Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN OPINI TAHUN


SEBELUMNYA PADA OPINI AUDIT GOING CONCERN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2014-2016

OLEH

CHYNTIA NOVTALINA BR.


GINTING 150522107

PROGRAM STUDI STRATA-1


DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan kuasaNya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas

Sumatera Utara.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN ................................................................................ i
ABSTRAK.......................................................................................... ii
ABSTRACT......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................... iv
DAFTAR ISI……….………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………... viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………… 1
1.2. Perumusan Masalah………………………………………… 11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………… 12
1.3.1. Tujuan Penelitian…..………………………............. 12
1.3.2. Manfaat Penelitian………………………………..... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 14


2.1. LandasanTeori……………………………………………… 14
2.1.1. TeoriAgensi…………………...…………………….. 14
2.1.2. Teori Signalling...………...…………………………. 16
2.1.3. Opini Audit Going Concern…………………...…….. 17
2.1.4. Kualitas Audit…………………....………………… 22
2.1.5. Kondisi Keuangan…………………...………………. 24
2.1.6. Pertumbuhan Perusahaan…………………...……….. 24
2.1.7. Debt Default…………………...…………………….. 25
2.1.8. Opini Audit Sebelumnya…………………...……….. 26
2.2. Penelitian Terdahulu………………………………………... 27
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian……………. 30
2.4. Pengembangan Hipotesis…………………...………………. 33
2.4.1. Kualitas Audit dengan Opini Audit Going Concern… 33
2.4.2. Kondisi Keuangan dengan Opini Audit Going
Concern…................................................................ 34
2.4.3. Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit Going
Concern.................................................................... 35
2.4.4. Debt Default dalam Opini Audit Going Concern….. 35
2.4.5. Opini Audit Sebelumnya pada Opini Audit Going
Concern.................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN……………………………… 38


3.1 Desain Penelitian…………………………………………… 38
3.2 Populasi dan Sampel………………………………………... 38
3.3 Jenis dan Sumber Data……………………………………… 41
3.4 Defenisi Operasional dan pengukuran Variabel…..…….... 41
3.5 Metode Analisis................................................................. 47
3.5.1 Statistik deskriptif.……………………………………... 48
3.5.2 Analisa Regresi Logistik.................................................. 48
3.6 Pengujian Model................................................................... 49
3.6.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall
Model Fit)....................................................................... 49
3.6.2 Menilai kelayakan Model Regresi (Hosmer and 50
Lomeshow;s Goodness of Fit Test).................................
3.6.3 Koefisien Determinasi (Nagelkarke R2)........................... 50
3.7 Uji Hipotesis.......................................................................... 51
3.7.1 Uji Signifikasi Model secara Parsial (Uji Wald)............. 51
3.7.2 Pengujian secara simultan (omnibus)………………… 51

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………. 52


4.1. Data Penelitian…………………………………………….... 52
4.2 Analisis Data………………………………………………..... 58
4.2.1 Statistik Deskriptif.......................................................... 58
4.2.2 Analisis Regresi Logistik............................................. 61
4.2.2.1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model
Fit)................................................................... 61
4.2.2.2. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi…................. 63
4.2.2.3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square...... 65
4.3 Model Regresi Logistik ……………………………………… 65
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian………………………………. 67
4.4.1 Uji Signifikansi Model SecaraParsial (Uji Wald)............ 67
4.4.2 Pengujian secara simultan (omnibus)………………… 70
4.5. Pembahasan Hasil penelitian………………………………… 71
4.5.1. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Opini Going Concern. 71
4.5.2. Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Opini Going
concern……………………………………….............. 71
4.5.3. Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Going
Concern…………………………………………….... 72
4.5.4. Debt Default terhadap Opini Going Concern………… 73
4.5.5. Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap opini going
concern……………………………………………….. 74

BAB V PENUTUP…………………………………………………... 76
5.1 Kesimpulan…………………………………………………... 76
5.2 Keterbatasan…………………………………………………. 77
5.3 Saran……………………………………………………...... 77

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 79
LAMPIRAN...................................................................................... 84
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Rugi Operasional Beberapa Perusahaan di BEI.......... .... 3


2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................27
3.1 Proses Seleksi Sample Berdasarkan Kriteria........................39
3.2 Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian.............. 40
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel....................46
4.1 Opini audit going concern….................................................52
4.2 Kualitas Audit.......................................................................53
4.3 Kondisi Keuangan….............................................................54
4.4 Pertumbuhan perusahaan…..................................................55
4.5 Debt Default..........................................................................56
4.6 Opini audit tahun sebeumnya................................................57
4.7 Statistik Deskripif Opini audit going concern…...................59
4.8 Statistik Deskripif Kualitas Audit.........................................59
4.9 Statistik Deskripif Debt Default............................................60
4.10 Statistik Deskripif Opini audit tahun sebeumnya..................60
4.11 Statistik Deskripif Kondisi Keuangan dan Pertumbuhan
perusahaan…........................................................................61
4.12 Iteration History....................................................................62
4.13 Nilai -2 Log likelihood...........................................................62
4.14 Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL akhir…...........62
4.15 Menguji kelayakan Model regresi.........................................64
4.16 Koefisien Determinsi (Nagelkerke R Square)…...................65
4.17 Hasil uji Model Regresi Logistik…......................................66
4.18 Uji Signifikansi Model Secara Parsial (Uji Wald)…............68
4.19 Uji Signifikansi Model Secara simultan (omnibus)…..........70
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual…............................................. 30


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Going concern adalah kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu

tahun sejak tanggal laporan keuangan (SPAP, 2011: 341) Going concern

merupakan salah satu asumsi dasar yang dipakai dalam menyusun laporan

keuangan. Foroghi (2012) yang dikemukakan kembali oleh Krissin diastuti dan

Rasmini (2016:452) menyatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan

merupakan hal yang penting bagi pihak- pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan terutama investor. Keberadaan entitas bisnis dalam jangka panjang

bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern)

perusahaan. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu perusahaan dapat

memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan, seperti

ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo

kerugian operasi yang signifikan dan berlangsung secara terus-menerus sehingga

menimbulkan keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut (Purba, 2009: 21) “asumsi going concern adalah suatu asumsi

yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi”. Asumsi

ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki

kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) sedangkan

Opini audit going concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan auditor untuk

memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern kemungkinan besar akan

mempengaruhi harga saham perusahaan dan memungkinkan juga perusahaan

tersebutakan di-delisting dari Bursa Efek Indonesia tetapi dengan tetap

mempertimbangkan kemungkinan perusahaan tersebut dapat memperbaiki kinerja

pada tahun berikutnya. Contoh perusahaan di-delisting akibat tidak memiliki

kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah Asia Natural

Resource Tbk (ASIA) pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 Davomas Abadi

Tbk (DAVO).

Pengeluaran opini going concern oleh auditor terhadap perusahaan

menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang diaudit mengalami

kesulitan. Kondisi keuangan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan secara

Banyak perusahaan di Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) dimana masyarakat dapat menjadi pemilik perusahaan dengan membeli

saham yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Adapun

perusahaanyang terdaftar di BEI adalah perusahaan yang bergerak di sektor

pertanian, pertambangan, industri dasar dan bahan kimia, industri lain-lain,

industri barang konsumsi, konstruksi real estate dan konstruksi properti,

infrastruktur-utilitas dan transportasi, keuangan, perdagangan-jasa-dan-investasi.

Kerugian operasi yang berlangsung akan memperbesar kemungkinan perusahaan

mendapat opini going concern beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI yang

menunujukkan rugi operasi:


Tabel 1.1
Rugi Operasi Beberapa Perusahaan di BEI

Laba (rugi)
No Nama perusahaan Kode
2013 2014 2015
1 Panasia Indo Resources HDTX
(218,654,504,263) (105,481,256,786) (355,659,019,000)
Tbk
2 Smartfren Telecom Tbk FREN (1.611.087.135.238) (972.652.581.545) (1.330.545.192.390)
3 Inti Agri Resources Tbk IIKP (18.426.897.169) (9.210.487.203) (9.900.834.886)
4 Asia Pacific Investama MYTX
Tbk (49,786,983,213) (158,271,000,000) (263,871,000,000)
5 SMR Utama Tbk SMRU (43.268.671.671) (7.985.030.000) (174.421.060.000)
Sumber: www.idx.com (data diolah)
Opini audit
No Nama perusahaan Kode 2013 2014 2015
1 Panasia Indo Resources Tbk HDTX 0 0 0
2 Smartfren Telecom Tbk FREN 1 1 1
3 Inti Agri Resources Tbk IIKP 0 0 0
4 Asia Pacific Investama Tbk MYTX 1 1 1
5 SMR Utama Tbk SMRU 0 0 0
Sumber: www.idx.com (data diolah)
Keterangan : 0 menerima opini non going concern
1 menerima opini going concern

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa terdapat ketidaksesuaian antara opini audit

yang diperoleh beberapa perusahaan dengan rugi operasional perusahaan. HDTX,

IIKP dan SMRU mengalami kerugian dari tahun 2013-2015 namun auditor tetap

mengeluarkan opini non going concern yang berarti auditor tetap tidak meragukan

kelangsungan hidup perusahaan walaupun mendapat kerugian. Hal ini

menunjukkan ada faktor lain selain laba atau rugi operasi yang berulang yang

dijadikan pertimbangan oleh auditor dalam memberikan opini going concern.

Kasus yang terkait dengan going concern di Indonesia yaitu Batavia Air

padaTahun 2012 dimana Batavia Air tidak mampu membayar hutang sebesar

$4,68 juta yang jatuh tempo karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran,

pihak kreditor mengajukan pailit. Dimana saat sebelum Batavia Air mengalami

kebangkrutan, laporan keuangannya menunjukkan kemampuan membayar


kewajiban jangka pendek serta jangka panjang dan arus kas dalam kondisi baik.

Laporan keuangan pun mendapat opini wajar tanpa pengecualian dan tidak

menerima kualifikasi going concern pada tahun 2011. Namun ternyata Batavia air

justru tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga mengalami

kebangkrutan (Fauziah,2014:5). Dalam kasus ini kelalaian auditor dalam

menanggapi kelangsungan hidup perusahaan dan memberikan informasi yang

tidak akurat sehingga mengakibatkan kebangkrutan Batavia Air dan juga kerugian

bagi investor.

Menurut Chen dan Church (1992) yang dikemukakan kembali oleh

Praptitorini dan Januarti (2011:78) bahwa auditor tidak bertanggungjawab

terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan, tetapi penerbitan opini yang

konsisten dengan kondisi yang sebenarnya sangat berguna untuk memastikan

apakah perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dan bagi

para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam

berinvestasi. Para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan

kegagalan keuangan perusahaan. Laporan Auditor Independen yang memuat opini

atas laporan keuangan perusahaan akan digunakan sebagai pertimbangan bagi

pihak – pihak yang berkepentingan dalam melakukan keputusan investasi. Karena

investor terlebih dahulu akan melakukan investasi maka ia perlu mengetahui

kondisi keuangan yang terkait tentag kelangsungan hidup perusahaan.

Statement on Auditing Standards (SAS) No. 59 juga menyatakan bahwa

auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah


pelaporan (Mada, 2013:3). Oleh karena itu, auditor sangat diandalkan dalam

memberikan informasi yang relevan khususnya terkait tentang kelangsungan

hidup sebuah perusahaan. Clarkson (1994) yang dikemukakan kembali oleh

Januarti (2008:43) melakukan studi yang mengidentifikasi reaksi investor

terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan hidup perusahaan

berdasarkan pengungkapan hasil analisis laporan keuangan. Studi tersebut

menemukan bukti bahwa ketika investor akan melakukan investasi maka ia perlu

untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan melihat laporan auditor

terutama yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan

pernyataan ini, auditor tidak hanya melihat kondisi keuangan tetapi juga melihat

hal lain terkait masalah eksistensi dan kontinuitas perusahaan. Laporan keuangan

yang menjadi sumber informasi bagi berbagai pihak berkepentingan seperti

investor, akan lebih credible jika sudah diaudit oleh auditor eksternal. Audit yang

dilakukan auditor eksternal akan meningkatkan kualitas dari informasi akurat

yang dihasilkan auditor kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan

khususnya investor.

Kualitas audit juga dianggap sebagai kemampuan auditor eksternal dalam

menemukan salah saji material serta praktik manipulasi yang terkandung dalan

laporan keuangan agar menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh investor.Semakin

berkualitas auditor yang melakukan audit terhadap laporan keuangan, maka

investor meyakini bahwa laporan keuangan tersebut berkualitas dan bebas dari

salah saji.
Menurut Chen dan Church (1992) yang dikemukakan kembali oleh

Ramadhany (2004:149) bahwa dalam menajalankan kegiatan operasinya,

perusahaan melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana yang

digunakan untuk menjalankan kegiatannya. Pinjaman tersebut merupakan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaaan pada saat jatuh tempo baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ketika perusahaan gagal

memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo maka perusahaan dalam keadaan

default yang kemudian akan memperkuat perusahaan untuk mendapatkan opini

going concern. Jadi jika perusahaan sedang dalam kondisi default maka

kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee

pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit

going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi

faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit

going concern tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukkan

tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat

direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan.

Penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai opini audit going

concern di Indonesia masih menjadi objek penelitian yang penting dan menarik

dilakukan karena mengingat bahwa opini audit going concern merupakan salah

satu hal yang mendasari para investor dalam pengambilan keputusan investasi dan

juga para kreditor dalam meminjamkan dananya dengan tujuan untuk memperoleh

laba dari aktivitas entitas tersebut. Selain itu, opini audit going concern sering

dihubungkan dengan kemampuan manajemen perusahaan untuk lebih


mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Berdasarkan penelitian –

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta adanya ketidakseragaman hasil

penelitian, penulis ingin meneliti kembali faktor – faktor yang mempengaruhi

kecenderungan penerimaan opini audit going concern.

Penelitian ini akan menguji tentang analisis yang memengaruhi opini audit

going concern oleh auditor. Analisis tersebut adalah kualitas audit dan opini audit

tahun sebelumnya. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

menunjukkan hasil yang berbeda-beda, artinya hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan adanya research gaps (kesenjangan penelitian). Penelitian tersebut

diantaranya dilakukan oleh Surbakti (2011), Sari (2012), Pandiangan (2013),

Khotimah(2015) dan Nanda (2015). Eko Budi Setyarno (2006) melakukan

penelitian menggunakan variabel independen berupa kualitas audit dan opini audit

tahun sebelumnya. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan hanya Kualitas audit

tidak berpengaruh signifikan. Penelitian tentang kualitas audit dilakukan oleh

Tamba (2009) menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap

opini audit going concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukakan difa (2015) berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan

menggunakan skala auditor KAP big four dan non-big four sebagai proksi kualitas

audit, hasil penelitian Solikah (2017), Zubaidah (2012), dan Khotimah (2015)

tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going

concern.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta

adanya ketidaksamaan hasil penelitian diatas diatas memotivasi penulis untuk

melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang sama mengenai faktor yang

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan


dengan menggunakan variabel kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya

dengan objek penelitian perusahaan manufaktur tahun 2014-2016. Hasil

penelitian dilaporkan dalam bentuk proposal skripsi dengan judul ”Pengaruh

Kualitas Audit dan Opini tahun sebelumnya Terhadap Opini Audit Going

concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2014-

2016”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di

atas, maka penulis dapat melakukan perumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1. Apakah Kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going concern?


2. Apakah Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going

concern?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas Audit terhadap opini audit

going concern
2. Untuk mengetahui pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap opini

audit going concern

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman peneliti mengenai pengaruh kualitas audit, Kondisi


Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, Debt Default, dan Opini tahun

sebelumnyaterhadap penerimaan opini audit going concern

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

referensi dan bahan kajian lanjut bagi penelitian yang berkaitan dengan

penerimaan opini going concern. \

3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi yang tepat.

4. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan

untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan menjadi bahan

referensi untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan,

pertumbuhan perusahaan, debt default, dan opini audit tahun

sebelumnya terhadap pemberian opini going concern.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) yang dikemukakan kembali oleh Widyantari (2011:

13) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai “suatu kontrak, dimana satu

orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan

sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal, yang melibatkan pendelegasian beberapa

wewenang pembuatan keputusan kepada agen”. Yang dimaksud dengan prinsipal

adalah pemegang saham, dewan direksi, CEO, dan para eksekutif perusahaan

(Arthur J. Keown, 2008 yang dikemukakan kembali oleh Angelia 2012 : 10).

Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan,

sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik

(Surbakti, 2011: 13). Adanya pemisahan antara pemilik dan pengendalian akan

menimbulkan ketimpangan informasi (asymetri information). Asimetri informasi

merupakan perbedaan informasi yang dimiliki oleh manajer dan pemilik saham

dimana informasi tersebut seringkali lebih menguntungkan pihak manajer karena

mengetahui kegiatan perusahaan sehari-hari secara mendetil. Dalam kaitan teori

agensi dengan penerimaan opini audit going concern, agen bertugas dalam

menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk dari

pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan ini yang nantinya akan

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dan digunakan oleh prinsipal sebagai

dasar dalam pengambilan keputusan. Dari laporan keuangan ini dapat dilihat
seberapa besar tingkat pertumbuhan perusahaan, debt default dan kondisi

keuangan perusahaan yang dihasilkan perusahaan. Agen sebagai pihak yang

menghasilkan laporan keuangan memiliki keinginan untuk mengoptimalisasi

kepentingannya, sehingga dimungkinkan agen melakukan manipulasi data atas

kondisi perusahaan. Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai

mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi

untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan

keinginan prinsipal.“Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani

kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak manajer dalam

mengelola keuangan peruahaan” (Susanto, 2009: 157). Opini yang dikeluarkan

auditor ini haruslah berkualitas yang ditunjukkan dengan semakin andal dan

transparannya informasi keuangan perusahaan.

Semakin buruk kondisi keuangan suatu perusahaan kemungkinan untuk mendapat

opini going concern akan semakin besar. Agen sebagai pengelola perusahaan

tidak ingin di nilai buruk oleh principal terkait dengan penerimaan opini going

concern. Oleh karena itu agen akan selalu berusaha menjaga kondisi keuangan

perusahaan pada tingkat yang baik. Shareholders selaku pemilik perusahaan

(prinsipal) akan selalu memantau kinerja manajernya (agen). Salah satucara yang

dilakukan oleh principal untuk menilai kinerja agennya adalah melalui audit yang

dilakukan oleh auditor yang professional dan independen. Auditor yang memiliki

kualitas yang baik akan memiliki kemampuan untuk menditeksi segala

ketidakwajaran dalam keuangan. Semakin berkualitas suatua uditor maka opini

yang diberikan oleh auditor akan menggambarkan kondisi laporan keuangan yang
sebenarnya. Maka semakin berkualitas auditor kemungkinan perusahaan untuk

mendapat opini going concern

Akan semakin besar karena auditor akan semakin teliti untuk memeriksa semua

kejadian yang ada dalam laporan keuangan Apabila pada tahun sebelumnya

perusahaan menerima opini audit going concern, maka agen selaku pihak yang

mengelola perusahaan akan berusaha melakukan perbaikan terhadap manajemen

perusahaan agar di tahun mendatang tidak lagi mendapat opini going concern.

Apabila auditor tahun selanjutnya tidak melihat adanya perbaikan yang dilakukan

oleh manajer akibat penerimaan opini going concern tahun sebelumnya, maka

kemungkinan perusahaan untuk menerima opini going concern kembali akan

semakin besar. Hal ini dikarenakan, opini audit tahun sebelumnya akan menjadi

pertimbangan kembali untuk memberikan opini audit pada tahun berjalan.

2.1.2 Teori Signalling

Brigham dan Houston (2006: 38) ”Signalling theory merupakan suatu perilaku

manajemen perusahaan dalam memberi petunjuk untuk investor terkait

pandangan manajemen pada prospek perusahaan untuk masa mendatang”.

Signalling theory menunjukkan adanya asimetri Informasi antara manajemen

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi inimenyajikan

keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun

keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan

bagaimana pasaran efeknya.Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat

waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk

mengambil keputusan investasidengan informasi tersebut dan juga


mengungkapkan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal

yang berupa informasi mengenai hal yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan kepentingan pemilik yaitu memaksimalkan keuntungan mereka.

Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan

informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent) perlu

mendapatkan Opini dari pihak lain yang bebas yaitu Auditor independen untuk

memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Opini audit going concern yang

di ungkapkan oleh auditor pada laporan keuangan akan menjadi sinyal (warning)

pada penguna laporan keuangan.

2.1.3 Opini Audit Going concern

Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk

salah satu komponen keputusan tentang going concern. Suatu entitas dianggap

going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi

kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi

kewajibannya dengan menjual asset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi

yang dipaksakan dari luar, merestrukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa

yang lain, hal yang demikian akan menimbulkan keraguan besar terhadap going

concern perusahaan. Standar Audit (SA) 570 (IAPI, 2013:3) menyebutkan bahwa

“auditor bertanggung jawab untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah
terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.”

Pada laporan audit (opini audit) dengan modifikasi yang dikeluarkan oleh auditor

mengindikasikan penilaian auditor akan risiko auditee terhadap going concern


dapat bertahan atau tidak dalam menjalankan usahanya.Auditor harus

mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang diindikasikan

dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya di masa yang akan datang. Signifikan

atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan sangat tergantung pada

keadaan, dan beberapa diantaranya mungkin hanya menjadi signifikan jika

ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Standar Audit

(SA) 570 (IAPI, 2013:10) memberikan beberapa contoh kondisi dan peristiwa

tersebut antara lain:

1. Keuangan
a Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih.
b Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh
temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau
pelunasan, pengandaian yang berlebihan pada pinjaman jangka
pendek untuk mendanai asset jangka panjang.
c Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor.
d Arus kas operasi yang buruk.
e Rasio keuangan utama yang buruk.
f Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam
nilai asset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.
g Dividen yang sudah lama terhutang atau yang tidak berkelanjutan.
h Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh
tempo.
i Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian
pinjaman.
j Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit
menjadi transaksi tunai ketika pengiriman.
k Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk
pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial
lainnya.
2. Operasi
a Intensi manajemen untuk melikuiditasi entitas atau untuk
menghentikan operasinya.
b Hilangnya manajemen kunci tanpa penggantian.
c Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi,
atau pemasok utama.
d Kesulitan tenaga kerja.
e Kekurangan penyediaan barang/bahan.
f Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.
3. Lain-lain
a Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan
statutori lainnya.
b Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat
mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil
dapat dipenuhi oleh entitas.
c Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan
pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk
bagi entitas.
d Kerusakan asset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak
diasuransikan atau kurang diasuransikan.

Panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan opini audit going concern

dijelaskan dalam standar audit (SA) 570 (IAPI, 2013:4) sebagai berikut:

1. Jika auditor yakin bahwa terdapat keraguan signifikan atas


kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya,
maka auditor harus menentukan apakah manajemen telah melakukan
suatu penilaian awal atas kondisi tersebut. Jika manajemen telah
melakukan penilaian, maka auditor harus mendiskusikannya terlebih
dahulu bersama mereka. Kemudian menentukan apakah manajemen
telah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang baik secara
individual maupun kolektif dapat menyebabkan keraguan signifikan
atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
usahanya. Auditor juga mengevaluasi rencana manajemen atas
tindakan di masa depan yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan
usaha entitas dan kemudian menetapkan kemungkinan apakah rencana
tersebut dapat memperbaiki situasi dan dapat dilaksanakan dengan
efektif.
2. Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian, maka auditor
meminta manajemen untuk segera melakukan penilaian dengan
periode penilaian sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal
laporan keuangan. Jika manajemen tidak bersedia membuat atau
memperluas penilaiannya, maka auditor dapat menyatakan suatu opini
wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat.
3. Jika manajemen telah menggunakan asumsi kelangsungan usaha
dengan tepat, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka
auditor mempertimbangkan pengungkapan (berdasarkan
pertimbangannya) dengan kondisi sebagai berikut:
a Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam
laporan keuangan telah memadai, maka auditor menyatakan suatu
opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu paragraf
penekanan suatu hal dalam laporan auditornya.
b Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam
laporan keuangan tidak memadai, maka auditor memberikan opini
wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar.
c Jika penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan
keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus
menyatakan suatu opini tidak wajar.

Secara garis besar ada dua tipe opini audit menurut standar audit terbaru, Standar

Audit (SA) 700 (IAPI, 2013) menjelaskan tentang opini tanpa modifikasian dan

Standar Audit (SA) 705 (IAPI 5-9, 2013) yang menjelaskan tentang opini

modifikasian, lebih lengkap dijelaskan sebagai berikut:

1. Opini Tanpa Modifikasian


Opini ini akan diberikan bila auditor berkesimpulan bahwa laporan keuangan
telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Auditor juga telah memperoleh keyakinan yang memadai
tentang apakah laporan keuangan tersebut secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan.
2. Opini Modifikasian
Opini ini diberikan jika auditor menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang
diperoleh, bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan
penyajian material atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material. Opini modifikasian terdiri dari tiga tipe, yaitu:
1) Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
a. Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian
ketika setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,
auditor menyimpulkan bahwa terdapat kesalahan material
tetapi tidak pervasif dalam penyajian laporan keuangan baik
secara individual maupun secara agregasi.
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan
bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak
terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat
material, tetapi tidak pervasif.
c. Jika auditor menyatakan opini ini, auditor harus
mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditnya yang
menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal yang
menyebabkan modifikasi tersebut. Auditor harus menempatkan
paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan
auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini Wajar
dengan Pengecualian".
d. Kemudian pada paragraf opini, ketika opini ini diambil karena
terdapat kesalahan penyajian yang bersifat material pada
laporan keuangan, auditor harus menyatakan dalam paragraf
opini bahwa, “menurut opini auditor, kecuali untuk dampak
hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini
Wajar dengan Pengecualian”. Dilengkapi dengan tambahan
frasa “Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku”, jika auditor melaporkannya
berdasarkan kerangka penyajian wajar. “Laporan keuangan
telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku”, jika auditor
melaporkannya berdasarkan kerangka kepatuhan.
e. Masih pada paragraf opini, ketika opini ini diambil karena
ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat, maka auditor harus menggunakan frasa “kecuali
untuk dampak hal-hal…”
2) Opini tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa terdapat
kesalahan penyajian baik secara individual maupun secara agregasi yang sifatnya
adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan. Jika auditor menyatakan
opini ini, ia harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditor yang
menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal yang menyebabkan modifikasi
tersebut. Auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf
opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini tidak
Wajar".Pada paragraf opini, auditor menyatakan bahwa, “menurut opini auditor,
karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini
Tidak Wajar”. Dilengkapi tambahan frasa “Laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku”, jika
auditor melaporkannya berdasarkan kerangka penyajian wajar. “Laporan
keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku”, jika auditor melaporkannya berdasarkan
kerangka kepatuhan.
3) Opini tidak menyatakan pendapat (Disclaimer Opinion)
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak
terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan
pervasif. Juga pada kondisi ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat, tetapi terdapat banyak ketidakpastian dan auditor tetap tidak
dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang
potensial dari ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak kumulatif dari
ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan. Pada basis untuk paragraf
modifikasi auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf
opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini Tidak
Menyatakan Pendapat". Pada paragraf opini, auditor menyatakan bahwa, “Karena
signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak
Menyatakan Pendapat, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit, dan oleh
karena itu auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan”.

2.1.4 Kualitas Audit

Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya

dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas.

Pemakai laporan keuangan (para investor atau calon investor) lebih percaya pada

laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi

karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya,

auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi

salah saji material atau kecurangan (fraud).Craswell, Francis & Taylor (1995)

yang dikemukakan kembali oleh Rahim (2016:76) menyatakan bahwa klien

biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang

memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih

tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan

kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review.

Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan

kualitas auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien.

De Angelo (1981: 154) mendefinisikan kualitas auditor (auditor quality) “As the

probability of an auditor finding and reporting on audit findings in his client's

accounting system.”. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang

merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan

pendapatannya. Isu yang terkait dalah kompetensi auditor, persyaratan yang


berkaitan dengan pelaksanaan audit dan persyaratan pelaporan. Dari hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk

menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih

kecil. Dengan pemilihan auditor kualitas tinggi yang dinilai mampu meningkatkan

tingkat kredibilitas dari laporan keuangan, auditor yang berasal dari KAP besar

cenderung lebih berani mengeluarkan opini audit going concern terhadap

perusahaan yang memang seharusnya mendapatkan opini tersebut.

Kualitas audit sering diproksikan dengan KAP yang berafiliasi dengan The Big

Four maupun dengan Non Big Four. Ukuran KAP the big four didasarkan pada

besarnya jumlah pendapatan yang diterima atas jasa audit atau jasa lainnya.

Kategori KAP the big four di Indonesia terdiri dari:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan kantor

KAPTanudiredja, Wibisana & Rekan

2. KAP Deloitte Touche Thomatsu Limited, yang berafiliasi dengan KAP

Osman BingSatrio

3. KAP Ernst &Young, yang berafiliasi dengan KAP Purwantono,

Suhermandan Surja(PSS)

4. KAP KPMG (Klyneld Peat Marwick Geordeler), yang berafiliasi

denganKAP SidhartadanWidjaja.

2.1.5 Opini Audit Sebelumnya

Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan

dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar

kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada

tahun berjalan. Opini audit tersebutdapat dibedakan menjadi 2 yaitu opini audit
going concern dan opini audit non going concern. Menurut (Mutchler ,1984 yang

dikemukakan kembali oleh Ramadhany, 2004: 30) perusahaan yang menerima

opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung menerima

opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini dikarenakan ketika auditor

memberikan opini audit going concern pada tahun sebelumnya, perusahaan

tersebut dianggap mengalami masalah dalam mempertahankan kelangsungan

usahanya sehingga auditor cenderung akan memberikan opini audit going concern

kembali pada tahun berjalan. Apabila tahun sebelumnya perusahaan mendapat

opini audit going concern, maka tahun berikutnya kemungkinan auditor memberi

opini audit going concern akan lebih besar (Setyarno, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

Review penelitian terdahulu terangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1
PenelitianTerdahulu

Peneliti Judul Variabel Alat Hasil Penelitian


(tahun) Independen analisis
Eko Pengaruh Variabel Regresi Kualitas audit dan
Budi Kualitas dependen: opini logistik pertumbuhan
Setyarno, Audit, Kondisi audit going perusahaan
dkk Keuangan concern. tidak berpengaruh
(2006) Perusahaan, Variabel signifikan sedangkan
Opini Audit independen: penggunaan model
Tahun kualitas audit, prediksi kebangkrutan
Sebelumnya, kondisi keuangan yang menggunakan
Pertumbuhan perusahaan, opini Altman berpengaruh
Perusahaan audit tahun negatif dan opini audit
Terhadap sebelumnya, dan tahun sebelumnya
Opini Audit pertumbuhan berpengaruh positif
Going concern perusahaan
Solikah Pengaruh Variabel Regresi Kondisi perusahaan
(2007) kondisi dependen: opini logistik dan opini audit tahun
perusahaan, audit sebelumnya
Pertumbuhan berpengaruh
perusahan, going concern signifikan terhadap
Opini audit variabel opini going concern,
tahun independen: sedangkan
sebelumnya Kondisiperusahaa pertumbuhan
Terhadap opini n, perusahaan tidak
audit Pertumbuhan berpengaruh
perusahaan, signifikan
Going concern Opini audit tahun
sebelumnya,
Indira Analisis Variabel Regresi variabel debt default,
Januarti Pengaruh dependen: opini logistik opini tahun
(2009) Faktor audit going sebelumnya, kualitas
Perusahaan, concern. audit berpengaruh
Kualitas Variabel positif, sedangkan
Auditor, independen: ukuran perusahaan,
Kepemilikan kondisi keuangan auditor clienttenure
Perusahaan debt default berpengaruh negatif
Terhadap ukuran Dan pada variable
Opini perusahaan audit lag,Variabel
Audit Going opini audit tahun kondisi
concern sebelumnya keuangan,opinion
(Perusahaan audit lag shopping, kepemilikan
Manufaktur auditorclienttenu manajerial
yang Terdaftar r e dankepemilikan
di Bursa Efek kualitas audit institusional tidak
Indonesia) opinion berpengaruh terhadap
shopping penerimaan opiniaudit
kepemilikan goingconcern.
manajerial dan
istitutional
Revol Pengaruh Kulitas audit Regresi Debt default
Ulung Debt default, Debt default logistik berpengaruh positif
Tamba Kualitas audit, Opini audit signifikan dan dua
(2009) opini audit variabel lainnya juga
terhadap berpengaruh
penerimaan signifikan terhadap
opini penerimaan opini
audit going concern
going
concern
Pandianga Pengaruh Variabel Regresi Kualitas audit,
n (2013) Kualitas Audit, dependen: Opini logistik Leverage,dan
Opini Audit audit going Pertumbuhan
Tahun concern perusahaan tidak
Sebelumnya, Variabel berpengaruh secara
Leverage, dan independen: signifikan, sedangkan
Pertumbuhan Kualitas Audit, opini audit tahun
Perusahaan Opini Audit sebelumnya
terhadap Opini Tahun berpengaruh
Audit Going Sebelumnya signifikan.
Concern pada Leverage, dan
Perusahaan Pertumbuhan
Manufaktur Perusahaan
yang Terdaftar
Di BEI
Khotimah Pengaruhkualit Variabel Regresi kualitas audit, kondisi
(2015) as audit, Dependen logistik keuangan perusahaan
kondisikeuang Penerimaan Opini dan pertumbuhan
anperusahaan, auditor going perusahaan,
Opini audit concern. tidak berpengaruh
tahunsebelumn Variabel pada opini audit going
yadanpertumb Independen: concern sedngkan
uhan kualitas audit, Opini audit tahun
Perusahaan kondisi keuangan sebelumnya
terhadap opini perusahaan, berpengaruh terhadap
audit going Opini audit tahun opini audit going
concern sebelumnya dan concern
(studi pada pertumbuhan
perusahaan Perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di bursa efek
Indonesia
periodetahun
2011-2013)

Sumber: Ringkasan berbagai hasil penelitian

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh kualitas audit dan opini audit tahun

sebelumnya terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Kerangka pemikiran yang diajukan

adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

H1 H2 H3
H4
Gambar 2.1
Kualitas Audit (X1)

Opini Audit Tahun Sebelumnya (X5)

H5
H6
Kerangka Konseptual

Dalam teori signalling dikemukakan tentang bagaimana seharusnya informasi

pada perusahaan memberikan signal kepada pengguna laporan keuangan. Dalam

kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit memberikan sinyal kualitas dari

perusahaan dan juga sahamnya (Ronni,2014). Kualitas perusahaan dideskripsikan

dari kemampuannya bertahan hidup dalam masa yang panjang (going concern).

Perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi untuk menunjukkan kinerja

superior mereka. Ketika auditor yang memiliki kualitas audit yang baik

menyatakan opini going concern atas sebuah perusahaan, maka hal ini akan

berpengaruh terhadap keputusan investasi calon investor. Kualitas audit

diproksikan pada KAP big four. Auditor berskala besar dapat memberikan

kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor dalam skala lebih

kecil. Dengan besar skala auditor, akan semakin kemungkinan auditor untuk

menerbitkan opini audit going concern.

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan keadaan atas keuangan perusahaan

selama periode waktu tertentu. Kondisi keuangan memberikan sinyal kepada

perusahaan mengenai gambaran kinerja. Kondisi perusahaan dapat diukur dengan

menggunakan model prediksi kebangkrutan The Revised Altman’s Model. Kondisi

keuangan perusahaan yang tergangguakan memungkinan perusahaan menerima

opini audit going concern. Pendapat tersebut juga didukung oleh Setyarno (2006),

Santoso dan Wedari (2007) yang menyatakan bahwa, semakin baik kondisi

keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit

going concern. Perusahaan yang mengalami financial distress akan kehilangan

kepercayaan dari investor, kreditur, konsumen dan juga menjadi sinyal kondisi

keuangan perusahaan dalam menjalakan kelangsungan usaha perusahaan.


Dalam kaitannya dengan teori signaling, Pertumbuhan perusahaan menggunakan

rasio pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba yang baik akan memeberikan sinyal

bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek dan sinyal baik (Good News) dimasa

mendatang. Ketika perusahaan mempunyai profitabilitasyang tinggi diharapkan

memperoleh laba yang tinggi sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan

mendapat opini audit going concern (Setiawan, 2015 : 15). Perusahaan dengan

pertumbuhan yang baik akan mampu meningkatkan volume laba dan ini

mengindikasikan kemampuan perusahaandalam mempertahankan kelangsungan

hidupusahanya..

Dalam hubungannya dengan Debt default juga digunakan teori signalling sebagai

teori yang melandasi. Debt default perusahaan untuk membayar hutang pokok

dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo, oleh karena itu apabila status perusahaan

sedang dalam keadaan default yang mengindikasikan terdapat resiko perusahaan tidak

dapat bertahan dalam bisnis, maka auditor cenderung untuk memberikan opini audit

going concern.Semakin besar rasio ini maka menggambarkan kondisi keuangan

perusahaan yang baik, dan sebaliknya.

Opini audit going concern tahun sebelumnya memiliki hubungan signifikan

terhadap opini audit going concern tahun berjalan. Apabila auditor menerbitkan

opini going concern pada tahun sebelumnya hal tersebut memberikan sinyal akan

kondisi keuangan perusahaan pada tahun berikutnya, Perusahaan akan kehilangan

kepercayaan dari pihak eksternal mengenai kelangsungan usaha perusahaan

termasuk, baik dari investor, kreditur, maupun konsumen, sehingga akan semakin

mempersulit manajemen perusahaan untuk dapat memperbaiki kinerja perusahaan

yang sempat terpuruk di tahun berjalan, maka akan semakin besar kemungkinan

auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berjalan

2.4 Pengembangan Hipotesis


2.4.1 Kualitas audit dengan Opini Audit Going concern

Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi

para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Auditor yang

mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini

audit going concern apabila klien mengalami masalah going concern. Auditor

skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan

auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern.

Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk

menerbitkan opini audit going concern. De Angelo (1981) yang dikemukakan

Setyarno (2006: 5) menyatakan bahwa “auditor skala besar memiliki insentif yang

lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor

skala kecil”. Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan

masalah – masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses

pengadilan. Pernyataan tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki

kemungkinan yang lebih besar dibandingkan auditor skala kecil dalam

melaporkan masalah kelangsungan usaha kliennya apabila terbukti bahwa

kliennya mengalami masalah dalam kelangsungan usahanya.

Menurut Aiisiah (2012: 38) terdapat bukti empiris hubungan positif antara

kualitas audit dengan penerimaan opini audit going concern. KAP yang besar

akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan

dengan KAP yang kecil. Menurut pennelitian yang dilakukan oleh Tamba(2009)

dan Elmayanti dan Yuyetta (2014) Nirmalasari (2014) dan Nada (2015)

menunjukkan bahwa kualitas audittidak berpengaruh terhadap Opini Audit Going

concern. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut:
H1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern

2.4.2 Opini Audit Going concern Tahun Sebelumnya Dengan Penerimaan

Opini Audit Going concern

Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya

akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan

opini audit going concern pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak

menunjukkan tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang

dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Ramadhany (2004),

Setyarno (2006), dan Santosa dan Wedari (2007) menganalisis tentang faktor –

faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern.

Hasilnya menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga apabila auditee

menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan

auditee untuk menerima kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya

akan semakin besar. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

H2 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini

audit going concern.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebab akibat

(causal research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi

hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan independen. Penelitian ini

juga merupakan penelitian kuantitatif karena pengujian yang dilakukan

menggunakan pengolahan data berupa angka dan diolah dengan prosedur statistik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang

signifikan antara Kualitas audit dan Opini tahun sebelumnya terhadap penerimaan

Opini Audit Going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

pada periode 2014-2016.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010 : 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014 – 2016, yaitu sebanyak 144

perusahaan (dapat dilihat pada lampiran 1). Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2010 :81). Teknik

penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive


sampling, yaitu dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu

kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan

(judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu

Adapun kriteria pemilihan sampel penelitian ini adalah:

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

tidak pernah delisting selama tahun pengamatan 2014, 2015, dan 2016

2. Menerbitkan laporan keuangan yang diaudit selama tahun pengamatan

(2014-2016) dan terdapat laporan auditor independen atas laporan

keuangan perusahaan

3. Penyajian laporan keuangan menggunakan kurs rupiah (Rp)

4. Mengalami rugi bersih setelah pajak minimal satu periode laporan

keuangan (1 tahun) selama periode pengamatan (tahun 2014-2016). Rugi

bersih digunakan untuk menunjukkan Trend kondisi keuangan perusahaan

yang bermasalah.

Berdasarkan kriteria yang ditentukan di atas dari 144 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI, ada sebanyak 29 perusahaan yang menjadi

sampel (dapat dilihat pada table 3.2) dengan tiga tahun pengamatan. Sehingga

total penelitian ini berjumlah 87sampel.

Sampel perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

Jumlah
No Kriteria Pelanggaran Akumulasi
Kriteria
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
(5) 144
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tidak
pernah delisting selama tahun pengamatan
2013- 2015
2 Menerbitkan laporan keuangan yang diaudit
selama tahun pengamatan (2013-2015) dan
(16) 139
terdapat laporan auditor independen atas
laporan keuangan perusahaan
3 Penyajian laporan keuangan menggunakan
(29) 123
kurs rupiah (Rp)
4 Mengalami rugi bersih setelah pajak minimal
satu periode laporan keuangan (1 tahun)
(65) 94
selama periode pengamatan (tahun 2013-
2015).
Jumlah sampel total selama periode penelitian
29
(2014-2016)
Sumber : Hasil olahan peneliti

Setelah dilakukan teknik purposive sampling, maka emiten yang lolos uji

ini adalah :

Tabel 3.2
Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
Perusahaan
1 Primarindo Asia Infrastructure Tbk d.h
BIMA
Bintang Kharisma Tbk
2 Panasia Indo Resources Tbk d.h
HDTX
Panasia Indosyntex Tbk
3 GJTL Gajah Tunggal Tbk
4 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
5 MYTX Apac Citra Centertex Tbk
6 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk d.h Lippo
Enterprises Tbk
7 VOKS Voksel Electric Tbk
8 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
9 MLIA Mulia Industrindo Tbk
10 ALKA Alaska Industrindo tbk
11 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
12 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
14 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
15 BRNA Berlina Tbk
16 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
17 SIMA Siwani Makmur Tbk
18 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
19 MAIN Malindo Feedmill Tbk
20 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
21 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
22 SPMA Suparma Tbk
23 ALTO Tri Bayan Tirta Tbk, PT
24 RMBA Bentoel International Investama Tbk
25 INAF Indofarma (Persero) Tbk
26 SIPD Sierad Produce Tbk
27 MBTO Martina Berto Tbk
28 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk
29 LMPI PT Langgeng Makmur Industry Tbk
sumber :www.idx.co.id diolah Peneliti (2017)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.Data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang

dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. Dan data sekunder dalam penelitian ini

adalah laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

2014-2016. Sumber data dari penelitian ini adalah website Bursa Efek Indonesia,

www.idx.co.id,sedangkan metode pengumpulan dalam penelitian adalah

dokumentasi dan studi pustaka. Penelitian mengumpulakan serta mencatat data

sekunder yang berupa laporan keuangan auditan yang sesuai dengan kriteria

sampel dan melalui studi pustaka dengan mengumpulkan buku-buku, jurnal yang

berkaitan dengan penelitian terdahulu sebagai pedoman referensi.

3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dari sebuah konsep adalah seperangkat petunjuk

lengkap tentang apa yang harus diamati (ciri-ciri apa yang harus dipelajari) dan

bagaimana mengukurnya. Dengan kata lain, definisi operasional adalah proses

penjabaran pengertian suatu konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit sehingga
maknanya menjadi lebih jelas. Menurut Sugiyono (2010 : 38) variable merupakan

suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik suatu kesimpulan.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

variable dependen dan variable independen.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh

variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit

going concern. Menurut Arens, dkk (2008:66) mengemukakan bahwa

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh


auditor dalam pertimbangan auditor pada situasi kemungkinan
bahwa klien tidak dapat meneruskan operasinya atau memenuhi
kewajibannya selama periode yang wajar. Apabila auditor
menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang besar tentang
kemampuan perusahaan untuk terus going concern, maka pendapat
wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas harus
diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan
keuangan.

Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit

yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau

ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam

menjalankan operasinya dalam kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari

satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Opini

dengan modifikasi going concern terdiri dari opini wajar tanpa

pengecualian denganparagraf penjelas berkaitan dengan kelangsungan

hidup entitas, opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar, dan

tidak memberikan opini. Variabel ini diukur dengan menggunakan


variabel dummy. Pemsahaan yang memperoleh opini audit going

concern(GCAO) diberi kode 1, sedangkan perusahaan yang memperoleh

opini audit nongoing concern (NGCAO) diberi kode 0.

2. Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi suatu yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Penelitian ini menggunakan variabel kualitas audit, kondisi keuangan,

pertumbuhan perusahaan, debt default, dan opini audit sebelumnya sebagai

variabel independen.

a. Kualitas Audit

Kualitas auditor diproksikan dengan menggunakan ukuran Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang digunakan perusahaan. Ukuran KAP ini

dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP big-four dan KAP non big-

four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana

angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan

auditor dari KAP big-four dan 0 jika perusahaan diaudit oleh KAP non

big-four.

Adapun KAP big-four yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan kantor

KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan

2) KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP

Osman Bing Satrio & Eny.

3) KAP Ernst & Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwanto,


Suherman dan Surja

4) KAP KPMG (Klyneld Peat Marwick Geordeler), yang bekerjasama

dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.

b. Opini Audit Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya didefenisikan sebagai opini audit yang

diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit sebelumnya

dalam penelitian ini diambil dari opini audit tahun 2013, 2014 dan

2015.Variabel ini diukur dengan variabel dummy, dimana opini audit

going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opiniaudit non-going

concern diberi kode 0. Data opini audit tahun sebelumnya disajikan

dalam skala nominal.

Definisi Operasional dan Pengukuran variable pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Variabel Defenisi
Variabel Penelitian Operasional Indikator Skala
Dependen Opini Going Opini yang 1 jika opini audit Nominal
concern dikeluarkan oleh going concern, 0
auditor dikarenakan jika opini audit
adanya keraguan non going
mengenai concern.
kemampuan
perusahaan dalam
mempertahankan
kelangsungan hidup
nya.
Independen Kualitas audit Kualitas auditor 1 Jika diaudit oleh Nominal
diproksikan dengan KAP big-four
menggunakan ukuran and partner 0,
Kantor Akuntan Jika diaudit oleh
Publik (KAP) yang KAP non big-
digunakan four
perusahaan
Opini Audit Opini audit going Menggunakan Nominal
Tahun concern yang variabel dummy,
Sebelumnya diungkapkan pada angka 1 jika
laporan keuangan tahun perusahaan
sebelumnya menerima opini
audit going
concern dan 0 jika
tidak menerima
opini audit going
concern

3.5 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan angka-angka, perhitungan

stastistik untuk menganalisis hipotesis, dan beberapa alat analisis lainnya. Analisis

data kuantitatif dengan menggnakan software SPSS (Statistical Package for

Social

Science). Regresi logistik digunakan dalam penelitian ini karena variabel

dependen bersifat dummy dan tidak memerlukan asumsi normalitas data pada

variabel bebasnya.

3.5.1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif memeberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nila rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, dan

skweness (kemencenngan distribusi). (Ghozali, 2013 : 19) Dalam statistik

deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antar variabel melalui

analisis korelasi dan melakukan prediksi dengan analisis regresi. Dalam penelitian

akan diperoleh informasi mengenai hubungan antar-variabel setelah semua data

terkumpul, dan diolah serta disajikan dalam bentuk tabel data. Hasil yang diperoleh

dari statistik deskriptif tidak dapat digunakan untuk mencari kesimpulan secara

luas. (Sugiyono, 2010 : 147-148)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.2. Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik yaitu regresi yang digunakan sejauh mana probabilitas

terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independenTeknik

analisis initidak memerlukan uji normalitas data pada variable bebasnya (Ghozali,

2013: 321). Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian

adalah sebagai berikut:

Model persamaan regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

GCAO = α + β1 AUDIT + β2 Z93+ β3GROWTH + β4DEF+ β5 PRIOP + ε

Keterangan:

GCAO = Opini audit going concern(variabel dummy, 1 jika opini audit

going concern, jik aopini audit non going

concern) α = kostanta

AUDIT = kualitas audit (variabel dummy, 1 untuk KAP yang berafiliasi

dengan Big Four, dan untuk KAP yang tidak berafiliasi dengan

BIG Four

Z93 = kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan model

prediksi kebangkrutan Revised Altman.

GROWTH= Rasio Pertumbuhan Perusahaan

DEF = Debt default (variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam keadaan

default, 0 jika tidak)

PRIOP = Opini tahun sebelumnya (variabel dummy, 1 jika opini audit

going concern, 0 jika opini audit non going

concern) Ε = Error (residual)

3.6 Pengujian Model


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6.1. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Menurut Ghozali (2013:328) mengemukakan bahwa

Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data.


Beberapa tes statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis
yang digunakan untuk menilai model fit adalah sebagai berikut :
H0 = Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA = Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar

model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

likelihood.Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang

dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan

alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL)

menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang

dihipotesiskan fit dengan data.

3.6.2. Menilai Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lomeshow’s Goodness

of Fit Test)

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Adapun hipotesis untuk menilai kelayakan

model ini adalah:

H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan

data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar

daripada 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi

nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena sesuai dengan data

observasinya

3.6.3. Koefisien Determinasi (Nagelkarke R2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

variabilitas variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel

dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai

Nagelkarke R Square. Nilai Koefisien determinasi dapat diinterprestasikan seperti

nilai R Square pada multiple regression. Bila nilai Nagelkarke R Square kecil

berarti kemampuan variable independen dalam menjelaskan variabel dependen

sangat terbatas. Sedangkan jika Nagelkarke R Square mendekati 1 berarti

variable independen dapat memberikan hampir semua informasi yang diperlukan

untuk memprediksi variabel dependen.

3.7. Uji Hipotesis

3.7.1. Uji Signifikansi Model Secara Parsial (Uji Wald)

Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji digunakan

untuk menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi logistik, uji

signifikansi pengaruh parsial dapat diuji dengan uji Wald. Dalam uji Wald,

statistik yang diuji adalah statistik Wald (Wald statistic). Nilai statistik dari uji

Wald berdistribusi chi-kuadrat. Pengambilan keputusan terhadap hipotesis dapat

dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai probabilitas dari uji Wald.

3.7.2. Pengujian secara simultan (Omnibus)

Untuk menguji apakah model regresi logistik yang melibatkan variabel

bebas signifikan (secara simultan) lebih baik dibandingkan model sebelumnya

(model sederhana) dalam hal mencocokkan data, maka bandingkan nilai Sig.

untuk Step 1 (Step) pada Tabel Omnibus Tests of Model Coefficients (Tabel 4.19),

yakni 0,000 terhadap tingkat signifikansi 0,05. Nilai Sig. disebut juga dengan nilai

probabilitas.

a. Jika nilai probabilitas lebih kecil (Sig.) dari tingkat signifikansi, maka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disimpulkan bahwa model yang melibatkan variabel bebas signifikan

(secara simultan) lebih baik dalam hal mencocokkan data dibandingkan

model sederhana.

b. Jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari tingkat signifikansi, maka
disimpulkan bahwa model yang melibatkan variabel bebas tidak

signifikan lebih baik dalam hal mencocokkan data dibandingkan model

sederhana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PENUTU

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada perumusan serta tujuan

dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa

kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini Audit Going concern.

2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa

kondisi keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini Audit Going

concern.

3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini Audit

Going concern.

4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa

debt default tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini Audit Going concern.

5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa

opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap Opini Audit

Going concern.

6. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa

kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt

default, dan opini audit tahun sebelumnya secara simultan berpengaruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


signifikan terhadap Opini Audit Going concern.

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan hasil

penelitian. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Tahun pengamatan pada penelitian ini hanya 2014-2016, Periode penelitian

hanya 3 (tiga) tahun sehingga belum bisa menentukan kecenderungan

(trend) penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka

panjang.

3. Penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel, yaitu 2 variabel keuangan

(kondisi keuangan perusahaan dan pertumbuhan laba) serta 3 variabel non

keuangan (kualitas audit, Debt default dan opini audit tahun sebelumnya)

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan

adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan independen lainnya

yang belum ada dalam penelitian ini, dan menggunakan lebih dari lima

variabel independen sehingga hasil penelitian akan semakin

berkembang dalam mengidentifikasikan penerimaan opini audit going

concern secara lebih akurat.

2. Sebaiknya periode tahun pengamatan lebih diperpanjang 3 tahun lebih

sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerimaan opini audit

going concern oleh auditor dalam jangka panjang.

75
3. Sebaiknya menggunakan sektor lain didalam BEI seperti perbankan dan

kuangan, real estate, dan pertambangan sehingga dapat melihat trend

penerimaan opini audit going concern secara luas.

76
DAFTAR PUSTAKA

Aiisiah, N., & Sugeng, P. (2012). Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit
Going Concern. Journal of Accounting , 1.

Alichia, Y. P. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan


Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern.
Jurnal Penelitian Universitas Negeri Padang , 50-57.

Altman, E., & McGough, T. (1974, May). Evaluation of A Company As Going


Concern. Journal of Accountancy , 2-15.

Angelia. (2012). Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag dan
Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas
Sumatera Utara .

Arens, A., & James, K. (2008). Auditing: Pendekatan Terpadu (Revisi Jilid 12
ed.). (A. A. Jusuf, Trans.) Jakarta: Salemba Empat.

Brigham, E. F., & Joel, H. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (10 ed.).
(A. A. Yulianto, Trans.) Jakarta: Salemba Empat.

Chen, K., & Church. (1992). Default on Debt Obligations and Auditor Report. A
Journal of Practice & Theory , 30-49.

Fanny, M., & Saputra, S. (2005). Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Study Pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional (SNA) VIII .

Fauziah, H. (2014). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Opini Audit


Tahun Sebelumnya dan Pertumbuhan Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012). Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Widyatama .

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (8 ed.).


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

IDX. (2017). IDX. Retrieved from IDX Website.

77
Indonesia, I. A. (2013). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba
Empat.

Irfana, M. J. (2012). Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Opinion


Shopping dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro .

Januarti, I. (2009). Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,


Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi XII .

Januarti, I., & Fitrianasari, E. (2008). Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non
Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Oopini Audit
Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005). Jurnal Maksi , 8, 43-58.

Jensen, M., & William, H. (1976). Theory of The Firm, Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. The Journal of Financial
Economics .

Kartika, A. (2012). Pengaruh Kondisi Keuangan Non Keuangan Terhadap


Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Jurnal Akuntansi , 25-40.

Khotimah, O. (2015). Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,


Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Opini Audit Going Concern. Skripsi Muhammadiyah Surakarta .

Krissindiastuti, M. (2016). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going


Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 14, 451-481.

Mada, B. (2013). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Reputasi KAP,


Debt Default dan Financial Distress Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern. Jurnal Ekonomi Universitas Diponegoro , 2, 3-14.

Mulyadi. (2002). Auditing (6 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Mutchler, J. (1985). A Multivariate Analysis of the Auditor's Going Concern


Opinion Decision. Journal of Accounting Research , 66-68.

Nanda, F. R. (2015). Pengaruh Audit Tenure, Disclousure, Ukuran KAP, Debt


Default, Opinion Shopping dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan

78
Opini Audit Going Concern. Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi I
, 24.

Noverio, R. (2011). Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas


dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas
Diponegoro .

Nugraha, I. (2015). Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar dan Indeks Pasar
Dunia pada IHSG di BEI. Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan , 9, 35.

OK, S. (2017). Saham OK. Retrieved from Saham OK Website.

Pandiangan, D. (2013). Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya,


Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi
Universitas Sumatera Utara .

Petronela, T. (2004). Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian


Opini Audit. Jurnal Balance , 47-55.

Praptitorini, M., & Januarti, I. (2011). Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt
Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going
Concern. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia , 8, 78-93.

Prayitno, M. (2011). Analisis Faktor Faktor yang Dapat Mempengaruhi Auditor


Going Concern. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran .

Priyatno, D. (2009). SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate.


Yogyakarta: Dava Media.

Purba, M. (2009). Asumsi Going Concern Suatu Tinjauan Terhadap Dampak


Krisis Keuangan atas Opini Audit dan Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Rahim, S. (2016). Pengaruh Kondisi Keungan Perusahaan, Kualitas Audit dan


Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Bisnis , 11.

Rahman, A., & Baldric, S. (n.d.). Faktor Faktor yang Mempengaruhi


Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. SNA XV .

79
Ramadhany, A. (2004, Agustus). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi , 149-
160.

Ronni, G. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Kualitas Audit dan


Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi Universitas Sumatera Utara .

Santosa, A., & Linda, W. (2007). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI , 11, 141-
158.

Setiawan, F. (2015). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Likuiditas dan Leverage


Terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi , 4.

Setyarno, E., Indira, J., & Faisal. (2006). Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Bisnis ,
17, 129-140.

Solikah, B. (n.d.). Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan


Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit
Going Concern. Skripsi Universitas Negeri Semarang .

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Surbakti, M., & Hadiprajitno, B. (2011). Faktor Faktor yang Mempengaruhi


Penerimaan Opini Audit Going Concern. Doctoral Dissertation
Universitas Diponegoro Semarang .

Suryastuti, R. (2010). Pengaruh Debt Default, Kondisi Keuangan Perusahaan,


Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Opini Audit Going Concern. Jurnal Universitas Gunadarma .

Susanto, Y. (2009). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit


Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi , 11.

Tamba, R. (n.d.). Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit dan Opini Audit
Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan .
80
Widyantari, A. (2011). Opini Going Concern dan Faktor Faktor yang
Mempengaruhinya: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Tesis Universitas Udayana .

Widyawati, D. (2009). Pengaruh Kualitas Audit, Likuiditas, Profitabilitas, Auditor


Changes Terhadap Opini Audit Going Concern. Tesis Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro .

Zubaidah, S. (2011). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit


Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Skripsi Universitas STIKUBANK .

81
LAMPIRAN

Kriteria
No Kode Nama perusahaan Keterangan
1 2 3 4
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk √ √ X √
2 AMIN Ateliers Mecanique D’Indonesia
X X
Tbk X X
3 ARGO Argo Pantes Tbk √ √ X √
4 ASII Astra Intenasional Tbk √ √ √ X
5 AUTO Astra Otoparts Tbk √ √ √ X
6 BATA Sepatu Bata Tbk √ √ √ X
7 BIMA Bintang Kharisma Tbk √ √ √ √ Sampel 1
8 BOLT Garuda MetalindoTbk X X X X
9 BRAM Branta Mulia Tbk √ √ X X
10 CNTX Century Textile Industri Tbk √ √ X √
11 ERTX Eratex Djaya Tbk √ √ X X
12 ESTI Ever ShineTex Tbk √ √ X √
13 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ X X X
14 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ √ √ Sampel 2
15 HDTX Panasia Indosyntex Tbk √ √ √ √ Sampel 3
16 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk √ √ X X
17 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √ √ √ Sampel 4
18 INDR Indo Rama Synthetic Tbk √ √ X X
19 INDS IndospringTbk √ √ √ X
20 JECC Jembo Cable Company Tbk √ √ √ X
21 KBLI KMI Wire and Cable Tbk √ √ √ X
22 KBLM Kabelindo Murni Tbk √ √ √ X
23 KRAH Grand KartechTbk √ X √ √
24 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ √ Sampel 5
25 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ X X
26 MYTX Apac Citra Centertex Tbk √ √ √ √ Sampel 6
27 NIPS NipressTbk √ √ √ X
28 PBRX Pan Brothers Tbk √ √ X X
29 POLY Asia Pasific Fibers Tbkd.h Polysindo
√ √ X √
Eka Persada Tbk
30 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk √ X √ X
31 PTSN Sat Nusa PersadaTbk √ √ X √
32 RICY Ricky Purba Globalindo Tbk √ √ √ X

82
33 SCCO Supreme Cable Manufacturing and
√ √ √ X
Commerce Tbk
34 SMSM Selamat SempurnaTbk √ √ √ X
35 SRIL Sri Rejeki IsmanTbk √ √ X X
36 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk √ X √ √
37 STAR Star Petrochem Tbk √ √ √ X
38 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk √ √ X √
39 TRIS Tirsula Internasional Tbk √ √ √ X
40 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk √ √ √ X
41 VOKS Voksel Electric Tbk √ √ √ √ Sampel 7
42 INTP Indocement Tunggal PrakasaTbk √ √ √ X
43 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk √ √ √ X
44 SMCB Holcim Indonesia Tbk √ √ √ X
45 SMGR Semen Indonesia (persero) Tbk √ √ √ X
46 WSBP Waskito Beton Precast Tbk X X X X
47 WTON Wijaya Karya Beton Tbk √ X √ X
48 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk √ X √ X
49 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk √ √ √ X
50 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk X √ √ √
51 KIAS Keramika Indonesia AssosiasiTbk √ √ √ √ Sampel 8
52 MLIA Mulia IndustrindoTbk √ √ √ √ Sampel 9
53 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk √ √ √ X
54 ALKA Alaska Industrindotbk √ √ √ √ Sampel 10
55 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk √ √ √ √ Sampel 11
56 BAJA Saranacentral BajatamaTbk √ √ √ √ Sampel 12
57 BTON Beton Jaya ManunggalTbk √ √ √ X
58 CTBN Citra TurbindoTbk √ √ X X
59 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk √ √ X X
60 INAI Indal Aluminium Industry Tbk √ √ √ X
61 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk √ √ √ X
62 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk √ √ √ √ Sampel 13
63 JPRS Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ √ Sampel 14
64 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk √ √ X √
65 LION Lion Metal Works Tbk √ √ √ X
66 LMSH Lionmesh Prima Tbk √ √ √ X
67 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk √ √ X √
68 PICO Pelangi Indah CanindoT bk √ √ √ X
69 TBMS Tembaga Mulia SemananT bk √ √ X √
70 BRPT Barito PasificTbk √ √ X √
71 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk √ √ √ X
72 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ X
73 EKAD Ekadharma International Tbk √ √ √ X
83
74 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk X X X X
75 INCI Intan Wijaya International Tbk √ √ X X
76 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk √ X √ X
77 SRSN Indo Acitama Tbk √ √ √ X
78 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk √ √ X X
79 UNIC Unggul Indah CahayaTbk √ √ X √
80 AKKU Alam Karya UnggulT bk X X X X
81 AKPI Argha Karya Prima Industsry Tbk √ √ √ X
82 APLI Asiaplast Industries Tbk √ √ √ X
83 BRNA BerlinaTbk √ √ √ √ Sampel 15
84 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk √ √ X √
85 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk √ √ √ X
86 IMPC ImpackPratamaIndustriTbk √ X √ X
87 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk √ √ X X
88 SIAP Sekawan IntipratamaTbk √ √ √ √ Sampel 16
89 SIMA SiwaniMakmurTbk √ √ √ √ Sampel 17
90 TALF Tunas AlfinTbk √ √ √ X
91 TRST TriasSentosaTbk √ √ √ X
92 YPAS Yana Prima Hasta PersadaTbk √ √ √ √ Sampel 18
93 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk √ √ √ X
94 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk √ √ √ X
95 MAIN Malindo Feedmill Tbk √ √ √ √ Sampel19
96 SCPI Merck Sharp Dohme PharmaTbk √ X √ √
97 SULI SLJ GobalTbk √ √ X √
98 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk √ √ X √
99 ALDO Alkindo Naratama Tbk √ √ √ X
100 DAJK Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk X √ √ √
101 FASW Fajar Surya WisesaTbk √ √ √ √ Sampel 20
102 INKP Indah Kiat Pulp & paper Tbk √ √ X X
103 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ √ X √
104 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 21
105 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ X
106 SPMA SuparmaTbk √ √ √ √ Sampel 22
107 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk √ √ X X
108 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT √ X √ X
109 ALTO Tri Bayan TirtaTbk, PT √ √ √ √ Sampel 23
110 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT √ √ √ X
111 DLTA Delta Djakarta Tbk, PT √ √ √ X
112 ICBP Indofood CBP Sukses MakmurTbk,
√ √ √ X
PT
113 INDF Indofood Sukses MakmurTbk, PT √ √ √ X
114 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk, PT √ √ √ X
84
115 MYOR Mayora Indah Tbk, PT √ √ √ X
116 PSDN Prashida Aneka NiagaTbk, PT √ X √ √
117 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk, PT √ √ √ X
118 SKBM Sekar Bumi Tbk, PT √ √ √ X
119 SKLT Sekar Laut Tbk, PT √ √ √ X
120 STTP Siantar Top Tbk, PT √ √ √ X
121 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading
√ √ √ X
Company Tbk, PT
122 GGRM GudangGaramTbk √ √ √ X
123 HMSP Handjaya Mandala SampoernaTbk √ √ √ X
124 RMBA Bentoel International InvestamaTbk √ √ √ √ Sampel 24
125 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk √ √ √ X
126 DVLA Darya VariaLaboratoriaTk √ √ √ X
127 INAF Indofarma (Persero) Tbk √ √ √ √ Sampel 25
128 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk √ √ √ X
129 KLBF Kalbe Farma (Persero) Tbk √ √ √ X
130 MERK Merck Indonesia Tbk √ √ √ X
131 PYFA PyridamFarmaTbk √ √ √ X
132 SIPD Siearad Produce Tbk √ √ √ √ Sampel 26
133 SIDO Industri Jamu&Farmasi SidoMuncul
√ √ √ X
Tbk
134 SQBB Taiso Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √ X
135 TSPC Tempo Scan PasificTbk √ √ √ X
136 ADES AkashaWira International Tbk, PT √ √ √ X
137 KINO Kino Indonesia Tbk √ X √ X
138 MBTO Martina BertoTbk √ √ √ √ Sampel27
139 MRAT Mustika RatuTbk √ X √ √
140 TCID Mandom Indonesia Tbk √ √ √ X
141 UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ √ X
142 CINT Chitose Internatonal Tbk √ X √ X
143 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ √ Sampel28
144 LMPI PT Langgeng Makmur Industry Tbk √ √ √ √ Sampel29

85
Lampiran 2. Data Opini Audit Going Concern
No Kode 2014 2015 2016
1 ALKA 0 0 0
2 ALMI 0 0 0
3 ALTO 0 0 0
4 BAJA 1 0 0
5 BIMA 1 0 0
6 BRNA 0 0 0
7 FASW 0 0 0
8 GJTL 0 0 0
9 HDTX 1 1 1
10 IMAS 0 0 0
11 INAF 0 0 0
12 JKSW 1 1 1
13 JPRS 0 0 0
14 KBRI 0 1 1
15 KIAS 0 0 1
16 KICI 0 0 0
17 LMPI 0 0 0
18 LPIN 0 0 0
19 MAIN 0 0 0
20 MBTO 0 0 0
21 MLIA 0 0 0
22 MYTX 1 1 1
23 RMBA 0 0 1
24 SIAP 0 0 0
25 SIMA 0 0 0
26 SIPD 0 0 0
27 SPMA 0 0 0
28 VOKS 0 0 0
29 YPAS 0 0 0

Lampiran 3. Data Kualitas Audit


No Kode 2014 2015 2016
1 ALKA 0 0 0
2 ALMI 0 0 0
3 ALTO 0 0 0
4 BAJA 0 0 0
5 BIMA 0 0 0
6 BRNA 0 0 0
7 FASW 1 1 1
8 GJTL 1 1 1
9 HDTX 0 0 0
10 IMAS 1 1 1
11 INAF 0 0 0
86
12 JKSW 0 0 0
13 JPRS 0 0 0
14 KBRI 0 0 0
15 KIAS 0 0 1
16 KICI 0 0 0
17 LMPI 0 0 0
18 LPIN 0 0 0
19 MAIN 0 0 0
20 MBTO 0 0 0
21 MLIA 1 1 1
22 MYTX 0 0 0
23 RMBA 1 1 1
24 SIAP 0 0 0
25 SIMA 0 0 0
26 SIPD 0 0 0
27 SPMA 0 0 0
28 VOKS 0 0 0
29 YPAS 0 0 0

Lampiran 4. Data Kondisi Keuangan

No Kode 2014 2015 2016


1 ALKA 0,30096 5,52058 8,7183
2 ALMI 1,29977 1,71132 1,17518
3 ALTO 0,86044 0,70746 0,53999
4 BAJA 1,30214 1,43695 1,82552
5 BIMA 1,10103 1,08902 0,35401
6 BRNA 1,59441 1,38618 1,41213
7 FASW 1,38738 1,02055 1,36793
8 GJTL 1,46194 1,15952 1,36895
9 HDTX 0,58551 0,48299 0,11592
10 IMAS 1,21506 1,05074 0,82916
11 INAF 1,83402 1,64939 1,77526
12 JKSW -1,234 -1,4777 -0,813
13 JPRS 8,28762 5,69208 4,07544
14 KBRI -1,0651 -1,1227 -1,8567
15 KIAS 3,8044 0,36149 2,03566
16 KICI 2,48948 1,92724 1,6817
17 LMPI 1,14172 1,12637 1,15328
18 LPIN 1,78494 0,44917 -0,5719
19 MAIN 1,66444 1,7978 1,07052
20 MBTO 2,70063 2,36106 8,63285
21 MLIA 1,08251 0,54182 0,23014
22 MYTX 1,01349 -0,4484 2,08486
23 RMBA 1,73258 1,01804 6,65675
24 SIAP 0,56763 1,29567 -0,4016
25 SIMA -0,2535 -0,3674 -0,455
26 SIPD 1,42206 0,68941 1,39472

87
27 SPMA 1,44334 1,18163 1,81774
28 VOKS 1,55594 1,59907 2,29286
29 YPAS 1,81296 1,71127 1,54926
Keterangan:
Zscore > 3,00= perusahaan dianggap dalam posisi keuangan
yang aman dalam penelitian ini adalah 8 sampel
Zscore < 1,80= perusahaan dianggap akan mengalami
kebangkrutan dalam penelitian ini adalah 59 sampel
1.8 – 3,0 = Grey Area (butuh perhatian khusus) dalam
penelitian ini adalah 10 sampel

Lampiran 5. Data pertumbuhan perusahaan

NO KODE 2014 2015 2016


1 ALKA -0,436654109 -1,44205555 -1,439090017
2 ALMI -0,925380641 -28,5089389 0,863916702
3 ALTO -1,840490262 1,40207288 0,088509946
4 BAJA -1,182538439 -1,66415676 -4,678472694
5 BIMA -1,622238145 -1,26271032 -7,667449012
6 BRNA -5,664609231 -1,12560912 -2,768957278
7 FASW -1,348295972 -4,56093789 -3,518683464
8 GJTL 1,242732486 -2,16103428 -2,999709568
9 HDTX -0,517589372 2,371774568 0,106586972
10 IMAS -0,992384703 -4,66637378 12,91235787
11 INAF -1,021482273 4,636648973 -3,645168008
12 JKSW 0,208700651 1,397936053 -0,87464931
13 JPRS -1,460634894 2,172898348 -0,123728622
14 KBRI -0,038122465 7,886458877 -0,340206088
15 KIAS 0,223978613 -2,77493825 0,598205514
16 KICI -0,366061354 -3,76408216 -1,027916308
17 LMPI -1,142070772 1,319693856 0,747216368
18 LPIN -1,482834626 3,399709988 2,523642257
19 MAIN -1,350855047 -0,26753164 -5,673807367
20 MBTO -0,819025188 -5,80554275 -1,627010977
21 MLIA -1,263715813 -2,24716018 -1,057978751
22 MYTX 2,178963452 0,667210038 0,351004847
23 RMBA -3,186726778 -0,28093867 0,272970782
24 SIAP -2,277413006 -5,99141439 -0,314872143
88
25 SIMA -1,201323732 -1,80773178 -0,314872143
26 SIPD -0,753619418 -176,397864 -1,036043278
27 SPMA -3,037293635 -1,87643944 -2,903016165
28 VOKS -3,184390371 -1,00324506 576,5578223
29 YPAS -2,435613793 0,106225599 0,106433406

Lampiran 6. Data Debt Default

NO KODE 2014 2015 2016


1 ALKA 0 0 0
2 ALMI 0 0 0
3 ALTO 0 0 0
4 BAJA 0 0 0
5 BIMA 1 1 1
6 BRNA 0 0 0
7 FASW 0 0 0
8 GJTL 0 0 0
9 HDTX 0 0 0
10 IMAS 0 0 0
11 INAF 0 0 0
12 JKSW 1 1 1
13 JPRS 0 0 0
14 KBRI 0 0 0
15 KIAS 0 0 0
16 KICI 0 0 0
17 LMPI 0 0 0
18 LPIN 0 0 0
19 MAIN 0 0 0
20 MBTO 0 0 0
21 MLIA 0 0 0
22 MYTX 1 1 0
23 RMBA 1 1 0
24 SIAP 0 0 1
25 SIMA 0 0 0
26 SIPD 0 0 0
27 SPMA 0 0 0
28 VOKS 0 0 0
29 YPAS 0 0 0

89
Lampiran 7. Opini Audit Tahun Sebelumnya

NO KODE 2013 2014 2015


1 ALKA 0 0 0
2 ALMI 0 0 0
3 ALTO 0 0 0
4 BAJA 1 1 0
5 BIMA 1 1 0
6 BRNA 1 0 0
7 FASW 0 0 0
8 GJTL 1 0 0
9 HDTX 1 1 1
10 IMAS 0 0 0
11 INAF 0 0 0
12 JKSW 1 1 1
13 JPRS 0 0 0
14 KBRI 1 0 1
15 KIAS 0 0 0
16 KICI 0 0 0
17 LMPI 0 0 0
18 LPIN 0 0 0
19 MAIN 0 0 0
20 MBTO 0 0 0
21 MLIA 0 0 0
22 MYTX 1 1 1
23 RMBA 1 0 0
24 SIAP 1 0 0
25 SIMA 0 0 0
26 SIPD 0 0 0
27 SPMA 0 0 0
28 VOKS 1 0 0
29 YPAS 1 0 0

90
8. Contoh Laporan Auditor Opini Audit Going Concern

91
92
93
94
95
9. Analisis Data
a. Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern

Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t

Valid opini non going concern 72 82,8 82,8 82,8


opini going concern 15 17,2 17,2 100,0
Total 87 100,0 100,0

b. Statistik Deskriptif Kualitas Audit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Vali non big four 71 81,6 81,6 81,6


d big four 16 18,4 18,4 100,0
Total 87 100,0 100,0

c. Statistik Deskriptif Debt Default

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid non debt default 76 87,4 87,4 87,4


debt default 11 12,6 12,6 100,0
Total 87 100,0 100,0

d. Statistik Deskriptif Opini Audit Tahun sebelumnya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak menerima opini


66 75,9 75,9 75,9
going concern
menerima opini going
21 24,1 24,1 100,0
concern
Total 87 100,0 100,0

e. Statistik Deskriptif Kondisi Keuangan dan


Pertumbuhan Perusahaan

96
Descriptive Statistics

10. Pen Std.


guj N Minimum Maximum Sum Mean Deviation
ian Statist
Mo
ic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
del
(Re kondisikeuangan 87 -1,857 8,718 128,511 1,47713 1,908658
gre pertumbuhanper
87 -176,398 576,558 258,269 2,96860 65,22698
si usahaan
Lo Valid N (listwise) 87
gist
ik)

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Iteration Historya,b,c
Iteration History (Block Number = 0)
Coefficients

Iteration -2 Log likelihood Constant

Step 0 1 80,862 -1,310


2 79,991 -1,550

3 79,987 -1,568
4 79,987 -1,569
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 79,987
c. Estimation terminated at iteration number
3 because parameter estimates changed by
less than .001.

Coefficients
Pertumbu OpiniAudi
-2 Log Const Kualitas KondisiK h DebtDe tThnSebel
Iteration likelihood a nt A udit e uangan anPerusah f ault umnya
aan
Step 1 58,011 -1,741 -,279 -,030 -,004 ,656 1,819
1
2 51,682 -2,420 -,624 -,071 -,006 ,871 2,490
3 50,851 -2,717 -,909 -,108 -,006 ,938 2,816
4 50,820 -2,782 -,990 -,118 -,007 ,950 2,891
5 50,820 -2,785 -,994 -,119 -,007 ,950 2,894
6 50,820 -2,785 -,994 -,119 -,007 ,950 2,894

97
Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL akhir
Block Number = 0 Block Number = 1 Penurunan/Kenaikan
79,987 50,303 Penurunan

b. Menilai Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 7,228 8 ,512

c. Koefisien Determinasi

Cox & Snell R Nagelkerke R


Step -2 Log likelihood Square Square

1 50,303a ,289 ,481

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter


estimates changed by less than ,001.

d. Pengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step kualitasaudit ,211 1,037 ,042 1 ,839 1,235


1a kondisikeuangan -,190 ,302 ,395 1 ,530 ,827
pertumbuhanperusahaa
-,001 ,007 ,013 1 ,911 1,001
n

debtdefault 1,236 ,879 1,974 1 ,160 3,440


opiniauditrtahunsebelum
2,767 ,831 11,089 1 ,001 15,916
nya
Constant -2,889 ,745 15,055 1 ,000 ,056

a. Variable(s) entered on step 1: kualitasaudit, kondisikeuangan,


pertumbuhanperusahaan, debtdefault, opiniauditrtahunsebelumnya.

Uji Signifikansi Model secara Simultan


Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 50,419 5 ,000
Block 50,419 5 ,000

98
Model 50,419 5 ,000

99

Anda mungkin juga menyukai