Anda di halaman 1dari 18

SISTEM POLITIK INDONESIA

DI SUSUN OLEH:

NAMA: LA ODE ARMAN MAULANA


NIM: C1D321050
KELAS: GENAP

JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Pertama-tama kami panjatkan rasa syukur atas kehadirat Allah swt. Karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model-model
Sistem Politik”. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad saw. yang telah menghantarkan kita umat manusia dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang yang penuh dengan cahaya islam, keimanan dan
cinta kasih terhadap sesama umat.

Penulis menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penyusunan dan penyempurnaan selanjutnya.
Selain itu, ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, dengan adanya makalah “Model-model Sistem Politik” ini, diharapkan dapat
menambah wawasan dan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
Wasalamualaikum Wr. Wb.

Kendari, Desember 2021


DAFTAR ISI

PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR
BELAKANG................................................................................................1

1.2RUMUSAN
MASALAH...........................................................................................2

1.3TUJUAN
PENULISAN.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1PENGERTIAN SISTEM
POLITIK...........................................................................3

2.2KRITERIA-KRITERIA SISTEM POLITIK.............................................................3

2.3MODEL-MODEL SISTEM POLITIK......................................................................4

BAB III PENUTUP

3.1KESIMPULAN.......................................................................................................12

3.2SARAN....................................................................................................................12

DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap sistem politik memiliki sifat universal, yaitu proses, struktur, dan fungsi. Proses adalah
pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu lembaga dengan
lembaga lainnya. Misalnya, dalam suatu negara ada lembaga-lembaga negara seperti
parlemen, partai politik, birokrasi, badan peradilan dan sebagainya. Struktur mencakup
lembaga-lembaga formal dan informal, seperti partai politik, DPR, lembaga peradilan,
kelompok profesi, atau birokrasi. Fungsi dalam sistem politik ada dua, yaitu fungsi input dan
fungsi output.

Fungsi input terdiri dari sosialisasi politik, rekrutmen politik artikulasi


(menyatakan)kepentingan, agregasi (memadukan) kepentingan dan komunikasi politik.
Fungsi output terdiri atas pembuatan peraturan, penerapan peraturan, dan ajudikasi
(pengawasan) peraturan. Kinerja dari tiga sifat inilah yang menandai bagaimana karakteristik
dan perkembangan sistem politik suatu negara.

Indikator lain untuk mengidentifikasi suatu sistem politik yang berlaku di dalam suatu negara
adalah bagaimana peran serta rakyat dalam berbagai kegiatan politik, khususnya di dalam
proses perumusan kebijakan dan pemilihan pemimpin. Jika rakyat tidak dilibatkan dalam
proses perumusan kebijakan dan pemilihan pemimpin, maka sistem politik yang berlaku di
negara yang bersangkutan dikategorikan sistem otoriter. Sebaliknya, jika rakyat dilibatkan
dalam proses perumusan kebijakan dan pemilihan pemimpin, maka disebut dengan sistem
politik demokrasi.

Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-
elemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu
negara. Pengaruh sistem politik negara lain juga turut memberi kontribusi pada pembentukan
sistem politik disuatu negara. Seperti halnya sistem politik di Indonesia, seiring dengan
waktu, sistem politik di Indonesia selalu mengalami perubahan.
Para ilmuan politik telah mencoba menyusun model-model dalam sistem politik dengan
menggunakan kriteria yang berbeda-beda, dengan cangkupan penjelasan yang berlainan pula.
Begitupun dengan model-model sistem politik yang akan kami uraikan berikut ini, dimulai
dari sudut historis dan perkembangan sistem politik itu sendiri, dimulai dari otokrasi
tradisional ke totaliter sampai pada demokrasi. Diantara beberapa model yang akan kami
uraikan terdapat berbagai sistem politik yang ditimbulkan karena telah disesuaikan dengan
kultur dan struktur masyarakat setempat

ataupun yang ditimbukan sebagai kombinasi unsur-unsur terbaik, seperti sistem politik
negara-

negara berkembang yang lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.1 Pengertian sistem politik

1.2 Apa saja kriteria-kriteria politik yang menjadi dasar dalam menyusun model-model
sistem politik itu?

1.3 Apa saja model-model sistem politik itu?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Sesuai dengan temanya makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami

model-model sistem politik

1.3.2 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 PENGERTIAN SISTEM POLITIK

Dimulai dengan definisi tentang sistem politik. Beberapa definisi mengenai sistem politik,
salah satunya adalah Almond menyatakan sistem politik adalah hubungan timbal
balik/interaksi dalam masyarakat merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan
adaptasi. Selanjutnya Rober A. Dahl, mendefinisikan sistem politik sebagai pola tetap dari
berbagai hubungan antara manusia yang melibatkan tingkat, control, pengaruh, kekuasaan,
ataupun wewenang tertentu.

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah prinsip yang membentuk kesatuan hubungan
untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan
dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara
dan hubungan Negara dengan Negara. Berikutnya Rusadi Kartaprawira berpendapat
bahwa sistem politik adalah cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur
politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang terus-
menerus.

Dari seluruh uraian yang sudah dijelaskan dapat diambil garis lurus bahwa sistem politik
selalu berkaitan dengan berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang
bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).

2.2 KRITERIA-KRITERIA SISTEM POLITIK

Para ilmuwan, Carter dan Herz telah membedakan berbagai sistem politik menjadi dua
kriteria, diantaranya :

1. Siapa yang memerintah

- Pemerintahan “dari atas” : sistem politik dimana pihak yang memerintah terdiri
atasbeberapa orang atau kelompok kecil orang.
• Oligarki

Suatu bentuk pemerintahan, dimana pemerintahannya dipegang oleh beberapa orang saja
(biasanya para kaum bangsawan), yang kekuasaannya untuk kepentingan kelompok
mereka sendiri. Kelebihan : bentuk pemerintahannya hanya terfokus pada satu
kepentingan saja. Kekurangan : bentuk pemerintahannya tidak memiliki keadilan
dikarenakan kekuasaannya hanya untuk kepentingan kelompok mereka sendiri bukan
kepentingan umum.

• Otokrasi

Suatu bentuk pemerintahan dimana pemerintahannya dipegang oleh satu orang saja atau
bersifat pribadi (biasanya seorang raja, sultan dsb) yang kekuasaannya cenderung bersifat
negatif daripada bersifat positif.Kelebihan : bentuk pemerintahannya hanya dipegang oleh
satu orang saja atau cenderung bersifat pribadi tanpa campur tangan dari pihak lain.
Kekurangan : karena bentuk pemerintahannya hanya dipegang oleh satu orang saja atau
bersifat pribadi, maka sistem pemerintahan seperti ini akan mengalami kesukaran dalam
melakukan pengawasan terhadap pihak penguasa, yang sampai pada akhirnya menjadikan
sistem kekuasaan ini bersifat negatif.

• Aristokras

Suatu bentuk pemerintahan, dimana pemerintahannya dipegang oleh sejumlah atau


beberapa orang yang terbaik saja (seperti kaum cerdik atau pandai atau cendikiawan),
yang kekuasaannya ditujukan untuk kepentingan umum, dan dilaksanakan sesuai dengan
pikiran keadilan.

Kelebihan : bentuk pemerintahannya mengutamakan keadilan dikarenakan kekuasaanya


telah ditujukan kepada kepentingan umum.

Kekurangan : bentuk pemerintahan aristokrasi ini dapat merosot menjadi oligarki dan
plutokrani atau pultokrasi. Pultokrasi yaitu pemerintahan yang dijalankan oleh orang-
orang terbaik (seperti kaum cerdik atau pandai atau cendikiawan) hanya untuk
kepentingan mereka sendiri tanpa memperdulikan kepentingan umum.
- Demokrasi : sistem politik dimana pihak yang memerintah terdiri atas banyak orang.

2. Ruang lingkup jangkauan kewenangan pemerintah

• Totaliter :sistem pemerintahan dimana kewenangan pemerintahannya berdasarkan pada


prinsip yang mencangkup segala sesuatu yang ada dalam kehidupan masyarakat.

• Liberal: sistem pemerintahan dimana kewenangan pemerintahannya terbatas, artinya


sistem pemerintahan seperti ini membiarkan beberapa atau sebagian besar kehidupan
masyarakatnya diatur oleh setiap individu dalam masyarakat tersebut tanpa sedikitpun
campur tangan dari pemerintahnya, dikarenakan kehidupan masyarakat dijamin oleh tata
hukum atau norma-norma sosial yang telah disepakati bersama.

Kelebihan :sistem pemerintahannya telah dijamin oleh tata hukum atau norma-
normasosial yang berlaku dalam masyarakat yang telah disepakati bersama.

Kekurangan :dikarenakan sistem pemerintahannya yang bebas, dalam artian kehidupan


masyarakatnya diatur oleh diri sendiri tanpa adanya campur tangan dari pemerintahnya,
hal ini dapat mengakibatkan masyarakatnya menjadi bebas, yang kemudian bisa terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan seperti pelanggaran aturan-aturan yang ada dalam kehidupan
masyarakat itu sendiri.

Dari kedua kriteria yang dikemukakan oleh kedua ilmuan Carter dan Herz. yang
membedakan setiap sistem politik didalamnya menyangkut hubungan kekuasaan, yaitu
siapa pemegang kekuasaan dan hasil penggunaan kekuasaan. Apabila kriteria yang
digunakan untuk membedakan sistem politik mencangkup faktor-faktor, hubungan
kekuasaan, prinsip legitimasi kewenangan, dan hubungan politik dengan ekonomi.

2.3 MODEL-MODEL SISTEM POLITIK

Adapun model-model sistem politik yang akan saya uraikan berikut ini, diantaranya :

1.Sistem Politik Otokrasi Tradisional

Otokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno “autokator” atau secara harfiah berarti “berdiri
sendiri” atau “penguasa tunggal”. Dengan kata lain, Otokrasi merupakan suatu
bentuk pemerintahan dimana pemerintahannya dipegang oleh satu orang saja atau bersifat
pribadi(biasanya seorang raja, sultan dsb) yang kekuasaannya cenderung bersifat negatif
daripada bersifat positif.

Sistem politik otokrasi tradisional ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1.Kurang menekankan pada persamaan tetapi menekankan pada stratifikasiekonomi;

2.Kebebasan individu kurang dijamin tetapi lebi menekankan pada perilaku yang
menurutikehendak kelompok kecil penguasa;

3.Lebih menekankan pada kolektivisme yang berdasarkan kekerabatan daripada


individualisme;

4.Kebutuhan moril dan nilai-nilai moral lebih menonjol daripada kebutuhan materiil.

- Kebaikan Bersama

Faktor-faktor kebaikan bersama, diantaranya :

• Faktor Pemahaman, faktor kebaikan bersama yang menyangkut pemahaman dibagi


menjadi dua hal, yakni persamaan dan kebabasan politik individu.

• Faktor Perbandingan, faktor kebaikan bersama yang menyangkut perbandingan dibagi


menjadi dua hal, yakni kebutuhan materill dengan moril dan kolektivisme dengan
individualisme.

• Faktor Primodial, faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik itu
sendiri, seperti suku bangsa, ras, dan agama. Faktor ini seringkali terdapat dalam pribadi
pemimpin sehingga pemimpin menjadi lambang kebersamaan dalam suku bangsa, ras,
atau agama. Oleh karena itu ikatan keturunan, suku bangsa, atau ikatan agama yang
terwujud dari diri seorang pemimpin didominasi oleh oktorat, seperti sultan, raja, atau
kaisar menjadi identitas bersama dalam sistem ini.

- Hubungan Kekuasaan

Kekuasaannya dipimpin oleh oktorat (biasanya seorang raja, sultan, emir yang tidak hanya
mempunyai peranan simbolis yang tinggi, juga memiliki kekuasaan yang nyata
dikarenakan seorang emir juga merupakan personifikasi identitas bersama, dan lembaga-
lembaga politik yang ada). Walaupun pada kenyataannya, pelaksanaan kekuasaan
pemerintahannya diserahkan kepada para pejabat yang menjadi pembantunya, dalam hal
ini kualitas setiap pribadi sangat menentukan cara dan corak pelaksanaan kekuasaan dalam
sistem ini.

Ciri-ciri kekuasaan dalam sistem politik otokrasi tradisional, yakni :

1.Kekuasaan bersifat pribadi, dimana kekuasaanya hanya dipimpin oleh para raja, sultan,
emir dan lembaga-lembagga politik saja.

2.Kekuasaan bersifat negatif, dimana masyarakat hanya memiliki sumber kekuasaan yang
sedikit, yang kemudian mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan terhadap
pihak penguasa.

3.Kekuasaan bersifat konsesus (Tradisi dan Paksaan)

Namun pada kenyataannya sarana kekuasaan paksaan ini masih terbatas (setidak-tidaknya
apabila dibandingkan dengan sarana kekuasaan paksaan negara maju) yang kemudian
mengakibatkan penguasa biasanya lebih banyak memanipulasikan tradisi untuk
membenarkan kewenangan dan paksaan yang dilakukan terhadap penduduk.

Distribusi kekuasaan dalam kelompok ini terletak pada kelompok kecil orang yang berada
disekitar oktorat, seperti kaum bangsawan, tentara, tuan tanah, dan alim ulama. Pada
dasarnya kelompok kecil tersebut saling berlomba-lomba untuk mempengaruhi oktorat
agar mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi jabatannya dengan cara menunjukkan
kesetiaan dan sumber dan dukungan yang dapat dipersembahkan kepada oktorat.
Persaingan ini terjadi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri atau
golongannya. Oleh karena itu, kegiatan yang mereka lakukan cenderung memelihara
status quo agar status yang istimewa tidak mengalamigangguan.

Dikarenakan kelompok sosial modern (seperti kelompok kepentingan, partai politik, dan
media massa) belum berkembang, maka pada saat itu terbentuklah kelompok-kelompok
kecil yang berfungsi sebagai alat dari kelompok yang berkuasa. Meskipun terdiri dari
berbagai kelompok, kelompok-kelompok tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap sistem politik itu sendiri. Kelompok-kelompok tersebut diantaranya :

• Tentara, Seni dan Arsitektur dan Pramong Praja : kelompok yang memiliki keahilan
tertentuyang ikut serta dalam proses pembuatan kebijakan politik.
• Tuan tanah : kelompok yang merupaka kaki tangan oktorat yang tugasnya meminta hasil
kerja petani, dan menyerahkan sebagian hasilnya kepada oktorat. Dalam hal ini petani
tidak ikut serta dalam kegiatan politik dikarenakan mereka miskin, buta huruf, terkurung
dalam tradisi dan dikuasai oleh tuan tanah.

• Para alim ulama : kelompok yang tidak hanya berperan dalam upacara keagamaan dan
menjaga moralitas umum, tetapi juga menyucikan dan mengesahkan kewenangan politik
dan berperan dalam membantu memelihara solidaritas komunal.

- Legitimasi Kekuasaan

Legitimasi merupakan adalah kualitas hukum yang berbasis pada penerimaan putusan
dalam peradilan. Kewenangan dalam sistem politik oktokrasi tradisional yang dipimpin
oleh otokrat bersumber dan berdasarkan pada tradisi. Seseorang yang memiliki
kewenangan merupakan keturunan dari pemimpin terdahulu. Para pendahulunya
dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang harus memerintah dikarenakan asal-usul
dan kualitas pribadinya. Kepercayaan dan tradisi yang sudah ada atau sudah dibentuk akan
selalu dipelihara dan dipertahankan oleh para keturunan otokrat dengan berbagai cara,
seperti mitos, legenda, dan simbol-simbol tertentu. Anggota masyarakat yang lainnya juga
mengakui dan menaati kewenangan otokrat yang turun- temurun.

- Hubungan Ekonomi dan Politik

Selain terdapat jurang politik (kekuasaan) yang lebar antara penguasa dan penduduk
dipedesaan, dalam hal ini sistem politik otokrasi tradisional juga terdapat jurang yang
lebar dalam ekonomi, yaitu antara otokrat dan kelompok kecil elite penguasa yang
mengitarinya, sekaligus juga yang merupakan pemegang kekayaan dan massa petani yang
tidak memiliki apa- apa selain tenaganya. Produk ekonomi berada pada pertanian
subsistem, yaitu kegiatan yang menghasilkan total produksi yang cukup untuk kehidupan
sehari-hari. Para petani tersebut kebanyakan bekerja sebagai penggarap tanah yang
dimiliki dan dikuasai oleh tuan tanah.Tuan tanah yang dipercayai
oleh oktorat sebagai pemegang sumber kekuasaan dipedesaan menggunakan sumber
kekuasaan yang dimilikinya untuk mempengaruhi pemerintah pusat dan daerah agar tidak
mencampuri masalah yang dihadapi dipedesaan sehingga pemerintah tidak melaksanakan
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat mengubah keadaan yang ada. Setiap desa tetap
otonom secara ekonomis dari desa lain karena ciri ekonomi pedesaan ini berdiri diatas
kaki sendiri, dan bukan saling bergantung.

Dalam industrilisasi dan pertanian modern (perkebunan) dilakukan oleh pengusaha asing
bekerja sama dengan kaum bangsawan, elite yang berkuasa dan tuan tanah. Namun, para
petani sama sekali tidak tersentuh oleh modal dan teknologi asing ini, terkecuali kelompok
buruh yang bekerja di industri dan perkebunan dengan upah yang sangat rendah.

2. Sistem Politik Totaliter

Sistem politik totaliter menekankan kepada konsesus total didalam masyarakat, akan tetapi
tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat juga konflik total dengan musuhnya didalam negeri
maupun diluar negeri, dalam upaya pencapaian konsesus tidak hanya dilakukan melalui
indoktrinasi ideologi, tetapi juga melalui pelaksanaan kekuasaan paksaan yang luas dan
mendalam. Pada dasarnya sistem politik totaliter ini dibedakan menjadi dua, yakni
komunis dan fasis.

3. Sistem Politik Komunis

- Kebaikan Bersama

Sistem politik komunis, ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang
ekonomi, dan sekularisme yang radikal tatkala agama digantikan dengan ideologi komunis
yang bersifat doktriner dan eskatologis.

Dalam sistem ini, kebebasan politik individu dan hak-hak sipil untuk mengkritik penguasa
partai tidak dijamin, dikarenakan pada sistem ini sangat menekankan pada kemerdekaan
nasional dan bebas dari penindasan asing. Sistem ini sangat berupaya keras dalam
menjamin kebutuhan materill khususnya kebutuhan pokok secara merata sebagai
pelaksanaan prinsip sama rata sama rasa, dan juga kebutuhan moril sebagai perwujudan
sekularisme radikal yang memandang tujuan-tujuan yang bersifat materill mengandung
kepuasan modal.
- Identitas Bersama

Faktor sakral yang mempersatukan masyarakat dalam sistem ini ialah ideologi yang
berifat doktriner dan eskatologis. Seluruh anggota masyarakat diharuskan berperilaku
sesuai dengan ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi tersebut, setidak-tidaknya
tidak menampakkan pembangkangan terhadap ajaran tersebut. Kaum elite yang bertindak
sebagai penafsir dan pelaksana ideologi berusaha membentuk manusia dan masyarakat
baru dengan cara menindoktrinasikan ajaran pada semua warga masyarakat melalui
sekolah, media massa, organisasi-organisasi yang menjadi bagian dari partai lembaga
kader, dan lembaga resosialisasi. Ideologi tersebut kemudian dijadikan sebagai tujuan dan
pandangan hidup bagi seluruh penduduk sehingga ideologi ini disebut sebagai agama
politik.

- Hubungan Kekuasaan

Pada dasarnya kekuasaan sistem ini dimonopoli dan dilaksanakan secara sentral dengan
partai tunggal. Kekuasaan paksaannya dilaksanakan oleh militer dan polisi rahasia, lebih
menonjol dari kekuasaan konsesus. Partai yang terdapat didalam sistem politik ini
diorganisasikan secara hirarkis yang dalam kenyataannya dipimpin oleh kelompok kecil
yang disebut politniro.Partai tunggal dalam sistem politik ini bersifat elitis, dikarenakan
keanggotaannya bersifat selektif. Selai itu, partai tunggal ini menguasi semua kelompok
sosial yang ada. Kelompok pemuda, serikat buruh, asosiasi petani, organisasi wanita, dan
berbagai organisasi profesi merupakan salah satu alat partai untuk memobilisasi massa.
Sedangkan organisasi keagamaan dan kegiatan keagamaan dilarang oleh partai terkecuali
bagi organisasi dan kegiatan keagamaan yang disesuaikan dengan ajaran partai.

- Legitimasi Kewenangan

Dasar kewenangan pemimpin dalam sistem politik ini berupa peranan mereka sebagai
ideolog, yaitu penafsir dan pelaksana ideologi yang bersifat doktriner dan eskatalogis.
Pada dasarnya anggota masyarakat yang menaati kewenangan pemimpin partai dan
pemerintahan tidak berdasarkan pada pemegangan kewenangan yang dipilih oleh anggota
kongres sesuai dengan prosedur yang diteytapkan partai, tetapi juga berdasarkan
pemegang kewenangan yang memiliki kemampuan menggunakan kekuasaan paksaan
yang sangat meluas dan mendalam.
- Hubungan politik ekonomi

Pemerintahan dalam sistem politik ini dikelola oleh partai tunggal yang mengendalikan
kegiatan ekonomi dalam koordinasian unit ekonomi maupun dalam pengadaan barang dan
jasa. Kecuali dalam kegiatan produksi maupun distribusi barang dan jasa. Kegiatan
ekonomi ini merupakan prakarsa individu bukan swasta. Dengan kemajuan teknologi dan
industrialisasi sistem ini memiliki kemampuan dalam menghasilkan dan mendistribusikan
kebtuhan pokok yang relatif merata kepada semua warga sebagai ganti atau tukar dari
ketaatantotal yang diberikan penduduk terhadap kewenangan pemerintah

4. Sistem Politik Demokrasi

Dari sudut pandang stuktural, sistem politik demokrasi secara ideal merupakan sistem
politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsesus. Artinya, demokrasi
memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara individu,
diantara berbagai kelompok, diantara individu dan kelompok, individu dan pemerintah,
kelompok dan pemerintah, sampai diantara lembaga-lembaga pemerintah. Dikarenakan
demokrasi hanya akan menolerir konflik yang tidak menghancurkan sistem, maka sistem
politik demokrasi menyediakan mekanisme dan prosedur yang mengatur dan menyalurkan
konflik sampai pada penyelesaiannya dalam bentuk kesepakatan.

- Kebaikan Bersama

Dalam sistem politik ini setiap individu telah dijamin oleh hukum. Artinya, setiap individu
memiliki kebebasan untuk mengejar tujuan hidupnya. Oleh karena itu, setiap individu
harus menggunakan kesempatan politik dengan menggabungkan diri ke dalam organisasi
sukarela untuk bersama-sama mempengaruhi diri ke dalam organisasi sukarela untuk
bersama-sama mempengaruhi pemerintah dan membuat kebijakan yang menguntungkan
mereka.

.
- Identitas Bersama

Faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik demokrasi ialah bersatu
dalam perbedaan. Contohnya : Bhineka Tunggal Ika untuk Indonesia dan Unity in
Diversity untuk Amerika. Artinya, suatu pihak penduduk akan tetap mempertahankan
keterikatannya dengan setiap subkultur, seperti suku, daerah, ras, agama, dan adat-
istiadat.Dasar yang sama berupa keterkaitan pada lembaga demokrasi, saling percaya, dan
kesediaan berkompromi dan bekerja sama. Selain itu, tujuan yang sama berupa
pengembangan seluruh potensi individu secara maksimal, dan kesejahteraan seluruh
anggota masyarakat.

- Hubungan Kekuasaan

Dalam sistem politik demokrasi terdapat distribusi kekuasaan yang relatif merata diantara
kelompok sosial dan lembaga pemerintahan. Hal ini mengakibatkan persaingan dan saling
kontrol antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, antara lembaga pemerintah
satu dengan lembaga pemerintah yang lainnya (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), dan
atara kelompok sosial dengan lembaga sosial.

- Legitimasi Kewenangan

Prinsip kewenangan dan legistimasi dalam sistem ini bersifat prosedural (rule of law) yang
diatur dalam konstitusi. Artinya, penguasa mendapatkan kewenangan berdasarkan
prosedur yang disusun dalam konstitusi atau peraturan perundang-undangan, sedangkan
anggota masyarakat menaati kewenangan penguasa dikarenakan penguasa dipilih atau
diangkat berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam konstitusi atau peraturan peundang-
undangan.

- Hubungan Politik dengan Ekonomi

Berdasarkan koordinasi unit ekonomi maupun dalam pemilikan barang dan jasa,
pemerintah dan swasta ikut ambil bagian secara aktif sesuai dengan setiap porsinya.
Artinya, disamping mekanisme pasar dibiarkan mengatur kegiatan ekonomi, dalam hal-hal
yang menyangkut hidup orang banyak, pemerintah ikut mengatur dan mengarahkan
kegiatan ekonomi, redistribusi, dan pengadaan barang dan jasa.

Dalam sistem ini demokrasi menghendaki konstitusi dan demokrasi menghendaki sumber-
sumber ekonomi yang relatif cukup untuk didistribusikan dalam masyarakat. Yang
terpenting dalam sistem politik demokrasi ini yakni adanya prosedur dan mekanisme
penentuan pemerintah berdasarkan kedaulatan rakyat, dan adan untuk bersaing
memengaruhi pemerintah demi membuat kebijakan yang menguntungkan mereka.

5.Sistem Politik Negara Berkembang

Negara ini sesuai dengan namanya merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh
karena itu, sistem politik dalam negara ini sedang mencari bentuk yang selaras dengan
tingkat perkembangan masyarakat maupun kultur dan struktur masyarakatnya.

Masyarakat dalam negara ini pemerintahnya (eksekutif) sangat berperan dalam


mengembangkan identitas bersama dan merumuskan kebaikan bersama maupun
melakukan pembangunan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kekuasaan pemerintahan dan campur-tangan pemerintahnya yang begitu luas dalam


masyarakat pada satu pihak yang telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
sedangkan pada pihak lain menyebabkan kelompok politik, seperti partai, kelompok
kepentingan, dan media massa berperan sebagai pendukung saja. Dengan demikian
hubungan kekuasaan lebih bersifat paksaan daripada konsesus. Erat kaitannya dengan
hubungan kekuasaan yang berupa prinsip kewenangan dan legitimasi yang juga belum
menemukan pola yang sesuai karena dalam masyarakat ini prosedur dan mekanisme
penetapan siapa yang memerintah masih ditetapkan secara sephak saja oleh kelompok
yang berkuasa.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Model-model sistem politik yang dilihat dari sudut historis dan perkembangan sistem
politiknya dimulai dari otokrasi tradisional ke totaliter dan sampai pada demokrasi. Dalam
berbagai model ini terdapat berbagai sistem politik yang diuraikan tersebut terdapat
beberapa yang timbul karena disesuaikan dengan kultur dan struktur masyarakat setempat
ataupun yang timbul sebagai kombinasi unsur-unsur terbaik.

3.2 SARAN

Bagi para pembaca yang ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih luas,maka
penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku ilmiah dan
buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul “MODEL-MODEL SISTEM POLITIK”.
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Makalah kami. Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat
mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tugassekolah.com/2016/01/macam-macam-sistem-politik.html

http://irohnasiroh.blogspot.co.id/2015/11/sistem-politik.html

http://gilangdana.blogspot.co.id/2013/04/sistem-politik.html

http://www.spengetahuan.com/2017/03/pengertian-sistem-politik-indonesia-
terlengkap.html

Anda mungkin juga menyukai