4
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
6. Membuat ulir.
1.2. Parameter
Tiga parameter utama pada setiap proses bubut menurut (Daryanto, 2002)
adalah:
1. Kecepatan putar spindel (speed) adalah gerakan berputar benda kerja (putaran
spindel atau sumbu utama).
2. Gerak makan (feed) adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja
berputar satu kali, sehingga satuan f adalah mm/putaran.
3. Kedalaman potong (depth of cut) adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang
dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan
yang belum terpotong.
Universitas Sriwijaya
7
Gambar 2.8. Elemen Dasar Proses Bubut (Sumber: Taufiq Rochim, 2007)
Keterangan:
Benda kerja:
d0 = Diameter mula-mula (mm)
dm = Diameter akhir (mm)
lt = Panjang proses pemesinan (mm)
Pahat:
kr = Sudut potong utama
o = Sudut geram
Mesin bubut:
a = Kedalaman potong (mm)
F = Gerak makan (mm/r)
n = Putaran poros utama (benda kerja) (r/mm)
Vc =(m/min)
(2.1)
dimana:
v = kecepatan potong (m/min)
n = putaran 7pindle (rpm)
π = 3.14
d = diameter rata-rata (mm), yaitu
d = (do + dm)/2 (mm)
2. Kecepatan makan (feeding speed)
(2.2)
Vf = f n (mm/min)
(2.2)
dimana:
Universitas Sriwijaya
8
tc =
(2.3)
dimana:
= waktu pemotongan (min)
a=)
(2.4)
dimana:
a = kedalaman potong (mm)
= diameter mula-mula (mm)
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
Keterangan:
a. Pahat kiri.
b. Pahat potong.
c. Pahat alur.
d. Pahat papak.
e. Pahat bulat.
f. Pahat bubut kasar.
g. Pahat bubut kasar.
h. Pahat pinggul kanan.
i. Pahat bubut muka.
2. Mesin Frais
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
8. Frais silindris.
9. Poros frais.
10. Lengan penunjang.
11. Paksi utama.
12. Badan mesin.
13. Lemari hubung.
14. roda tangan untuk memindahkan meja tambat dalam arah memanjang.
15. Poros pemindah atau untuk catu awal mekanis.
16. Meja siku.
2.2. Parameter
Menurut (Widarto, 2008) parameter yang dapat diatur adalah parameter
yang dapat langsung diatur oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan
Mesin Frais. Seperti pada Mesin Bubut, maka parameter yang dimaksud adalah
putaran spindel (n), gerak makan (f), dan kedalaman potong (a). Putaran spindel
bisa langsung diatur dengan cara mengubah posisi handle pengatur putaran mesin.
Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle gerak makan sesuai dengan
tebal f yang ada di mesin.
Universitas Sriwijaya
13
Gerak makan pada proses frais ada dua macam yaitu gerak makan per gigi
(mm/gigi), dan gerak makan per putaran (mm/putaran). Kedalaman potong diatur
dengan cara menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau. Putaran
spindel ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan potong ditentukan
oleh kombinasi material pisau dan material benda kerja. Kecepatan potong adalah
jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter) pada selubung pisau
dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik dengan rumus
kecepatan potong pada mesin bubut. Pada proses frais, besarnya diameter yang
digunakan adalah diameter pisau. Rumus kecepatan potong:
(2.5)
dimana:
v = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter pisau (mm)
n = putaran benda kerja (putaran/menit)
Universitas Sriwijaya
14
Keterangan:
Benda Kerja:
w = lebar pemotongan (mm)
lw = panjang pemotongan (mm)
lt = lv + lw + ln (mm)
a = kedalaman potong (mm)
Pisau Frais:
d = diameter luar (mm)
z = jumlah gigi/mata potong
Xr = sudut potong utama (90o) untuk pisau frais selubung
Mesin Frais:
n = putaran poros utama (rpm)
vf = kecepatan makan (mm/putaran)
Universitas Sriwijaya
15
m/menit (2.6)
dimana:
n = putaran spindel (rpm)
v = kecepatan potong (meter/menit)
d = diamater benda kerja (mm)
mm/menit (2.7)
dimana:
Vf = kecepatan pemakanan (mm/min)
Fz = gerakan pemakanan/feeding (mm/put)
n = putaran spindle (rpm)
z = jumlah gigi mata potong
3. Waktu pemotongan.
menit (2.8)
dimana:
lt = lv + lw + ln (mm)
tc = waktu pemotongan (menit)
Universitas Sriwijaya
16
dimana:
z = jumlah gigi mata potong
Vf = kecepatan pemakanan (mm/min)
W = lebar pemotongan
2.4.2.4. Penggunaan Kepala Pembagi
Kepala pembagi adalah peralatan mesin frais yang terdiri dari 2 bagian
utama yaitu: roda gigi cacing dan ulir cacing. Perbandingan antara jumlah gigi
cacing dengan ulir cacingnya disebut ratio. Ratio dividing head ada dua jenis,
1:40 dan 1:60, tetapi yang paling banyak dipakai adalah 1:40 (Dwi Rahdiyanta,
2010).
Roda gigi dibuat pada mesin frais dengan cara menyayat benda kerja,
membuat alur-alur pada keliling benda kerja dengan jarak dan bentuk tertentu
sehingga membentuk roda gigi. Jarak dari alur satu ke alur lainnya harus sama.
Oleh karena itu pada pembuatan roda gigi dengan mesin frais diperlukan alat
pembagi keliling benda kerja yang disebut kepala pembagi. Kepala pembagi
berfungsi untuk membagi keliling benda kerja menjadi bagian yang sama besar.
Universitas Sriwijaya
17
(2.10)
(2.11)
Keterangan:
N = putaran engkol pada piring pembagi
z = jumlah gigi pada benda kerja
z1= jumlah gigi yang diumpamakan
Universitas Sriwijaya