data pajak bumi dan
bangunan, dan penyampaian serta pemeliharaan dokumen sesuai
dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang dana perimbangan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang dana


perimbangan, lain-lain pendapatan dan bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang dana perimbangan, lain-lain pendapatan dan bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang dana
perimbangan, lain-lain pendapatan dan bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan.
d. Melaksanakan tugas dibidang dana perimbangan, lain-lain pendapatan
dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang dana
perimbangan, lain-lain pendapatan dan bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang dana
perimbangan, lain-lain pendapatan dan bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelakasanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Bidang Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

Bidang pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah mempunyai tugas

membantu kepala badan dalam melaksanakan tugas dibidang pendataan dan

penetapan, pembukuan dan penagihan, pengembangan dan pengendalian pajak

daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah, pengkajian pengembangan potensi

penerimaan pajak daerah unggulan, dan retribusi daerah.


Bidang pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah memiliki

beberapa subbidang yang dipimpin oleh seorang kepala subbidang yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang pajak daerah lain-lain

pendapatan asli daerahsesuai dengan bidang tugasnya. Bidang pajak daerah dan

lain-lain pendapatan asli daerah terdiri dari:

Subbidang pendataan dan penetapan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang pendataan dan


penatapan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang pendataan dan penetapan pajak daerah dan lain-lain
pendapatan asli daerah.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang pendataan
dan penetapan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah.
d. Melaksanakan tugas dibidang pendataan dan penetapan pajak daerah
dan lain-lain pendapatan asli daerah.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidangpendataandan
penetapan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang pendataan
danpenetapan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah sesuai
dangan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang pembukuan dan penagihan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang pembukuan


dan penagihan, pengelolaan dan pemeliharaan data pajak daerah dan
lain- lain pendapatan asli daerah.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang pembukuan dan penagihan, pengelolaan dan pemeliharaan
data pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang
pembukuan dan penagihan, pengelolaan dan pemeliharaan data pajak
daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah.
d. Melaksanakan tugas dibidang pembukuan dan penagihan, pengelolaan
dan pemeliharaan data pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli
daerah sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang pembukuan
dan penagihan, pengelolaan dan pemeliharaan data pajak daerah dan
lain pendapatan asli daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang pumbukuan dan
penagihan, pengelolaan dan pemeliharaan data pajak daerah dan lain-
lain pendapatan asli daerah sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang pengembangan dan pengendalian mempunyai tugas sebagai

berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang pengembangan


dan pengendalian pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang pengembangan dan pengendalian pajak daerah dan lain-lain
pendapatan asli daerah.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang
pengembangan dan pengendalian pajak daerah dan lain-lain
pendapatan asli daerah.
d. Melaksanakan tugas dibidang pengembangan dan pengendalian pajak
daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang pengembangan
dan pengendalian pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang pengembangan
dan pengendalian pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah
sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Bidang Anggaran

Bidang anggaran mempunyai tugas membantu kepala badan dalam

melaksanakan tugas dibidang penyusunan anggaran dan pengendalian anggaran,


pengembangan dan implementasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah

(SIPKD).

Bidang anggaran memiliki beberapa subbidang yang dipimpin oleh

seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala bidang anggaran sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang anggaran, terdiri

dari:

Subbidang penyusunan anggaran mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang penyusunan


anggaran.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang penyusunan anggaran.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang
penyusunan anggaran.
d. Melaksanakan tugas dibidang penyusunan anggaran sesuai rencana
kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang penyusunan
anggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang penyusunan
anggaran sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang pengendalian anggaran mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang pengendalian


anggaran dan pengembangan SIPKD.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di
bidang pengendalian anggaran dan pengembangan SIPKD.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang
pengendalian anggaran dan pengembangan SIPKD.
d. Melaksanakan tugas dibidang pengendalian anggaran dan
pengembangan SIPKD sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang pengendalian
anggaran dan pengembangan SIPKD sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang pengendalian
anggaran dan pengembangan SIPKD sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

6. Bidang Perbendaharaan

Bidang perbendaharaan mempunyai tugas membantu kepala badan dalam

melaksanakan tugas dibidang penataan administrasi keuangan belanja langsung

dan belanja tidak langsung, verifikasi, penatausahaan kas, pembinaan satuan

pemegang kas.

Bidang perbendaharaan memiliki beberapa subbidang yang dipimpin oleh

seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala bidang perbendaharaan sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang

perbendaharaan, terdiri dari:

Subbidang belanja langsung mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang penataan


administrasi keuangan belanja langsung, verifikasi, pembinaan satuan
pemegang kas.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang penataan administrasi keuangan belanja langsung, verifikasi,
pembinaan satuan pemegang kas.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang penataan
administrasi keuangan belanja langsung, verifikasi, pembinaan satuan
pemegang kas.
d. Melaksanakan tugas dibidang penataan administrasi keuangan belanja
langsung, verifikasi, pembinaan satuan pemegang kas sesuai rencana
kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang penataan
administrasi keuangan belanja langsung, verifikasi, pembinaan satuan
pemegang kas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang penataan
administrasi keuangan belanja langsung, verifikasi, pembinaan satuan
pemegang kas sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.
Subbidang belanja tidak langsung mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang penataan


administrasi keuangan belanja tidak langsung, verifikasi, pembinaan
satuan pemegang kas.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang penataan administrasi keuangan belanja tidak langsung,
verifikasi, pembinaan satuan pemegang kas.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang penataan
administrasi keuangan belanja tidak langsung, verifikasi, pembinaan
satuan pemegang kas.
d. Melaksanakan tugas dibidang penataan administrasi keuangan belanja
tidak langsung, verifikasi, pembinaan satuan pemegang kas sesuai
rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang penataan
administrasi keuangan belanja tidak langsung, verifikasi, pembinaan
satuan pemegang kas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang penataan admi-
nistrasi keuangan belanja tidak langsung, verifikasi, pembinaan satuan
pemegang kas sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang penatausahaan kas mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rancana kerja dibidang penatausahaan


kas.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang penatausahaan kas.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang
penatausahaan kas.
d. Melaksanakan tugas dibidang penatausahaan kas sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang penatausahaan
kas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang penatausahaan
kas sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.

7. Bidang Akuntansi
Bidang akuntansi mempunyai tugas membantu kepala badan dalam

melaksanakan tugas dibidang akuntansi pendapatan, akuntansi belanja dan

pembiayaan serta pelaporan.

Bidang akuntansi memiliki beberapa subbidang yang dipimpin oleh

seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala bidang akuntansi sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang akuntansi, terdiri

dari:

Subbidang akuntansi pendapatan mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang sistem dan


prosedur akuntansi terhadap pendapatan daerah, konsolidasi dan
rekonsiliasi antara pencatatan pendapatan daerah.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan prosedur akuntansi
terhadap pendapatan daerah, konsolidasi dan rekonsiliasi antara
pencatatan pendapatan daerah.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaaan rencana kerja dibidang sistem
dan prosedur akuntansi terhadap pendapatan daerah, konsolidasi dan
rekonsiliasi antara pencatatan pendapatan daerah.
d. Melaksanakan tugas dibidang sistem dan prosedur akuntansi terhadap
pendapatan daerah, konsolidasi dan rekonsiliasi antara pencatatan
pendapatan daerah sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang sistem dan
prosedur akuntansi terhadap pendataan daerah, konsilidasi dan
rekonsiliasi antara pencatatan pendapatan daerah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang sistem dan
prosedurakuntansi terhadap pendapatan daerah, konsolidasi dan
rekonsiliasi antara pencatatan pendapatan daerah sesuai dengan
lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang di berikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang akuntansi belanja dan pembiayaan mempuyai tugas sebagai

berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang sistem dan


produser, rekonsiliasi, akuntansi belanja dan pembiayaan.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang sistem dan prosedur, rekonsiliasi, akuntansi belanja dan
pembiayaan.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang sistem dan
prosedur, rekonsiliasi, akuntansi belanja dan pembiayaan.
d. Melaksanakan tugas dibidang sistem dan prosedur, rekonsiliasi,
akuntansi belanja dan pembiayaan sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang sistem dan
prosedur, rekonsiliasi, akuntansi belanja dan pembiayaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang sistem dan
prosedur, rekonsiliasi, akuntansi belanja dan pembiayaan sesuai
dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.

Subbidang pelaporan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidang pelaporan


keuangan pemerintah daerah, verifikasi hasil rekonsiliasi pencatatan
aset daerah.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang pelaporan keuangan pemerintah daerah, verifikasi hasil
rekonsiliasi pencatatan aset daerah.
c. Mempersiapkan pelaksanaan rencana kerja dibidang pelaporan
keuangan pemerintah daerah, verifikasi hasil rekonsiliasi pencatatan
aset daerah.
d. Melaksanakan tugas dibidang pelaporan keuangan pemerintah daerah,
verifikasi hasil rekonsiliasi pencatatan aset daerah sesuai rencana
kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang pelaporan
keuangan pemerintah daerah, verifikasi hasil rekonsiliasi pencatatan
aset daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidangpelaporan
keuangan pemerintah daerah, verifikasi hasil rekonsiliasi pencatatan
aset daerah sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

8. Bidang Kekayaan Daerah

Bidang kekayaan daerah mempunyai tugas membantu kepala badan dalam

melaksanakan tugas dibidang perencanaan dan analisa penghapusan, inventarisasi,


evaluasi dan pelaporan penatausahaan barang milik daerah, penetapan standar

harga barang/jasa dan upah.

Bidang kekayaan daerah memiliki beberapa subbidang yang dipimpin oleh

seorang kepala subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala bidang kekayaan daerah sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang kekayaan

daerah terdiri dari:

Subbidang perencanaan analisa kebutuhan barang milik daerah

mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja di bidang perencanaan


dan analisa kebutuhan barang milik daerah, pendataan, standarisasi
harga barang, penyusunan rencana dan daftar hasil pengadaan
kebutuhan barang milik daerah serta satuan kerja perangkat daerah.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknisdi
bidang perencanaan dan analisa kebutuhan barang milik daerah,
pendataan, standarisasi harga barang, penyusunan rencana dan daftar
hasil pengadaan kebutuhan barang milik daerah serta satuan kerja
perangkat daerah.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja di bidang
perencanaan dan analisa kebutuhan barang milik daerah, pendataan,
standarisasi harga barang, penyusunan rencana dan daftar hasil
pengadaan kebutuhan barang milik daerah serta satuan kerja perangkat
daerah.
d. Melaksanakan tugas dibidang perencanaan dan analisa kebutuhan
barang milik daerah, pendataan, standarisasi harga barang,
penyusunan rencana dan daftar hasil pengadaan kebutuhan barang
milik daerah serta satuan kerja perangkat daerah sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian di bidang perencanaan
dan analisa kebutuhan barang milik daerah, pendataan, standarisasi
harga barang, penyusunan rencana dan daftar hasil pengadaan
kebutuhan barang milik daerah serta satuan kerja perangkat daerah
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi di bidang perencanaan
dan analisa kebutuhan barang milik daerah, pendataan, standarisasi
harga barang, penyusunan rencana dan daftar hasil pengadaan
kebutuhan barang milik daerah serta satuan kerja perangkat
daerahsesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai dengan
lingkup tugasnya.
h. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang pemanfaatan, penilaian dan penghapusan mempunyai tugas

sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja di bidang pemanfaatan,


penilaian dan penghapusan barang milik daerah yang dilaporkan oleh
satuan kerja perangkat daerah.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di
bidang pemanfaatan, penilaian dan penghapusan barang milik daerah
yang dilaporkan oleh satuan kerja perangkat daerah.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja di bidang
pemanfaatan, penilaian dan penghapusan barang milik daerah, yang
dilaporkan oleh satuan kerja perangkat daerah.
d. Melaksanakan tugas dibidang pemanfaatan, penilaian dan
penghapusan barang milik daerah yang dilaporkan oleh satuan kerja
perangkat daerah sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang pemanfaatan,
penilaian dan penghapusan barang milik daerah, pendataan,
standarisasi harga barang yang dilaporkan oleh satuan kerja perangkat
daerah sesuai ketentuan peraturan perundangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi di bidang pemanfaatan,
penilaian dan penghapusan barang milik daerah yang dilaporkan oleh
satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan lingkup tugasnya.
g. Menyiapkan bahan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai dengan
lingkup tugasnya.
h. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

Subbidang inventarisasi evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas sebagai

berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja dibidanginventarisasi,


evaluasi dan pelaporan data barang milik daerah pada satuan kerja
perangkat daerah untuk menyusun laporan keuangan.
b. Mempersiapkan bahan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis
dibidang inventarisasi, evaluasi dan pelaporan data barang milik
daerah pada satuan kerja perangkat daerah untuk menyusun laporan
keuangan.
c. Mempersiapkan bahan pelaksanaan rencana kerja dibidang
inventarisasi, evaluasi dan pelaporan data barang milik daerah pada
satuan kerja perangkat daerah untuk menyusun laporan keuangan.
d. Melaksanakan tugas dibidang inventarisasi, evaluasi dan pelaporan
data barang milik daerah pada satuan kerja perangkat daerah untuk
menyusun laporan keuangan sesuai rencana kerja.
e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang inventarisasi,
evaluasi dan pelaporan data barang milik daerah pada satuan kerja
perangkat daerah untuk menyusun laporan keuangan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
f. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi dibidang inventarisasi,
evaluasi dan pelaporan data barang milik daerah pada satuan kerja
perangkat daerah untuk menyusun laporan keuangan sesuai lingkup
tugasnya.

3.1.5 Aktivitas BPKD Kota Lhokseumawe

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kota Lhokseumawe

dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah (Sekda). BPKD Kota Lhokseumawe

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan

pemerintahan daerah di bidang pengelolaan keuangan daerah yang meliputi

bidang pajak bumi dan bangunan, biaya perolehan hak atas tanah, bangunan dan

dana perimbangan, pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah, anggaran,

perbendaharaan, akuntansi dan kekayaan daerah.

3.2 Dana Alokasi Umum (DAU) pada BPKD Kota Lhokseumawe Tahun

Anggaran 2015-2020

Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. DAU tersebut dialokasikan dalam bentuk block grant,

yaitu penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada daerah. Kebijakan

penggunaan Dana Alokasi Umum tersebut diatas diharapkan digunakan secara


efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.

Kebijakan penggunaan Dana Alokasi Umum sesuai dengan peraturan

pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan atau

Dana Alokasi Umum, sudah seharusnya secara transparan dan akuntabel.

Pemerintah dalam perkembangannya memberikan Dana Alokasi Umum untuk

mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan daerah

yang cukup besar. Dalam ketentuan pemerintah pusat memberikan Dana Alokasi

Umum kepada pemerintah daerah yaitu dengan cara melihat alokasi dasar yang

merupakan mengkaji data jumlah pegawai negeri sipil daerah dan besaran gaji

pegawai negeri sipil tersebut dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan lain

yang terkait dengan data. Dan juga penerimaan Dana Alokasi Umum yang

diterima oleh daerah digunakan untuk pelayanan masyarakat yang dapat dilihat

dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan kontruksi, indeks

pembangunan manusia, dan produk domestik reginoal bruto.

DAU nasional pada hakikatnya disusun oleh Pemerintah (Kementerian

Keuangan/DJPK, BKF, dan DJA) dan DPR. Sumber data dalam perhitungan

besaran DAU nasional ini adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan Perpajakan (data bersumber dari BKF, Kementerian Keuangan);

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (data bersumber dari Direktorat PNBP,

DJA, Kementerian Keuangan);


c. Dana Bagi Hasil (data bersumber dari Direktorat Penyusunan APBN, DJA,

Kementerian Keuangan);

d. Subsidi pajak (data bersumber dari BKF, Kementerian Keuangan);

e. Subsidi BBM dan subsidi listrik(data bersumber dari Direktorat PNBP, DJA,

Kementerian Keuangan);

f. Subsidi pupuk, subsidi pangan, dan subsidi benih (data bersumber dari
masing- masing KPA terkait).

Alokasi Dasar dalam penghitungan DAU dihitung berdasarkan data jumlah


Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) dan besaran belanja gaji PNSD dengan
memperhatikan kebijakan-kebijakan perbaikan penghasilan PNS antara lain
kenaikan gaji pokok, gaji bulan ke-13, formasi CPNSD, dan kebijakan-kebijakan
lain terkait penggajian. Adapun data dasar yang digunakan adalah data gaji induk,
yang terdiri dari komponen Gaji Pokok, Tunjangan Keluarga, Tunjangan Jabatan,
Tunjangan PPh, Tunjangan Beras. Komponen Alokasi Dasar dalam DAU tidak
dimaksudkan untuk menutup seluruh kebutuhan belanja gaji PNSD, terlebih untuk
daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi (Penjabaran dari pasal 32, UU No.33
Tahun 2004).
Tabel 3.1
Dana Alokasi Umum pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kota Lhokseumawe tahun 2015 s/d 2020
Tahun Dana Alokasi Umum Naik/Turun (%)
2015 469,107,319,000.00 0,00
2016 467,846,597,000.00 -0,27
2017 459,628,037,000.00 -1,79
2018 459,628,037,000.00 0,00
2019 469,471,445,000.00 2,10
2020 428,195,816,000.00 -9.64
Sumber Data : BPKD Kota Lhokseumawe, 2021
Grafik 3.1
Dana Alokasi Umum pada BPKD Kota
Lhokseumawe tahun 2015-2020

Dana Alokasi Umum


480,000,000,000

470,000,000,000 467,846,597,000
469,107,319,000 469,471,445,000
460,000,000,000
459,628,037,000
450,000,000,000 459,628,037,000
440,000,000,000
430,000,000,000
420,000,000,000428,195,816,000
410,000,000,000

400,000,000,000
201520162017201820192020

Pada tahun 2015 untuk Dana Alokasi Umum yang diterima oleh

Pemerintah Kota Lhokseumawe yaitu mencapai sebesar Rp. 469.107.319.000,00

dan tahun 2016 Dana Alokasi Umum yang diterima mencapai

sebesar Rp. 467.846.597.000,00 atau menurun sebesar (0,27%) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 untuk Dana Alokasi Umum yang

diterima oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe yaitu mencapai sebesar Rp.

467.846.597.000,00 dan tahun 2017 Dana Alokasi Umum yang diterima mencapai

sebesar Rp. 459.628.037.000,00 atau menurun sebesar (1.79%) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 jumlah Dana Alokasi Umum yang

diterima Pemerintah Kota Lhokseumawe melalui Badan Pengelolaan Keuangan

Daerah Kota Lhokseumawe mencapai sebesar Rp. 459.628.037.000,00 tidak

adanya penurunan atau peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.


Pada tahun 2019 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah

Kota Lhokseumawe melalui Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota

Lhokseumawe menjadi yang paling tinggi yaitu mencapai sebesar Rp.

469.471.445.000,00 atau meningkat sebesar 2.10% dan tahun 2020 Dana Alokasi

Umum yang diterima oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe yaitu menurun sebesar

(9.64%) atau mencapai sebesar Rp. 428.195.816.000,00.

Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe

sesuai dengan bobot daerah yang ada yaitu kebutuhan wilayah otonomi daerah dan

potensi ekonomi daerah yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. Penyaluran Dana Alokasi

Umum kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe yang dilaksanakan oleh Menteri

Keuangan secara berkala.

Grafik 3.2
Perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) Pada Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah Kota Lhokseumawe 2015-2020

0.0
-1.79

2.10

-9.64
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat perkembangan

terhadap dana alokasi umum yang terjadi dalam 6 (enam) tahun terakhir yang

signifikan terhadap penyaluran yang dilakukan oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah Kota Lhokseumawe. Pada tahun 2017 dana alokasi umum jika

dibandingkan dengan tahun 2016 terhadap penyaluran dana alokasi umum hanya

menurun hingga -0,27% atau mencapai (Rp. 1.260.722.000,00), penurunan yg

terjadi disebabkan karena pada tahun tersebut menurunnya pendapatan daerah

seperti pendapatan pajak bumi dan bangunan, pendapatan retribusi daerah. Pada

tahun 2018 dana alokasi umum yang terjadi tidak mengalami penurunan maupun

peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2019 penyaluran dana alokasi umum pada Badan Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Lhokseumawe yaitu meningkat sebesar 2,10% yang

disebabkan pada tahun tersebut terjadinya peningkatan pendapatan pajak daerah

dan pendapatan retribusi daerah yang merupakan pendapatan daerah Kota

Lhokseumawe, peningkatan yang terjadi disebabkan alokasi dasar terhadap jumlah

pegawai negeri sipil juga besar maka menyebabkan peningkatan dana DAU dalam

tahun 2019 tersebut. jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan

tersebut mencapai Rp. 9.843.408.000,00.

Dalam 6 (enam) tahun tersebut hanya pada tahun 2020 yang menjadi

penyaluran dana alokasi umum yang sangat rendah dari tahun-tahun lainnya yaitu

penurunannya mencapai -9,64% atau (Rp.41.275.629.000,00), penurunan tersebut

karena pendapatan daerah menurun, namun jika dilihat dalam tahun 2020 bukan

tidak adanya alasan lain pemerintah pusat melakukan penurunan penyaluran dana
alokasi umum terhadap pemerintah daerah terkhususnya Kota Lhokseumawe,

yaitu dengan terjadinya pademi covid-19, hampir semua daerah yang ada realisasi

anggaran terhadap belanja suatu daerah maka adanya pemotongan anggaran dari

pemerintah pusat, dan anggaran yang dipotong tersebut dipostkan terhadap belanja

penangganan covid-19.

Dengan terjadinya fluktuasi terhadap DAU yang terjadi dalam 6 (enam)

tahun terakhir akan ada faktor yang mempengaruhi belanja dalam daerah yaitu

belanja modal seperti belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin,

belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan

serta belanja modal aset tetap lainnya, berkurangnya Dana Alokasi Umum yang

diberikan oleh pemerintah pusat juga sangat berpengaruh terhadap tingkat

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat

memperkuat pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal yang bisa

menambah aset Kota Lhokseumawe.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka dapat

meningkatkan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Pertumbuhan

ekonomi suatu daerah yang meningkat berdampak pada peningkatan pendapatan

per kapita penduduk, sehingga tingkat konsumsi dan produktivitas penduduk

semakin meningkat.

Selain itu, semakin tinggi dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk

membiayai kebutuhan pengeluarannya didalam rangka pelaksanaan desentralisasi

yang tinggi selanjutnya akan digunakan oleh pemerintah daerah untuk

memberikan
pelayanan publik yang memadai sehingga hal ini akan meningkatkan belanja

modal yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota

Lhokseumawe.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis

dalam penelitian ini. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai

berikut:

1. Dana Alokasi umum yang diterima oleh Pemerintah Kota

Lhokseumawe selama tahun 2015-2020 yaitu mencapai sebesar

Rp. 2.753.877.251.000,00.

2. Pada tahun 2015 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah

Kota Lhokseumawe yaitu mencapai Rp. 469.107.319.000,00.

3. Pada tahun 2016 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah

Kota Lhokseumawe yaitu mencapai sebesar Rp. 467.846.597.000,00

4. Pada tahun 2017 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah

Kota Lhokseumawe yaitu mencapai sebesar Rp. 459.628.037.000,00

atau menurun sebesar (1,79)% dari tahun sebelumnya.

5. Pada tahun 2018 Dana Alokasi Umum yang diterima Pemerintah Kota

Lhokseumawe yaitu mencapai sebesar 459.628.037.000,00 tidak

adanya peningkatan atau penurunan dari tahun sebelumnya.

6. Pada tahun 2019 Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah

KotaLhokseumawe lebih besar dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu

meningkat sebesar 2,09% atau mencapai sebesar

Rp. 469.471.445.000,00.

54
55

7. Pada tahun 2020 Dana Alokasi Umum yang terima oleh Pemerintah

Kota Lhokseumawe yaitu mencapai sebesar Rp. 428.195.816.000,00

atau menurun dari tahun 2019 seebesar (9,64)% dan menjadi tahun

yang paling rendah menerima Dana Alokasi Umum dalam 5 tahun

terakhir.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang

dapatdiberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan dana alokasi umum yang disalurkan pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah bukanya hanya saja digunakan untuk

keperluan kedinasan atau kepegawaian akan tetapi lebih ke pelayanan

masyarakat.

2. Dengan adanya Dana Alokasi Umum yang ada pada Badan Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Lhokseumawe, menjadi motivasi yang baik

bagi pegawai yang melakukan tugas dan tanggungjawabnya sebagai

pegawai negeri sipil.

3. Pemerintah Kota Lhokseumawe agar lebih baik dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat dan sarana sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Ahman dan Indriani. 2007. Membina Kompetensi Ekonomi. Bandung:


PT Grafindo Media Pratama.

Alam, S. 2007. Ekonomi, Jilid 2. Jakarta:Esis

Ahmad, Yani. (2002). Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Jakarta: Grafindo.

Awaniz, Berlian Nur. 2011. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah di Eks Karasiden
Pekalongan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Basri, Yuswar Zainul & Mulyani Subri. 2005. Keuangan Negara dan Analisis
Kebijakan Utang Luar Negeri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta. Indeks.

Halim, Abdul. 2016. Manajemen Keuangan Sektor Publik, Jakarta: Salemba


Empat.

Ririn, Gurning. 2011. Tugas Dana Alokasi Umum dan Laporan Realisasi
Anggaran. (http://www.edublogs.riringurning.com.)
Diakses pada tanggal 23 Februari 2021.

Siregar, Sabar. 2016. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah,
dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan
Kota di Sumatera Barat. Skripsi. Sumatera Utara. Medan.

Tim Ganesha Operation. 2017. Pasti Bisa Ekonomi. Duta\

Widjaya, Haw. 2001. Titik Berat Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai