Anda di halaman 1dari 69

INDEKS GLIKEMIK DR.

ALSUHENDRA,

PANGAN M.SI
BAGAIMANA KARBOHIDRAT
BEKERJA?

• Darah mempertahankan kadar glukosa pada


taraf tertentu untuk fungsi otak dan sistem
saraf pusat.
• Jaringan ini tidak dapat berfungsi baik tanpa
glukosa.
• Untuk menjamin suplai glukosa terus-menerus,
tubuh menyimpan cadangan glukosa di hati
dan otot dalam bentuk glikogen.
• Anjurannya, kita harus memenuhi kebutuhan
energi sebanyak 50-60% dari KH.
TINJAUAN UMUM METABOLISME ZAT
GIZI
KEADAAN AKIBAT PENGARUH KADAR
GLUKOSA DALAM DARAH
PENGUBAHAN UTAMA MONOSAKARIDA
KEADAAN AKIBAT PENGARUH KADAR
GLUKOSA DALAM DARAH

Kadar glukosa dalam darah menjadi factor sangat


penting untuk kelancaran kerja tubuh.

Kadar normal glukosa darah: 70-90 mg/100 mL.

Keadaan di mana glukosa berada di bawah 70


mg/100 mL disebut HIPOGLIKEMIA.

Keadaan di mana glukosa berada di atas 70


mg/100 mL disebut HIPERGLIKEMIA.
KEADAAN AKIBAT PENGARUH KADAR
GLUKOSA DALAM DARAH

Hipogliekemia serius dapat


Hipoglikemia ekstrim
menyebabakn kehilangan
dapat menghasilkan reaksi
kesadaran (pingsan) akibat
goncangan, seperti
kekurangan oksigen di
gemetarnya otot, perasaan
otak sebagai sumber
lemah badan, dan warna
energi → menyebabkan
kulit pucat.
kematian

Kadar glukosa 140-170


Kadar glukosa yang tinggi
mg/100 mL disebut kadar
merangsang pembentukan
ambang ginjal → glukosa
glikogen, sintesis asam
diekskresikan dalam urin
lemak, dan kolesterol dari
melalui ginjal → disebut
glukosa.
GLUKOSURIA
KURVA TOLERANSI GLUKOSA
PENGATURAN GLUKOSA DALAM DARAH

Kadar glukosa dalam darah diatur oleh beberapa


hormon

INSULIN (dari kelenjar pancreas): menurunkan


glukosa darah dan menaikkan pembentukkan
glikogen dari glukosa

ADRENALIN (EPINEFRIN) dan GLUKAGON:


menaikkan kadar glukosa dalam darah.

Semua faktor ini bekerja sama secara


terkoordinasi mempertahankan kadar glukosa
tetap normal untuk menunjang proses
metabolism secara optimal.
RESISTENSI INSULIN
Kadar Gula Darah
Kategori
Puasa (mg/dL) Sesaat (mg/dL)
Normal < 100 < 140
Pre Diabetes 100 - 125 140 - 200
Diabetes > 125 > 200

1. Resistensi insulin adalah kondisi dimana tubuh menjadi


resisten (menolak/tidak merespon) terhadap insulin,
khususnya pada fungsinya untuk menjaga kadar gula darah
di dalam tubuh tetap berada pada level yang normal.
2. Resistensi terhadap insulin dihubungkan pada banyak
gangguan metabolisme tubuh dan penyakit, seperti diabetes
(khususnya diabetes tipe 2), kolesterol tinggi, tekanan darah
tinggi, dan penyakit jantung. Resistensi insulin biasanya telah
terjadi jauh sebelum munculnya penyakit-penyakit tersebut.
3. Meningkatnya kadar gula/glukosa dalam darah.
Resistensi insulin menyebabkan insulin tidak dapat
menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya, yaitu
mensirkulasikan glukosa. Akibatnya glukosa semakin
menumpuk di dalam aliran darah dan kadar gula darah
semakin tinggi. Pankreas akan melepas lebih banyak
insulin untuk menyeimbangkan gula darah, namun
sebagian besar dari insulin tersebut tidak akan
berfungsi efektif.
4. Penyebab resistensi insulin. Tidak ada yang mengetahui
pasti penyebab resistensi insulin, namun para peneliti
meyakini bahwa faktor genetik memegang peranan
besar dalam perkembangan kondisi resistensi insulin,
dan juga diabetes tipe 2. Di samping itu, pola hidup dan
jenis obat-obatan tertentu bisa menjadi faktor
pendukung terjadinya resistensi insulin.
KONSEP INDEKS
GLIKEMIK PANGAN
• Hingga akhir tahun 1990-an secara luas diyakini
bahwa KH kompleks-misalnya beras dan kentang-
dicerna dan diserap dengan lambat, sehingga
menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula darah.
• Di sisi lain, KH sederhana dianggap dicerna dan
diserap dengan cepat sehingga menyebabkan
peningkatan kadar gula darah yang cepat dan besar.

• Anggapan ini salah, karena:


1. banyak pangan berkarbohidrat (roti, kentang, dan
berbagai jenis beras) dicerna dan diserap sangat
cepat.
2. pangan bergula tinggi (permen atau es krim) dalam
jumlah sedang tidak meningkatkan kadar gula darah
secara drastis.
• KH dalam pangan pangan yang dipecah
dengan cepat selama pencernaan memiliki
Indeks glikemik (IG) tinggi. Respon gula darah
terhadap jenis pangan (KH) ini cepat dan
tinggi.
• Dengan kata lain, glukosa dalam aliran darah
meningkat dengan cepat.
• Sebaliknya, KH yang dipecah dengan lambat
memiliki IG rendah (slow release
carbohydrate), sehingga melepaskan glukosa
ke dalam darah dengan lambat.
• Indeks glikemik adalah pengukuran
seberapa cepat karbohidrat atau gula dari
suatu jenis makanan dapat meningkatkan
kadar gula darah.
• Standar penentuan indeks glikemik → gula
murni (glukosa) dengan nilai indeks
glikemik 100.
• Semakin tinggi indeks glikemik makanan
maka semakin mudah pula makanan
tersebut meningkatkan kadar gula darah.
• Indeks glikemik adalah angka yang
menunjukkan potensi peningkatan gula darah
dari karbohidrat yang tersedia pada suatu
pangan atau secara sederhana dapat
dikatakan sebagai tingkatan atau rangking
pangan menurut efeknya terhadap kadar
glukosa darah.
• Indeks glikemik (IG) pangan adalah tingkatan
pangan menurut efeknya terhadap kadar gula
darah.
• Pangan yang menaikkan kadar gula darah
dengan cepat memiliki IG tinggi, sebaliknya
pangan yang menaikkan kadar gula darah
dengan lambat memiliki IG rendah.
• Konsep IG pertama kali dikembangkan pada tahun
1981 oleh Dr. David Jenkins, seorang Profesor Gizi
pada Universitas Toronto, Kanada, untuk membantu
menentukan pangan yang paling baik bagi
penderita diabet.
• Pada masa itu, diet bagi penderita DM didasarkan
pada sistem porsi karbohidrat.
• Konsep ini menganggap semua pangan
berkarbohidrat menghasilkan pengaruh yang sama
pada kadar gula darah.
• Jenkins, salah seorang peneliti yang pertama kali
mempertanyakan hal tersebut.
MANFAAT INDEKS GLIKEMIK

• Jika gula darah rendah dan terus menurun selama


berolahraga atau setelah berpuasa, maka akan merasa
pusing, berkeringat dingin, mudah marah dan gejala
kekurangan gula darah (hipoglikemia) lainnya.
• Untuk mengatasinya, perlu dikonsumsi makanan
dengan indeks glikemik tinggi yang meningkatkan
gula darah dengan cepat. Contoh, saat buka puasa
dianjurkan memulai buka puasa dengan makanan dan
minuman manis.

• Di sisi lain, jika seseorang menderita diabetes,


kolesterol tinggi, dan kegemukan, maka
perlu dibatasi mengkonsumsi makanan
dengan indeks glikemik tinggi.
MANFAAT KESEHATAN DARI DIET
DENGAN INDEKS GLIKEMIK RENDAH
1. Mencegah dan mengelola diabetes
Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical
Nutrition (Juli 2002) menyimpulkan bahwa makanan dengan IG
tinggi meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Penelitian ini
juga menyarankan penderita diabetes untuk menerapkan diet
rendah IG dengan tetap mewaspadai pengaruh makanan tinggi
lemak.

2. Mencegah kanker
Terdapat korelasi antara makanan tinggi indeks glikemik dengan
kenaikan risiko kanker kolorektal, kanker payudara dan mungkin
juga kanker ovarium dan prostat. Dr Atkins dalam New Diet
Revolution menyebut hubungan antara kanker dengan indeks
glikemik yang didasari oleh fakta bahwa sel kanker “mendapatkan
makanan dari gula.”
3. Penyakit jantung

Risiko penyakit jantung meningkat sejalan dengan total kolesterol


tubuh. American Journal of Clinical Nutrition juga melaporkan
bahwa diet rendah indeks glikemik mengurangi kolesterol jahat
dan trigliserida dalam waktu satu bulan. Diet tersebut sekaligus
mengurangi risiko infark miokard fatal.

4. Menurunkan obesitas

Makanan dengan indeks glikemik rendah menciptakan rasa


kenyang yang lebih besar dan bertahan lebih lama. Karena rasa
lapar baru muncul lagi beberapa jam kemudian, kita menjadi lebih
sedikit mengonsumsi makanan. Dalam suatu penelitian, anak-anak
obesitas yang mengonsumsi makanan dengan ber-indeks glikemik
rendah sekitar 4 bulan (yang diambil sesuai keinginan) dilaporkan
mengalami penurunan berat badan secara signifikan.
JENIS-JENIS INDEKS GLIKEMIK

Indeks glikemik ada 3 jenis yaitu :


1. Indeks glikemik pangan tunggal, yaitu nilai indeks
glikemik yang diperoleh berasal dari pengujian makanan
tunggal.
2. Indeks glikemik pangan campuran, yaitu nilai indeks
glikemik yang diperoleh dari perhitungan jumlah
persentase karbohidrat dikali dengan indeks glikemiks
tunggal masing-masing pangan (Perhitungan lih. Excell)
3. Indeks glikemik menyeluruh, yaitu nilai indeks glikemik
yang diperoleh dari perhitungan jumlah kandungan
karbohidrat dikalikan frekuensi pemakaian dalam sehari
dikalikan dengan indeks glikemik tunggal dibagi dengan
total kandungan karbohidrat seluruh pangan
Indeks glikemik glukosa murni ditetapkan 100 dan
digunakan sebagai acuan untuk penentuan IG pangan
lain.

KRITERIA PANGAN MENURUT INDEKS


GLIKEMIK

Rentang indeks
Kategori pangan
glikemik
IG rendah < 55
IG sedang 55 – 70
IG tinggi > 70
Contoh pangan dengan nilai indeks glikemiknya:
1. Makanan dengan indeks glikemik tinggi (70-
99), contoh : kentang panggang, nasi putih,
dan roti putih.
2. Indeks glikemik sedang (56-69), contoh :
gandum putih, nasi merah, dan ubi jalar
kuning.
3. Indeks glikemik rendah (<55), contoh : kedelai,
ikan, dan telur.
PENENTUAN IG

1. Berdasarkan perbandingan luas kurva


perubahan kadar glukosa darah hingga
2-3 jam setelah pemberian, antara bahan
pangan tersebut dengan glukosa murni
sebagai standar.
2. Contoh: bahan pangan dengan luas
kurva 90% dari luas kurva glukosa murni
berarti memiliki nilai indeks glikemik 90.
PENENTUAN NILAI IG
• Berbeda dengan pengujian aktivitas
hipoglikemik, penentuan Indeks Glikemik (IG)
pangan harus dilakukan langsung terhadap
manusia.
• Relawan yang mengikuti uji IG harus dalam
keadaan sehat, umur sebaiknya antara 20-45
tahun dan bersedia mengikuti seluruh jadwal
yang sudah ditentukan serta bersedia
menghabiskan seluruh pangan uji yang
disajikan.
Uji Indeks Glikemik (El, 1999 yang dimodifikasi
dalam Gustiar, 2009)

• Makanan yang akan ditentukan nilai indeks


glikemiknya dianalisis proksimat untuk mengetahui
jumlah makanan yang harus dikonsumsi oleh panelis,
yaitu setara dengan 50 g kandungan karbohidrat.
• Setiap porsi sampel yang akan ditentukan nilai indeks
glikemiknya diberikan kepada panelis yang telah
menjalani puasa penuh (kecuali air) selama 10 jam.
• Panelis yang digunakan adalah individu sehat, tidak
menderita diabetes, dan memiliki IMT (indeks masa
tubuh) normal (18-25).
• Panelis yang digunakan berjumlah 10 orang (3 pria
dan 7 wanita). Selama dua jam pasca pemberian
asupan mi gandum utuh yang disukai, sampel darah
sebanyak 20 μL (finger-prick cappilary blood samples
method) diambil setiap 30 menit selama 2 jam untuk
diukur kadar glukosanya.
• Pada waktu berlainan, hal yang sama dilakukan
dengan memberikan 50 g glukosa standar (sebagai
pangan acuan) kepada panelis.
• Kadar gula darah (pada setiap waktu pengambilan
sampel) diplotkan pada dua sumbu waktu (X) dan
kadar gula (Y). Indeks glikemik ditentukan dengan
membandingkan luas daerah di bawah kurva
pangan yang diukur IG-nya dengan pangan acuan
METODE STANDAR PENENTUAN
INDEKS GLIKEMIK PANGAN
Nilai Indeks Glikemik dan Kadar Gizi Mi Gandum
(Triticum aestivum L.) Utuh var. Dewata
(Glycemic Score and Nutrient’s Value of Whole Wheat
(Triticum aestivum L.) Noodle var. Dewata) Febrine
Pentadini* , Silvia Andini**, Sri Hartini**

Indeks glikemik mi gandum utuh 20%


adalah 66,23±6,14 lebih rendah
dibandingkan dengan mi terigu yaitu
69,49±1,37
GLYCEMIC LOAD (GL)
• Indeks glikemik hanya memberikan informasi yang
berkaitan dengan kecepatan perubahan karbohidrat
menjadi gula darah.
• IG tidak memberikan informasi mengenai banyaknya
karbohidrat yang terkandung di dalam bahan
pangan dan dampaknya terhadap kadar gula
darah.
• untuk mengetahui jenis pangan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan (khususnya yang berhubungan
dengan gula darah) perlu informasi IG dan sekaligus
kandungan karbohidrat dari bahan pangan tersebut.
GLYCEMIC LOAD (GL)
• Kenyataannya, kandungan karbohidrat masing-masing
jenis pangan tidak sama.
• Contoh, wortel termasuk bahan pangan yang
mempunyai IG sangat tinggi (IG wortel = 131).
• Berdasarkan hal tersebut, apakah wortel tidak baik
untuk dikonsumsi?
• Wortel kaya akan vitamin A dan zat gizi mikro lainnya.
• Tentu saja tidak bijak untuk tidak mengonsumsi wortel
hanya karena bahan pangan ini ber-IG tinggi.
• Pengetahuan tentang Beban Glikemik (BG) akan
menjawab masalah tersebut.
• Beban Glikemik (BG) bertujuan untuk menilai
dampak konsumsi karbohidrat dengan
memperhitungkan IG pangan.
• Beban Glikemik didefinisikan sebagai IG pangan yang
dikalikan dengan kandungan karbohidrat dari
pangan tersebut.
• BG mencerminkan kualitas dan kuantitas
karbohidrat dan interaksinya di dalam bahan
pangan.
• BG lebih mencerminkan ukuran saji, jadi lebih realistis
dibandingkan IG.
CONTOH

• Sebagai contoh, wortel mempunyai IG = 131, namun


kandungan karbohidrat wortel hanya sekitar 4%.
• Dalam menentukan IG, didasarkan pada konsumsi
karbohidrat sebesar 50 g.
• Berarti, untuk mencapai 50 g karbohidrat wortel
harus dikonsumsi sekitar 1250 g sekali makan!!
• Pada umumnya orang mengonsumsi wortel 50-100 g
sekali makan.
GLYCEMIC LOAD (GL)
• Beban glikemik (Glycemic Load) menilai seberapa
banyak glukosa yang terkandung dari makanan
tersebut. Semakin rendah Glycemic Load, semakin kecil
pula tingkat suatu makanan yang disajikan memicu
peningkatan gula darah secara berlebih.
• Nilai Glycemic Load bisa berbeda-beda tergantung dari
kadar karbohidrat yang terkandung dalam makanan.
• Pengelompokkan Glycemic Load adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat tinggi, nilai Glycemic Load 20 atau lebih,
contoh : roti putih (50/100gr)
2. Tingkat sedang, nilai Glycemic Load 11-19, contoh :
kacang mete panggang (11/100gr)
3. Tingkat rendah, nilai Glycemic Load 10 atau kurang,
contoh : kentang panggang (10/100gr)
KATEGORI PANGAN
BERDASARKAN IG DAN GL
• Glycemic Load dapat dihitung dengan cara
mengalikan nilai Glycemic Index dengan jumlah
karbohidrat yang terkandung dari suatu
makanan lalu dibagi 100.
• Misalnya konsumsi 50 gram wortel
mengandung 7,5 gram karbohidrat (nilai IG
wortel adalah 47)
• → nilai Glycemic Load wortel adalah:
(47 x 7,5) / 100 = 3,53.
Penentuan GL:
GL = (IG x g karbohidrat)/100

Contoh: Nasi mengandung 60 g karbohidrat dan GI 73,

maka GL = (73 x 60)/100 = 44,8


• Berdasarkan rumus BG tersebut maka untuk bahan
pangan yang mempunyai IG yang sama nilai BG-nya
akan semakin tinggi bila kandungan karbohidratnya
semakin tinggi.
• Dengan kata lain, setiap unit BG mencerminkan 1 g
karbohidrat dari pangan tersebut.
• Dengan mengetahui IG pangan dan kandungan
karbohidratnya kita dapat memilih dan menentukan
jumlah yang sebaiknya dikonsumsi.
• Meskipun pangan mempunyai IG tinggi (contohnya
wortel), namun kandungan karbohidratnya rendah,
jadi dalam takaran saji normal akan memberikan IG
yang rendah.
NILAI GL BEBERAPA JENIS
PANGAN
LATIHAN

1. Suatu bahan pangan mengandung 20 persen


karbohidrat dan IG-nya 51. Berapa beban
glikemik bahan pangan tersebut, bila disajikan
dengan ukuran 150 g?
2. Segelas susu coklat (250 ml) mempunyai BG = 3.
Apabila kandungan karbohidratnya 26 g/ukuran
saji. Berapa IG susu coklat tersebut?
NILAI IG PANGAN CAMPURAN
Apabila dalam suatu kombinasi makanan terdiri dari beberapa
sumber karbohidrat, nilai IG tidak dapat dihitung dengan
hanya menjumlahkan dan mengambil rata-rata dari setiap nilai
IG, tetapi nilai IG dihitung berdasarkan proporsi karbohidrat
yang ada.

Contoh: 1 menu terdiri dari es krim dan beberapa buah peach

IG es krim = 61, IG buah peach = 42


Total KH = 60 g, total KH es krim = 40 g, total KH buah peach =
20 g

Hitungan:
Proporsi IG es krim = 61 x 40/60 = 40,7
Proporsi IG peach = 42 x 20/60 = 14
IG dari menu ini = 41 + 14 = 54,7
NILAI IG PANGAN CAMPURAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDEKS
GLIKEMIK PANGAN
• Pangan dengan jenis yang sama dapat memiliki IG
yang berbeda apabila diolah atau dimasak dengan
cara yang berbeda. Hal ini dikarenakan proses
pengolahan dapat menyebabkan perubahan pada
struktur dan komposisi zat gizi penyusun pangan,
sehingga akan memengaruhi daya cerna zat gizi yang
terdapat pada pangan.
• Varietas yang berbeda pada jenis pangan juga akan
memengaruhi IG pangan tersebut, contohnya adalah
beras yang memiliki kisaran IG antara 50 – 70.
• Beberapa faktor yang memengaruhi IG pangan
adalah cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan
ukuran partikel), rasio amilosa-amilopektin, tingkat
keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak
dan protein, serta kadar anti-zat gizi pangan.
1. PROSES PENGOLAHAN
• Teknik pengolahan pangan yang
menjadikan pangan tersedia dalam bentuk,
ukuran, dan rasa yang berbeda
menyebabkan struktur pangan tersebut
menjadi halus, sehingga pangan tersebut
menjadi lebih mudah dicerna dan diserap.
• Hal tersebut tentunya akan memengaruhi
peningkatan glukosa darah yang
menyebabkan pankreas untuk
mensekresikan insulin lebih banyak.
2. UKURAN PARTIKEL
• Ukuran partikel sangat memengaruhi
proses gelatinisasi pati, sehingga
ukuran butiran pati yang semakin kecil
akan menjadikan semakin rentan
terhadap proses degradasi oleh enzim.
• Hal tersebut akan mempercepat proses
pencernaan dan penyerapan
karbohidrat pati, sehingga dapat
dikatakan semakin kecil ukuran
partikel maka semakin tinggi nilai IG
pangan tersebut.
3. TINGKAT GELATINISASI PATI

• Pati dalam pangan mentah berada dalam


bentuk granula yang tersusun rapat.
• Proses pemasakan yang melibatkan panas dan
air akan memperbesar ukuran granula pati
sehingga akan mudah dicerna oleh enzim
pencerna pati di usus halus.
• Reaksi yang cepat dari enzim tersebut akan
meningkatkan kadar glukosa darah yang
cepat, sehingga dapat dikatakan pangan yang
mengandung pati tergelatinisasi penuh
memiliki nilai IG yang tinggi.
4. KADAR AMILOSA DAN AMILOPEKTIN
• Pati di dalam pangan terdiri dari dua jenis yang berbeda,
yaitu amilosa dan amilopektin.
• Amilosa adalah polimer glukosa sederhana yang tidak
bercabang, sehingga lebih terikat dengan kuat serta
lebih sulit tergelatinisasi dan tercerna.
• Amilopektin adalah polimer glukosa sederhana yang
bercabang serta memiliki ukuran molekul lebih besar
dan lebih terbuka sehingga lebih mudah tergelatinisasi
dan dicerna oleh tubuh.
• Berdasarkan dari berbagai penelitian, pangan yang
memiliki proporsi amilosa lebih tinggi dibandingkan
amilopektin akan memiliki nilai IG yang lebih rendah,
begitu juga sebaliknya.
5. KEASAMAN DAN DAYA
OSMOTIK PANGAN

• Pati di dalam pangan terdiri dari dua


jenis yang berbeda, yaitu amilosa dan
amilopektin.
• Keasaman dan daya osmotik pangan
akan memengaruhi tinggi rendahnya
IG yang dimiliki oleh pangan
6. KADAR ANTI ZAT-GIZI
PANGAN

• Beberapa pangan secara alamiah


mengandung zat yang dapat menyebabkan
keracunan bila jumlahnya besar.
• Zat tersebut dinamakan zat anti gizi.
• Beberapa zat anti gizi tetap aktif walaupun
sudah melalui proses pemasakan.
• Zat anti gizi pada biji-bijian dapat
memperlambat pencernaan karbohidrat
didalam usus halus.
• Akibatnya IG pangan menurun.
7. KADAR SERAT PANGAN
• Pengaruh serat pada IG pangan tergantung pada
jenis seratnya.bila masih utuh serat dapat bertindak
sebagai penghambat fisik pada pencernaan.
• Akibatnya IG cenderung melebihi rendah. Hal ini
menjadi salah satu alasan mengapa kacang-
kacangan atau tepung biji-bijian memiliki IG rendah (
30 – 40 ).
• Serat kasar mempertebal kerapatan atau ketebalan
campuran makanan dalam saluran pencernaan.
• Hal ini memperlambatnya lewatnya makanan pada
saluran pencernaan dan menghambat pergerakan
enzim.
• Dengan demikian proses pencernaan menjadi lambat
dan akhirnya respon gula darah menjadi lebih
rendah.
8. KADAR LEMAK DAN PROTEIN
PANGAN
• Pangan yang memiliki kadar protein dan lemak yang tinggi cenderung
memperlambat laju pengosongan lambung, sehingga pencernaan yang
terjadi di usus halus juga diperlambat. Oleh karena itu, pangan yang
memiliki kadar lemak yang tinggi cenderung memiliki IG yang lebih
rendah dibandingkan pangan sejenis dengan kadar lemak yang lebih
rendah.
• Hal ini dibuktikan oleh kentang goreng yang memiliki IG lebih rendah
(IG:54) dibandingkan kentang bakar (IG:85). Protein (asam amino) yang
terdapat pada pangan dapat memengaruhi respon glukosa darah
sehingga dapat menimbulkan peningkatan atau penurunan respon
glukosa darah. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dari asam
amino yang terkandung didalamnya.
• Penelitian yang dilakukan oleh Lang et al. (1999) menunjukkan bahwa
pangan yang diujicobakan dengan kandungan kasein memberikan
respon tertunda pada peningkatan glukosa darah dan insulin
dibandingkan dengan pangan yang mengandung protein kacang
kedelai.
Hasil Penelitian Siagian dkk (2006)
• Mengonsumsi pangan yang memiliki IG yang rendah
pada pagi hari dapat menurunkan nafsu makan pada
siang hari. Itu berarti bahwa pangan IG rendah dapat
menunda rasa lapar, sebaliknya untuk pangan IG
tinggi.
• Konsumsi pangan tinggi karbohidratrendah lemak
dan rendah karbohidrat tinggi lemak pada pagi hari
juga dapat menurunkan nafsu makan pada siang hari
(komposisi berbeda tetapi IG sama).
• Hal ini mengindikasikan bahwa IG pangan
memainkan peran penting pada tingkat nafsu makan.
• Penderita obesitas cenderung lebih cepat
lapar daripada orang normal.
• Penderita obes akan merasa lapar dua jam
pasca-mengonsumsi pangan, apapun jenis
pangan dan berapa pun nilai IG pangannya.
• Pemberian pangan secara bertahap pada
pagi hari dapat memperbaiki respons
gklikemik dan menurunkan nafsu makan
pada siang hari.
• Wanita memiliki skor nafsu makan yang
relatif lebih rendah dibandingkan dengan
pria.

Anda mungkin juga menyukai