Anda di halaman 1dari 3

Sepuluh Teladan Yesus Sebagai Pemimpin

Mental seorang pemimpin diperlukan oleh siapapun yang ingin mulai meniti tangga kesuksesan. Untuk
itu orang biasanya mencari teladan atau idola, yaitu para pemimpin yang dapat ditiru kiat-kiatnya dan
dipelajari mentalitasnya. Bagi orang Kristen, kepemimpinan dimulai dari meneladani karakter dan
mental pemimpin dari tokoh terpenting dari kekristenan, yaitu Kristus.

Kristus adalah seorang pemimpin yang hebat, kalau tidak bisa disebut yang paling menakjubkan. Selama
masa hidup-Nya di bumi, Kristus telah memulai tiga tahun pelayanan-Nya menjadi sesuatu yang saat ini
telah menjadi sebuah gerakan mendunia yang mengubah sejarah. Saat ini lebih banyak orang yang
mengikuti Dia daripada pemimpin-pemimpin lainnya yang pernah dan masih hidup di dunia.

Sebagai teladan, Yesus telah memberikan berbagai prinsip yang penting dalam membentuk seorang
pemimpin, dan lewat hidup-Nya terkuaklah contoh-contoh nyata yang dapat kita tiru dan terapkan
dalam hidup kita. Apa saja yang Yesus ajarkan dan praktikkan? Dr. Tim Elmore menjabarkan hal tersebut
dalam www.growingleaders.com:

Bagi Yesus, pemimpin = pelayan

Di acara-Nya yang terakhir bersama seluruh murid, yaitu Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki
para murid, termasuk Yudas yang nantinya akan berkhianat. Yesus mengetahui posisi-Nya sebagai
pemimpin, tetapi tidak melupakan panggilan-Nya untuk melayani. Ia patuh dan setia pada tujuan
pelayanan-Nya. Ia mengetahui masa depan dan Ia bersedia menerimanya. (Referensi: Markus 8:35;
Matius 20:25; Matius 23:11)

Tujuan-Nya harus menjadi prioritas utama hidup


-
Dalam banyak hal, seluruh hidup dan pelayanan Yesus adalah tentang memprioritaskan hidup dan
menjalani setiap prioritas itu. Ketika Ia bicara, "Biarkan yang mati menguburkan yang mati," Yesus bicara
tentang perlunya berkonsentrasi pada tujuan kita yang paling penting dan tidak mengalihkan perhatian
kita pada situasi darurat sekalipun (Matius 8:22). Ketika Lazarus meninggal, Yesus tetap fokus pada apa
yang sedang Ia kerjakan, dan tidak pergi mengunjungi Lazarus sampai dua hari kemudian. Yesus berjalan
dalam misi-Nya. Ini artinya, kepemimpinan kita harus digerakkan bukan oleh keinginan orang-orang di
sekitar, melainkan oleh tujuan hidup kita. (Referensi: Lukas 19:10; Matius 6:33)

Pimpinlah diri sendiri sebelum memimpin orang lain


-
Ajaran Yesus adalah: jadilah dulu sesuatu sebelum melakukannya pada orang lain. Tanpa banyak bicara,
Yesus menyembuhkan orang buta, orang kusta, orang pincang, orang tuli; Ia membiarkan setiap karya-
Nya berbicara untuk diri-Nya. Ia tahu bahwa orang-orang akan meniru apa yang mereka telah lihat, tapi
belum tentu apa yang mereka dengar. (Referensi: Lukas 7:22; Yohanes 14:11)

Perubahan datang dari hubungan, bukan dari posisi

Yesus mengerti benar pentingnya membangun hubungan. Ia tidak mendirikan tahta di tengah kota dan
berkata, "Inilah istana-Ku. Inilah satu-satunya tempat di mana kalian bisa melihat Aku." Sebaliknya, Ia
malah pergi ke pasar, ke pelabuhan, ke berbagai sinagoge dan memulai pelayanan-Nya dari sana. Ia
bahkan mengunjungi rumah orang-orang biasa. Jadi Ia pergi ke berbagai tempat dan membangun
hubungan yang baik dengan setiap orang yang Ia kunjungi, tanpa memedulikan posisinya. (Referensi:
Yohanes 4:5-30; 8:1-11)

Pemimpin harus mampu mengisi dirinya sendiri


-
Hidup itu keras dan berat. Semakin kita sukses dan semakin banyak orang yang kita pimpin, semakin
banyak hal yang mereka inginkan dari kita. Kita harus mampu memperlengkapi diri dengan berbagai hal
yang mereka minta. Beberapa kali Yesus pergi menyendiri dan mencari tempat untuk melakukan
introspeksi dan berdiam diri. Dengan cara itu Ia berbicara dengan Bapa-Nya dan mendapatkan lagi
asupan
`bahan bakar` untuk memperlengkapi diri-Nya menghadapi berbagai tantangan ke depan. (Referensi:
Markus 3:7-10; Lukas 4:42-43)

Pemimpin harus membuat pengikutnya berani mengambil komitmen

Yesus memiliki produk yang paling dahsyat yang pernah ada, yaitu: KESELAMATAN. Ia menawarkan
kesempatan pada manusia untuk memiliki hubungan baik dengan Tuhan. Ia berbicara tentang surga dan
malaikat, kegembiraan dan kedamaian, dan istana yang megah. Tapi Ia tak pernah sekalipun
memberikan gambaran yang terdistorsi. Ia memberi peringatan pada pengikut-Nya bahwa nanti akan
terjadi penyiksaan dan kesulitan hidup pada diri mereka. Namun Yesus tidak pernah lupa
mempersiapkan para pengikut-Nya untuk saat-saat berat seperti itu. (Referensi: Yohanes 6:53; Matius
16:24)

Pemimpin memberi rasa aman dan kekuatan saat menangani persoalan yang berat

Yesus memberikan contoh nyata pada para pengikut-Nya, bagaimana menangani persoalan-persoalan
yang berat: Ia bangun pagi-pagi sekali dan berdoa meminta panduan dari Bapa-Nya. Ia tetap tenang dan
terkendali selama mengalami saat-saat yang sulit. Yesus tidak mencari masalah dengan para musuh-Nya,
tapi Ia tidak pernah menunda untuk memberi teguran atas setiap kesalahan, tapi juga memberikan
contoh bagaimana seharusnya bertindak. Dan yang terpenting, Yesus berhasil, dengan segala kekuatan-
Nya, menyelesaikan pelayanan yang telah Ia mulai. (Referensi: Lukas 20:20-26; Matius 22:23-46)

Pemimpin yang hebat memimpin di tingkatan yang lebih tinggi


---
Yesus memimpin di tingkatan yang lebih tinggi daripada yang lainnya, dan ia meminta para pengikut-Nya
membuat komitmen yang tingkatannya juga lebih tinggi dari biasanya. Yesus telah menunjukkan pola
kepemimpinan yang tidak cukup dengan segala hal yang biasa-biasa saja. Pemimpin tidak boleh hanya
lewat begitu saja, atau mengolah apa yang sudah ada. Yesus tahu bahwa kredibilitas seorang pemimpin
muncul dari kemampuannya menyelesaikan masalah. Ia memimpin orang- orang menuju suatu hidup
baru yang tidak mungkin pernah dicapai lewat usaha manusia saja. (Referensi: Yohanes 16:33; Matius
16:24)

Pemimpin memilih dan mengembangkan anak buahnya yang inti


-
Setiap pemimpin yang efektif tahu satu hal: sukses diperoleh lewat orang-orang terdekatnya. Pemimpin
yang efektif tidak menyerahkan masalah yang satu ini kepada keberuntungan saja. Menjadi seorang
pemimpin berarti memilih siapa saja yang akan menjadi bagian dari timnya, sekaligus memberikan
perhatian yang intens kepada mereka yang akan memainkan peran-peran penting dalam tim itu. Yesus
tidak pernah mengambil keputusan dengan cara voting; Ia selalu memikirkan setiap pilihan yang akan
diambil-Nya dengan matang terlebih dulu. Ia bahkan berdoa sepanjang malam sebelum Ia memilih
keduabelas rasul. Secara konsisten, Yesus menantang orang-orang untuk mengambil langkah-langkah
komitmen yang lebih dalam untuk memberitakan Kerajaan-Nya. Yesus memiliki prinsip dalam
membentuk tim. Prinsip ini melibatkan seleksi yang serius, komunikasi yang intens, pemberian tanggung
jawab, pengawasan yang ketat, dan keteladanan yang harus ditiru dan dilaksanakan oleh setiap anggota
tim-Nya. (Referensi: Lukas 10:1; Matius 10:1)

Tidak ada sukses jika tidak ada penerus

Bahkan di masa awal pelayanan-Nya, Yesus memberitahukan para pengikut-Nya bahwa Ia hanya akan
berada bersama-sama mereka untuk waktu yang sangat singkat. Dari waktu ke waktu mereka sering
mempermasalahkan masa pelayanan-Nya yang terbatas itu. Ia menjelaskan namun juga tetap
meyakinkan mereka bahwa kepergian-Nya nanti bukan sesuatu yang salah. Dari sejak awal, Yesus telah
mempersiapkan mereka untuk tetap hidup meskipun Ia telah pergi ke surga. Ia memberi teladan untuk
selalu mengandalkan Roh Kudus dan terus mempengaruhi sesama. Tongkat estafet harus diteruskan ke
pelari berikutnya, bukan dibawa pulang. (Referensi: Matius 28:18-20; Yohanes 20:21-22)

Tidak sulit bukan, menjadi seorang pemimpin itu? Yang paling berat biasanya adalah saat memulainya.
Tapi setelah itu, dengan disiplin dan niat yang kuat, jejak-jejak kepemimpinan Kristus bisa segera Anda
terapkan. Mulailah dari sekarang!

Sumber diedit dari:

Judul Majalah : getLife! Edisi 09/2005


Penulis : Chriswan Sungkono
Penerbit : Yayasan Pelita
Indonesia Halaman : 71-73

Anda mungkin juga menyukai