Likuifaksi Pasca Gempa Palu Sulawesi Tengah
Likuifaksi Pasca Gempa Palu Sulawesi Tengah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi ini adalah bentuk kekuasaan dari Yang Maha Kuasa. Beragam hal yang
diciptakan-Nya, mulai dari sebutir tanah hingga sebongkah gunung meliputi bumi
ini. Semua adalah nikmat-Nya yang tidak akan pernah terhitung oleh hamba-Nya.
Dan sebagai hamba-Nya kita harus mensyukuri apa yang telah diciptakan untuk
kita. Seperti fiman-Nya dalam surat Ar-Rahman yang disebutkan sebanyak 33 kali
:
فَبِأَيِّ أَالَ ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبًا
Selain diciptakan-Nya nikmat - nikmat Allah juga menunjukkan kebesaran-
Nya dengan berbagai peristiwa alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, angin
beliung, tsunami dan sebagainya. Semua itu untuk menyadarkan kita bahwa Dia-
lah Tuhan Semesta Alam, Dia-lah Yang Maha Besar, Tiada Tuhan selain Ia. Allah
mencoba kita dengan semua itu agar tahu seberapa keimanan kita. Sebagai contoh
adalah kejadian gempa dan tsunami yang sudah tiga pekan ini terjadi di Palu,
Sulawesi Tengah yang memakan cukup banyak korban. Dan diantara peristiwa
tersebut Allah tunjukkan kebesaran-Nya. Bahwa gempa yang berkekuatan 7,7 SR
dapat menghasilkan tsunami yang cukup dahsyat. Allah juga menunjukkan
kebesaran-Nya dengan peristiwa likuifaksi “pencairan tanah” yang terjadi di
kawasan perumahan di daerah Sigi dan Petobo yang menyebabkan semua rumah
dan sesuatu diatanya tertelan oleh tanah. Maka. pada kesempatan kali ini, saya kan
membahas tentang peristiwa likuifaksi yang terjadi di Palu dari penyebab
terjadinya hingga prosesnya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Likuifaksi?
b. Bagaimana proses terjadinya Likuifaksi?
c. Apa penyebab Likuifaksi?
d. Daerah mana saja yang terkena likuifaksi
e. Apa ayat Al - Qur’an yang menjelaskan tentang likuifaksi?
f.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Likuifaksi
Liquefaction atau Likuifaksi adalah fenomena di mana kekuatan dan
kekakuan tanah berkurang dikarenakan gempa atau pergerakan tanah lainnya.
Pencairan tanah atau likuifaksi tanah (bahasa Inggris: soil liquefaction) adalah
fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan
kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa
bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang
padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat.1 Dalam mekanika tanah, istilah
"mencair" pertama kali digunakan oleh Allen Hazen mengacu pada kegagalan
Bendungan Calaveras di California tahun 1918. Ia menjelaskan mekanisme aliran
pencairan tanggul sebagai berikut:
Jika tekanan air dalam pori-pori cukup besar untuk membawa semua beban,
tekanan itu akan berefek membawa partikel-partikel menjauh dan menghasilkan
suatu kondisi yang secara praktis seperti pasir hisap. Pergerakan awal beberapa
bagian material dapat menghasilkan tekanan yang terus bertambah, mulanya pada
satu titik, kemudian pada titik lainnya, secara berurutan, menjadi titik-titik
konsentrasi awal yang mencair.
Hal ini merupakan suatu proses atau kejadian berubahnya sifat tanah dari
keadaan padat menjadi keadaan cair, yang disebabkan oleh beban siklik pada
waktu terjadi gempa sehingga tekanan air pori (porewater) meningkat mendekati
atau melampaui tegangan vertikal. Likuifaksi adalah proses berkurangnya
kekuatan geser tanah akibat beban seismik ketika terjadi gempa bumi.
Likuifaksi adalah fenomena pada masa tanah yang kehilangan sebagian besar
tahanan geser ketika mengalami pembebanan monotonik, siklik, mendadak dan
mengalir menjadi cair sehingga tegangan geser pada masa tanah menjadi rendah
seperti halnya tahanan gesernya (Sladen, et.al., 1985).
Meskipun efek pencairan telah lama dipahami, fenomena ini lebih menarik
perhatian para insinyur setelah gempa bumi Niigata tahun 1964 dan Alaska juga
tahun 1964. Pencairan juga faktor utama kerusakan di Distrik Marina San
1
Daas,Braja M, 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid 1,Erlangga,Jakarta
2
Francisco setelah gempa bumi Loma Prieta tahun 1989 dan di Pelabuhan
Kobe akibat gempa bumi besar Hanshin tahun 1995. Pencairan terakhir yang
mengakibatkan kerusakan besar menimpa perumahan di timur pinggiran kota dan
kota satelit Christchurch, Selandia Baru setelah gempa bumi Canterbury tahun
2010 dan lebih luas lagi setelah gempa Christchurch susulan
pada awal dan pertengahan 2011.
Peraturan bangunan di sejumlah negara mewajibkan para insinyur untuk
mempertimbangkan efek pencairan tanah dalam desain bangunan dan
infrastruktur baru seperti jembatan, bendungan, dan dinding penahan.
3
lainnya. Berat partikel tanah yang saling melapisi menghasilkan kekuatan kontak
antara partikel, kekuatan ini menahan partikel individu di tempatnya dan
merupakan sumber perkuatan dari tanah. Panjang panah mewakili ukuran
kekuatan kontak antara individu butir tanah. Kekuatan kontak menjadi besar
ketika tekanan air pori rendah.
2
Widodo,Pawirodikromo,2012, Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan,Pustaka Pelajar,Yogyakrta.
4
zona bertekanan rendah (biasanya ke atas menuju permukaan tanah). Tapi,
jika pembebanan berlangsung cepat dan cukup besar, atau diulangi berkali-kali
(contoh getaran gempa bumi dan gelombang badai), air tidak mengalir keluar
sesuai waktunya sebelum siklus pembebanan berikutnya terjadi, tekanan air dapat
bertambah melebihi tekanan kontak antara butir-butir tanah yang menjaga mereka
tetap saling bersentuhan satu sama lain. Kontak antara butir-butir ini merupakan
media pemindahan berat bangunan dan lapisan tanah di atas dari permukaan tanah
ke lapisan tanah atau batuan pada lapisan yang lebih dalam. Hilangnya struktur
tanah menyebabkan tanah kehilangan semua kekuatannya (kemampuan untuk
memindahkan tegangan geser) dan fenomena ini terlihat seperti mengalir
menyerupai cairan (maka disebut 'pencairan').3
Menurut Towhata (2008) likuifaksi terjadi pada tanah yang berpasir lepas
(tidak padat) dan jenuh air. Seiring naiknya tekanan air yang diakibatkan oleh
guncangan gempa, maka tegangan efektif menjadi berkurang. Kekuatan geser
pasir menurun dengan (tegangan efektif) . Dengan begitu tanah berpasir menjadi
melunak (mencair). Pada kasus yang ekstrim, tegangan efektif menjadi nol.
Tegangan efektif adalah ketika terjadi adanya gaya kontak antar butiran pasir.
Tegangan efektif nol menyatakan tidak adanya gaya kontak tersebut. Sehingga
butiran pasir benar-benar mengapung bebas dalam air. Sehingga pasirpun menjadi
seperti mencair. Oleh karenanya, ketika hal itu terjadi maka tanah tersebut tidak
mampu menoppang beban diatasnya dan menyebabkan amblasnya bangunan,
miring ataupun longsor.
5
“Maka Kami benamkan dia (Qorun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka
tidak ada baginya satu golonganpun yang akan menolongnya selain Allah dan
dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.”
Jadi, fenomena sejenis likuifaksi ini pernah terjadi dalam sejarah umat manusia.
Dan Allah., menyebut itu sebagai azab untuk seorang bernama Qorun. Orang kaya
sombong ini Allah tenggelamkan dalam tanah beserta seluruh kekayaan yang ia
miliki.
Dari ayat Al - Qur’an diatas dapat disimpulkan bahwa Allah telah mengatur
apa yang terjadi di muka bumi dan alam semesta. Jika hamba-Nya bersikap baik,
maka akan ditambahkan-Nya nikmat dan pahala. Apabila hamba-Nya berbuat
maksiat, niscaya akan diturunkan-Nya azab bagi mereka. Begitu pula pada
peristiwa yang terjadi di Palu. Allah menurunkan azab-Nya bagi orang - orang
yang tetap tidak mau menyembah-Nya dan tidak mau beribadat kepada-Nya.
Maka Allah guncangkanlah tanah yang meliputi kota itu. Akan tetapi merreka
tetap berbuat maksiat, sehingga Allah-pun menaikkan air laut dan terjadilah
tsunami.
Walaupun para ahli dan ilmuan geofiika dari berbagai negara menganggap
peristiwa itu tidak dapat terjadi karena kekuatan gempa hanya 7,7 SR. Akan tetapi
Allah mampu membuat apa yang telah dikehandaki-Nya. Karena Dia-lah Yang
Maha Besar dan Yang Maha Kuat. Maka dari itu, kita sebagai umat muslim harus
senantiasa beribadat dan menjalankan perintah-Nya. Agar kita selalu mendapat
rahmat dan hidayah-Nya. Amin.
F.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat, dapat kami simpulkan bahwa likuifaksi
adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan
kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa
bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang
padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat. Dan sebab terjadinya adalah
karena ketika struktur pasir jenuh yang longgar rusak karena pergerakan tanah.
Sebagaimana struktur rusak, individu partikel yang longgar berusaha untuk
pindah ke konfigurasi yang padat. Dalam gempa bumi, bagaimanapun tidak ada
cukup waktu untuk air di pori-pori tanah untuk dapat diperas / dikeluarkan dari
tanah. Sebaliknya air "terjebak" dan mencegah partikel tanah untuk bergerak lebih
dekat satu sama lain. Hal ini disertai dengan peningkatan tekanan air yang
mengurangi kekuatan kontak antara individu partikel tanah , sehingga terjadi
pelunakan dan melemahnya deposit tanah. Tempat terjadi fenomena ini paling
sering diamati pada tanah berpasir yang jenuh dan longgar (kepadatan rendah atau
tidak padat). Ini karena pasir yang longgar memiliki kecenderungan untuk
memampat ketika diberikan beban; sebaliknya pasir padat cenderung meluas
dalam volume atau melebar. Jika tanah jenuh dengan air, suatu kondisi yang
sering terjadi ketika tanah berada di bawah permukaan air tanah atau permukaan
laut, maka air mengisi kesenjangan di antara butir-butir tanah ("ruang pori").
Akan tetapi, sabagai umat muslim kita harus ingat bahwa semua peristiwa itu
datangnya dari Allah swt. Karena hanya Dia-lah yang Yang Maha Besar lagi
Maha Perkasa.
Sebagaimana firman Allah pada QS. Al-Qashas ayat 81-82 yang berbunyi :
ِ َصرُونَهُ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْنت
َص ِرين َ َْار ِه اأْل َر
ُ ض فَ َما َكانَ لَهُ ِم ْن فِئَ ٍة يَ ْن ِ فَخَ َس ْفنَا بِ ِه َوبِد
“Maka Kami benamkan dia (Qorun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka
tidak ada baginya satu golonganpun yang akan menolongnya selain Allah dan
dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.”
7
Semoga dengan adanya peristiwa ini dapat membuat kita semakin taat
kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
8
DAFTAR PUSTAKA