Anda di halaman 1dari 19

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN PUPUK

KOMPOS BAGI TANAMAN CABAI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan IPTEK dapat memunculkan produk  dan membantu kegiatan
industri bila mana kita mau berkreasi dan berinovasi, seperti hal di negara Jepang,
hal sekecil apapun mereka manfaatkan, sampah dan limbah-limbah tidak berguna
mereka inovasi dan kreasi sehingga menjadi produk teknologi yang sangat
berguna bagi kesejahteraan masyarakat sehingga tidak mengheranakan bila
Jepang menjadi negara industri raksasa yang berhasil karena kreatifitas
masyarakatnya yang dapat memanfaatkan bahan – bahan yang tidak berguna
menjadi barang yang teknologi.
Fakta membuktikan, bahwa kebanyakan para generasi muda kita belum mau
dan mampu memanfaatkan sampah-sampah pasar yang ada di sekitar kita , bahkan
mereka cenderung menyia-nyiakannya dan menganggap hanya sampah belaka. Di
negara-negara  maju masyarakatnya telah memiliki kesadaran tinggi untuk
mengolah sampah tersebut menjadi produk yang bermanfaat (reuse), mereka juga
mampu menggunakan teknologi yang ada untuk meningkatkan produksi barang,
sehingga tidak ada barang yang terbuang percuma karena  mereka mampu
mendaur ulang (recycle), hal tersebut berbeda bilamana dibandingkan dengan
kehidupan di negara berkembang seperti di negara kita selain masyarakatnya
belum memiliki kesadaran tentang arti pentingnya pemanfaatan barang (sampah)
diolah menjadi barang yang bermanfaat dan punya niai ekonomi, mereka belum
sepenuhnya mampu mengembangkan untuk produk teknologi, pada umumnya
mereka  hanya menjadi konsumen (pengguna) belum mau dan tidak mengerti
proses pembuatannya.
B. Identifikasi Masalah
1. Banyaknya sampah-sampah basah dan kering di pasar
2. Kurangnya kesadaran dan kemauan peserta didik untuk melakukan
pembuatan pupuk kompos dan membandingkan pemanfaatannya pada
tumbuhan
3. Belum adanya alat khusus untuk membersihkan sampah-sampah tersebut
untuk di daur ulang.

C. Pembatasan Masalah
1. Memanfaatkan sampah basah (sayuran) dan sampah kering (dedaunan)
untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos
2. Membuat dan memanfaatkan pupuk kompos pada tanaman cabai secara
sederhana.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, kami penulis menyimpulkan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Apakah sampah-sampah pasar di sekitar kita dapat diolah untuk membuat
pupuk kompos yang sederhana?
2. Apakah pupuk kompos sederhana yang dibuat oleh penulis bisa digunakan
sebagai penyubur tanaman cabai?
3. Bagaimana efektivitas perbandingan pupuk kompos sederhana yang
dibuat, dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai dengan
tanpa menggunakan pupuk kompos?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini yakni :
1. Memanfaatkan sampah-sampah pasar untuk digunakan sebagai bahan
pembuatan pupuk kompos sederhana.
2. Mengetahui efektivitas pupuk kompos yang dibuat pada tanaman cabai.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelajar
Untuk memotivasi dan membangun rasa semangat dalam berkarya
membuat produk yang inovatif dengan memanfaatkan barang-barang yang
ada di sekitar kita.
2. Bagi Pendidikan
Sebagai media belajar tambahan dalam hal pemanfaatan barang-barang
yang sudah tidak terpakai untuk dibuat kembali menjadi barang yang
bernilai guna.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai salah satu cara untuk membangun kesadaran masyarakat akan
pentingnya pola hidup bersih, dan mampu memanfaatkan limbah tanaman
untuk digunakan kembali sebagai barang yang bernilai guna tinggi.
Sebagai salah satu contohnya yaitu : Pembuatan pupuk kompos sederhana.
4. Bagi Lingkungan
Membantu menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan karena penulis
memanfaatkan sampah-sampah pasar yang ada disekitar untuk diolah
kembali menjadi pupuk kompos.

G. Sistematika Makalah
Makalah ini penulis susun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
a) Latar belakang
b) Identifikasi masalah
c) Pembatasan masalah
d) Rumusan masalah
e) Tujuan penelitian
f) Manfaat penelitian dan
g) Sistematika makalah
BAB II : Landasan Teori
BAB III : Metode Penelitian
a) Waktu Penelitian
b) Tempat Penelitian
c) Metode Pengumpulan Data
BAB IV : Hasil Percobaan dan Pembahasan
BAB V : Simpulan dan Saran
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,
dan limbah organik yang telah mengalami
proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk
kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang
busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Dari ternak yang sering digunakan
untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan
cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan Azolla.

Beberapa kegunaan kompos adalah:


 Memperbaiki struktur tanah.
 Memperkuatdaya ikat agregat (zathara) tanah berpasir
 Meningkatkan daya tahan dan daya serap air
 Memperbaiki drainase dan pori –pori dalam tanah
 Menambah dan mengaktifkan unsur hara

Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos


yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan
menurunnya temperatur kompos (di bawah 400 c)Berbagai hasil penelitian
mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun
produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan
sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal
untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasilahan .Sumber bahan untuk
pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan
kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik
terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selainitu, peranannya cukup besar
terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.Pupuk
organik yang ditambahkan kedalam tanah akan mengalami beberapa kali fase
perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik
juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat
meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.

Persiapan alat dan bahan:


1. Daun yang gugur atau yang sudah dipangkas
2. Sisa sayuran
3. Rumput atau jerami dan sisa pertanian lainnya
4. Daun yang sudah kering
5. Larutan gula sebanyak min. 100 ml
6. Bakteri EM4 sebanyak 10 ml
7. Wadah penampungan berpenutup

Cara pengolahan sampah organik:


1. atau cacah terlebih dahulu bahan-bahan yang sudah Anda persiapkan.
2. Campur bahan-bahan yang sudah dicacah tersebut dengan Daun kering,
komposisinya adalah 2 : 1.
3. Siapkan 100 ml atau setara dengan setengah gelas larutan gula. Jika
sampah organik yang terkumpul dalam jumlah banyak, Anda dapat
menambahkannya.
4. Siapkan pula bakteri EM4 yang bisa Anda beli di toko-toko pertanian.
Jumlah pemberian dapat dilihat pada kemasan atau menyesuaikan
banyaknya bahan yang akan diolah.
5. Campur semua bahan, termasuk larutan gula dan bakteri EM4, aduk-aduk
hingga bahan tersebut tercampur rata. Periksa kelembapan bahan-bahan di
atas, jika dirasa kurang lembab, maka Anda dapat menambahkan sedikit
air.
6. Bahan pupuk kompos yang sidah tercampur rata dapat segera dimasukkan
ke dalam wadah penampungan. Anda bisa mengandalkan ember, tong,
atau karung besar. Jangan lupa untuk menutup dengan rapat wadah
penampungan tersebut.
7. Proses pengomposan dikatakan berhasil apabila suhu di dalam wadah
penampungan tersebut terasa panas. Proses ini akan berlangsung selama
kurang lebih 2 – 3 bulan. Anda dapat membuka tutup wadah penampungan
selama 2 minggu berselang dan mengaduk-aduk kembali bahan agar
proses berlangsung lebih cepat.
8. Pupuk kompos yang sudah matang memiliki ciri-ciri berwarna kehitaman,
tidak lagi berbau, serta uap panasnya telah hilang. Jika sudah ada tanda-
tanda yang demikian, maka pupuk kompos Anda sudah siap digunakan
untuk memberi nutrisi segala tanaman.
9. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka sebaiknya pembuatan
pupuk kompos dari sampah organik ini dilakuakn secara berkelanjutan.
Dengan demikian, manfaatnya akan lebih terasa.

Manfaat dari pupuk kompos sendiri sangatlah beragam, diantarnya, sebagai


pelengkap nutrisi yang dibutuhkan oleh tanah dan tumbuhan, mengikat air di
dalam tanah, dan juga sebagai pestisida alami.

B. Pertumbuhan Tanaman Cabai

Cabai atau cabai merah adalah buah dan tumbuhan


anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan
sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai
bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat
rasa makanan.
Manfaat :
Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai
macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al. (2007)
melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh
dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai
hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan
sebagai zat antikanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980).
Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang
banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang
tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat
capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu
kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan
harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari
nyeri lambung.
Secara garis besar, ada 4 tahap atau 4 fase pertumbuhan cabai tersebut, yakni
sebagian berikut :

1.Fase embrionis ( Lembaga )


Pada umumnya, fase embrionis ini terjadi mulai saat adanya proses
penyerbukan dimana proses penyerbukan tersebut akan menghasilkan zigot yang
lama kelamaan akan menghasilkan biji, nah pada tahap inilah pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan cabai tersebut dimulai.
Pada pembudidaya tanaman cabai tersebut akan menyebarkan atau
menyemaikan benih cabai tersebut, hingga pada saat yang sudah tepat, maka biji
cabai tersebut akan tumbuh menjadi kecambah dan kemudian akan berkembang
menjadi bibit – bibit cabai yang siap dibudidayakan.

2. Fase Perkecambahan ( Juvenil )


Pada fase ini, akan dimulai terbentuknya organ tanaman, sebut saja sepeti
muncul atau tumbuhnya daun dari hasil kecambah, batang, akar yang akan muncul
pertama kalinya dari bibit cabai tersebut. Pada umumnya, tanaman cabai pada
masa atau fase juvenil ini sangat aktif dalam pertumbuhan dan perkembangan
tunas – tunas yang baru yang tentunya didukung oleh pupuk tanaman yang baik.
Sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai tersebut
bisa dengan maksimal dapat berkembang dengan baik. Pada masa ini juga
tanamana kan dipisahkan satu demi satu antara tanaman yang satu dengan yang
lainnya, karena pada tahap ini perkembangan tanaman cabai tersebut sangat cepat,
jadi harus diberi tempat tersendiri. Fase juvenile ini akan berakhir saat tanaman
akan mulai berbunga untuk pertama kalinya.

3. Fase Produksi
Pada fase yang satu ini, pada umumnya tanaman cabai tersebut akan terus
melakukan perkembangan baik itu dari batang, daun dan juga bunga yang banyak
dan fase ini akan berhenti pada saat tanaman cabia tersebut sudah tidak mampu
untuk berkembang lagi secara keseluruhan. Masa yang satu ini adalah masa yang
paling penting dari sebuah tanaman cabai.

4. Fase Penuaan ( Senil )


Fase ini adalah fase yang paling terakhir dari sebuah fase tanaman padi.   Fase ini
tidak bisa ditentukan batas waktu awalnya, namun pada saat tanaman padi mulai
memasuki fase ini maka akan terlihat bunga dan buah yang dihasilkan.
Seberapa besar ukuran cabai dan seberapa pedas rasanya tentunya berbeda
satu dengan yang lainnya tergantung dari indukannya. Fase ini akan berakhir
ketika cabai tersebut mulai mengering dan mati.

dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabe, ada faktor yang


mempengaruhi pertumbuhannya yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang memicu terjadinya pertumbuhan cabai berasal
dari dalam tumbuhan itu sendiri. Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari lingkungan di sekitar area tumbuh tanaman.

Berikut ini dijelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan dan


perkembangan tanaman cabe, baik itu faktor secara internal maupun secara
ekternal:
1. Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri. Beberapa faktor internal
yang ikut berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman cabai diantaranya yaitu:
A. Hormon (fitohormon = hormon pada tumbuhan), merupakan substansi
kimiawi yang berperan penting dalam menentukan pertumbuhan serta
perkembangan tanaman. Dikenal berbagai macam jenis fitohormon
diantaranya adalah auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat/ABA, gas
etilen, dan lain sebagainya. Sebagai contoh hormon giberelin berperan
untuk proses perkecambahan biji, pembelahan sel-sel meristematis pada
tanaman muda yang baru selesai berkecambah untuk terus tumbuh
menjadi tanaman dewasa.

B. Enzim, merupakan biokatalisator yang mampu membantu dalam proses


metabolisme di dalam tubuh tumbuhan. Metabolisme tumbuhan meliputi
proses katabolisme (untuk menghasilkan energi melalui proses pemecahan
6 atom C/glukosa menjadi 2 asam piruvat dan ATP (proses glikolisis di
matriks mitokondria sel), seterusnya proses tersebut berlangsung melalui
tahapan dekarboksilasi oksidatif, siklus kreb, sampai pada proses transpor
elektron dan menghasilkan 36 ATP bersih respirasi aerob). Sementara itu,
enzim juga dipakai tumbuhan untuk proses anabolisme (fotosintesis) untuk
menghasilkan berbagai makanan (nutrisi) yang akan dipakai oleh
tumbuhan untuk reproduktif, tumbuh dan berkembang.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor berasal dari luar) pada tumbuhan lebih cenderung
berkaitan erat dengan fakor lingkungan sekitar seperti kelembaban, suhu, pH
tanah, cahaya matahari, jumlah kandungan air tanah, dan lain sebagainya.
Suhu yang terlalu tinggi juga tidak bagus untuk pertumbuhan tanaman
sebab enzim pada tumbuhan akan mudah rusak dan gugus protein pada enzimnya
mengalami denaturasi. pH tanah juga harus bagus tidak terlalu asam dan beberapa
tanaman cabe dapat tumbuh pada pH yang cukup netral (pH =7), atau semi-asam.
Cahaya matahari merupakan faktor penghambat pertumbuhan pada
tanaman. Pertumbuhan tanaman cabe dapat terhambat dengan intensitas cahaya
matahari yang cukup. Penghambatan ini meliputi membuat batang tanaman lebih
proporsional, batangnya tebal tidak kurus, batang serta akarnya semakin kuat, dan
daun dengan warna yang hijau cerah. Sementara itu, apabila suatu tanaman
kekurangan cahaya, atau ditanam pada tempat yang lebih gelap, maka
pertumbuhan tanaman cabai tersebut akan mengalami percepatan tumbuh dan
mengalami gejala etiolasi dengan ciri-ciri/karakteristik daunnya pucat, akar serta
batangnya tinggi dan kurus-kurus.

Jumlah kandungan air juga berkaitan erat dengan kelembaban tanah, oleh
sebab itulah untuk menunjang pertumbuhan tanaman cabai yang lebih optimal
maka kelembaban tanahnya harus dijaga dengan frekuensi penyiraman tanaman
cabai yang cukup. Gunakanlah dosis penyiraman tanaman cabe sesuai umurnya,
tidak kurang dan juga tidak berlebihan agar memperoleh hasil pertumbuhan cabe
yang lebih maksimal.

C. Permasalahan produksi
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah
adanya serangan lalat buah pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan
gagal panen. Laporan Departemen Pertanian RI tahun 2006 menunjukkan bahwa
kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35%. Buah cabai
yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di
dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya terutama adalah
lalat buah Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas,
sementara hama ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi
hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-
buahan maupun pada produksi cabai.

Selain lalat buah, Kutudaun Myzus persicae (Hemiptera: Aphididae)


merupakan salah satu hama penting pada budidaya cabai karena dapat
menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat
menggunakan insektida nabati ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang penulis lakukan kurang lebih selama 22
hari mulai dari tanggal 27 Maret 2019 sampai tanggal 18 April 2019. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh data penelitian yang dibutuhkan sebagai bahan
penelitian yang dilaksanakan penulis.

B. Tempat Penelitian
Tempat atau lokasi pelaksanaan penelitian yaitu berada di daerah Kota
Jakarta Timur, tepatnya di Pasar Kalimalang yang berada di kelurahan Cakung
Barat. Pasar Kalimalang ini dipilih sebagai objek kajian penelitian karena dekat
dari lingkungan sekitar sekolah SMA N 76 Jakarta. Di pasar ini terdapat banyak
sampah pasar yang tidak dimanfaatkan lagi yang kadang dibiarkan begitu saja.

C. Metode Penelitian
Dalam mencari dan mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan
beberapa metode penelitian. Yaitu sebagai berikut : study literatur, observasi, dan
percobaan berkala.
1. Study Literatur
Metode pencarian data dengan study literatur, penulis lakukan
untuk memperoleh data tentang pupuk kompos dan pertumbuhan serta
perkembangan tanaman cabai. Study literatur ini dilakukan agar hasil
penelitian benar-benar sesuai dengan teori yang sudah ada dan
mendapatkan hasil penelitian yang optimal.
2. Observasi
Sebelum melakukan percobaan berkala, penulis melakukan
kegiatan observasi. Penulis mengamati daerah Pasar Kalimalang di daerah
Kelurahan Cakung Barat karena melihat banyaknya sampah-sampah pasar
yang tidak termanfaatkan lagi. Selain itu, penulis juga mengamati
banyaknya generasi muda sekarang yang tidak ada lagi kepeduliaannya
terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan di sekitarnya.
3. Percobaan Berkala
Dalam penelitian ini, penulis melakukan percobaan membuat
pupuk kompos sederhana dengan menggunakan sampah basah (sayuran)
dan sampah kering (dedaunan). Serta menguji dan membandingkan
pertumbuhan tanaman cabai dengan menggunakan pupuk kompos dan
tanpa menggunakan pupuk kompos.
Dalam percobaan pertama alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Alat :
1. Gunting 1bh
2. Karung 1bh
3. Kantung Plastik sedang 4bh
4. Centong Sayur 1bh
5. Talenan 1bh
6. Pisau 1bh
7. Baskom 1bh
8. Tali Rafia 1bh

Bahan :
1. Sampah basah (sayuran)
2. Sampah kering (dedaunan)
3. EM 4

Langkah percobaan membuat pupuk kompos :


1. Siapkan alat-alat dan bahan-bahan di atas
2. Ambil dan keringkan dedaunan yang telah jatuh dari ranting pohon
di bawah sinar matahari
3. Setelah dedaunan kering merata, ambil lalu cacah menjadi kecil-
kecil dengan menggunakan gunting
4. Ambil sampah basah (sayuran), taruh di atas talenan, cacah
menjadi kecil-kecil dengan menggunakan pisau
5. Kumpulkan dan masukkan masing-masing sampah ke dalam
kantung plastik yang berbeda.
6. Siapkan baskom dan centong sayur
7. Ambil 2 centong sayur sampah kering dan 1 centong sayur sampah
basah, taruh di baskom, lalu diaduk
8. Lakukan sampai bahan-bahan habis
9. Taruh campuran bahan tersebut di atas plastik lebar dan besar, lalu
tuangkan EM 4 sekitar kurang lebih 2-3 tutup botol EM 4 ke
campuran bahan tersebut.
10. Aduk sampai rata semua.
11. Masukkan semua bahan ke dalam karung, lalu ikat karung dengan
tali rafia
12. Lubangi karung dengan gunting
13. Tunggu hingga pupuk siap digunakan, kurang lebih sekitar 2-3
bulan.
14. Aduk setiap 4 hari sekali.

Setelah melakukan percobaan pertama, penulis melakukan


percobaan kedua. Yaitu percobaan pemanfaatan pupuk kompos dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai.
Adapun alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Alat :
1. Pot tanaman kecil 2bh
2. Pot tanaman sedang 2bh
3. Sekop kecil 1bh
4. Penyiram tanaman 1bh
Bahan :
1. Pupuk kompos
2. Tanah
3. Tanaman cabai yang masih berbentuk kecambah

Langkah percobaan :
1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
2. Masukkan tanah sebanyak 2 sekop kecil ke dalam pot kecil
pertama dan masukkan pupuk kompos sebanyak 2 sekop kecil ke
dalam pot kecil yang kedua.
3. Masukkan kecambah cabai (berumur ± 1 minggu) ke masing-
masing pot
4. Catat tinggi dan besarnya tanaman cabai tersebut dari setiap pot
5. Lakukan penyiraman tanaman (± 50 mL air) setiap hari ke dalam
masing-masing pot
6. Amati dan catat perubahan tinggi dan besarnya tanaman cabai dari
setiap pot (satu kali dalam dua hari)
7. Pindahkan tanaman cabai ke pot yang lebihbesar, jika tanaman
sudah mulai membesar (berusia ± 7 minggu)
8. Lakukan penyiraman tanaman (±100 mL air) setiap hari ke dalam
masing-masing pot
9. Amati dan catat perubahan tinggi dan besarnya tanaman cabai dari
setiap pot (satu kali dalam satu minggu)
10. Lakukan pengamatan ini sampai tumbuhan cabai menghasilkan
buah, ± 12 minggu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan penulis dapat meyimpulkan
sebagai berikut :
1. Setelah melakukan pembuatan pupuk kompos dari sampah-sampah pasar,
penulis menguji pupuk kompos pada tanaman cabai dengan melakukan
perbandingan antara menggunakan pupuk kompos dengan tidak
menggunakan pupuk kompos. Yang tujuannya mengetahui seberapa
efektifnya pupuk kompos tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan
pada tanaman cabai.
2. Setelah melakukan percobaan, ternyata pupuk kompos berperan sangat
signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai.
3. Pupuk kompos yang dibuat oleh penulis memanfaatkan limbah, sehingga
kami ikut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, kami
menciptakan produk yang sederhana, praktis, dan mudah untuk dibuat,
sehingga pupuk kompos ini dapat memiliki efektifitas yang tinggi dan
mempunyai nilai jual.

B. Saran
1. Hasil penelitian ini masih bersifat sederhana maka masih perlu adanya
penelitian lanjutan tentang pupuk kompos ini supaya dapat
menyempurnakan kekurangan-kekurangan dan meningkatkan kualitasnya.
2. Diharapkan kepada para generasi muda untuk lebih mencintai penelitian
agar dapat berinovasi dan menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat luas sehingga dapat membantu dalam proses
kemajuan bangsa Indonesia ini.
3. Diharapkan pendidikan di sekolah dapat mencantumkan tentang hal-hal
yang bersifat penelitian, supaya peserta didik mampu mengembangkan
imajinasinya menjadi suatu ide inovatif yang berguna bagi kehidupan
masyarakat luas.
4. Pemerintah dan sekolah diharapkan memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan penelitian dan percobaan secara sederhana di lingkungan
sekolah.
5. Kepada masyarakat luas diharapkan dapat memanfaatkan benda-benda
yang dianggap sampah menjadi produk yang bisa lebih berguna untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai