Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lokasi daerah penelitian berada di Sragen, tepatnya di desa Slendro,

kecamatan Gesi. Secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam Zona

Kendeng yang meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang barat-

timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini

tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi

secara intensif membentuk suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai

panjang 250 km dan lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel, 1972)

membentang dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi

hingga daerah Mojokerto.

Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini

berjalan sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar

litologi penyusun Mandala Kendeng adalah batulempung – napal – batupasir

yang mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada formasi Pelang, Formasi

Kerek dan Napal Kalibeng yang total ketebalan ketiganya mencapai lebih dari

2000 meter.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud :

1. Sebagai pengajuan dan peijinan TA I Jurusan Teknik Geologi STTAS

Yogyakarta.

1
2. Untuk melakukan penelitian berupa pemetaan di daerah Slendro dan

sekitarrnya, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, Povinsi Jawa Tengah.

Tujuan :

1. Untuk dapat melakukan pemetaan geologi pada daerah Slendro dan

sekitarnya.

2. Untuk menganalisa kondisi geologi pada daerah pemetaan yaitu berupa

geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, kebencanaan, dan potensi.

1.3 Batasan Masalah

Adapun penelitian ini dilakukan hanya sebatas kondisi geologi daerah

pemetaan, yang nantinya hasilnya berupa peta geologi dan peta geomorfologi

daerah penelitian.

1.4 Lokasi dan Kesampaian daerah

Gambar 1.1. Lokasi dan kesampaian daerah penelitian

2
Lokasi Pengamatan terletak pada Daerah Slendro dan Sekitanya,

Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, dengan koordinat

X : 497575,00 – 503575,00 dan Y : 9197600,00 – 9188600,00 berdasarkan

angka grid Universal Transverse Mercator (UTM). Daerah penelitian termasuk

dalam Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar Ngawi (1508 – 4) dan Salatiga

(1408 – 6) dengan skala 1:100.000 yang sumbernya diterbitkan oleh Pusat

Penelitian and Pengembangan Geologi, Departemen Pertambangan dan Energi

Republik Indonesia.

Daerah penelitian terletak 114 km sebelah Timur laut Yogyakarta, lokasi

penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda

dua dengan estimasi waktu tempuh dari kampus STTNAS Yogyakarta, sekitar

± 2 jam dengan melalui jalur Jalan Raya Yogyakarta – Klaten – Solo.

1.5 Tahap Penelitian

Penelitian pendahuluan (studi pustaka, ijin penelitian, dan pembuatan

proposal). Pemetaan geologi ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi

permukaan (geological surface mapping). Penelitian lapangan diawali dengan

survey awal dan recognize, kemudian tahap mapping meliputi pengamatan,

pemerian, pengukuran langsung dan perekaman data di lapangan yang berupa

kenampakan data dan kondisi geologi yang tersingkap di permukaan bumi.

Data geologi tersebut meliputi geomorfologi, stratigrafi, dan stuktur geologi.

Kemudian pengolahan data (laboraturium dan studio), analisa data, pembuatan

laporan, dan presentasi hasil laporan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

2.2.1 Fisiografi

Gambar 3. Zonasi fisiografi Pulau Jawa bagian tengah dan timur (Pannekoek,

1949; van Bemmelen, 1949).

Secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam Zona Kendeng

berupa rangkaian perbukitan rendah dengan morfologi bergelombang,

dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Morfologi

perbukitan yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan

dan sesar naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan

anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar di

bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya

anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering

merupakan batas sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya

kompresi juga berakibat terbentuknya retakan, sesar dan zona lemah

4
lainnya pada arah tenggara - baratlaut (Tg-BL), barat daya timur laut (BD-

TL) dan utara- selatan (U-S).

Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini

berjalan sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian

besar litologi penyusun Zona Kendeng adalah batulempung – napal –

batupasir yang mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada Formasi

Pelang, Formasi Kerek dan Formasi Kalibeng yang total ketebalan

ketiganya mencapai lebih dari 2000 meter. Proses eksogenik yang intensif

juga mampu membalik topografi struktural yang ada (inversed

topography), misalkan bukit antiklin menjadi lembah antiklin dan lembah

sinklin menjadi bukit sinklin.

2.2.2 Stratigrafi

Tabel 1. Kolom stratigrafi peta geologi lembar Ngawi (M. Datun,

Sukandarrumidi, B. Hermanto & N. Suwarna, 1996)

5
Stratigrafi daerah penelitian tersusu dari 3 formasi yang diantaranya :

1. Formasi Kerek (Tmk) memiliki kekhasan dalam litologinya berupa

perulangan perselang-selingan antara lempung, napal, batupasir tuf

gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur

sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding). Lokasinya

berada di Desa Kerek, tepi sungai Bengawan Solo, ± 8 km ke utara Ngawi.

Di daerah sekitar lokasi tipe formasi ini terbagi menjadi tiga anggota (de

Genevraye & Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004), dari tua ke muda

masing-masing :

a. Anggota Banyuurip

Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal

lempungan, lempung dengan batupasir tuf gampingan dan

batupasir tufaan dengan total ketebalan 270 meter. Di bagian

tengahnya dijumpai sisipan batupasir gampingan dan tufaan setebal

5 meter, sedangkan bagian atasnya ditandai dengan adanya

perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan tuf

halus. Anggota ini berumur N10 – N15 (Miosen tengah bagian

tengah atas).

b. Anggota Sentul

Anggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama dengan

anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertuf menjadi lebih tebal.

Ketebalan anggota Sentul mencapai 500 meter. Anggota Sentul

berumur N16 (Miosen atas bagian bawah).

6
c. Anggota Batugamping Kerek

Merupakan anggota teratas dari formasi Kerek, tersusun oleh

perselingan antara batugamping tufaan dengan perlapisan lempung

dan tuf. Ketebalan anggota ini mencapai 150 meter. Umur

batugamping kerek ini adalah N17 (Miosen atas bagian tengah).

2. Formasi Kalibeng Bagian Bawah (Tmpk) ini terdapat beberapa perlapisan

tipis batupasir yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi

suatu endapan aliran rombakan, yang disebut sebagai Formasi Banyak

(Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004) atau anggota Banyak dari formasi

Kalibeng (Nahrowi dan Suratman, 1990 dalam Rahardjo, 2004), ke arah

Jawa Timur, yaitu di sekitar Gunung Pandan, Gunung Antasangin dan

Gunung Soko, bagian atas formasi ini berkembang sebagai endapan

vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit. Fasies tersebut disebut

sebagai anggota Antasangin (Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004).

3. Formasi Kalibeng Atas (Tpkk) terdiri dari Anggota Klitik dan Anggota

Sonde. Anggota Sonde merupakan Fasies Marls dari Formasi Kalibeng

Atas. Marls tersebut hanya berkembang secara lokal, dan secara lateral

berkembang menjadi Fasies Batugamping berlapis (20 – 60 cm) dengan

sisipa napal yang merupakan anggota Klitik. Lapisan-lapisan tersebut

menumpang di atas Formasi Kalibeng Bawah.

7
2.2.3 Struktur Geologi

Struktur geologi di Lajur Kendeng umumnya struktur lipatan

mempunyai arah pola umum timur – barat dengan benuk lipatan yang tak

setangkup, dan sayap utara umumnya lebih curam (30 0 – 600) dari sayap

selatan (100 – 300). Sedangkan struktur sesar dijumpai dalam jumlah cukup

banyak da dalam skala besar. Sebagaian besar sesar geser dan dijumpai

juga sesar naik, yang dibeberapa tempat bersifat sebagi sesar sungkup, dan

sesar turun. Sesar geser mempunyai pola umum Timurlaut – Baratdaya

dan Baratlaut – Tenggara. Sesar turun dan naik mempunyai pola umum

hampir Timur - Barat sesuai dengan pola lipatan di Lajur Kendeng.

Batuan yang terlipat dantersesarkan cukup kuat yaitu batuan Formasi

Kerek dan Formasi Kalibeng; sedangkan Formasi Pucangan, Fomasi

Kabuh dan Formasi Notopuro memperlihatkan intensitas perlipatan yang

lemah.

8
RENCAN PENELITIAN

TA I : Bulan November 2018 – Februari 2019

TA II : Bulan Maret 2019 – Juni 2019

PENELITI TERDAHULU

1. van Bemmelen (1949)

2. M. Datun, Sukandarrumidi, B. Hermanto, N. Suwarna (1996)

3. Rahardjo (2004)

LAMPIRAN

1. Peta Topografi Lokasi Penelitian

2. Peta Geologi Regioal Daerah Penelitian

9
DAFTAR PUSTAKA

De Genevraye, P. and L. Samuel (1972) Geology of The Kendeng Zone

(Central & East Java). Proceedings of the Indonesian Petroleum Association 1st

Annual Convention and Exhibition, p. 17 – 30.

Husein. S, (2014), Buku Panduan Ekskursi Regional Pegunungan Selatan

– Zona Solo – Zona Kendeng – Zona Randublatung – Zona Rembang, Jurusan

Teknik Geologi FT UGM, Yogyakarta.

Datun, M., Sukandarrumidi, Hermanto, B., Suwarna, N., 1996, Peta

Geologi Lembar Ngawi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai