Anda di halaman 1dari 16

JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.

74 - 89

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS LARUTAN ASAM CUKA 2%


DENGAN BUROWI FILTRATA PADA TERAPI
OTITIS EKSTERNA AKUT

Agus Widodo, Titiek H. Ahadiah, Muhtarum Yusuf

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

ABSTRAK perlakuan mendapat tetes telinga


Latar Belakang : Otitis eksterna LAC sedangkan kontrol
akut (OEA) adalah keradangan yang mendapatkan LBF, 4 tetes setiap 6
meliputi kulit liang telinga secara jam dan asam mefenamat 500 mg 3
menyeluruh ditandai dengan adanya kali sehari. Hari ke-3 dievaluasi
iritasi, rasa tidak nyaman, otore dan ulang keluhan dan gejala.
udim. Larutan Burowi filtrata masih Hasil dan Pembahasan : Masing-
digunakan sebagai lini pertama masing kelompok didapatkan sampel
dalam penatalaksanaan OEA di sebanyak 23 telinga. Hasil terapi
beberapa rumah sakit besar dan kelompok LAC didapatkan jelek
memberikan hasil yang cukup 21,74%, cukup 26,09% dan baik
memuaskan. Larutan Burowi 52,17%. Sedangkan kelompok LBF
mempunyai efek sebagai astringen jelek 13,04%, cukup 43,48% dan
yang dapat mengabsorbsi air dari baik 43,48%. Uji Mann-Whitney
jaringan sehingga mengakibatkan p=0,867. Berarti, didapatkan
jaringan mengalami konstriksi dan perbedaan tidak bermakna (p>0,05).
kering. Larutan Burowi juga Kesimpulan : Tidak ada perbedaan
memiliki efek antiseptik yang dapat efektivitas antara larutan asam cuka
membunuh bakteri pada tempat 2% dan Burowi filtrata pada terapi
paparan. Pengasaman liang telinga OEA.
secara sederhana dengan larutan Kata kunci : larutan asam cuka,
asam asetat 2% dikatakan cukup larutan Burowi, otitis ekterna akut
efektif untuk menangani. Beberapa
penelitian penggunaan tetes telinga PENDAHULUAN
topikal larutan asam cuka 2% dan Otitis eksterna akut (OEA)
Burowi filtrata pada OEA adalah keradangan yang meliputi
memberikan hasil yang bervariasi. kulit liang telinga secara menyeluruh
Tujuan : Membandingkan ditandai dengan adanya iritasi, rasa
efektivitas larutan asam cuka 2% tidak nyaman, otore dan udim.1,2
(LAC) dengan larutan Burowi filtrata Beberapa ahli menyebut sebagai
(LBF) pada terapi OEA. swimmer’s ear atau otitis eksterna
Metode : Uji klinik randomized pre difusa akut untuk membedakannya
test – post test control group dari localized acute external otitis
tersamar ganda di poli THT RSAL atau furunkel.3-5 Pendapat lain
Dr Ramelan, bulan September 2010 - menyebutkan otitis eksterna difusa
Desember 2010. Kelompok adalah keradangan kulit superfisial

74
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

liang telinga, lapisan luar membran 2005, penatalaksanaan otitis eksterna


timpani dan aurikula dengan gejala berupa pemasangan tampon telinga
gatal, sensasi nyeri, panas dan larutan Burowi filtrata. Pengobatan
penurunan pendengaran serta tanda simtomatik dapat diberikan berupa
objektif didapatkannya hiperemi, antihistamin dan analgesik oral.10
udim dan debris ataupun sekret Larutan Burowi filtrata masih
dalam liang telinga. Senturia et al. digunakan sebagai lini pertama
(1980) membagi otitis eksterna dalam penatalaksanaan OEA di
berdasarkan klinis menjadi 3 stadium beberapa rumah sakit besar dan
yakni stadium preinflamasi, memberikan hasil yang cukup
inflamasi akut dan inflamasi kronik.6 memuaskan. Larutan Burowi
Penulis lain mengklasifikasikan otitis mempunyai efek sebagai astringen
eksterna menjadi akut, subakut dan yang dapat mengabsorbsi air dari
kronik.7 Distribusi penyakit ini jaringan sehingga mengakibatkan
merata di seluruh dunia. Meskipun jaringan mengalami konstriksi dan
insidens penyakit ini belum diketahui kering. Larutan Burowi juga
dengan pasti, dikatakan bahwa memiliki efek antiseptik yang dapat
hampir 10% dari seluruh penduduk membunuh bakteri pada tempat
dunia pernah mengalaminya. paparan.11 Meskipun larutan Burowi
Kepustakaan lain menyebut insidens cukup murah, kebanyakan obat ini
OEA sebesar 1:100 sampai 1:250 hanya didapatkan pada rumah sakit
pertahun pada populasi umum, besar dan kurang populer di
dengan variasi regional berdasarkan masyarakat luas.8
umur dan geografi.2,7 Frekuensi OEA Pengasaman liang telinga
di beberapa rumah sakit pendidikan secara sederhana dengan larutan
di Indonesia dilaporkan berkisar 8 – asam asetat 2% dikatakan cukup
15%. Frekuensi penyakit ini di efektif untuk menangani.5,12
RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta Beberapa penelitian penggunaan
mendapatkan sekitar 14,79% pasien tetes telinga topikal larutan asam
OEA pada tahun 1990.8 Dari laporan cuka 2% dan Burowi filtrata pada
rekam medik URJ THT-KL RSUD OEA memberikan hasil yang
Dr.Soetomo selama tahun 2008-2009 bervariasi.8,13-15 Penelitian Abdullah
didapatkan 1.039 (8,27%) kasus (2003) di Medan yang melakukan uji
baru OEA dari 12.558 kunjungan klinik antara pemakaian larutan
pasien baru.9 Burowi saring dan ichtammol pada
Terapi OEA sangat bervariasi 64 penderita OEA mendapatkan hasil
diantara beberapa ahli, terutama larutan Burowi saring lebih efektif
berkaitan dengan obat yang daripada ichtammol.13 Penelitian di
digunakan. Penatalaksanaan OEA Yogyakarta menguji efektivitas
bertujuan untuk memperbaiki atau tampon larutan Burowi dengan
mengurangi gejala dan mencegah tampon Rivanol pada 65 subyek
timbulnya rekurensi maupun dengan OEA mendapatkan hasil
komplikasi. Menurut Pedoman tampon larutan Rivanol lebih efektif.
Diagnosis dan Terapi Angka kesembuhan pada kelompok
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Rivanol sebesar 75,4% sedangkan
THT-KL RSUD Dr. Soetomo tahun pada kelompok tampon larutan

75
JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.74 - 89

Burowi didapatkan 49,3%.8 Unit antara larutan asam cuka 2% dengan


Rawat Jalan THT-KL RSUD Dr larutan Burowi filtrata pada terapi
Soetomo dalam laporan standar otitis eksterna akut. Karena
pelayanan minimal tahun 2009 efektivitas terapi OEA dengan
mendapatkan efektivitas penggunaan pemberian tetes telinga larutan asam
larutan Burowi filtrata pada cuka 2% dibandingkan dengan
penderita OEA sekitar 90%.9 pemberian larutan Burowi filtrata
Bahan lain yang dapat belum diketahui dengan jelas.
digunakan untuk penanganan OEA
adalah larutan asam cuka 2%.5,12,16 1. BAHAN DAN METODE
Kim dan Cho (2009) meneliti PENELITIAN
perubahan pH pada liang telinga Jenis penelitian ini adalah uji
OEA setelah diberikan tetes telinga klinik dengan menggunakan
antibiotik dan irigasi liang telinga rancangan randomized pre test – post
luar (LTL) dengan larutan cuka yang test control group tersamar ganda.
diencerkan sekitar 2%. Penelitian Kelompok perlakuan mendapatkan
tersebut bertujuan mengetahui terapi tetes telinga larutan asam cuka
pengaruh pengasaman LTL terhadap 2% (LAC), sedangkan kontrol
perubahan pH liang telinga. Hasilnya mendapat tetes telinga larutan
didapatkan perubahan pH liang Burowi filtrata (LBF). Kedua
telinga yang berbeda secara kelompok juga diberikan obat oral
bermakna pada otitis eksterna asam mefenamat 500mg. Penelitian
sebelum dan sesudah dilakukan dilakukan di poli THT unit rawat
terapi. Perubahan nilai pH juga jalan RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
berbanding lurus dengan derajat Waktu penelitian mulai bulan
keparahan OEA. Hasil lain September 2010 sampai dengan
didapatkan perbaikan terapi yang Desember 2010. Besar sampel untuk
tidak berbeda secara bermakna masing masing kelompok adalah 23
antara pemakaian antibiotika topikal telinga.
dan irigasi dengan larutan cuka. Sampel penelitian adalah
Hasil ini menunjukkan efektifitas telinga penderita otitis eksterna akut
pengasaman LTL menggunakan yang berobat di unit rawat jalan
larutan cuka cukup baik untuk terapi RSAL Dr. Ramelan Surabaya dan
OEA sebanding dengan pemakaian telah memenuhi kriteria penelitian
antibiotika topikal. Asam cuka juga dengan umur lebih dari 14 tahun.
mempunyai efek antiseptik yang Sedangkan kriteria penolakan
dapat digunakan untuk menangani (eksklusi) antara lain pasien yang
OEA. Asam cuka biasanya sudah mendapatkan pengobatan
digunakan dalam proses pengolahan sebelumnya, wanita hamil atau
makanan dalam kehidupan sehari- menyusui, didapatkan perforasi
hari. Asam cuka cukup banyak dan membran timpani atau otitis media,
tersebar hingga daerah terpencil berdasarkan anamnesis menderita
karena pemakaiannya yang luas di diabetes melitus, immune deficiency,
rumah tangga.17 ulkus peptikum, penyakit saluran
Penelitian ini bertujuan untuk cerna kronik atau penyakit ginjal
mengetahui perbandingan efektivitas serta riwayat alergi terhadap obat

76
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

yang digunakan dalam penelitian diberikan atau menolak untuk ikut


(larutan Burowi, larutan asam cuka, serta lebih lanjut dalam penelitian.
asam mefenamat). Sampel diambil Data diolah menggunakan
secara consecutive sampling sampai program SPSS 12 dan dilakukan
besar sampel terpenuhi. Sampel analisis secara deskriptif dan
dilakukan randomisasi dengan inferensial.
menggunakan tossing dengan alat
bantu uang logam untuk menentukan 2. HASIL PENELITIAN
kelompok perlakuan dan kelompok Selama periode September
kontrol. 2010 sampai dengan Desember 2010
Pada seluruh sampel didapatkan 49 sampel telinga dengan
penelitian dilakukan anamnesis dan kasus OEA pada 49 penderita yang
pemeriksaan klinis. Telinga yang memenuhi kriteria dan setuju turut
sakit dibersihkan dan dilakukan berpartisipasi dalam penelitian ini.
penilaian skor (pra terapi) mengenai Kelompok LAC sebanyak 24 telinga
otalgi, udim kulit LTL, udim dan kelompok LBF sebanyak 25
periaurikula, otore dan hiperemi. telinga. Sebanyak 3 orang (6,22%)
Liang telinga dimasukkan tampon dinyatakan drop out, yakni 2 kasus
pita steril. Kemudian pasien dari kelompok LBF karena tidak
mendapatkan obat tetes telinga yang datang kontrol kembali sesuai jadwal
mengandung LBF atau LAC untuk dan 1 penderita dari kelompok LAC
pengobatan pada telinga yang sakit tidak melanjutkan penelitian karena
dengan meneteskan sebanyak 4 tetes tidak datang untuk evaluasi ulang.
tiap 6 jam dan asam mefenamat 500 Dengan demikian jumlah telinga
mg diminum 3 kali sehari sesudah kelompok perlakuan yang ikut
makan selama 2 hari. Penderita sebagai sampel sebanyak 23 telinga,
diminta datang kontrol ulang pada demikian juga kelompok kontrol
hari ke-3 untuk evaluasi hasil terapi sebanyak 23 telinga. Kelompok
(skor pasca terapi). Penilaian hasil yang mendapat terapi LAC
terapi yang menunjukkan efektivitas menghabiskan biaya sekitar seribu
dari pengobatan dikelompokkan rupiah untuk satu botol 10 mL.
menjadi tiga kriteria yaitu: Sedangkan kelompok yang mendapat
a. Jelek, bila didapatkan selisih LBF menghabiskan biaya tiga ribu
skor penilaian = 0 - 2 rupiah untuk satu botol 10 mL.
b. Cukup, bila didapatkan
selisih skor penilaian = 3 - 5 Data Dasar Penelitian
c. Baik, bila didapatkan selisih Data dasar penelitian ini
skor penilaian = 6 atau lebih. meliputi umur, jenis kelamin dan
Penderita akan dikeluarkan tingkat pendidikan tercantum dalam
dari penelitian (drop out) apabila tabel 1.
tidak kontrol atau tidak
menggunakan obat tetes telinga
sesuai jadwal lebih dari 3 kali,
didapatkan gejala atau tanda alergi
membahayakan terhadap obat yang

77
JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.74 - 89

Tabel 1. Distribusi umur, jenis Chi square didapatkan hasil p=0,768.


kelamin dan tingkat pendidikan Berarti, distribusi jenis kelamin pada
Karakteristik
Total sampel Kel. Kel.
Nilai p kelompok LAC dan kelompok LBF
(%) LAC LBF didapatkan perbedaan yang tidak
Umur
bermakna (p>0,05).
(tahun) 14 – 72 14 – 14 - 0,517
Rentang 41,22 72 69 Tingkat pendidikan terbanyak
Rerata 17,06 39,57 42,87 setingkat SMA, berikutnya
(mean) 19,56 14,38 Perguruan Tinggi dan pendidikan
Simpang SMP. Analisis statistik terhadap
baku
(SD)
tingkat pendidikan dengan
Jenis menggunakan uji Mann-Whitney
kelamin 22 (47,83) 12 10 0,768 didapatkan p=0,069 (lampiran 5).
Laki-laki 24 (52,17) 11 13 Berarti, distribusi tingkat pendidikan
(%) kelompok yang mendapatkan terapi
Perempu
an (%)
LAC dan kelompok yang
Tingkat mendapatkan terapi LBF didapatkan
pendidikan perbedaan tidak bermakna (p >
SD 1 (2,18) 1 0 0,05).
SMP 6 (13,04) 4 2 Dari ketiga karakteristik data
SMA 31 (67,39) 16 15 0,069
Pergurua 8 (17,39) 2 6
dasar tersebut didapatkan bahwa
n tinggi umur, jenis kelamin dan tingkat
Jumlah 46 (100) 23 23 pendidikan sampel pada kedua kedua
Umur penderita sesuai kelompok terapi didapatkan
dengan kriteria penelitian didapatkan perbedaan yang tidak bermakna
pada rentang antara 14 tahun hingga (p>0,05). Sehingga dapat
72 tahun. Pada kelompok LAC disimpulkan bahwa kedua kelompok
rentang penderita antara 14 tahun terapi tersebut mempunyai data dasar
sampai 72 tahun dengan rerata 39,57 yang homogen.
tahun, sedangkan kelompok LBF
berkisar antara 14 tahun sampai 69 Data Klinis Penderita
tahun dengan rerata 42,87 tahun. Data ini meliputi keluhan
Analisis statistik terhadap data utama, faktor pencetus timbulnya
distribusi umur kedua kelompok penyakit dan derajat penyakit OEA.
dengan menggunakan independent Keluhan utama penderita OEA yang
samples t test didapatkan p=0,517. disampaikan penderita sebagaimana
Berarti, distribusi umur penderita tercantum dalam tabel 2.
antara kelompok LAC dan LBF Tabel 2. Keluhan utama penderita
didapatkan perbedaan yang tidak OEA
bermakna (p>0,05). Total
Keluhan Kel. Kel. Nilai
sampel
Jenis kelamin dari utama
(%)
LAC LBF p
keseluruhan sampel penelitian yang Otalgi 33 15 18 0,593
terdiri dari 22 laki-laki (47,83%) dan Gatal (71,74) 6 4 0,488
24 perempuan (52,17%) didapatkan Otore 10 2 1 1,000
perbandingan laki-laki dan (21,74)
3 (6,52)
perempuan sebesar 1:1,09. Analisis
46
statistik dengan menggunakan uji Total
(100)
23 23

78
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

Keluhan utama yang didapat menyebutkan kejadian atau keadaan


berupa otalgi, gatal dan otore. yang menyebabkan munculnya
Keluhan terbanyak yang membuat penyakit ini.
penderita mencari pengobatan adalah Derajat penyakit OEA pada
otalgi sebanyak 33 penderita penelitian berdasarkan gejala klinis
(71,74%). Keluhan berikutnya adalah yang didapatkan tercantum dalam
gatal pada 10 penderita (21,74%) dan tabel 4.
otore pada 3 penderita (6,52%).
Hasil analisis statistik ketiga derajat OEA
Jumlah Nilai
keluhan utama diantara dua Kelompok ringan sedang berat (%) p
kelompok dengan (%) (%) (%)
menggunakan Fisher’s exact Kel. LAC 7 15 1 23
(30,43) (65,22) (4,35) (100)
test didapatkan p=0,593, 0,542
p=0,488 dan p=1,000. Berarti, Kel. LBF 10 11 2 23
(43,48) (47,83) (8,69) (100)
keluhan utama diantara kedua Total 17 26 3 46
kelompok didapatkan (36,96) (56,52) (6,52) (100)
perbedaan yang tidak Tabel 4. Derajat penyakit OEA
bermakna (p>0,05). Berdasarkan gejala klinis
Faktor pencetus timbulnya penderita sebagian besar derajat
penyakit yang didapatkan dari OEA yang didapatkan adalah OEA
penderita pada penelitian ini ringan 17 penderita (36,96%) dan
sebagaimana tercantum pada tabel 3. sedang 26 penderita (56,52%),
sebagian kecil lainnya OEA berat 3
Tabel 3. Faktor pencetus timbulnya penderita (6,52%). Hasil analisis
OEA statistik derajat penyakit OEA
Total diantara dua kelompok dengan
Faktor Kel. Kel.
sampel menggunakan Fisher’s exact test
pencetus LAC LBF
(%) didapatkan p=0,542 (lampiran 6).
Korek 31 15 16
Berarti, derajat penyakit OEA
cotton bud (67,39) 0 1
Korek bulu 1 (2,18) 2 2
diantara kedua kelompok didapatkan
Mandi 4 (8,69) 3 0 perbedaan yang tidak bermakna
Renang 3 (6,52) 3 4 (p>0,05).
Tak jelas 7
(15,22) Hasil Terapi
Total 46 (100) 23 23 Setelah mendapat terapi
Faktor pencetus terbanyak selama 2 hari keluhan dan gejala
timbulnya OEA pada penelitian ini pada kedua kelompok penelitian
adalah tindakan mengorek telinga dievaluasi dengan pemeriksaan
dengan menggunakan cotton bud otoskopi untuk melihat efek terapi
pada 31 penderita (67,39%) dan yang diberikan. Penilaian meliputi
didapatkan 4 penderita (8,69%) otalgi, udim LTL, udim periaurikula,
timbul keluhan setelah mandi. Hal otore dan hiperemi seperti tercantum
lain yang menurut penderita sebagai pada tabel 5.
pencetus penyakit setelah berenang
pada 3 penderita (6,52%). Sedangkan
7 penderita (15,22%) tidak

79
JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.74 - 89

Tabel 5. Skor rerata hasil evaluasi (17,3 (34,7 (47,8 (100)


9) 8) 3)
gejala pra dan pasca terapi Pada kelompok yang
Kel. LAC Kel. LBF
Gejala Mean ± SD
Nilai
Mean ± SD mendapatkan
Nilai terapi LAC didapatkan
p p
pra pasca pra pasca hasil terapi jelek 5 telinga (21,74%),
Otalgi 1,87±0,75 0,52±0,84 0,000 2,26±0,61 0,52±0,84 cukup
0,000 6 telinga (26,09%) dan baik
12 telinga (52,17%). Sedangkan pada
Udim LTL 1,65±0,48 0,57±0,66 0,000 1,61±0,58 0,43±0,66 kelompok
0,000 yang mendapatkan terapi
LBF jumlah telinga dengan hasil
Udim
periaurikula
0,91±0,66 0,17±0,38 0,000 1,09±0,73 0,26±0,61 terapi
0,000 jelek 3 (13,04%), cukup 10
telinga (43,48%) dan baik sebanyak
Otore 1,39±1,03 0,17±0,38 0,000 1,39±0,83 0,39±0,78 0,000telinga (43,48%). Keseluruhan
10
hasil terapi mendapatkan hasil jelek
Hiperemi 1,52±0,51 0,52±0,51 0,000 1,52±0,51 0,70±0,63 0,000
8 telinga (17,39%), cukup 16 telinga
Perubahan nilai skor pasca (34,78%) dan baik 22 telinga
terapi menjadi lebih kecil atau (47,83%). Analisis statistik terhadap
menurun dibandingkan skor pra hasil terapi kedua kelompok ini
terapi menunjukkan terjadinya dengan menggunakan uji Mann-
perbaikan gejala klinis. Secara Whitney didapatkan p=0,867.
keseluruhan didapatkan perbaikan Berarti, hasil terapi antara kelompok
rerata skor pada masing-masing LAC dan kelompok LBF didapatkan
variabel pengukuran pasca terapi perbedaan tidak bermakna (p>0,05).
dibandingkan dengan skor pra terapi. Efek samping yang
Analisis statistik dengan uji dilaporkan dan dicatat selama
peringkat bertanda dari Wilcoxon periode penelitian seperti tercantum
mendapatkan nilai p=0,000. Berarti, pada tabel 7.
skor gejala klinis pra dan pasca Tabel 7. Efek samping terapi antara
terapi terdapat perbedaan bermakna kelompok LAC dan
(p<0,05). kelompok LBF
Hasil terapi yang diberikan Efek samping
pada penelitian ini dikelompokkan Kelom Ada Tid Jum Nil
menjadi tiga kriteria yaitu jelek, Gat ak lah ai
pok
cukup dan baik. Hasil terapi yang Pedih al ada (%) p
(%) (%) (%)
diberikan pada kelompok yang
Kel. 5 1 17 23
mendapatkan terapi LAC dan
LAC (21,7 (4, (73, (100
kelompok yang mendapatkan terapi 4) 35) 91) ) 0,2
LBF tercantum pada tabel 6. Kel. 1 21 23 43
1
Tabel 6. Hasil terapi kelompok LAC LBF
(4,35)
(4, (91, (100
dan kelompok LBF 35) 30) )
Hasil Terapi
Total 6 2 38 46
Kelomp
Jumla
Nila (13,0 (4, (82, (100
Cuku h
ok Jelek
p
Baik ip 4) 35) 61) )
(%) (%) (%)
(%) Kejadian efek samping yang
Kel. 5 6 12
LAC (21,7 (26,0 (52,1
23 didapatkan yaitu rasa pedih dan gatal
(100)
4) 9) 7) 0,86 pada telinga yang diobati, meskipun
Kel. 3 10 10 7
LBF (13,0 (43,4 (43,4
23 keluhan ini masih dapat ditoleransi
(100)
4) 8) 8) oleh penderita dan tidak
Total 8 16 22 46

80
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

mengakibatkan berhentinya jaringan keratin lebih tebal serta


pengobatan. Pada kelompok LAC aktivitas kelenjar keringat yang lebih
didapatkan keluhan pedih sebanyak 5 tinggi. Hal tersebut merupakan faktor
telinga (21,74%) dan gatal sebanyak predisposisi yang dapat
1 telinga (4,35%). Pada kelompok menyebabkan kelembaban lumen
LBF didapatkan keluhan pedih LTL lebih tinggi sehingga
sebanyak 1 telinga (4,35%) dan gatal memudahkan terjadinya OEA.2,16,19,20
sebanyak 1 telinga (4,35%). Analisis Dari tabel 1 dapat dilihat
statistik terhadap adanya efek bahwa perbandingan jenis kelamin
samping dengan uji Fisher’s Exact laki-laki dan perempuan sebesar
test didapatkan nilai p=0,243. 1:1,09. Kedua kelompok mempunyai
Berarti, efek samping terapi antara distribusi jenis kelamin yang
kelompok LAC dan LBF didapatkan sepadan. Hasil ini hampir sama
perbedaan tidak bermakna (p>0,05). dengan penelitian Halpern, Palmer
dan Seidlin (1999) di Amerika
3. PEMBAHASAN Serikat yang mendapatkan
Data Dasar Penelitian perbandingan laki-laki dan
Data dasar yang dikumpulkan perempuan 1:1,1.18 van Balen et al.
dalam penelitian ini meliputi umur, (2003) pada penelitiannya di Belanda
jenis kelamin dan tingkat pendidikan. mendapatkan perbandingan antara
Untuk melihat kesetaraan data dasar laki-laki dan perempuan 1:1,4.14
pada kedua kelompok yang diteliti Cook dan Walsh (2005) menyatakan
setelah dilakukan randomisasi, maka bahwa angka kejadian pada laki-laki
dilakukan uji homogenitas sampel dan perempuan sama.19 Hasil-hasil
terhadap distribusi data tersebut. penelitian di atas menunjukkan
Tabel 1 menunjukkan data bahwa perbedaan jenis kelamin tidak
umur penderita pada penelitian ini berpengaruh terhadap predisposisi
berkisar antara 14 tahun hingga 72 terjadinya OEA. Hal ini dapat
tahun dengan rerata 41,22 tahun. dimungkinkan karena tidak
Hasil ini berbeda dengan beberapa terlibatnya faktor hormonal pada
penelitian yang pernah dilaporkan. patogenesis terjadinya OEA.
Halpern, Palmer dan Seidlin (1999) Meskipun salah satu hasil penelitian
pada penelitiannya di Amerika di London mendapatkan OEA terjadi
Serikat mendapatkan rerata umur lebih banyak pada perempuan
penderita OEA 31 tahun.18 van Balen kelompok umur 20-30 tahun
et al. (2003) pada penelitiannya di dibandingkan laki-laki di kelompok
Belanda mendapatkan rerata umur umur tersebut. Kejadian ini diduga
penderita OEA 43,57 tahun.15 Otitis karena kebiasaan tindakan
eksterna akut dapat terjadi pada melakukan perawatan dan mencuci
semua kelompok umur.19 OEA rambut yang lebih sering atau
sering terjadi pada umur dewasa atau berlebihan, sedangkan kebiasaan
usia produktif. Hal ini disebabkan tersebut lebih banyak dilakukan oleh
oleh karena pada usia produktif atau perempuan dibandingkan laki-laki.21
orang dewasa didapatkan rambut Dari tabel 1 tingkat
LTL lebih banyak. Pada orang pendidikan partisipan penelitian ini
dewasa juga didapatkan LTL dengan terbanyak berpendidikan SMA

81
JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.74 - 89

sebanyak 31 orang (67,39%). otalgi (70%) sebagai keluhan


Tingkat pendidikan tidak terbanyak yang disampaikan
berhubungan dengan predisposisi penderita. Keluhan lain yang
terjadinya OEA. Tingkat pendidikan dilaporkan adalah gatal, rasa penuh
berhubungan dengan sikap dan yang disertai dengan ataupun tanpa
perilaku terhadap kesehatan. Oleh gangguan pendengaran. Tanda lain
karena itu tingkat pendidikan yang OEA yaitu nyeri pada tragus atau
dicapai seseorang akan pinna saat dilakukan manipulasi.
mempengaruhi perilakunya untuk Otoskopi pada LTL tampak udim
mengikuti petunjuk pengobatan. merata, eritema dan dapat disertai
Perubahan perilaku sesuai tingkat adanya cairan. Pada beberapa
pendidikan dengan kemampuan penderita dapat dijumpai selulitis
mencerna dan mengikuti petunjuk atau limfadenitis regional.2
pengobatan yang diberikan ini dapat Faktor pencetus terbanyak
mempengaruhi prognosis terjadinya OEA pada penelitian ini
kesembuhan suatu penyakit.22 yaitu diawali dengan tindakan
Berdasarkan hasil uji statistik mengorek telinga dengan cotton
terhadap data distribusi umur, jenis budHasil ini sesuai dengan penelitian
kelamin dan tingkat pendidikan di Nussinovitch et al. (2004) yang
atas, pada kedua kelompok yang menganalisis penggunaan cotton bud
diteliti menunjukkan karakteristik sebagai salah satu faktor pencetus
yang homogen. Hasil uji terjadinya OEA. Hasil penelitiannya
homogenitas ini dipakai sebagai mendapatkan sebanyak 70%
salah satu syarat untuk melakukan penderita OEA dengan riwayat
jenis uji parametrik.23 tindakan mengorek telinga dengan
cotton bud, sedangkan renang
Data Klinis Penderita sebagai faktor kedua sebesar 34%.
Berdasarkan tabel 2 keluhan Analisis statistik tindakan mengorek
utama yang didapat berupa otalgi, telinga dengan kejadian timbulnya
gatal dan otore. Hasil ini sesuai OEA pada penelitian tersebut
dengan beberapa kepustakaan menunjukkan hasil yang berbeda
sebelumnya. Otitis eksterna akut bermakna. Analisis statistik renang
yang juga dikenal dengan istilah sebagai faktor pencetus terjadinya
swimmer’s ear ditandai dengan kulit OEA tidak menunjukkan hasil yang
LTL yang tampak hiperemi, udim berbeda bermakna. Hasil penelitian
atau adanya debris yang disertai tersebut membuktikan adanya
dengan keluhan otalgi, gatal, otore, hubungan antara tindakan mengorek
penurunan pendengaran atau rasa telinga dengan cotton bud sebagai
penuh di telinga selama kurang dari faktor pencetus terjadinya OEA.
tiga minggu.14 Cassisi et al. (1977) Tindakan mengorek telinga atau
dalam penelitiannya melaporkan adanya benda asing di liang telinga
manifestasi klinis yang didapatkan menyebabkan terjadinya kerusakan
pada OEA terbanyak udim LTL, lapisan permukaan liang telinga.
kedua hiperemi dan ketiga keluhan Kehilangan lapisan pelindung dan
nyeri telinga.24 Penelitian Rosenfeld maserasi akan merangsang produksi
et al. (2006) mendapatkan gejala kelenjar apokrin lebih aktif sehingga

82
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

dirasakan penuh. Kenaikan suhu, munculnya gejala klinis akan


kelembaban dan udim lapisan mendorong penderita mencari
korneum serta kumpulan debris pertolongan atau pengobatan.
keratin dapat menyebabkan rasa Semakin cepat timbulnya gejala
gatal yang direspon penderita dengan klinis muncul dan dirasakan
mengorek telinga menggunakan jari, mengganggu kenyamanan penderita,
cotton bud ataupun aplikator lainnya semakin cepat pula penderita
yang mengakibatkan kerusakan berusaha mendapatkan pengobatan.
lapisan LTL. Keadaan patologis Gejala utama yang didapatkan pada
tersebut berlanjut dengan timbulnya penelitian berupa otalgi
udim diikuti implantasi bakteri. menyebabkan penderita berusaha
Keasaman LTL berubah menjadi mendapatkan pengobatan sesegera
lebih alkali dan infeksi superfisial mungkin, karenanya derajat
dapat meluas dan berkembang makin penyakit yang ditemukan masih
hebat.25 dalam derajat ringan atau sedang.
Tabel 4 menunjukkan derajat Hasil Terapi
OEA yang didapatkan pada Secara keseluruhan
penelitian ini terbanyak adalah didapatkan perbaikan rerata skor
derajat sedang (56,52%), diikuti yang didapat pada masing-masing
derajat ringan (36,96%) dan sedikit variabel pengukuran sesudah terapi
derajat berat (6,52%). Hasil analisis dibandingkan dengan skor pada awal
statistik derajat penyakit OEA terapi. Analisis statistik dengan uji
diantara kedua kelompok didapatkan peringkat bertanda dari Wilcoxon
perbedaan yang tidak bermakna didapatkan hasil p=0,000, sehingga
(p>0,05). Sehingga pada kedua dapat disimpulkan bahwa pemberian
kelompok penelitian dapat terapi yang dilakukan pada kedua
dinyatakan mempunyai derajat kelompok memberikan hasil
penyakit yang sepadan. Hasil ini penurunan skor klinis yang berbeda
sesuai dengan beberapa penelitian bermakna (p<0,05). Hasil penelitian
yang sudah dipublikasikan bahwa ini sesuai dengan Kim dan Cho
sebagian besar penderita OEA yang (2009) yang meneliti perubahan pH
datang berobat adalah derajat ringan pada liang telinga OEA setelah
dan sedang. Penelitian Cassisi et al. diberikan tetes telinga antibiotik dan
pada tahun 1986 yang dikutip oleh irigasi LTL dengan larutan cuka
Halpern, Palmer dan Seidlin (1999) diencerkan. Hasilnya didapatkan
didapatkan penderita OEA derajat perubahan pH liang telinga yang
ringan sebanyak 44%, derajat berbeda secara bermakna pada otitis
sedang 43% dan derajat berat 13%.18 eksterna sebelum dan sesudah
Pada penelitian yang lain didapatkan dilakukan terapi. Perubahan nilai pH
OEA derajat ringan sekitar 50% dari juga berbanding lurus dengan
seluruh kasus. Kasus OEA yang perubahan klinis dan derajat
berat biasanya didapatkan pada keparahan OEA. Hasil lain
pasien dengan penyakit lain yang didapatkan perbaikan terapi yang
menyertainya seperti penderita tidak berbeda secara bermakna
diabetes melitus atau defisiensi antara pemakaian antibiotika topikal
imun.26 Hal ini dapat terjadi karena dan irigasi dengan larutan cuka

83
JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.74 - 89

diencerkan.17 LBF dan LAC tersebut mendapatkan larutan asam


berfungsi sebagai antiseptik yang cuka lebih asam dibanding Burowi.
menghambat dan membunuh Penelitian secara in vitro
pertumbuhan bakteri yang timbul menunjukkan aktivitas asam cuka
pada OEA. Pemberian LAC akan dan larutan Burowi cukup efektif
mempengaruhi keasaman LTL mencegah pertumbuhan kuman
menjadi lebih asam dibandingkan patogen yang diisolasi dari sekret
sebelumnya. Keadaan yang lebih liang telinga.28 Kedua larutan selain
asam ini mengakibatkan berfungsi sebagai antiseptik juga
pertumbuhan bakteri terganggu dan mempunyai aktivitas astringen.
tidak dapat berkembang sehingga Sebagai astringen larutan ini pada
bakteri yang timbul pada OEA tidak penggunaan lokal menyebabkan
dapat tumbuh dan meluas. terjadinya presipitasi protein sel dan
Pertumbuhan bakteri yang terhenti menyebabkan penurunan
akan mengembalikan kondisi LTL permeabilitas jaringan, sehingga
seperti saat awal. Perubahan suasana dapat mengurangi udim dan
keasaman dan normalisasi pH LTL inflamasi. Aktivitas astringen pada
akan membuat kondisinya kembali larutan Burowi terutama karena
seperti semula sehingga adanya kandungan ion-ion logam
memperbaiki gejala klinis OEA. aluminium asetat.27 Adanya
Analisis statistik hasil terapi komponen aluminium asetat pada
menggunakan uji Mann-Whitney LBF memberikan efek astringen
didapatkan p=0,867(p>0,05). Tidak yang lebih kuat dibandingkan LAC.
ada perbedaan efektivitas antara Cuka mengandung beberapa
larutan asam cuka 2% dengan larutan zat fitokimia yang menguntungkan
Burowi filtrata pada terapi OEA. dan berguna untuk kesehatan antara
Dengan demikian hipotesis lain asam fenol, flavonoid dan
penelitian ini terbukti. polifenol lainnya. Zat-zat tersebut
Asam cuka dan larutan diketahui mempunyai efek positif
Burowi mempunyai aktifitas menghambat pertumbuhan kanker,
antiseptik yang menghambat penyakit jantung koroner dan
pertumbuhan bakteri dan astringen beberapa penyakit inflamasi lainnya.
untuk mencegah proses keradangan Meskipun mekanisme efek tersebut
makin meluas. LAC dan LBF telah belum diketahui dengan jelas,
lama digunakan sebagai sediaan aktivitas yang dapat meningkatkan
topikal tetes telinga yang mempunyai kesehatan tersebut sering dikaitkan
aktivitas bakterisida pada dengan kandungan zat-zat
Pseudomonas aeruginosa. Sifat didalamnya seperti jumlah fenol dan
bakterisida ini didapatkan dengan kemampuan sebagai antioksidan
mengubah derajat keasaman LTL serta zat lainnya. Cuka dengan
sehingga mempengaruhi profil kandungan fenol dan flavonoid
bakteri dan reaksi inflamasi pada tinggi dinyatakan mempunyai
permukaan kulit.27 Meskipun efektivitas sebagai anti radikal bebas
efektivitas antibakteri kedua sediaan yang tinggi.29 Fenol dan flavonoid
diduga berkaitan erat dengan juga mempunyai efek antiinflamasi
keasamannya, analisis pH larutan yang dapat merestorasi lapisan kulit

84
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

yang mengalami gangguan atau menurunkan tingkat kepatuhan


26,31
keradangan seperti pada OEA. Fenol pasien.
dan derivatnya melakukan aktivitas Penelitian ini menggunakan
tersebut dengan menghambat reaksi tetes telinga LAC karena bahan
delayed-type hypersensitivity (DTH) untuk membuat obat ini mudah
sehingga reaksi inflamasi tidak didapatkan dan murah. Bahan untuk
berlanjut dan meluas. Aktivitas LAC bisa didapatkan baik di kota
antiinflamasi flavonoid dilakukan besar maupun pedesaan. Cuka
dengan menghambat reaksi DTH dan mudah didapatkan karena popular
juga menghambat induksi inducible penggunaannya di rumah tangga dan
nitric oxide synthase (iNOS). banyak manfaatnya. Selain sebagai
Hambatan terhadap induksi iNOS penyedap dan penambah rasa alami
akan mencegah vasodilatasi dan pada masakan, cuka juga dapat
aktivasi netrofil, sehingga dimanfaatkan untuk mengawetkan
menghambat terjadinya inflamasi makanan, seperti daging, sayur, dan
meluas pada jaringan.30 Beberapa acar. Biaya untuk pembuatan 1 botol
mekanisme tersebut diduga sebagai plastik (10mL) obat tetes telinga
salah satu aktivitas LAC dalam LAC sekitar Rp.1.000,-, sedangkan
memperbaiki keadaan klinis OEA. untuk LBF sekitar Rp.3.000,-.
Sediaan obat topikal Berarti, LAC lebih murah tiga kali
direkomendasikan sebagai terapi lipat dibandingkan LBF.
awal OEA tanpa komplikasi karena Tabel 7 menunjukkan
keamanan, efektivitas yang lebih kejadian efek samping yang
baik dibandingkan plasebo serta hasil dilaporkan yaitu rasa pedih dan gatal
klinis dan bakteriologi yang sangat pada telinga yang diobati. Efek
baik pada beberapa penelitian.31 samping yang dilaporkan ini sesuai
Pemakaian obat topikal saja dengan dengan literatur dan hasil penelitian
hasil yang baik dalam terapi otitis sebelumnya. Kedel, Samodra dan
eksterna difusa akut juga dapat Rianto (2009) melaporkan keluhan
dilihat dari hasil penelitian Emgard, adanya rasa nyeri dan panas di liang
et al. Penambahan loratadin oral telinga pada kelompok Burowi.8
tidak mempengaruhi hasil terapi Salah satu kerugian pemakaian tetes
secara bermakna, sehingga telinga asam cuka 2% adalah
disimpulkan terapi otitis eksterna kemungkinan iritasi dan rasa
akut cukup diterapi dengan obat terbakar pada liang telinga.12
topikal saja.32 Halpern, Palmer dan Keluhan efek samping yang lebih
Seidlin (1999) menyarankan banyak terjadi pada kelompok LAC
penggunaan obat topikal saja dalam ini dimungkinkan karena secara
terapi OEA.18 Pemberian obat topikal teoritis LAC bersifat lebih asam
dapat mencapai konsentrasi dalam dibandingkan LBF, meski secara
jaringan sebesar 100 - 1000 kali lipat statistik kejadian efek samping
dibanding pemberian sistemik. tersebut berbeda tidak bermakna.
Penggunaan obat oral dapat Keluhan ini masih dapat ditoleransi
meningkatkan terjadinya efek oleh penderita dan tidak
samping obat dan potensial mengakibatkan berhentinya
pengobatan. Efek samping tersebut

85
JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.74 - 89

menghilang setelah selesai 1. Larutan asam cuka 2%


pengobatan. dapat digunakan sebagai
obat alternatif dalam
4. KESIMPULAN penatalaksanaan OEA.
2. Perlu dilakukan penelitian
Tidak ada perbedaan multisenter sehingga
efektivitas terapi larutan asam cuka memperluas jumlah
2% dengan Burowi filtrata pada otitis populasi sebelum
eksterna akut. merekomendasikan larutan
5. SARAN asam cuka 2% untuk
penatalaksanaan OEA.

86
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

DAFTAR PUSTAKA
1. Bailey BJ, Baroody FM, Dohar Soetomo Surabaya tahun 2008-
JE, Guthrie RM, Harris JS, 2008
Roland PS, et al.(1999). 10. Rukmini S, Soepriyadi,
Diagnosis and treatment of acute Harmadji S (2005). Otitis
otitis externa – an eksterna. Dalam: Pedoman
interdisciplinary update. Ann Diagnosis dan Terapi Bag/SMF
Otol Rhinol Laryngol vol 108 Ilmu penyakit Telinga, Hidung
(2) pt. 2, suppl.176: 1-19 dan Tenggorok 3rd ed. Rumah
2. Rosenfeld RM, Brown L, Sakit Umum Dokter Soetomo,
Cannon CR, Dolor RJ, Ganiats Surabaya: 1-3
TG, Hannley M et al. (2006). 11. Thorp MA, Gardiner IB,
Clinical practice guideline: acute Prescott CA (2000). Burow’s
otitis externa. Otolaryngol Head solution in the treatment of
Neck Surg 134: S4-23 active mucosal chronic
3. Senturia BH (1973). External suppurative otitis media:
otitis, acute diffuse. Evaluation determining an effective
of therapy. Ann Otol Rhinol dilution. J Laryngol Otol
Laryngol 82: 1-23 vol.114(6): 432-6
4. Da Cruz M (2007). Swimmer’s 12. Bereznicki L, Peterson G
ear and differential diagnoses. (2008). External ear problem.
MedicineToday .8 (12): 36-44 Aust Pharmacist 27(10): 838-43
5. Hajioff D, Mackeith S (2008). 13. Abdullah F (2003). Uji banding
Otitis Externa. BMJ Clin Evid klinis pemakaian larutan Burowi
06: 510-3 saring dan salep Ichtyol
6. Senturia BH, Marcus MD, (Ichthammol) pada otitis
Lucente FE (1980). Diseases of eksterna akut. USU digital
the external ear: An otologic- library. Available from
dermatologic manual 2nd ed. http://www.usudigitallibrary.co
Grune & Stratton, New York m. Accessed January 5, 2010
7. Linstrom CJ, Lucente FE 14. van Balen FAM, Smit WM,
(2006). Infections of the external Zuithoff NPA, Verheij TJM
ear. In: Bailey BJ, ed. Head & (2003). Clinical efficacy of three
Neck Surgery – Otolaryngology common treatments in acute
4th ed. Lippincott Williams & otitis externa in primary care:
Wilkins, Philadelphia: 1987- randomized control trial. BMJ
2001. 327: 1201–5
8. Kedel IWM, Samodra E, Rianto 15. Johnston MN, Flook EP, Mehta
BUD (2009). The effectiveness D, Mortimore S (2006).
of rivanol tampon® compared Prospective randomised single-
with burowi tampon in acute blind controlled trial of glacial
diffuse otitis externa. Berkala acetic acid versus glacial acetic
Ilmu Kedokteran vol 41(3): 157- acid, neomycin sulphate and
63 dexamethasone spray in otitis
9. Laporan Rekam Medik unit externa and infected mastoid
rawat jalan THT-KL RSUD Dr.

87
JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm.74 - 89

cavities. Clin Otolaryngol 31: 23. Dahlan MS (2009). Statistik


504–7. untuk Kedokteran dan
16. Sander R (2001). Otitis externa: Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
a practical guide to treatment dan Multivariat Dilengkapi
and prevention. Am Fam Aplikasi dengan Menggunakan
Physician vol. 63(5): 927-36. SPSS. Salemba Medika, Jakarta:
17. Kim JK, Cho JH (2009). Change 1-58
of external auditory canal pH in 24. Cassisi N, Cohn A, Davidson T,
acute otitis externa. Ann Otol Witten BR (1977). Diffuse otitis
Rhinol Laryngol 118(11): 769- externa: clinical and
72 microbiologic findings in the
18. Halpern MT, Palmer CS, course of a multicenter study on
Seidlin M (1999). Treatment a new otic solution. Ann Otol
patterns for otitis externa. J Am Rhinol Laryngol 86(Suppl 39):
Board Fam Pract, vol 12: 1-7 1–16
19. Cook K, Walsh M (2005). Otitis 25. Nussinovitch M, Rimon A,
externa. eMedicine. Available Volovitz B, Raveh E, Prais D,
from Amir J (2004). Cotton-tip
http://www.emedicine.com/emer applicators as a leading cause of
g/topic350.htm. Accessed otitis externa. Int J Pediatr
January 5, 2010 Otorhinolaryngol 68: 433-5
20. Connell SS, Balkany TJ (2008). 26. Osguthorpe JD, Nielsen DR
Infections of the ear. In K.J. Lee, (2006). Otitis externa: review
ed. Essential Otolaryngology and clinical update. Am Fam
Head and Neck Surgery, 9th ed. Physician 74 (1 Nov): 1510-6
McGraw – Hill Medical, New 27. Reynold JEF (1982). Aluminium
York: 304-40 acetate. In: Reynold JEF, ed.
21. Rowlands S, Devalia H, Smith Martindale The
C, Hubbard R, Dean A (2001). Extrapharmacopeia 28th ed.
Otitis externa in UK general London, The Pharmaceutical
practice: a survey using the UK Press:1335
General Practice Research 28. Thorp MA, Kruger J, Oliver S,
Database British Journal of Nilssen EL, Prescott CA (1998).
General Practice 51(July):533-8. The antibacterial activity of
Available from acetic acid and Burow’s solution
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pm as topical otological
c/articles/PMC1314044/pdf/114 preparations. J Laryngol Otol
62312.pdf. Accessed April 18, vol.112(10): 925-8
2011 29. Shahidi F, McDonald J,
22. Harun SR, Putra ST, Chair I, Chanrasekara A, Zhong Y
Sastroasmoro S (2008). Uji (2008). Phytochemicals of
klinis. Dalam: Sastroasmoro S, foods, beverages and fruit
Ismael S, ed. Dasar-Dasar vinegars: chemistry and health
Metodologi Penelitian Klinis effects. Asia Pac J Clin Nutr 17
3rded. CV Sagung Seto, Jakarta: (S1): 380-2
167-92

88
Perbandingan Efektivitas… (Agus W, Titiek Ha, Muhtarum Y)

30. Rios JL, Bas E, Recio MC 32. Emgard, P. Hellstrom, S.,


(2005). Effect of natural product Ohlander, B. & Wennmo, C.
on contact dermatitis. Curr Med 1999, ‘Effects of betamethasone
Chem vol. 4(1): 65-80 diproprionate plus an
31. Rosenfeld RM, Singer M, antihistamine in patients with
Wasserman JM, Stinnet SS external otitis’, Current
(2006). Systematic review of Therapeutic Research, vol. 60,
topical antimicrobial therapy for no. 7, Jul., pp 364-70
acute otitis externa. Otolaryngol
Head Neck Surg 134: S24–8.

89

Anda mungkin juga menyukai