Mawar
Mawar
Oleh :
NORIKA ARTA KURNIANTI
(211304029)
1
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN PEB
1. ETIOLOGI
3
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan pada usia
remaja dan kehamilan pada wanita usia diatas 40 tahun. Faktor lainnya yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya pre-eklamsia, yaitu:
a. Riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya.
b. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
c. Riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
d. Obesitas.
e. Mengandung lebih dari satu janin.
f. Riwayat diabetes, kelainan ginjal
2. Manifestasi Klinis
Preeklamsi berat ditandai dengan:
a. Sakit kepala.
b. Penglihatan kabur, dan lebih sensitif pada cahaya silau.
c. Nyeri di daerah lambung.
d. Mual atau muntah.
e. Adanya pitting edema setelah bangun pagi atau tirah baring lebih dari 1 jam
(didaerah pretibia, tangan dan wajah)
f. Tekanan darah sistol 160/110 mmHg atau lebih
g. Proteinuria 5 gr/liter atau lebih (+3 atau 4)
3. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero
plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia.
Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi
arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari
sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ
tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler yang disebabkan
oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirlulasi arteri terganggu oleh adanya area
konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan endoterial menyebabkan kebocoran
plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan memungkinkan terjadinya agregasi trombosit.
Tekanan osmotik koloid menurun saat protein masuk keruang ekstravaskuler, dan wanita
beresiko mengalami hipovolemia dan perubahan perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema
paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non kardiogenik
terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan rentang terhadap
kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena peningkatan tekanan
4
hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini terjadi karena penumpukan cairan
dalam bantalan pulmonari. Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga
mengurangi perfusi keginjal. Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR
dan oliguria. Kerusakan endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein
menembus membran kapiler dan masuk kedalam urine, yang menyebabkan proteinuria,
peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin serum. Hati juga terpengaruh
oleh vasospasme multisistem dan kerusakan endotelial. Penurunan perfusi kehati
menyebabkan iskemik dan nekrosis (Manuaba, 2009).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran klinis preeklamsia berat, bila ditemukan salah satu dari tekanan darah
lebih dari 160/110 mmHg, edema, oligouria <400 cc/24 jam, proteinuria 5g/24 jam
dan terdapat disnpea sianosis (Manuaba, 2007). Pemeriksaan laboratoris yang
diperlukan berikut:
a) urine: pemeriksaan reagen urine : protein ≥ (+) diikuti pemeriksaan urin 24
jam,
b) darah: pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosa preeklamsia berat
adalah dengan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, tes fungsi hati, tes
fungsi ginjal untuk mengetahui total urin selama 24 jam kreatinin klirens
(Varney, 2007).
E. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan tanda-tanda dan gejala-
gejala preeklamsi berat segera harus di beri sedativa yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang. Sebagai tindakan pengobatan untuk mencegah kejang-
kejang dapat di berikan:
1) Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikan intramuskulus
bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat di ulang 4 gr tiap 6 jam
menurut keadaan. Tambahan magnesium sulfat hanya diberikan bila diuresis baik,
reflek patella positif, dan kecepatan pernafasan lebih dari 16 per menit. Obat
tersebut selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
diuresis.
Jika terjadi toksisitas, segera berikan antidot kalsium glukonas 10% secara
intravena selama 3 menit.
2) Klopromazin 50 mg intramuskulus.
3) Diazepam 20 mg intramuskulus, Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat
pemberian MgSO4 tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml,
max. 120 mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat
di ruang ICU.
5
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
3) Pemberian obat antikejang.
4) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah
jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
5) Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan darah, untuk
pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut off yang dipakai
adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo Surabaya batas
tekanan darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180 mmHg
dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko cidera berhubungan dengan hipertensi
Risiko ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan perpisahan ibu dan bayi.
6
ASKEP TEORI
A. PENGKAJIAN
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah selama
prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif
pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.
d) Neurosensori
e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih ,
efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f) Pernapasan
g) Keamanan
h) Seksualitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat trauma
jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi
7
3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan, penyembuhan
dan perawatan post operasi
4) Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan nyeri klien berkurang /
terkontrol dengan kriteria hasil :
NIC
a) Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
c) Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur, istirahat, rileks, kognisi,
perasaan, dan hubungan sosial)
d) Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi,
sentuhan terapeutik.)
e) Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas operasi (SC)
NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami infeksi
dengan kriteria hasil :
a) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
b) Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 - 100x/ menit)
NIC
a) Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
b) Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
e) Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh luka
f) Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel darah putih
g) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 6 jam diharapkan ansietas klien berkurang
dengan kriteria hasil :
NIC
c) Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah) berkaitan dengan ansietas yang dirasakan
e) Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan, dan perawatan
post operasi
DAFTAR PUSTAKA
9
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2002. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum.
Jakarta : EGC
10
PANDUAN PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
(PNC)
11
1.2. Riwayat persalinan sekarang
1.3. Riwayat Obstetri:
Anamnesa : Menarche (12 tahun), Cyclus / 7 hari / jumlah: (28 sampai 35 hari)
“HPHT 25 Januari 2021 berarti TP tanggal1 Oktober 2021. Aturan Neagle lebih akurat
dilakukan pada ibu dengan siklus menstruasi yang teratur dengan 28 hari, kurang akurat
pada ibu dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
1.4. Riwayat Pernikahan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah 2 kali menikah.
1.5. Riwayat KB
Anamnesa : Jenis kontrasepsi implant
Selama menggunakan KB implant pasien tidak ada keluhan apa apa
1
La
Eko Tida 14
ki-
ridw 32 k √ Bidan tah
an la
ada un
ki
12
1.8 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi masalah fisik yang
dapat mempengaruhi ibu nifas
1. Temperatur
36,8oc
2. Nadi
82x/menit
3. Pernafasan
22x/menit
4. Tekanan Darah
160/100 mmHg
Abdomen
Inspeksi :
Perut terlihat simetris, terdapat strie gravidarum akibat bertambahnya berat badan saat
hamil. Linea nigra. Tidak ada luka bekas operasi SC.
Palpasi :
Tinggi fundus uteri 14 cm. .
Genetalia :
Inspeksi : Terdapat rambut pubis, kotor, ganti pembalut 2x, tidak ada odema, tidak ada
benjolan, terdapat darah merah keluar dari vagina (loche rubra).
Palpasi : tidak ada benjolan.
B. Sistem Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16 – 24 kali per menit. Ekspansi paru
simetris, dan lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.
Anamnesa : Pasien tidak mengalami sesak nafas
Hidung:
Inspeksi: Tidak terdapat pernafasan cuping hidung,tidak ada secret, simetris, hidung
terlihat bersih.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir merah
Leher
Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
13
Faring :
Inspeksi : normal. Tidak ada tanda tanda infeksi
Area dada:
Inspeksi: bentuk simetris, gerakan saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdapat
penggunaan otot bantu pernafasan, tidak terdapat jejas, tidak terdapat lesi, Palpasi: tidak
terdapat nyeri tekan,
Perkusi: suara sonor,
Auskultasi: tidak terdapat suara
nafas tambahan, suara nafas vesikuler.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan pada dinding thorax, tidak ada
pembengkakan.
C. Cardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa: Tidak ada nyeri dada, aktivitas tidur normal. Tidur dengan 1 bantal.
Inspeksi : Normal, konjungtiva tidak pucat.
Leher
Inspeksi : normal, tidak ada bendungan vena jugularis.
Palpasi : Arteri carotis communis (frekuensi, kekuatan, irama), nilai JVP untuk melihat
fungsi atrium dan ventrikel kanan (bila terdapat bendungan vena junggularis).
Dada
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis merah
Palpasi : Suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Normal, tidak ada odem
Palpasi : Normal
Genetalia eksterna
Inspeksi :Normal
D. Persyarafan
Normal
E. Perkemihan-Eliminasi Urin
Anamnesa
Tidak ada nyeri
14
Kandung Kemih: Kandung keming ibu cepat terisi karena diuresis postpartum dan cairan
intravena.
Genetalia eksterna
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal, tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
F. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa
Pasien makan dengan baik. Tidak mengalami mual dan muntah.
Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir lembab,tidak ada lesi, gigi bersih, Gusitidak berdarah dan tidak
ada edema, lidahnya bersih
Palpasi : Normal, tidak ada nyeri tekan
G. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : Normal, tidak ada nyeri punggung
a. Postur.
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini
mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
b. Tinggi dan berat badan.
Berat badan68kg TB 150cm
H. Sistem Endokrin
Anamnesa :
Pada trimester kedua kelenjar thyroid membesar, pembesaran yang berlebihan
menandakan adanya penyakit gondok dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik :
Kepala :
Inspeksi: distribusi rambut, ketebalan, kerontokan ( hirsutisme)
Leher
Inspeksi : bentuk, pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : pembesaran, nyeri tekan
I. Persepsi sensori :
A. Pendengaran (telinga kiri dan kanan):
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada nyeri disekitar telinga, tidak merasa
pendengarannya terganggu, dan tidak ada titinus.
Inspeksi :
Warna telinga : coklat bersih
Ukuran telinga : Normal
Kesimetrisan telinga : simetris
Drainase, nodul atau lesi pada telinga : tidak ada
15
Serumen yang dikeluarkan telinga : tidak ada
Bagian belakang telinga : massa, inflamasi atau lesi : tidak ada
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan odema
B. Penglihatan (mata kiri dan kanan):
Anamnesa : tanyakan pada klien :
Psien tidak mengeluh nyeri pada mata, pandangan tidak kabur.
Inspeksi :
Kesimetrisan mata : simetris
Bentuk mata : bulat
Konjungtiva tidak pucat
Sklera putih
J. KONSEP DIRI
a) Gambaran diri: klien mengatakan sangat senang melahirkan anak pertamanya, klien
mengatakan tidak tau mengenai resiko pada janin saat ibu mengalami hipertensi
pada masa kehamilan.
b) Ideal diri: klien mengatakan ingin menjadi ibu dan istri yang baik bagi keluarga
kecilnya.
c) Harga diri: klien mengatakan belum mampu menjadi istri yang baik bagi suaminya.
d) Peran diri: klien mengatakan bertugas sebagai ibu rumah tangga.
e) Identitas diri: klien mengatakan rencana manusia tidaklah sama
dengan rencana allah, apapun yang terjadi saat ini saya akan tetap berusaha menjadi
istri dan ibu yang baik bagi keluarga kecil saya.
7) Pola hubungan & peran
Klien mengatakan hubungannya dengan keluarganya baik dan harmonis, dibuktikan
saat proses persalinan klien ditemani oleh ibu mertua, bude dan suaminya secara
bergantian.
K. PERSEPSI TATA LAKSANA HIDUP SEHAT
1. Pasien mengatakan makan secara teratur yaitu 3x dalam sehari. Menu makan pasien
tidak selalu ada sayur dan buah. Pasien mengatakan tidak merokok dan tidak minum
alkohol. Pasien menggunakan air bersih, bisa mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun. Pasien memiliki WC di rumahnya.
2. Jika ada masalah kesehatan, pasien biasanya pergi ke bidan desa.
3. Pasien mengatakan mandi 2x dalam sehari, menggosok gigi sekali dalam sehari,
keramas 3 kali dalam satu minggu dan memotong kuku jika dirasa kukunya sudah
panjang.
16
L. NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL
Pasien percaya kepada Tuhan bahwa setiap sakit yang diderita sudah menjadi kehendak
Tuhan. Pasien seslalu berdoa agar diberikan kesehatan untuk dirinya dan orang-orang
tersayang disekitarnya.
M. MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan bahwa setiap ada masalah beliau selalu mencari solusi bersama
dengan suami dan keluarganya.
N. HUBUNGAN PERAN
Sebelum MRS dirawat dirumah sakit pasien menjalankan perannya menjadi ibu rumah
tangga. Dan saat pasien dirawat perannya digantikan oleh ibunya.
O. ISTIRAHAT TIDUR
Pasien mengatakan tidur 7 jam saat malam hari, dan 2 jam saat siang hari.
17
ANALISA DATA
DO: Terjadi
peningkatan
KU : asam
lambung
Klien terlihat diam dan
Mual muntah
sedikit lemah.
TTV Anoreksia
TD: 150/100 mmHg (tidak nafsu
S : 36,10C makan)
N : 85x/mnt
RR : 21x/mnt
DS : Ny. S Risiko ketidakefektifan menyusui
masih MRS
di RS
berhubungan dengan perpisahan ibu dan
Klien mengatakan ingin
sekali menyusui bayinya bayinya bayi.
sudah
secara langsung
dibawa
pulang
Pasien tidak
DO: bisa
menyusui
secara
langsung
Klien terlihat sedih
karena bayinya sudah Resiko
ketidakefektif
berada dirumah.
an pemberian
ASI
18
DIAGNOSA KEPERAWATAN
19
INTERVENSI KEPERAWATAN
20
IMPLEMENTASI
21
EVALUASI KEPERAWATAN
22