ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian selenium pada
ramsum ayam petelur terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik. Penelitian ini
bersifat eksperimental menggunakan RAL dengan 5 perlakuan konsentrasi selenium
( kontrol, kontrol + selplex, kontrol + 0,5% ampas kelapa fermentasi 7 hari, kontrol + 0,5%
ampas kelapa sodium selenite 6g fermentasi 7 hari, kontrol + 0,5% ampas kelapa sodium
selenite 12g fermentasi 7 hari ) dan tiga ulangan. Analisis regresi menunjukan bahwa
penggunaan 0,5% ampas kelapa yang difermentasi selama 7 hari ditambah 0,2% dan 0,4%
selenium dalam ransum tidak mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering dan bahan
organik dari ayam petelur.
Kata Kunci : Ampas kelapa, Ayam petelur, Bahan Kering, Bahan Organik, Fermentasi,
Kecernaan, Selenium.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of selenium administration on laying chicken rams
on the digestibility of dry matter and organic matter. This research is experimental using
RAL with 5 selenium concentration treatments (control, control + selplex, control + 0.5%
fermented coconut pulp 7 days, control + 0.5% sodium selenite coconut pulp 6g
fermentation 7 days, control + 0.5 % coconut pulp sodium selenite 12g fermentation 7
days) and three replications. Regression analysis showed that the use of 0.5% fermented
coconut pulp for 7 days plus 0.2% and 0.4% selenium in the ration did not affect the
digestibility of dry matter and organic matter from laying hens.
Keywords: Coconut pulp, laying hens. Dry Ingredients, Organic Ingredients, Fermentation.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada kandang percobaan Fakultas Peternakan dan
Perikanan Universitas Tadulako yang bertempat di Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan
Tanambulava, Kabupaten Sigi, dan Penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu.
Materi penelitian terdiri atas 15 ekor ternak yang berumur 6 bulan dan dipelihara
selama 8 minggu. Kandang yang digunakan adalah kandang battery sebanyak 18 petak.
Setiap petak masing-masing berisi 1 ternak. Setiap petak dilengkapi satu buah tempat
ransum dan satu buah tempat minum. Timbangan yang digunakan adalah timbangan
analitik kapasitas 5000g dengan skala ketelitian 1g yang digunakan untuk minimbang
NO Bahan Jumlah %
1 Jagung 51,60
2 Kedelai 18,50
3 Dedak Padi 15,00
4 Tepung Ikan 8,00
5 DCP 6,30
6 Premix 0,20
7 Lysin 0,10
8 Metionin 0,10
9 Garam 0,20
Total 100
R1 = Kontrol
R2 = Kontrol + Selplex
KcBK = ( Konsumsi BK ( g ) ) – ¿ ¿
Keterangan :
BK = Bahan Kering
KBK = Konsumsi Bahan Kering
KcBK = Kecernaan Bahan Kering
2. Kecernaan Bahan Organik
a. Konsumsi bahan organik (ekor/hari), dihitung dengan melihat konsumsi ransum dikali
dengan bahan organik pada ransum seperti pada rumus sebagai berikut :
KBO = Konsumsi ransum x BO ransum
b. Kecernaan bahan organik (%), dihitung dengan melihat konsumsi bahan organik
dikurangi bahan organik pada eskreta lalu dibagi konsumsi bahan organik dan dikali
100% seperti pada rumus sebagai berikut :
Keterangan :
BO = Bahan Organik
KBO = Konsumsi Bahan Organik
KcBO = Kecernaan Bahan Organik
Data yang dikumpulkan dari semua peubah yang diamati dihitung dengan
menggunakan analisis ragam menurut petunjuk (Steel dan Torrie 1993) sesuai rancangan
yang digunakan. Adapun model matematikanya sebagai berikut :
Yij = µ + αi + €ij
Keterangan :
Yij = nilai perbandingan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = rata-rata umum pengamatan
αi = pengamatan perlakuan ke-i
4.1 Hasil
Data rataan dan perhitungan analisis keragaman kecernaan bahan kering da bahan
organik ransum ayam petelur yang ditambahkan fermentasi ampas kelapa dan selenium
disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
abel 4.1 Rataan Nilai Kecernaan ransum (%)
Perlakuan
Parameter
R1 R2 R3 R4 R5
Kecernaan bahan kering 86, 84,0
Kecernaan bahan organik 86 86,11 84,62 86,12 5
85, 78,1
46 83,63 82,71 83,46 3
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kecernaan Bahan Kering
Hasil analisis ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa penggunaan ampas
kelapa fermentasi yang mengandung selenium dalam ransum memberikan pengaruh tidak
nyata (P>0,05) terhadap tingkat kecernaan bahan kering. Hal ini disebabkan karena
selenium tidak berpengaruh langsung terhadap kecernaan bahan kering, selenium lebih
berperan sebagai antioksidan (daya tahan tubuh) sesuai dengan pernyataan (Surai, 2006)
yang melaporkan bahwa selenium berperan dalam pertahanan antioksidan dan merupakan
bagian penting dari GSH-Px, serta ketersediaan selenium merupakan kunci efektif sintesis
GSH-Px. Selenium mengindikasikan peranannya dalam enzim GSH-Px yang melindungi
membran sel dari kerusakan akibat peroksida lipid dan mengurangi efek negatif dari stres
oksidatif yang disebabkan oleh heat stress (Sahin dan Kucuk, 2003). Selenium dianggap
residu selenocysteine dalam sintesis protein untuk menghasilkan enzim antioksidan seperti
glutation peroksidase (GPX), thioredoxin reduktase, dan selenoprotein P. Enzim glutation
peroksidase yang dijumpai pada selenium membantu mencegah kerusakan sel yang
disebabkan oleh radikal bebas. Selenium dianggap residu selenocysteine dalam sintesis
protein untuk menghasilkan enzim antioksidan seperti glutation peroksidase (GPX),
thioredoxin reduktase, dan selenoprotein P. Enzim glutation peroksidase yang dijumpai
pada selenium membantu mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas
(Lloyd dan Robson, 1989) dan (Yamashita dkk, 2010).
Ransum perlakuan menghasilkan rataan kecernaan bahan kering yang tertinggi
dicapai oleh ternak yang diberi ransum kontrol tanpa perlakuan apapun (R1), kemudian
diikuti oleh ransum kontrol yang ditambah ampas kelapa fermentasi selenium 0,2% (R4),
ransum kontrol dengan penambahan selplex 0,5% (R2), ransum kontrol tambah ampas
kelapa fermentasi non selenium (R3) dan ransum kontrol dengan penambahan ampas
kelapa fermentasi selenium 0,4% (R5).
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan ampas kelapa fermentasi yang
mengandung selenium dalam ransum memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap
nilai kecernaan bahan kering dengan ransum tanpa perlakuan. Bahan ransum dengan
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA