Anda di halaman 1dari 8

My World

Selasa, 11 September 2012

Naskah Drama ( Legenda Putri Dae Minga )

SINOPSIS
DAE MINGA
Menurut sejarah dae minga adalauh putrid raja yag sangar yang cantik jelita. Tutur katanya
lembut , budi pekertinya halus. Sehingga menjadi bahan pembicaraan Raja dan Putra Mahkota
Kerajaan tetangga.
Kecantikan sang Putri dijuluki “Waja Oha Ra Ngaha NInu Oi Nono” telah menjadi para Raja dan
Pangeran itu ingin mempersuntingnya, sehingga lamaranpun dari hari kehari datang ke kekerajaan
sangagar. Datangnya lamaran ini membuat Raja Sanggar dan Putrinya gelisah.
Mereka sulit menentukan pilihan, sebab salah memilih berarti masalah bagi masrakat dan negri
Sanggar, oleh karena itu, setelah diadakan perenungan , Musyaawarah pun dilaksanakan .
musyawarah menghasilkan satunkeputusn yang sangat besar ,yaitu dae Minga harus dibuang ke
danau bekas letusan gunung Tambora. Danau tersebut sampai sekarang oleh Masyrakat di
Kecamatan Sanggara Kabupaten Bima menamakan “MOTI LA HALO”

JUDUL CERITA
PUTRi DAE MINGA
ILUSTRASI
Di serambi istana . kicauan burung sesekali terdengar , suasana tampak cerah. Diantara suasana itu
masuk dari kiri , Dae Minga bersama dayang. Sampai di tengah pentas. Dayang I mempersilakan
Dae Minga duduk, sedangkan dayang II mengatur tempat duduknya.
1. Dayang I : Silahkan duduk tuanku !
2. Putri : Alangkah cerahnya pagi ini . suasananya sejuk, nyaman dan indah.
3. Dayang I: Ini merupakan anugrah Than yang patut kita syukuri Tuan Putri
4. Dayang III: benar tuan putri ! diluar sana terhampar gunung Tambora,menghijau bagaikan
permadani. Sedangkan di sebelah utaranya,terbentang lautan yang sangat luasnya
5. Putri: Tetapi keindahan itu , tak mampu menentramkan hati saat ini dayang dayangku. Aku
selalu gelisah (wajah sedih)
6. Dayang II :Apa gerangn yang menimpa Tuan Putri
7. Dayang IV :Ia tuan putrid apa sebabnya
8. Putri : ( Beranjak berdiri ) dayang – dayangku. Tidakkah kalioan merasa,bahwa sudah beberapa
hari ini kita tidak di perkenankan oleh baginda untuk keluar istana.
9. Dayang I : Benar Tuan Putri
10. Putri : Baginda melarang kita , karena dari hari kehari , lamaran dari Raja dan Pangeran
Kearajaan tetangga selalu berdatangan di kerajaan ini . mereka ingin mempersuntingku,sementara
bila aku memilih salah satu di antara mereka,maka kerajaan-kerajaan lain akan tersinggung dan
aku tkaingin hal itu akan menyebabkan paertumpahan darah di negri ini.
11. Dayang I :Kamipun sangat menghawatirkannya TTuan Putri.
12. Dayang II : SSudahkah Tuan purtri meuusyawarahkan halite kepada tuan permaysuri dan
baginda.
13. Putri :belum dayangku masalah inilah yang srdang aku pikirkan kebaikan dan
keburukanya.namaun,lama-lamaaku berada di istana inidengan kegelisahanku,membuat aku
merasa jenuh.aku ingin menemukan nuansa baru,yang mampu menenengkan hati ini.karena
itu,dayangku! Bagaimana kalau kalian mengantarkan aku,untuk melihat keadaan diluar istana,agar
rasa jenuh dan gelisah ini sedikit terobati.
14. Dayang I: (kaget) ampun hamba tuanku!bukannya kami hendak melarang tuan putri.tetapi tuanku
maha raja melarang tuan putri keluar pagar istana
15. Dayang II: ya tuanku ! kami takut,tuanku maharaja murka karenanya
16. Putri : aku mengaerti dayangku! Tetapi kali ini kita keluar sebentar saja.kita pasti kembali
secepatnya.
17. Dayang II : jika demikian tuanku,hendaklah tuanku minta di kawal oleh pasukan istana .
18. Putri : tidak perlu dayangku! Ayolah mari ikut aku.(mereka beranjak keluar. dayang I,dayang
II,dayang III,dan IV menunjukkan kehawatiran)
ADEGAN II
Suasana alam di tempat Pemmandian luar istana , udaara segar terdengar burung berkicau(music
biola).
(putri dan para dayang memasuki pentas dari kiri)
19. Putri :Sungguh indah alam disini dayangku,udaranyasejuk.keindahan iyang penuh dengan
kedamain,keindahan yang mendekatkan kita dengan penguasa alam Dan keindahan inilah ynag
telah menggetarkan jiwa ini.sunngguh ciptaan yang mengagumkan . oh ya dayangku !
20. Dayang I : memang benar tuan putri panorama alam pagi ini sungguh indah.
21. Putri :kepada tuhanlah aku menyerahkan kegelisahanku ini,agar aku mendapatkan
petunjuk,hingga masalah ini dapat diselesaikan dengan kedamaian.
22. Dayang II : sukurlah tuan putri dapat memikirkan segala kemungkinannya.
23. Putri : sekarang ,kita pulang dayangku,sebelum para prajurit istana ketika
ADEGAN III
Ketika tuan putri dan dayang dayang,di cegat oleh putra mahkota kerajaan peka (music genda
mbojo).
(ketika putri dan dayang dayang hendak keluar,tiba tiba muncul putra mahkota kerajaan peakat
yang menegurnya)
24. putra pekat : berhentilah sebentar,wahai tuan putri yang cantik jelita.(sambil mendekati tuan
putri)
(putri dan dayang dayang berhenti dan membalikkan badannya kearah para pangeran.dayang
dayang agak takut . mereka melindungi tuan putri)
25. putri :siapakah gerangan tuanku ? dan adakah yang dapat kami bantu ?
26. putra pekat : wahai dae minga .pantas kau di juluki “Waja Oha Ngaha ninu Oi Nono.kau
berbudi pekerti lembut, kta katamu santun,parasmu cantik dan jelita.beberapa hari lagi putra
mahkota kerajaan pekat,akan mempersuntingmu.Ha … ha …. Ha….
27. putri : ampuni hamba tuanku ! hamba harus pulang ke istana
28. putra pekat : tunggu wahai tuan putri ! kau tidak usah takut. Aku sudah melamarmu pada raja
sanggar. Itu berarti, kau sekarang adalah miliku. Kau akan ku boyong ke istanaku untuk ku jadikan
pendamping hidup. Ha ….. ha ….ha
(putra kerajaan agak masuk)
29. putra aga : hai jangan dulu berbangga hati,wahai putra mhkota kerajaan pekat akulah yang lebih
berhak mempersunting dae minga dari padamu.
(suasana semakin tegang,putri dan dayang dayang semakin takut)
30. putra pekat :(kaget menghadap kearah putra aga dengan geram.) siapa kau, beraninya
mencampuri urusanku. Dae minga adalah milikku. Aku sudah melamarnya pada raja sanggar.
31. dayang I : sudahlah wahai para pangeran . janganlah tuan tuan bertengkar karna masalah ini.
32. dayang II : biarlah tuan putri saja yang akan menentukan pilihannya tuan pangeran.
33. putra pekat : aaaaaah ….,aku tidak akan membiarkan dae minga menjadi milik orng lain
sekarang kalian minggirlah. Aku akan membunuh pangeran yang kesiangan ini.
34. putra aga : kau tidak pantas mempersunting dae minga wahai putra mahkota kerajaan pekat.
Karena itu kau angkat kaki dari tempat ini.(suasana semakain tegang)
35. putra pekat : lancangabenar ! kalau kamu “ DOU RANGGA” mari kita “ncao”
36. putra aga : “mai” aku terima tantanganmu. Mari kita selesaikan masalah ini secara jantan.(music
gantau)
(putra pekat dan putra aga bertarung. Sedangkan putri keliatan takut dayang dayang agak gemetar
.)(sesaat kemudian , putri dan dayang dayang keluar.)
Pertarungan kembali berlanjut hingga putra pekat kalah tetapi dia masih mengancam putra aga .
37. putra pekat : hai putra mahkota raja aga ! hari ini aku belum kalah . tapi ingat siapapun berani
mempersunting dae minga maka akan berperang dengan kerajaanku.(keluar)
38. putra aga : (aga mengejar tetapi kembali melihat kearah dae minga berdiri, dia mencari cari
kemudian berucap ) dae minga dimana kau (keluar)
Di istana tengah duduk sang raja dan permaisuri,dengan didampingi dayang dayang.
39. raja : Dinda !
40. permaisuri : ada apa kanda?
41. Raja : Adakah kau mendengar , apa yang dibicrakan oleh Rakyat dan Putra Mahkota Kerajaan
Tetangga tentang putri kita ?
42. Permaisuri: Tentang apa kanda ? Adakah anak kita berbuat salah ?
43. Raja: bukan itu dinda, anak kita tidak berbuat salah . Mereka hanya menyebut kecantikan Putri
kita , dengan sebutan “Waja oha ngaha ninu oi nono”
44. Pernmaisuri: Dinda sungguh bahagia Kanda ! Dia merupakan anugrah Tuhan yang tiada tara
bagi kita. Dia bagaikan bulan kelima belas, mempesona , menyinari alam maya pada ini.
45. Raja : itulah Dinda ! yang selama ini aku khawatirkan. Aku sebenarnya ingin memilihkan jodoh
yang terbaik untuk anak kita, namun beberapa hari ini aku selalu diresahkan oleh mimpi burukku,
bahwa akan ada badai yang akan menghapus negeri ini.
46. Permaisuri : Dinda juga pernah bermimpi hal yang sama Kanda. Dinda menjadi takut jika
mengingat mimpi itu (mendekat ke Raja)
(Hulubalang tiba-tiba masuk dari kiri)
47. Hulubalang : Ampuni hamba Tuanku Maharaja. Hamba telah lancang memasuki ruangan
baginda .
48. Raja : ( agak kaget, mendekat pada hulubalang, sedangkan permaisuri ada di samping Raja ). Ada
apa Hulubalang ! apa gerangan berita yang hendak kau sampaikan.
49. Hulubalang : Ampun tuankun ! Hamba benar-benar kaget, ketika melihat Tan Putri memasuki
lare-lare Istana. Ini berarti Tuan Putri telah pergi ke luar Istana. Hamba siap menerima hukuman
atas kelalaian Hamba.
50. Raja : Dae Minga keluar istana ? dimana dia sekarang ( gelisah )
51. Hulubalang : Begitulah adanya baginda !
52. Permaisuri : Bagaimana dengan Putriku Hulubalang?
53. Hulubalang : Tuan Putri dalam keadaan baik-baik saja, Tuanku !
54. Raja : Hulubalang ! Hadapkan ke hadapankau, Dae Minga bersama dayangnya
55. Hulubalang : Baik Tuanku, titah tuanku hamba laksanakan. (Hulubalang keluar dan masuk
kembali dengan putri Dae Minga). Tuan Putri telah tiba Baginda.
Adegan IV
Putri dan Dayang-dayang berada di istana
56. Raja : Putriku kenapa engkau keluar istana ? Bukankah sebelumnya Muma telah melarang ?
57. Putri : Ampun beribu ampun Muma dan Dade yang saya muliakan, tadi Ananda bersama dayang-
dayang bersenang senang di telaga tempat pemandian, sewaktu kami kembali muncul 2 orang
Pangeran yag ingn merebut Ananda ( dengan hati takut bercampur haru )
58. Raja : ( Kaget ) Petaka ? Apa yang terjadi ?
59. Putri : Disaat Ananda mencari ketenangan, tiba-tiba muncul Putra Mahkota Raja Pekat yang
mesngganggu ketenangan itu. Anandapun ingin pulang. Tetapi Ptra Raja Pekat menahan ananda.
Beberapa saat kemudian , Putra Raja Aga datang. Mereka akhirnya bertarung, karena masing
masing ingin memperebutkan Ananda. Ananda khawatir Ayahanda, sebab Putra Rja Pekat yang
kalah mengancam akan berperang, kepada siapa yang mempersunting Ananda.
60. Raja : mimpiku kini menjadi kenyataan , karena itu wahai Putriku. Kau jangan lagi keluar istana
tanpa seijinku. Sekarang aku harus memikrkan jalan keluar dari permasalahan ini.
61. Putri : Baik Muma ! Ananda pun akan memikirkan pemecahan masalah ini dan ananda rela
menerima apapun keputusan Muma.
62. Raja : Sekarang, Ananda boleh pergi, tenangkan pikiranmu. Mudah-mudahan Tuhan Yang
Kuasa memberikan jalan yang terbaik bagi kita ( kemudian Putri keluar )
63. Raja : Hulubalang. Masalah ini telah menjadi besar dan hal ini harus kita musyawarahkan. Oleh
karena itu, kau beritahukan kepada para pembesar Istana, bahwa besok kita akan bermusyawarah
di ruang utama Istana.
64. Hulubalang : Tita baginda, hamba lasanakan.
65. Raja : Ayao Dinda, kita harus istirahat.
( mereka keluar )
Adegan V
( Di dalam kamarnya Putri terlihat sedang duduk termenung. Kadang –kadang ia mengadahkan
mukanya kelangit. Kadang-kadang pula mengerutkan dahinya. Saat itu, Putri agak kelihatan
berfikir .)
( dari kiri masuk permaisuri mendekati putri. Putri tersentak dari lamunannya, saat permaisuri
memegang pundaknya). ( musik sarone, sayup sayup mengiringi adegan tadi).
66. Permaisuri : Beberapa hari ini, kau kelihatan selalu menyendiri Putriku.keceriaanmu berganti
kegelisahan , padahal Dade selalu mengharafkan engkau gembira, tenang bahagia bersama
dayang-dayangmu.
67. Putri : Maafkan Ananda Dade. Bila tingkah ananda, telah meresahkan hati Dade. Ananda
gelisah, karena beberapa hari ini Muma selalu didatangi utusan Raja-raja tetangga yang hendak
melamar Ananda. Bahkan ada beberapa Pangeran yang saling mengancam. Bila mereka tidak
mendapatkan Ananda, maka perangpun akan terjadi.
68. Permaisuri : Dade juga sudah mendengar hal itu Ananda, bahkan Mmamu, sedang memikirkan
pangeran mana yang akan dipilih, dan bagaimana jalan keluarnya bila terjadi permasalahan nanti.
69. Putri : Maafkan Ananda Dade. Ananda juga sudah memikirkan hal itu berhaari-hari.
Permasalahan ini telah meresahkan hati Muma, Dade dan ketetraman negri ini. Oleh karena itu
Bunda, Ananda telah memikirkan kebaikan dan keburukannya. Setelah Ananda berdoa kepada
Tuhan, Ananda mendapat petunjuk bahwa Anandalah yang harus di korbankan.
70. Permaisuri : Tidak, tidak anakku. Kau tidak harus melakukn hal itu. Biarkan Muma yang
memecahkan persoalan ini.
71. Putri : Tidak Dade, permasalahan ini tidak dapat di pecahkan tanpa pengorbanan. Karena itu,
jalan satu – satunya Ananda harus dikorbankan.
72. Permaisuri : Anakku, engkaulah satu-satunya harapan dalam hati Dade. Engkau adalah
pengobat mata, penyejuk hati, lemah rasanya sendi dan raga ini, jika engkau harus hilang dalam
kabut dan telaga keputusanmu.
73. Putri : Ananda rela melakukannya Dade. Biarlah Ananda saja yang menjadi korban. Jangan
sampai dirasakan oleh rakyat dan negri, karena itu Dade sampaikan kepada Muma tentang
keinginan Ananda.
74. Permaisuri : Anakku, wala denan berat hati Dade menjawabnya, pesanmu pasti Dade
sampaikan, sekarang kau tidurlah anakku, Ibu juga mau pergi. ( Mereka keluar )
Adegan VI
Di ruang sidang utama Istana. Telah duduk Raja, Permaisuri dan Putri Dae Minga. Begituuga
dengan Ruma Bicara, Pemangku, dayang-dayang, dan Hulubalang. Semuanya telah hadir untuk
bermusyawarah.
75. Raja : Wahai para pejabat Istana. Hari ini aku menghadapkan kalian, karena ada persoalan
penting yag harus kita bicarakan. Kalian sudah mengetahuinya, bahwa dari hari kehari, lamaran
yang datang dari kerajaan tetangga yang ingin mempersunting Putriku semakin banyak. Aku sulit
menentukan pilihannya. Sebab salah memilih berarti bencana bagi negeri kita dan negeri lainnya.
Karena itu, sesuai dengan keinginan Dae Minga dan titahku. Setelah dipikirkan kebakan dan
keburukannya. Maka aku memutuskan bahwa putriku harus dibuang ke “Moti La Halo”
76. Permaisuri : Ampun Kanda ! tidakkah keputusan ini dapat diubah dengan keputusan yang lain ?
77. Raja : Titahku harus ditegakkan.
78. Ruma bicara : Ampun beribu ampun baginda. Janganlah Tuan Putri dikorbankan. Biarlah Putri
hambamu ini yang akan menggantikannya Baginda.
79. Raja : Masalah ini sudah aku pikirkan. Inilah satu – satunya jalan yang harus kita tempuh,
karena semua permasalahan bersumber pada Putriku.
80. Pemangku : Ampun Baginda. Kami dan rakyat Sanggar sangat menyayangi Putri Dae Minga.
Kami rela mengorbankan diri untuk melindunginya bila terjadi peperangan.
81. Raja : Itulah yang tidak aku inginkan. Akupun sebenarnya berberat hati untuk melaksanakannya
tetapi aku tidak boleh mementingkan diri sendiri, kepentingan rakyat dan negeri inilah yang harus
kuutamakan. Bagaimana denganmu Putriku ?
82. Putri : Ananda rela melakukanna Muma !
83. Permaisuri : Putriku ( memeluk putrinya) sudahkah kau hal ini kau pikirkan sebaik mungkin ?
sungguh hati Dade tak kuasa mendengarnya engkaulah permata hatiku.
84. Putri : Tabahkan hati Dade. Janganlah terlalu memikirkannya.
85. Raja : Dinda dan Putriku dan kalian pejabat Istana. Keputusan ini harus kita laksanakan
secepatnya. Besok Dae Minga harus dibuang dan malam ini, adalah malam perpisahan bagi
Putriku. Dayang – dayang ! dendangkan syair “ Inde Ndua ” sebagai kenangan terakhir bagi
Putriku.
Nyanyian Inde Ndua didendangkan. Suara tangis Permaisuri terdengar. Begitu pula dengan dayang
dayang semuanya bersedih sebab besok mereka akan ditinggalkan oleh Dae Minga yang mereka
sayangi, seluruh negeri berduka. Rakyat Sanggar yang mendengar keputusan Raja, amat bersedih
hati. Mereka ingin melihat Putri Dae Minga yang terakhir kali. Karena itu, mereka datang ke
Istana, dan ingin mengantar kepergian Putrinya.
86. Raja : Putriku sekarang saatnya kita berpisah. Karena itu, mari kita berangkat. Dinda, marilah
kita antar Putri kita ketempatnya yang terakhir.
Adegan VII
Hulubalang mengapit Raja, Permaisuri dan Dae Minga. Sedangkan Ruma Bicara, Pemangku dan
Dayang – dayang mengikutinya dari belakang mereka berjalan ketengah pentas. Setelah itu, Dae
Minga bersujud dikaki Raja dan Permaisuri.
87. Raja : Tegarkan hatimu Anakku.
88. Permaisuri : Anakku ( memeluk putrinya )
89. Putri : Ananda harus pergi Muma. Dade , tabahkan hati Dade, relakan kepergian Ananda (
mereka menangis ). Dae Minga beranjak dari Raja dan Permaisuri. Dia melihat atu persatu
pengiringnya. Kemudian ia berdiri diatas batu bersusun tujuh dan berseru.
90. Putri : E... Sara’ana dou Kore.. Hampa ba nahu mpa mandake diru’u ai walina di nggomi doho.
Gaga rantika wa’a sara’a ba nahu ambimpa di wi’i wea ba nahu ngomi
doho.
Hulubalang membawa Putri keluar. Suara isak tangis masih terdengar, Raja pun maju di antara
rakyatnya.
91. Raja : wahai rakyatku ! tabahkan hati kalian. Semua ini saya lakukan demi kedamaian di tas
negeri ini. Marilah kita pulang, kita jangan terlena dengan kesediahn ini. Dinda, marilah kita pergi.
( mereka keluar )

Unknown di 04.00

Berbagi

1 komentar:

Unknown 27 Januari 2021 06.09


ada versi bahasa bima nya kk?
Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan Pratinjau

Beranda ›
Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai