Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Hukum Digital diIndonesia

Disusun oleh :

Muhammad alpuan_20.11.022582

Tema: Hukum

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ADMINISTRASI NEGARA


Bab I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Peranan hukum di dalam masyarakat khususnya dalam menghadapi perubahan


masyarakat perlu dikaji dalam rangka mendorong terjadinya perubahan sosial. Pengaruh
peranan hukum ini bisa bersifat langsung dan tidak langsung atau signifikan atau tidak.
Hukum memiliki pengaruh yang tidak langsung dalam mendorong munculnya perubahan
sosial pada pembentukan lembaga kemasyarakatan tertentu yang berpengaruh langsung
terhadap masyarakat. Di sisi lain, hukum membentuk atau mengubah institusi pokok atau
lembaga kemasyarakatan yang penting, maka terjadi pengaruh langsung, yang kemudian
sering disebut hukum digunakan sebagai alat untuk mengubah perilaku masyarakat. 
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum
Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana,
berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa
lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda
(Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan,
kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang
merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah Nusantara.
b. Rumusan Masalah
1. Pengertian hukum digital
2. Aspek – Aspek didalam Hukum Digital
3. Undang – Undang yang mengatur Hukum Digital

c. Tujuan Makalah
1. Mengerti pengertian Hukum Digital
2. Mengetahui aspek – aspek didalam Hukum Digital
3. Mengerti Undang-Undang yang mengatur Hukum Digital
Bab II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Digital

Hukum Digital adalah platform legal service, dimana kami bertindak sebagai penghubung
antara penyedia jasa legal seperti pengacara, notaris, konsultan hki, serta beberapa pakar ahli
hukum,Dengan pemakai jasa legal (masyarakat luas). Banyaknya kendala serta susahnya
penegakan hukum diindonesia serta ribetnya pengurusan legalitas yang manjadi alasan utama
bagi hukum digital hadir. Mulai dari susahnya masyarakat yang kurang mampu untuk
mendapatkan keadilan yang semestinya karena mahalnya biaya untuk jasa pengacara nah
disini kami mnyediakan layanan untk masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan
bantuan jasa pengcara secara Gratis, khusus bagi yang kurang mampu. Serta konsultasi
hukum secara gratis dengan pakar ahli hukum yang sudah profesional. Kami juga mnyediakan
layanan bagi para pengusaha UMKM untuk legalitas perusahaan mereka mulai dari
pembuatan badan perusahaan (CV dan PT). Pendaftaran Merek,Hak cipta dan Paten, serta
Pembuatan Mou kontrak. Sesuai pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Negara indonesia adalah negara
hukum. Jadi dengan hukum digital kami akan membantu msyarakt mendapatkan keadilan
yang semestinya. Tak ada lagi istilah Hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. semuanya dapat
diakses dalam genggaman anda. Dengan Hukum Digital, anda seperti memiliki penasehat
hukum pribadi, kapan saja dan dimana saja.

2. Aspek – Aspek didalam Hukum Digital

a. Aspek hak cipta

Adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan
hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan
“hak untuk menyalin suatu ciptaan”. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak
tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula,
hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.

b. Aspek merek dagang

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya
c. Aspek fitnah dan pencemaran nama baik
Fitnah atau pencemaran nama baik tidak hanya terjadi pada dunia nyata tetapi juga
terjadi pada dunia cyber.Mencemarkan nama baik dan membuat fitnah atau kabar atau
berita atau informasi dalam dunia maya yang tidak sesuai dengan fakta maka akan
menimbulkan suatu masalah dalam dunia nyata.Hal itu akan terjadi jika para
penjelajah internet melakukan kesalahan tersebut maka akan ada Undang-undang
cybercrime yang akan menjerat penjelajah internet untuk di meja hijaukan dan dapat
dipidanakan jika memungkinkan sesuai bukti yang ada dan dapat dikenakan hukum
perdata.
d. Aspek privasi
Aspek privasi merupakan usaha untuk menjaga informasi dari orang yang tidak berhak
mengakses. privasi lebih ke arah data-data yang sifatnya privat.
TIK yang dapat menghantarkan dunia yang tidak bisa diatasi oleh ruang dan waktu
dapat menimbulkan masalah bagi privasi seseorang atau lembaga. adapun aspek
privasi dalam TIK sebagai berikut.
e. Aspek yurisdiksi dalam ruang siber
Dalam ruang siber pelaku pelanggaran sering kali menjadi sulit dijerat karena hukum
dan pengadilan Indonesia tidak memiliki yurisdiksi terhadap pelaku dan perbuatan
hukum yang terjadi, mengingat pelanggaran hukum bersifat transnasional tetapi
akibatnya justru memiliki implikasi hukum di Indonesia. Menurut Darrel Menthe,
dalam hukum internasional, dikenal tiga jenis yuridikasi, yaitu:
1. Yurisdiksi untuk menetapkan undang-undang (the jurisdiction to prescribe)
2. Yurisdiksi untuk penegakan hukum (the jurisdiction to enforce), dan
3. Yurisdiksi untuk menuntut (the jurisdiction to adjudicate)

f. Aspek Hukum Aplikasi Internet


Aplikasi internet sendiri sesungguhnya memiliki aspek hukum. Aspek tersebut
meliputi aspek hak cipta, aspek merek dagang, aspek fitnah dan pencemaran nama
baik, aspek privasi
3. Hukum kriminalisasi cybercrime yang ada dalam UU ITE

1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Internet & Transaksi Elektronik (ITE) Undang-undang ini, yang telah
disahkan dan diundangkan pada tanggal 21 April 2008, walaupun sampai dengan
hari ini belum ada sebuah PP yang mengatur mengenai teknis pelaksanaannya,
namun diharapkan dapat menjadi sebuah undang-undang cyber atau cyberlaw guna
menjerat pelaku-pelaku cybercrime yang tidak bertanggungjawab dan menjadi
sebuah payung hukum bagi masyarakat pengguna teknologi informasi guna
mencapai sebuah kepastian hukum.

a. Pasal 27 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan. Ancaman pidana pasal 45(1) KUHP. Pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah). Diatur pula dalam KUHP pasal 282 mengenai kejahatan terhadap
kesusilaan.

b. Pasal 28 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik.

c. Pasal 29 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi
ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditunjukkan secara pribadi (Cyber
Stalking). Ancaman pidana pasal 45 (3) Setiap orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).

d. Pasal 30 UU ITE tahun 2008 ayat 3: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum mengakses computer dan/atau sistem elektronik dengan cara
apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem
pengaman (cracking, hacking, illegal access). Ancaman pidana pasal 46 ayat 3
setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 3
dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) dan/atau denda paling
banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

e. Pasal 33 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya sistem
elektronik dan/atau mengakibatkan sistem elektronik menjadi tidak bekerja
sebagaimana mestinya.

f. Pasal 34 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan,
mengimpor, mendistribusikan, menyediakan atau memiliki.

g. Pasal 35 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan,
pengrusakan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dengan tujuan agar
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik tersebut seolah-olah data yang
otentik (Phising = penipuan situs).
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Hukum adalah sekumpulan peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang
bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai sanksi bagi pelanggarnya yang bertujuan
untuk mengatur ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat. Untuk mencapai ketentraman
dan ketertiban dalam masyarakat dibutuhkan sikap masyarakat yang sadar hokum. Selain
masyarakat pemerintahpun juga harus sadar hokum. Maka tercapailah ketentraman dan
ketertiban itu. Untuk mengantisipasi berbagai pelanggaran hokum yang terjadi maka di
Indonesia telah ada berbagai macam Pengadilan. Dari yang mengadili masyarakat sampai
dengan pemerintah dan para pejaba
Yang dimaksud Peradilan Agama adalah pengadilan agama Islam. Pengadilan Agama
terdapat di setiap ibu kota Kabupaten. Pengadilan TInggi Agama berkedudukan di setiap ibu
kota Propinsi. Susunan Pengadilan Agama terdiri dari Pimpinan, Hakim, Hakim Anggota,
Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita. Sedangkan susunan PENGADILAN Tinggi Agama terdiri
dari Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris. Tugas dan wewenang Pengadilan
Agama adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha Negara. Sengketa tata usaha negara
adalah sengketa yang timbul dalam tata usaha negara antara orang /badan hukum perdata
dengan badan / pejabat tata usaha negara baik di pusat maupun daerah. Dan yang dimaksud
dengan tata usaha
B.   Saran-Saran.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu bahan untuk dapat
menambah pengetahuan dalam hal ini system hokum dan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia.
Dan juga penulis mengharapkan adanya sumbangsih kritik dan saran yang bersifat
membangun guna penyesunan makalah berikutnya yang lebih sempurna lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Septina Damayanti, SPd. dan Siti Nurjanah, SPd.  Kreatif, Jawa Tengah  Viva Pakarindo
Abdulkarim Aim, Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas X SMA, Bandung :  Grafindo
Media Pratama, 2006
 http://www.sanancity.co.cc/2010/06/tugas-pkn-sistem-hukum-dan-peradilan.html

Anda mungkin juga menyukai