Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dewangga Arsyi Saputra

NIM : 18050874076
Kelas : TST 2018

Resume Dampak Terputusnya Kabel Laut pada Stabilitas


Pembangkit di Region 4 (Jawa Timur dan Bali)

A. Permasalahan
Resume ini mengkaji unjuk kerja sistem multi mesin, serta mengetahui respon setiap
pembangkit di region 4 yang diakibatkan oleh gangguan pemutusan saluran kabel laut antara
banyuwangi dan Bali. Pada kajian stabilitas sistem tenaga listrik, kondisi permasalahan
operasional menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan, terutama pada sistem yang
besar. Sistem kelistrikan yang besar dapat dilihat seperti pada interkoneksi Jawa Bali, dengan
berbagai pembagian wilayahnya. Salah satu wilayahnya adalah Region 4, sistem tersebut
merupakan interkoneksi antara Jawa Timur ke Region 3 melalui saluran udara 500 kV dan 150
kV, sedangkan interkoneksi antara Pulau Jawa dan Pulau Madura melalui saluran kabel bawah
laut 150 kV, selain itu interkoneksi juga terjadi antara Pulau Jawa dan Pulau Bali yang melalui
saluran kabel bawah laut 150 kV. Secara operasional interkoneksi melalui saluran kabel laut
pada Region 4 yang terhubung ke pulau Bali dengan sistem 150 kV telah mengalami gangguan,
yaitu pada tanggal 8 juni 1994 dan 22 februari 2000, sehingga mengakibatkan putusnya saluran
kabel bawah laut tersebut. Oleh karena itu kondisi ini sangat penting untuk dikaji, agar diketahui
dampak yang ditimbulkan pada kondisi stabilitas sistem interkoneksi.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan flowchart pada Gambar berikut :
C. Hasil dan Pembahasan
1. Kondisi Pembangkit
Pada Analisis aspek ini untuk mengetahui pola pengiriman daya dari pembangkit ke semua
beban yang ada, sehingga diketahui seluruh pola aliran daya yang ada di Region 4. Melalui
kajian load flow didapat kondisi pembangkit seperti pada tabel 1.

Pada tabel 1 terlihat bahwa untuk mensuplai seluruh beban yang ada di Region 4 dan untuk
ekspor daya yang harus dikirim ke Region 3, maka semua generator membangkitkan total daya
sebesar 2.493 MW dan 838,3 MVar, serta dengan tambahan dari pembangkit Paiton yang dalam
analisis ini dioperasikan sebagai pembangkit swing sebesar 2.661,786 MW dan 164,609 MVar.
2. Pengiriman Daya Listrik
Pengiriman daya listrik di Region 4 dapat dilihat seperti pada tabel 2.
Terlihat pada tabel 2, kiriman daya terbesar terjadi pada Region 3, hal ini menunjukan ekspor
daya dari Region 4 untuk mencukupi daerah di Region lain cukup besar. Ekspor daya ke Region
3 melalui Ungaran di Semarang sebesar 1.062,968 MW dan melalui Pedan di Solo sebesar 794
MW. Sedangkan kiriman ke Pulau Bali sebesar 148,857 MW. Selanjutnya bila terjadi pemutusan
feeder yang ke Pulau Bali, maka beban di Bali sebesar 355,8 MW dan 125,8 MVar akan dilayani
oleh pembangkit yang ada di Bali. Pembangkit di Gilimanuk membangkitkan daya sebesar 99,9
MW dan 66 Mvar dengan kapasitas penuh sebesar 120 MW dan 90 Mvar. Sedangkanpembangkit
di Pesanggrahan membangkitkan daya total sebesar 116 MW dan 75,4 Mvar dengan kapasitas
penuh sebesar 120 MW dan 90 Mvar. Sehingga harus melalukan load shedding atau island
operation.
3. Kondisi Pembangkit Setelah Terjadi Branch Tripping
Pada Kondisi pembangkit setelah terjadi branch tripping yang merepresentasikan adanya
pemutusan saluran kabel laut ditunjukan pada tabel-tabel berikut ini. Pada tabel tersebut
menjelaskan adanya perubahan pada sudut rotor, tegangan dan daya listrik.
Pada tabel 4 ditunjukan bahwa penggunaan PSS-A dapat mengurangi overshoot dan waktu
mencapai stabil yang terjadi pada sudut rotor pembangkit. Pengurangan overshoot terbesar
terjadi pada pembangkit Gresik Blok 1B yaitu sebesar 0,060 , sedangkan pengurangan waktu
terbesar terjadi pada pembangkit Wlingi yaitu sebesar 2,69 detik.
Akibat penggunaan PSS-A terjadi penurunan waktu dan overshoot respon daya elektrik
pada pembangkit, sebagaimana yang ditunjukan pada tabel 6. Hal ini menunjukan penggunaan
PSS-A mampu mengurangi overshoot dan waktu mencapai stabil, yaitu pengurangan overshoot
terbesar 2,45 MW terjadi pada pembangkit Gresik dan untuk pengurangan waktu terbesar 2,62
detik terjadi pada pembangkit Gilitimur.
Pengaruh penggunaan PSS-A terhadap respon pembangkit ditunjukan pada tabel 8. Pada
respon tersebut terlihat bahwa tegangan pembangkit mengalami penurunan waktu mencapai
stabil, yaitu pengurangan waktu terbesar 1,68 detik terjadi pada pembangkit Sutami dan
pembangkit Gresik Blok 1B. Sedangkan overshoot tegangan mengalami penurunan dan beberapa
pembangkit mengalami kenaikan, penurunan terbesar overshoot 0,944 pu terjadi pada
pembangkit Wlingi dan kenaikan terbesar 0,056 pu terjadi pada pembangkit Gresik. Dengan
demikian secara keseluruhan perbaikan waktu mencapai stabil menggunakan PSS-A untuk sudut
rotor sekitar 0% - 30,745%, daya elektrik berkurang sekitar 1,647% - 38,757%, dan tegangan
pembangkit berkisar 3,104% - 28,331%.
D. Kesimpulan
Hasil analisis Mengacu pada hasil analisis stabilitas sistem tenaga listrik di Region 4,
maka dapat disimpulkan bahwa respon pembangkit tenaga listrik di Region 4 akibat adanya
gangguan yang berupa putusnya saluran kabel bawah laut yang menuju pulau Bali mengalami
perubahan. Perubahan kondisi stabilitas pembangkit pada Region 4 untuk sudut rotor berkisar 00
– 1,920 , penurunan daya elektrik berkisar 0,35 MW – 130,910 MW dan penurunan tegangan
berkisar 0,001 pu – 0,002 pu. Serta lama waktu mencapai stabil sudut rotor berkisar 3,86 detik –
9,22 detik, daya elektrik berkisar 5,12 detik – 6,76 detik dan tegangan berkisar 4,21 detik – 6,54
detik. Selain itu penggunaan PSS-A memberi kontribusi pada perbaikan unjuk kerja sistem
pembangkit, yaitu dapat mempercepat waktu mencapai stabil. Perbaikan waktu mencapai stabil
menggunakan PSS-A untuk sudut rotor sekitar 0% - 30,745%, daya elektrik berkurang sekitar
1,647% - 38,757%, dan tegangan pembangkit berkisar 3,104% - 28,331%.

Anda mungkin juga menyukai