Tm13 - Makalah Keperawatan Keluarga-Revisi
Tm13 - Makalah Keperawatan Keluarga-Revisi
Disusun oleh :
KELAS A3 2018 – Kelompok 6
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
keperawatan keluarga ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga : Keluarga dengan
penyakit kronis (hipertensi)” ini dengan tepat waktu. Berkat bantuan dan dukungan berbagai
pihak, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikannya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak dan dosen pembimbing
kami yang telah memberikan bantuan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan ringan dan mudah.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................ i
Daftar Isi...................................................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................................... 3
BAB 2 Tinjauan Pustaka............................................................................................................ 5
2.1 Konsep Keluarga....................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Keluarga........................................................................................ 5
2.1.2 Fungsi Keluarga...............................................…………………………... 5
2.1.3 Tipe dan Bentuk Keluarga................................................……………….. 6
2.1.4 Tahap dan Perkembangan Keluarga........................................................... 7
2.1.5 Struktur Keluarga........................................................................................ 7
2.1.6 Proses dan Strategi Koping Keluarga......................................................... 8
2.1.7 Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga.............................................. 9
2.1.8 Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga….. 9
2.2 Hipertensi.................................................................................................................. 11
2.2.1 Definisi .................................................................................................... 11
2.2.2 Etiologi..................................................................................................... 12
2.2.3 Manifestasi Klinis..................................................................................... 13
2.2.4 Patofisiologi.............................................................................................. 13
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................................................ 16
2.2.6 Penatalaksanaan medis dan keperawatan................................................. 16
2.2.7 WOC......................................................................................................... 20
2.3 Stroke…………………………………………………………………………….... 21
2.3.1 Definisi…………………………………………………………………. 21
2.3.2 Etiologi………………………………………………………………… 21
ii
2.3.3 Klasifikasi……………………………………………………………… 22
2.3.4 Manifestasi Klinis……………………………………………………… 23
2.3.5 Faktor Resiko…………………………………………………………... 23
2.3.6 Patofisiologi……………………………………………………………. 24
2.3.7 WOC…………………………………………………………………… 26
BAB 3 Asuhan Keperawan Kasus............................................................................................. 27
3.1 Kasus Hipertensi........................................................................................................ 27
BAB 4 Penutup........................................................................................................................... 40
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 40
4.2 Saran........................................................................................................................ 40
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 41
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah terus menerus diatas
normal yaitu pada tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan pada tekanan diastolic lebih dari 90
mmHg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah
meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014). Hipertensi
merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit
hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini
yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar
memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri
ke pelayanan kesehatan.
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun (Nurarif A.H. &
Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor
risiko yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres,
asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu R.B.,
2015). Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai negara. Menurut
American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang
menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir 90-95% tidak diketahui penyebabnya
(Kemenkes, 2014).
1
Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan satu milyar
orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada di negara berkembang.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2025 sebanyak 29% orang
dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah menyebabkan banyak kematian
sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara dengan 1/3
populasinya menderita hipertensi (Kemenkes, 2017). Menurut Riskesda tahun 2018 penderita
hipertensi di Indonesia mencapai 8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18
tahun, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi penderita
hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan
darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%.
Data dari Riskesda tahun 2018 juga mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada
penderita hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderira
sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia.
2
14. Apa sajakah penatalaksaan hipertensi ?
15. Bagaimana WOC dari hipertensi ?
16. Apakah yang dimaksud dengan stroke ?
17. Apa sajakah etiologi dari stroke ?
18. Apa sajakah manifestasi klinis dari stroke ?
19. Apa saja klasifikasi stroke ?
20. Apa sajakah faktor risiko dari stroke ?
21. Bagaimakah petofisiologi stroke ?
22. Bagaimana WOC dari stroke ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan penulisan. Adapun
tujuannya yakni sebagai berikut :
3
16. Mampu menjelaskan pengertian stroke
17. Mampu menjelaskan etiologi dari stroke
18. Mampu menjelaskan klasifikasi dari stroke
19. Mampu menjelaskan manifestasi stroke
20. Mampu menjelaskan faktor risiko dari stroke
21. Mampu menjelaskan patofisiolofi stroke
22. Mampu menjelaskan WOC dari stroke
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai- nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The ReproductionFunction)
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi
dan untuk berlangsungnya hidup masyarakat
4. Fungsi ekonomi (The EconomicFunction)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)
Untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan, antara lain:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap keluarga yang terkena penyakit
Diabetes mellitus yaitu untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, mengkaji sejauh mana keluarga
mengenal tanda dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda gejala dan penyebab.
2) Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang tepat bagi
anggota keluarga yang menderita Diabetes mellitus meliputi cara
mengatasi masalahkesehatan.
3) Memberikan keperawatan bagi anggota keluarga yang menderita
Diabetesmellitus yang meliputi cara perawatan kepada anggota
keluarga yang mengalami masalahkesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan
untuk penderita Diabetes mellitus meliputi memelihara lingkungan
yang menguntungkan bagi anggota keluarga yang mempunyai
masalahkesehatan.
5) Mengunakan fasilitas kesehatan yaitu untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan keluargamenggunakan.
2.1.3 Tipe dan Bentuk Keluarga
1. Tipe keluarga tradisional (Friedman, 2010)
6
1) Keluar gainti
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, anak (kandung atau
angkat).
2) Keluarga besar
Keluarga inti di tambah keluarga yang lain yang mempunyai hubungan
darah seperti kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga “Dyad”
Satu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak).
4) Keluarga “Single Parent”
Rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat).
5) Keluarga ”Singe Adult”
Suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah)
2. Tipe keluarga nontradisional
Tipe keluarga non tradisional yaitu keluarga dengan orang tua yang tidak
pernah menikah.(Friedman, 2010)
2.1.4 Tahap dan Perkembangan Keluarga (Friedman, 2010)
1. Tahap I (beginningfamily)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri yang membentuk keluarga melaalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarganya masing-masing.
2. Tahap II (child bearingfamily)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan(2,5 tahun).
3. Tahap III (families with preschool)
Keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
7
4. Tahap IV (families withchildren)
Keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama berusia 6
tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,awal
dari masa remaja.
5. Tahap V (families withteenager)
Keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak pertama
melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahapini
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih
lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20tahun.
6. Tahap VI (launching centerfamilies)
Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”,
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atauagak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang
masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan
dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
7. Tahap VII (middle agefamilies)
Orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satupasangan.
8. Tahap VIII keluarga usialanjut
Keluarga dalam masa pensiun dan lansia diawali dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan
meninggal
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Struktur keluarga terdiri
atas : (Friedman, 2010)
1. Strukturperan
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
8
individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
2. Struktur nilai
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
3. Struktur pola & proseskomunikasi
Menggambarkan bagaimana cara & pola komunikasi ayah-ibu (orang
tua), orang tua-anak, anak-anak & dengan anggota keluarga lain.
4. Strukturkekuatan
Menggambarkan kemampuan dari anggota keluarga untuk mengendalikan
atau mempengaruhi dalam merubah perilaku keluarga kearah positif yang
mendukung
5. Struktur perankeluarga
Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara
relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang
menempati posisi sosial yang di berikan.
2.1.6 Proses dan Strategi Koping Keluarga
Strategi koping prilaku, kognitif dan emosional keluarga serta individu di
artikan sebagai masalah atau situasi khusus. Perbedaan situasi dan masalah
membutuhkan pemecahan yang berbeda: yaitu respon koping yang berbeda perlu
di terapkan.
1. Strategi koping keluargainternal
Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi
hubungan, kognitif dan komunikasi.
1) Strategi hubungan yaitu mengandalkan kelompok keluarga, kebersamaan
yang lebih besar, fleksibelitasperan.
2) Strategi kognitif adalah Pengendalian makna masalah dengan membingkai
ulang dan penilaian pasif, pemecahan masalah bersama, mendapatkan
informasipengetahuan.
9
3) Strategi komunikasi yaitu terbuka dan jujur, menggunakan humor
dantawa.
2. Strategi koping keluargaeksternal
Strategi koping keluarga eksternal dalam memeliharaan jalinan komunitas
yang aktif dan menggunakan system dukungan social serta strategi spiritual.
2.1.7 Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga
1. Komunikasi keluargadisfungsional
2. Potensial peningkatan menjadi orangtua, perubahan(krisis) menjadi orangtua,
konflik peranorangtua.
3. Perubahan penampilanperan.
4. Gangguan citratubuh.
5. Koping keluarga tidak efektif (menurun, ketidakmampuan), potensial
peningkatan kopingkeluarga.
6. Risiko terhadap tindakkekerasan.
7. Perilaku mencari bantuankesehatan.
8. Gangguan tumbuhkembang.
9. Risiko penularanpenyakit,
2.1.8 Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan KesehatanKeluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga menyelesekan
masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai
berikut :
1. Pendidikan
Dengan diberikan pendidikan kesehatan/ penyuluhan diharapkan keluarga
mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.
2. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai.
3. Pelaksanaan
Perawat yang berkerja dengan klien dan keluarga baik dalam rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
10
langsung.
4. Pengawaskesehatan
Sebagai pengawasan kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka
hubungan perawat dan keluarga harus di bina dengan baik, perawat harus
bersifat terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas harus berkerja sama dengan pelayanan
rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai
tahapkesehatan.
7. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi
gendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Gendala yang
sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan
kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya.
8. Penemukasus
Peran perawat yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan
secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau masalah luar biasa (KLB).
9. Modifikasilingkungan
Perawat juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan
rumah, lingkungan masyarakat dan lingkungan- lingkungan sekitarnya agar
dapat tercipta lingkungan yangsehat.
11
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah terus
menerus diatas normal yaitu pada tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan pada
tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2014).
2.2.2 Etiologi
Penyebab dari hipertensi sendiri dapat di golongkan menjadi dua yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer
menjadi penyumbang kejadian hipertensi terbanyak yaitu sekitat 90%. Disebut
juga hipertensi esensial atau hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya Beberapa etiologi yang menjadi penyebab dari hipertensi primer
adalah:
a) Genetic: seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki risiko lebih
tinggi terkena penyakit ini.
b) Jenis kelamin dan usia: pada laki-laki berusia 35-50 tahun akan lebih berisiko
terkena hipertensi, namun wanita menopause juga memiliki risiko tinggi
hipertensi.
c) Diet: Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,
ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
12
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah
bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
d) Berat badan: seseorang obesitas (Berat badan > 25% diatas ideal) memiliki
risiko tinggi terkena hipertensi.
e) Gaya hidup: kebiasaan merokok berkaitan langsung dengan faktor pemicu
hipertensi, dapat dilihat dari jumlah rokok yang dihisap dalam sehari serta
lama merokok sangat berpengaruh pada tekanan darah. Selain itu kebiasaan
minum minuman beralkohol juga dapat berpartisipasi dalam meningkatkan
tekanan darah yang memicu munculnya hipertensi.
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas, seperti hipertensi
vaskular rena, yang terjadi akibat stenosi arteri renalis dan merupakan penyebab
utama hipertensi sekunder. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan
pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan
tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau
apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal
(Aspiani, 2014). Penyebab lainnya dari hipertensi sekunder menurut Udjianti
yaitu:
a) Penggunaan kontrasepsi hormonal: Obat kontrasepsi yang berisi esterogen
dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated
volume expansion. Dengan penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah
normal kembali secara beberapa bulan.
b) Gangguan endokrin: Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-medited hypertention di
sebabkan kelebihan primer aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada
aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan
hipokaemia.
13
c) Penyempitan pembuluh darah aorta: Merupakan penyempitan aorta
kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau
abdominal. Penyempitan penghambat aliran darah melalui lengkung aorta
dan mengakibatkan peningkatan darah diatas area kontriksi.
d) Kehamilan: Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh memang akan
menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel
endotel rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada pembuluh
darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi darah dan pada akhirnya
memicu tekanan darah tinggi.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Umumnya pada penderita hipertensi gejala yang dapat muncul seperti
nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri
dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Pada hipertensi berat nyeri kepala
terjadi di daerah oksipital kepala terutama terjadi pada pagi hari. Labilitas
tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan
berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan berkemih, riwayat
perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar,
penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat
hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).
Sedangkan menurut Nanda Nic Noc (2016), manifestasi yang dapat
muncul yaitu:
a) Sakit kepala, pusing
b) Lemas keleahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis (mimisan)
h) Kesadaran menurun
14
2.2.4 Patofisiologi
Hipertensi dapat terjadi karena obesitas dan penyakit diabetes mellitus.
Pada diabetes mellitus tubuh tidak dapat mengurai glukosa menjadi
energy, sehingga tubuh memproses glukosa dari senyawa non karbohidrat
yang disebut glukoneogensesis. Proses ini terjadi ketika kadar glukosa
tidak tersedia sehingga tubuh mengubah asam amino atau gliserol menjadi
glukosa – untuk kemudian digunakan sebagai energi bagi tubuh.
Glukoneugenesis terjadi di hati. Akibat proses glukoneogenesis terjadi
peningkatan lemak dalam darah, hal ini juga terjadi pada pasien obesitas.
VLDL dibentuk di dalam hati untuk membawa trigliserida ke seluruh
tubuh yang akan digunakan tubuh untuk energi. Sebagian VLDL yang ada
di pembuluh darah diubah menjadi LDL oleh enzim. Trigliserida yang
dibawa oleh VLDL dan sebagian LDL masuk ke sel endotel arteri dan
teroksidasi yang kemudian membentuk radikal bebas. Radikal bebas inilah
yang akhirnya akan merusak sel endotel.
Perusakan sel endotel menimbulkan reaksi inflamasi dan terbentuk
jeringan parut. Adanya reaksi inflamasi membuat leukosit dan trombosit
tertarik ke area cedera dan menempel. Leukosit tersebut melakukan
migrasi ke interstisial dan melepaskan sitokin proinflamatori yang
merangsang proliferasi pada sel otot polos. Sel otot polos kemudian
tumbuh di tunika intima (selapis sel endotel yang membatasi permukaan
dalam pembuluh). Pada trombosit yang tertarik ke area cedera akan
mengaktifkan pembekuan dan fibrosis yang akhirnya akan membentuk
thrombus atau bekuan darah. Sel otot polos di tunika intima, thrombus,
dan adanya jaringan parut membentuk plak aterosklerosis. Plak ini
membuat lumen vaskuler menyempit sehingga resistensi perifer
meningkat dan terjadilah peningkatan tekanan darah.
Sedangkan pada penyebab hipertensi yang berupa stress emosional
dapat mengaktivasi system saraf simpatis dan mengeluarkan katekolamin
(Katekolamin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk sekelompok
15
hormon yang memiliki gugus katekol yang dikeluarkan oleh kelenjar
adrenal dalam menanggapi stress). Epinefrin dan norepinefrin rilis, pada
epinefrin akan berikatan dengan reseptor beta-1 sedangkan pada
norepinefrin berikatan dengan reseptor alfa-1. Ikatan beta-1 meningkatkan
frekuensi dan kontraktilitas jantung yang tentunya juga meningkatkan
volume sekuncup dan menjadi hipertensi. Pada ikatan alfa-1 akan
menyebabkan vasokontriksi pada otot polos vaskuler dan berakhir sama
seperti ikatan beta-1.
Pada kebiasaan buruk seperti merokok dapat menyebabkan
perubahan dan struktur fungsi pembuluh darah. Pembuluh darah yang
rusak juga berakibat pada disfungsi sel endotel.
Hipertensi juga dapat disebabkan karena adanya penurunan
tekanan darah sistemik yang akan meinmbulkan respon baroreseptor
(mekanisme yang membantu untuk menjaga tekanan darah pada tingkat
hampir konstan). System saraf simpatis teraktivasi karena adanya respon
baroreseptor ini. Dua akibat yang disebakan oleh aktivasi system saraf
simpatis yaitu penngkatan kontraksi, frekuensi jantung dan kontriksi
pembuluh darah. Peningkatan ini membuat resistensi perifer total juga
meningkat dan begitu pula pada tekanan darah yang ikut meningkat.
Akibat kedua karena adanya aktivasi saraf simpatis adalah aliran darah ke
ginjal berkurang yang membuat produksi urin meningkat dan volume
darah meningkat. Volume darah yang meningkat berakibat pada
peningkatan volume diastolic akhir kemudian volume kuncup meningkat
yang tentunya dapat menimbulkan hipertensi. Pasien diet tinggi garam
juga berisiko memiliki hipertensi karena terjadi peningkatan natrium
vaskuler yang membuat cairan tertarik ke vaskuler kemudian volume
darah meningkat dan sama seperti penyebab lainnya yang berakhir
peningkatan volume kuncup.
Akibat respon baroreseptor lainnya adalah pelepasan rennin.
Seperti yang sudah diketahui tugas rennin yaitu mengubah protein
16
angiotensin menjadi angiotensin-1. Angiotensin-1 diubah menjadi
angiotensin-2 oleh ACE. Munculnya angiotensin-2 dapat mempengaruhi
vasokontriksi pembuluh darah kemudian menyebabkan resistensi perifer
meningkat dan membuat peningkatan pada resistensi perifer total. Selain
itu angiontensin-2 yang bersifat sebagai vasokontriktor dapat
menstimulasi pembentukan aldoseteron dari korteks adrenal. Aldosteron
mengurangi eskresi NaCl dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal.
Naikanya konsentrasi NaCl akan diencerkan dengan meningkatkan
volume cairan ekstraseluler dan akhirnya volume darah juga ikut
meningkat.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
c) Darah perifer lengkap
d) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miocard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
a) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b) Pembendungan, lebar paru
c) Hipertrofi parenkim ginjal
d) Hipertrofi vascular ginjal
17
Penatalaksanaan yang dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup
dalam mencegah tekanan darah tinggi. (Aspiani, 2014)
a) Pengaturan diet
1. Rendah garam, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi
garam karena dapat mengurangi stimulasi system renin-
angiotensin. Jumlah asupan natrium perhari yang disarankan
yaitu 50-100 mmol setara dengan 3-6 gr.
2. Diet tinggi kalium, kalium yang diberikan secara intravena
menyebabkan vasodilatasi yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitas pada dinding vascular.
3. Diet kaya buah dan sayur
4. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah jantung koroner
b) Penurunan berat badan
Dengan program penurunan berat badan maka kerja
jantung menjadi lebih ringan begitu pula pada volume sekuncup.
Dengan kerja jantung yang ringan maka dapat mengurangi
tekanan darah dalam tubuh. Penurunan berat badan (1
kg/minggu) sangat dianjurkan. Obat-obatan yang digunakan
dalam program penurunan berat badan perlu menjadi perhatian
khusus sebab obat-obatan tersebut (yang terjual bebas)
mengandung simpatomimetik yang dapat meningkatkan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
c) Olahraga secara teratur
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi
terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d) Mempebaiki gaya hidup
18
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol,
penting untuk mengurangi efek jangka oanjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung.
b. Farmakologis
a) Terapi oksigen
b) Pemantauan hemodinamik
c) Pemantauan jantung
d) Obat obatan :
Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan
TPR.
Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I
menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara
langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung
dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya
meningkatkan pengeluaran natrium
19
2.2.7 WOC
20
21
2.3 Stroke
2.3.1 Definisi
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO), 2014).Stroke merupakan
gangguan fungsi otak yang timbul mendadak karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak yang menimbulkan kehilangan fungsi neurologis secara cepat.Secara patologi stroke
dibdakan menjadi sebagai berikut :
1.) Stroke iskemik
Sekitar 80% - 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi
atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Klasifikasi
stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
a.) Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam
waktu kurang dari 30 menit
b.) Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu
c.) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
d.) Completed Stroke
2.) Stroke hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% - 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahanke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahanintraserebrum
hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular
(Berry), ruptura malformasi arteriovena 11 (MAV), trauma, penyalahgunaan
kokain, amfetamin, perdarahan akibat tumor otak, infark hemoragik, penyakit
perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price & Wilson, 2012).
2.3.2 Etiologi
22
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu
dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
1.) Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang merupakan
penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi secara
tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada
setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2.) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah
atau cabangcabangnya yang merusak sirkulasi serebral (Valante dkk, 2015).
3.) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena
konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak (Valante dkk,
2015).
4.) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan perdarahan dan
hemoragi mengalami penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi
stupor atau tidak responsif.
Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak dalam
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
2.3.3 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi tiga kategori,
antara lain :
1.) Serangan iskemik sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis fokal atau saraf
pusat yang timbul secara mendadak dan menghilang beberapa menit
sampaibeberapa jam. Stroke ini bersifat sementara, namun jika tidak
ditanggulangi akan berakibat pada serangan yang lebih fatal.
23
2.) Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang), yaitu perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana defisit neurologisnya terus
bertambah atau gangguan pada sistem saraf pusat mengalami gangguan.
3.) Stroke lengkap/completed, yaitu gangguan neurlogis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke di mana fungsi sistem saraf menurun
pada saat onset atau serangan lebih berat. Stroke ini dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen jika tidak segera ditanggulangi (Arya, 2011).
24
b.) Rentang perhatian singkat
c.) Tidak bisa berkonsentrasi
d.) Tidak dapat berhitung
5.) Disfungsi kandung kemih
25
1.) Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menimbulkan
penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang selanjutnya akan terjadi
iskemik.
2.) Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragik.
3.) Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak
4.) Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang interstitial
jaringan otak (Smeltzer & Bare, 2013).
26
27
2.3.10 WOC
STROKE
Disfagia Afasia Kelainan Hemipelgi Hemipelgi Nervus Nervus Nervus Nervus Nervus Nervus 5 9 Nervus
visual kanan kanan 34 6 10 11
Mk:
Gangguan Kelemahan fisik Daya Penuru Penurunan Menutup Pandangan Kemampuan Reflek
Komunikasi penciuman lapang kelopak menelan mengunyah
Verbal menurun pandang mata keseimban menurun menurun
daya
penglih fungsi gan tubuh
MK: Mk:
pengecap menurun
Kurangnya Gangguan atan
menurun
perawatan Mobilitas Fisik Perubahan
Kerusakan bentuk Obstruksi
menelan jalan nafas
MK: pupil
Resiko
Tinggi
Cedra Mk:
Bola mata tidak
Bersihan
mengikuti perintah
Jalan
Mk: Nafas
Gangguan Tidak
Persepsi Sensori Efektif
MK: Resiko Gangguan Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan Tubuh
26
BAB 3
Tn.R (70 Th) sebagai kepala keluarga bekerja sebagai buruh. Tn. R mengatakan jarang sakit
namun mempunyai hipertensi sudah dari 10th yang lalu, namun keluarganya dari pihak bapak/ibu tidak
ada yang menderita hipertensi. Tn. R rutin kontrol ke puskesmas setiap 1 bulan sekali untuk cek lab dan
mengambil obat rutin. Tn. R mengatakan khawatir tensinya semakin tinggi. Tn. R mengalami kelemahan
anggota gerak sebelah kanan. Tn. R tinggal bersama anaknya (Ny. A), menantunya (Tn. J), dan cucunya
(An.Z). Ny. A (34 th) tidak mempunyai masalah kesehatan.Tn. J (44 th) tidak mempunyai masalah
kesehatan yang serius, tidak ada masalah istirahat, makan, maupun kebutuhan lain. Tn. J merokok sejak
usia 20 th. An. Z (11 th) tidak mempunyai masalah kesehatan dan sudah diimunisasi lengkap. Jika ada
anggota keluarga yang sakit, salah satu keluarga yang sehat langsung membawa ke puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan.Kondisi rumah Tn.Rmemiliki sirkulasi dan sanitasi udara yang baik, serta
penerangan ruang yang baik. Keluarga mengatakan makanan Tn. R sama dengan anggota keluarga yang
lain dan kurang memahami cara merawat Tn R, selain itu keluarga mengungkapkan ingin bisa merawat
Tn. R dengan cara yg baik dan benar. hasil pemeriksaan TTV Tn. R meliputi; Nadi = 84x/menit, Suhu =
37oC, TD = 140/85 mmHg, RR = 20x/menit, BB = 55 kg, TB = 160 cm.
27
3.2 Asuhan Keperawatan
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi
Saat ini
1. Tn. R Tidak ada Hipertensi Tidak ada
TD :140/85 mmHg
N : 84 x/menit
S : 37 OC
RR : 20 x/menit
2. Ny. A Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3. Tn. J Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4. An. Z Tidak ada Tidak ada Tidak ada
28
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : ✓Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : ✓Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg : ✓Tdk ada konflik nilai Ada Konflik
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Tn. R danTn. J
D. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : ✓Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : ✓Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : ✓Baik Kurang Baik
E. POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping : ✓Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga :Tn. R mengidap dan menderita penyakit hipertensi semenjak tahun 2011 dan ingin
penyakitnya sembuh
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
✓Ya Tidak , Jelaskan :
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya:
✓Ya Tidak, jelaskan
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
✓Ya Tidak, jelaskan :
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan :
✓Ya Tidak, jelaskan :
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :
✓Ya Tidak, jelaskan : ada upaya untuk menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan Tn.
R
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas✓ Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana✓ Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar✓ Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran✓
Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran✓
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif ✓
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif✓
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
30
Kemandirian III Kemandirian IV ✓
31
LAMPIRAN
PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU
Anggota 1 2 3 4 5 Keterangan
Keluarga
Nyeri spesifik: - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Lokasi Tidak Tidak Tidak Tidak integument pada Tn. R
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada Ny. A
Tipe Tidak Tidak Tidak Tidak
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada Tn. J
Durasi Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
ada ada ada ada integument pada An. Z
Intensitas Tidak Tidak Tidak Tidak
ada ada ada ada
Sistem 1 2 3 4 5 Keterangan
integumen:
Cianosis Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
ada ada ada ada integument pada Tn. R
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Akral Dingin Tidak Tidak Tidak Tidak
integument pada Ny. A
ada ada ada ada
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Diaporesis Tidak Tidak Tidak Tidak integument pada Tn. J
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada An. Z
Jaundice Tidak Tidak Tidak Tidak
ada ada ada ada
Sistem 1 2 3 4 5 Keterangan
Pernafasan
Stridor Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem pernafsan
ada ada ada ada pada Tn. R
Wheezing Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
ada ada ada ada integument pada Ny. A
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Ronchi Tidak Tidak Tidak Tidak integument pada Tn. J
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Akumulasi sputum Tidak Tidak Tidak Tidak
32
ada ada ada ada integument pada An. Z
Sistem 1 2 3 4 5 Keterangan
perkemihan:
Disuria Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
ada ada ada ada perkemihan pada Tn. R
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Hematuria Tidak Tidak Tidak Tidak
integument pada Ny. A
ada ada ada ada
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Frekuensi Tidak Tidak Tidak Tidak integument pada Tn. J
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada An. Z
Retensi Tidak Tidak Tidak Tidak
ada ada ada ada
Sistem 1 2 3 4 5 Keterangan
muskuloskeletal
Tonus otot kurang Tidak Tidak Tidak Tidak - Tn. R mengalami kelemahan anggota gerak sebelah
ada ada ada ada kanan
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Paralisis Tidak Tidak Tidak Tidak
integument pada Ny. A
ada ada ada ada
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Hemiparesis Tidak Tidak Tidak Tidak integument pada Tn. J
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada An. Z
ROM kurang Ada Tidak Tidak Tidak
ada ada ada
Sistem 1 2 3 4 5 Keterangan
pencernaan:
Intake cairan Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
kurang ada ada ada ada pencernaan pada Tn. R
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Mual/muntah Tidak Tidak Tidak Tidak
integument pada Ny. A
ada ada ada ada
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Nyeri perut Tidak Tidak Tidak Tidak integument pada Tn. J
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada An. Z
Muntah darah Tidak Tidak Tidak Tidak
ada ada ada ada
33
Sistem 1 2 3 4 5 Keterangan
persyarafan:
Nyeri kepala Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
ada ada ada ada persyarafan pada Tn. R
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Pusing Tidak Tidak Tidak Tidak
integument pada Ny. A
ada ada ada ada
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Tremor Tidak Tidak Tidak Tidak integument pada Tn. J
ada ada ada ada - Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada An. Z
Reflek pupil Tidak Tidak Tidak Tidak
anisokor ada ada ada ada
Riwayat 1 2 3 4 5 Keterangan
pengobatan
Alergi Obat Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak ada alergi obat/jenis obat yang dikonsumsi
ada ada ada ada akhir – akhir ini pada Tn. R
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
Jenis obat yang Tidak Tidak Tidak Tidak
integument pada Ny. A
dikonsumsi ada ada ada ada
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada Tn. J
- Tidak ditemukan adanya gangguan sistem
integument pada An. Z
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 1 2 3 4 5 Keterangan
Laboratorium
GDP/2JPP/acak Tidak Tidak Tidak Tidak Pada keluarga Tn R tidak melakukan pemerik
ada ada ada ada
saan penunjang .
Asam Urat Tidak Tidak Tidak Tidak
ada ada ada ada
34
ANALISA DATA
Do :
- Keluarga tampak bingung dengan penyakit yang
diderita Tn.R
- TD : 140/85 mmHg
- N : 84 x/mnt
- RR : 20 x/mn
Ds : Kode : 00075
- Keluarga Tn. R mengatakan ekstrimitas Domain 9:
kanannya melemah Koping/Toleransi Stress
Class 2 :
- Keluarga mengatakan kurang memahami cara
Respons Koping
merawat Tn. R.
Diagnosa :
Kesiapan meningkatkan koping keluarga
- Keluarga mengatakan makanan Tn”R” sama
dengan keluarga yang lain
Do:
- Keluarga tampak bingung dengan penyakit
yang diderita Tn.R
- TD : 140/85 mmHg
- N : 84 x/mnt
- RR : 20 x/mn
35
1. Sifat masalah 1 2/3 x 1 = 0,6
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2
1
- Krisis/keadaan sejahterah
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2 ½x2=1
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1
0
- Tidak dapat
3. Potensial masalah dapat dicegah 1 2/3 x 1 = 0,6
- Tinggi 3
- Cukup 2
1
- Rendah
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1= 1
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2
1
- Krisis/keadaan sejahterah
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2 ½x2=1
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1
0
- Tidak dapat
3. Potensial masalah dapat dicegah 1 2/3 x 1 = 0,6
- Tinggi 3
- Cukup 2
1
- Rendah
36
4. Menonjolnya masalah 1 1/2 x 1= 0,5
DIAGNOSA
37
RENCANA TINDAKAN
BAB 4
40
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga sebagai suatu kelompok individu di dalam komunitas dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.
Keluarga juga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarganya sehingga individu tidak bisa berdiri sendiri untuk mengusahakantercapainya
tingkat kesehatan yang diinginkan.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang bersifat kronis. Penyakit ini sering
muncul dalam sebuah keluarga sehingga peran keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
penanggulangan masalah kesehatan tersebut. Sebagai perawat keluarga kita dapat membantu
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan hipertensi dan berperan aktif dalam
memandirikan keluarga untuk memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit serta dapat melaksanakan tindakan preventif sehingga status kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan dan dipertahankan tetap maksimal.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan
acuan bagi peneliti selanjutnya dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya
pada pasien riwayat hipertensi, serta sebagai perbandingan dalam mengembangkan kasus
asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama riwayat hipertensi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa,
46(3), 172–178.
Organisation WH. WHO: Stroke, Cerebrovascular accident. Stroke.
doi:http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/index.html.
Kemenkes RI. Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. 2014.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/i nfodatin-
jantung.pdf.
42