Anda di halaman 1dari 14

Mesin Bubut

Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian


mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan
Mesin Bubut. Prinsip kerja mesin bubut adalah benda kerja yang berputar,
sedangkan pisau bubut bergerak memanjang dan melintang. Dari kerja ini
dihasilkan sayatan dan benda kerja yang umumnya simetris (Taufiq Rochim,
2007).

Gambar 2.6. Mesin Bubut (Sumber: Widarto, 2008)

Bagian-bagian mesin bubut yang umum diketahui antara lain:


1. Kepala Tetap (Headstock)
Adalah bagian mesin yang letaknya disebelah kiri mesin,bagian inilah
yang memutarkan benda kerja. Didalamnya terdapat kumparan satu seri roda gigi
serta roda tingkat atau tunggal. Roda tingkat terdiri atas tiga atau empat buah
keping dengan garis tengah yang berbeda,roda tingkat diputar oleh suatu motor
yang letaknya dibawah atau disamping roda tersebut melalui suatu ban.
2. Kepala Lepas (Tailstock)
Adalah bagian dari mesin bubut yang letaknya disebelah kanan mesin dan
dipasang diatas mesin yang berfungsi:
1. Sebagai tempat pemicu ujung benda kerja yang dibubut.
2. Sebagai tempat kedudukan bor pada waktu mengebor.
3. Sebagai tempat kedudukan penjepit bor.
3. Alas (ways)

4
Universitas Sriwijaya
5

Fungsi utama alas mesin bubut ada 3 yaitu:


1. Tempat kedudukan kepala lepas
2. Tempat kedudukan eretan (cariage/support)
3. Tempat kedudukan penyangga diam(stendy prest)
Alas yang terbentuk memanjang merupakan tempat tumpuan gaya-gaya
pemakanan pahat saat membubut.
4. Eretan (Cariage/Support)
Eretan terdiri dari atas alas,eretan lintang,dan eretan atas.eretan alas adalah
eretan yang kedudukannya pada alas mesin.Gerakan eretan itu melalui roda yang
dihubungkan roda batang gigi panjang yang dipasang dibawah alas melalui
penghantar.
5. Eretan Lintang
Letaknya Diatas eretan alas dan kedudukannya melintang terhadap alas
.fungsi eretan lintang adalah untuk memberikan tempat pemakanan pahat saat
membubut bagian ujung pahat dengan putaran tiap pembagian ukurannya
mengatur pemakanan pada bubut.
6. Eretan Atas
Letak eretan atas berada diatas eretan lintang dan di ikat oleh baut dengan
mur ikat.fungsi eretan atas mesin bubut adalah memegang eretan perkakas bubut
dan memberi gerakan yang diperlukan.
7. Chuck
Berfungsi sebagai tempat untuk memegang benda kerja.
1.1. Prinsip Kerja Mesin Bubut
Prinsip kerja mesin bubut adalah benda kerja yang berputar, sedangkan
pisau bubut bergerak memanjang dan melintang. Dari kerja ini dihasilkan sayatan
dan benda kerja yang umumnya simetris (Taufiq Rochim, 2007). Pekerjaan-
pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh mesin bubut antara lain:
1. Membubut luar.
2. Membubut dalam.
3. Membubut tirus.
4. Membubut permukaan.
5. Memotong.

Universitas Sriwijaya
6

6. Membuat ulir.

1.2. Parameter
Tiga parameter utama pada setiap proses bubut menurut (Daryanto, 2002)
adalah:
1. Kecepatan putar spindel (speed) adalah gerakan berputar benda kerja (putaran
spindel atau sumbu utama).
2. Gerak makan (feed) adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja
berputar satu kali, sehingga satuan f adalah mm/putaran.
3. Kedalaman potong (depth of cut) adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang
dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan
yang belum terpotong.

Gambar 2.7. Gerak Makan dan Kedalaman Potong


(Sumber: Widarto, 2008)
1.3. Elemen Dasar Proses Bubut
Elemen dasar proses bubut dapat dihitung/dianalisa dengan menggunakan
rumus-rumus dan gambar berikut:

Universitas Sriwijaya
7

Gambar 2.8. Elemen Dasar Proses Bubut (Sumber: Taufiq Rochim, 2007)

Keterangan:
Benda kerja:
d0 = Diameter mula-mula (mm)
dm = Diameter akhir (mm)
lt = Panjang proses pemesinan (mm)
Pahat:
kr = Sudut potong utama
o = Sudut geram
Mesin bubut:
a = Kedalaman potong (mm)
F = Gerak makan (mm/r)
n = Putaran poros utama (benda kerja) (r/mm)

Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus-runus sebagai berikut:


1. Kecepatan potong (Cutting speed )

Vc =(m/min)
(2.1)

dimana:
v = kecepatan potong (m/min)
n = putaran 7pindle (rpm)
π = 3.14
d = diameter rata-rata (mm), yaitu
d = (do + dm)/2 (mm)
2. Kecepatan makan (feeding speed)
(2.2)
Vf = f n (mm/min)
(2.2)
dimana:

Universitas Sriwijaya
8

f = gerak makan (mm/r)


n = putaran poros utama (r/min)
3. Waktu pemotongan (depth of cut)

tc =
(2.3)

dimana:
= waktu pemotongan (min)

= panjang pemesinan (mm)

= kecepatan pemakanan (mm/min)

4. Kedalaman potong (cutting time)

a=)
(2.4)

dimana:
a = kedalaman potong (mm)
= diameter mula-mula (mm)

= diameter akhir (mm)

Universitas Sriwijaya
9

Gambar 2.9. Proses-Proses Pembubutan (Sumber: Taufiq Rochim, 2007)

1.4. Pahat Bubut


1. Material Pahat Bubut menurut (Dwi Rahdiyanta, 2010):
1) Keras, agar sisi potong (cutting edge) dapat memotong benda kerja.
2) Ulet, agar sisi potong tidak mudah patah.
3) Tahan panas, agar sisi potong tidak mudah aus.
4) Secara ekonomis menguntungkan.
2. Geometri Pahat Bubut menurut (Dwi Rahdiyanta, 2010):
Geometri/bentuk pahat bubut terutama tergantung pada material benda
kerja dan material pahat. Terminologi standar ditunjukkan pada Gambar 3.6
Untuk pahat bubut bermata potong tunggal, sudut pahat yang paling pokok adalah
sudut beram (rake angle), sudut bebas (clearance angle), dan sudut sisi potong
(cutting edgeangle).
1. Rake angle, berpengaruh terhadap pengontrolan arah dari aliran beram dan
mempengaruhi kekuatan dari mata pisau. Rake angle positif dapat
mengurangi gaya yang terjadi dan menurunkan temperature pemotongan.
2. Cutting edge angle, mempengaruhi pada pembentukan beram, kekuatan
pahat, dan gaya pemotongan .
3. Nose radius, mempengaruhi kehalusan permukaan dan ketahanan mata
pisau.Bila radiusnya semakin kecil maka permukaan benda kerja semakin
kasar dan ketahanan pahat akan menurun.
1.5. Macam-Macam Pahat dan Kegunaannya
Agar sesuai dengan penggunaannya seperti kekerasan bahan, bentuk, dan
jenis benda kerja, maka pahat bubut dibuat sedemikian rupa sehingga masing-
masing memiliki spesifikasi, lihat gambar dibawah ini.

Universitas Sriwijaya
10

Gambar 2.10. Macam-Macam Pahat Bubut (Sumber: Taufiq Rochim, 2007)

Keterangan:
a. Pahat kiri.
b. Pahat potong.
c. Pahat alur.
d. Pahat papak.
e. Pahat bulat.
f. Pahat bubut kasar.
g. Pahat bubut kasar.
h. Pahat pinggul kanan.
i. Pahat bubut muka.

Pada prinsipnya kecepatan pemotongan suatu material tidak perlu


dihitung. Karena setiap material telah memiliki kecepatan potong sendiri-sendiri
berdasarkan karakteristiknya (Daryanto, 2002). Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan kecepatan potong:
1. Material benda kerja, semakin keras bahan/material benda kerja, kecepatan
potong semakin rendah.
2. Material pahat, pahat dengan ketahanan aus lebih tinggi, kecepatan potong
lebih tinggi.
3. Penampang dari tatal, semakin tebal penapang tatal, kecepatan potong semakin
rendah.
4. Pendingin, dengan menggunakan cairan pendingin, kecepatan potong dapat
ditingatkan.
5. Kemampuan mesin, mesin dengan kemampuan/kapasitas yang lebih besar,
dapat menggunakan kecepatan potong lebih besar.

2. Mesin Frais

Universitas Sriwijaya
11

Mesin frais (Milling machine) merupakan salah satu mesin konvensional


yang mampu mengerjakan suatu benda kerja dalam bentuk permukaan datar,
tegak, miring, bahkan alur roda gigi. Mesin frais ini pada prinsipnya tool atau
pahat yang berputar mengurangi dimensi benda kerja. Mesin ini juga dapat untuk
menghaluskan permukaan, membuat alur, roda gigi, dan bentuk lain yang
diinginkan sesuai kemampuan mesin. Bagian dari mesin frais adalah pencekam
pahat yang berputar, meja yang dapat digerakkan maju mundur dan kanan kiri,
dan motor listrik penggerak (Dwi Rahdiyanta, 2010). Bentuk mesin frais dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.11. Mesin Frais (Sumber: Daryanto, 2002)


Keterangan Gambar:
1. Paksi ulir untuk memindahkan meja siku dalam arah vertikal.
2. Roda tangan untuk memindahkan meja siku dalam arah vertikal.
3. Roda tangan untuk memindahkan meja dalam arah melintang.
4. Hantaran untuk eratan melintang.
5. Eratan melintang.
6. Meja tambat.
7. Hantaran untuk memindahkan meja siku secara vertikal.

Universitas Sriwijaya
12

8. Frais silindris.
9. Poros frais.
10. Lengan penunjang.
11. Paksi utama.
12. Badan mesin.
13. Lemari hubung.
14. roda tangan untuk memindahkan meja tambat dalam arah memanjang.
15. Poros pemindah atau untuk catu awal mekanis.
16. Meja siku.

2.1. Prinsip Kerja Mesin Frais


Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi
gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan
diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada
spindel mesin milling. Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama
mesin milling yang bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga
menghasilkan putaran atau gerakan pemotongan (Taufiq Rochim, 2007).
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang
telah dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan
pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material
penyusun cutter mempunyai kekerasan di atas kekerasan benda kerja.

2.2. Parameter
Menurut (Widarto, 2008) parameter yang dapat diatur adalah parameter
yang dapat langsung diatur oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan
Mesin Frais. Seperti pada Mesin Bubut, maka parameter yang dimaksud adalah
putaran spindel (n), gerak makan (f), dan kedalaman potong (a). Putaran spindel
bisa langsung diatur dengan cara mengubah posisi handle pengatur putaran mesin.
Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle gerak makan sesuai dengan
tebal f yang ada di mesin.

Universitas Sriwijaya
13

Gerak makan pada proses frais ada dua macam yaitu gerak makan per gigi
(mm/gigi), dan gerak makan per putaran (mm/putaran). Kedalaman potong diatur
dengan cara menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau. Putaran
spindel ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan potong ditentukan
oleh kombinasi material pisau dan material benda kerja. Kecepatan potong adalah
jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter) pada selubung pisau
dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik dengan rumus
kecepatan potong pada mesin bubut. Pada proses frais, besarnya diameter yang
digunakan adalah diameter pisau. Rumus kecepatan potong:

(2.5)

dimana:
v = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter pisau (mm)
n = putaran benda kerja (putaran/menit)

2.3. Elemen Dasar Proses Frais


Elemen dasar proses frais hampir sama dengan elemen dasar proses bubut.
Elemen diturunkan berdasarkan rumus dan gambar berikut:

Universitas Sriwijaya
14

Gambar 2.12. Skematis Proses Frais Vertical dan Frais Horizontal


(Sumber: Dwi Rahdiyanta, 2010)

Keterangan:
Benda Kerja:
w = lebar pemotongan (mm)
lw = panjang pemotongan (mm)
lt = lv + lw + ln (mm)
a = kedalaman potong (mm)
Pisau Frais:
d = diameter luar (mm)
z = jumlah gigi/mata potong
Xr = sudut potong utama (90o) untuk pisau frais selubung
Mesin Frais:
n = putaran poros utama (rpm)
vf = kecepatan makan (mm/putaran)

Universitas Sriwijaya
15

Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut (Taufiq


Rochim, 2007):
1. Kecepatan potong.

m/menit (2.6)

dimana:
n = putaran spindel (rpm)
v = kecepatan potong (meter/menit)
d = diamater benda kerja (mm)

2. Gerak makan per gigi.

mm/menit (2.7)

dimana:
Vf = kecepatan pemakanan (mm/min)
Fz = gerakan pemakanan/feeding (mm/put)
n = putaran spindle (rpm)
z = jumlah gigi mata potong

3. Waktu pemotongan.

menit (2.8)

dimana:
lt = lv + lw + ln (mm)
tc = waktu pemotongan (menit)

4. Kecepatan penghasilan beram.

cm3 /menit (2.9)

Universitas Sriwijaya
16

dimana:
z = jumlah gigi mata potong
Vf = kecepatan pemakanan (mm/min)
W = lebar pemotongan
2.4.2.4. Penggunaan Kepala Pembagi
Kepala pembagi adalah peralatan mesin frais yang terdiri dari 2 bagian
utama yaitu: roda gigi cacing dan ulir cacing. Perbandingan antara jumlah gigi
cacing dengan ulir cacingnya disebut ratio. Ratio dividing head ada dua jenis,
1:40 dan 1:60, tetapi yang paling banyak dipakai adalah 1:40 (Dwi Rahdiyanta,
2010).
Roda gigi dibuat pada mesin frais dengan cara menyayat benda kerja,
membuat alur-alur pada keliling benda kerja dengan jarak dan bentuk tertentu
sehingga membentuk roda gigi. Jarak dari alur satu ke alur lainnya harus sama.
Oleh karena itu pada pembuatan roda gigi dengan mesin frais diperlukan alat
pembagi keliling benda kerja yang disebut kepala pembagi. Kepala pembagi
berfungsi untuk membagi keliling benda kerja menjadi bagian yang sama besar.

Gambar 2.13. Kepala Pembagi (Sumber: Dwi Rahdiyanta, 2010)

Penggunaan kepala pembagi ditentukan oleh jumlah gigi yang akan


difrais. Penentuan pembagian dengan kepala pembagi dapat dilakukan dengan

Universitas Sriwijaya
17

cara pembagian langsung maupun tidak langsung. Untuk pembagian langsung


dapat dihitung dengan rumus:

(2.10)

Sedangkan untuk pembagian tidak langsung dihitung dengan:

(2.11)

Keterangan:
N = putaran engkol pada piring pembagi
z = jumlah gigi pada benda kerja
z1= jumlah gigi yang diumpamakan

Selain penentuan putaran tersebut, langkah-langkah penggunaan kepala


pembagi paling tidak meliputi hal-hal di bawah ini:
1. Telitilah kelurusan kesenteran kepala pembagi dan kepala lepas dengan dial
indikator dan bantuan mandrel.
2. Pasang benda kerja diantara dua senetre dan kencangkan kepala lepas.
3. Kencangkan dan usahakan backlash tidak terjadi dan mengganggu proses
pengefraisan.
4. Hitunglah pembagian dengan kepala pembagi untuk membuat gigi yang
ditentukan.
5. Kencangkan benda kerja dan siap untuk disayat.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai