Anda di halaman 1dari 26

Nama : Wiwin Yuma Indria

Jur/Off : AP / C7
Mata Kuliah : Metodelogi Penelitian Kualitatif

METODELOGI PEELITIAN KUALITATIF :


AKTUALISASI METODOLOGIS KE ARAH RAGAM VARIAN
KONTEMPOTER

Oleh :
Burhan Bungin (Ed.)

BAB I
TERORI SOSIAL DAN FENOMENA REALITAS SOSIAL

Realitas Sosial dan Kontruksi Sosial

Manusia memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas control struktur


dan pranata sosialnya di mana individu berasal. Individu manusia dipandang
sebagai pencipta realitas social yang relative bebas di dalam dunia sosialnya.
Ritzer (1992:5) menjelaskan bahwa ide dasar semua teori dalam paradigma
definisi social sebenarnya berpandangan bahwa manusia adalah aktor yang kreatif
dari realitas sosialnya. Artinya, tidak semua tindakan manusia ditentukan oleh
norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya, yang kesemuanya itu tercakup dalam
fakta sosial, yaitu tindakan yang menggambarkan struktur dan pranata sosial.
Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikontruksi berdasarkan
kehendaknya.

Realitas dunia sosial berdiri sendiri diluar individu, dan memiliki kesan
bahwa realitas itu “ada” dalam diri sendiri dan hokum mengetahuinya. Realitas
adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan kontruksi sosial terhadap
dunia sosial sekelilingnya. Max weber melihat realitas social sebagai perilaku
social yang memiliki makna subjektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan
motivasi. Durkheim mengatakan bahwa fakta social terdiri dari dua macam, yaitu
fakta sosial yang berbentuk material dan nonmaterial. Fakta social material yaitu
hal-hal atau benda yang dapat diungkapkan secara indrawi, berupa benda di alam
nyata. Sedangkan fakta social nonmaterial yaitu fakta yang tak tampak namun
nyata di dunia intersubjektif masyarakat, seperti opini, egoisme, dan altruisme
(Ritzer, 1992:17).

Pada kenyataannya, realitas social tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran


individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. realitas social itu memiliki
makna. Jadi, individu mengontruksikan realitas dalam dunia realitas, serta
memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi
sosialnya. Berger dak Luckmann (1990:61) menjelaskan institusi masyarakat
tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia.
pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam
makna simbolik yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh,
yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk social serta memberi
makna pada berbagai bidang kehidupan.

Realitas social dikontruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan


internalisasi. Kontruksi social tidak berlangsung di ruang hampa, namun sarat
dengan kepentingan-kepentingan. Gagasan kontruksi sosial selalu koreksi oleh
gagasan dekonstruksi yang melakukan interpretasi terhadap teks, wawancara, dan
pengetahuan masyarakat. Dalam dekontruksi, kepentingan tertentu selalu
mengarahkan kepada pemilihan metode penafsiran. Kontruksi sosial sangat terkait
dengan kesadaran manusia terhadap realitas sosial. Karena itu, kesadaran adalah
bagian yang paling pentingdalam kontruksi sosial.

Teori Sosial Mikro

Penggolongan toeri-teori social yang banyak dipakai orang saat ini adalah
memasukkannya ke dalam paradigm-paradigma. Contohnya dimasukkan dalam
paradigm fakta social, paradigm defisi social, dan paradigm perilaku sosial. Teori-
teori mikro sebagian tergolong pada paradigm definisi sosial, yang tertarik pada
bagaimana pelaku mendefinisikan situasi-situasi kemasyarakatan dan bagaimana
pula definisi ini kemudian membawa efek pada aksi dan interaksi. Dalam
paradigm ini tergolong teori-teori mikro seperti teori aksi, interaksionisme
simbolik, etnometodologi, dan teori-teori yang didasari oleh filsafat fenomenologi
maupun eksistensialisme. Tujuan utama ilmu-ilmu sosial dalam berteori adalah
berupaya mengidentifikasi dan menganalisis realitas sosial.

Mikro dapat diartikan sebagai mikroskopid yang merupakan satu ujung


dalam sinambungan (kontinum) mikrokopis-mikrokopis. Dasar pemikiran teori-
teori sosial mikro adalah penelkanan pada tindakan (aksi) oleh pelaku yang
relative bebas dalam mengekspresikan kehendaknya. Teori-teori sosial mikro juga
amat memperhatikan proses-proses mental, sehingga dapat juga dikatakan bersifat
mentalistik. Secara umum dapat dikatan bahwa ancangan mikro dalam teori-teori
sosial merupakan awal yang baik dalam melakukan kegiatan ilmiah
sesungguhnya, karena kita dapat berhati-hati dahulu dengan rinci-rinci factual
yang sesungguhnya.

Fenomena CQ Realitas Sosial Sebagai Objek Kajian Ilmu (Sains) Sosial

Dalam kajian-kajian ilmiah, orang-orang bekerja atas dasar konsep.


Konsep adalah suatu paramenter, yaitu suatu variabel yang mendefinisikan secara
arbitrer substansi suatu fenomena yang hendak dimaksudkan sebagai objek kajian.
Disini, dalam oktivitas keilmuan, orang harus bekerja terlebih dahulu
mengkonsepkan objek-objek itu lewat proses reduksi dan proses penegasan secara
definitif mengenai objek-objek kajiannya. Setiap konsep yang berhasil disiapkan
pada setiap awal kegiatan adalah sebagai suatu realitas. Realitas adalah sebuah
kata yang berasal dari kata latin res yang berarti benda, yang kemudian menjadi
kata realis yang berarti sesuatu yang membenda, aktual/ mempunyai wujud.

Kata realitas ini acapkali memang sering digunakan secara bergantian


dengan kata fakta dan bahkan juga dengan kata fenomena, tanpa ada niatan untuk
terlalu memperbedakan. Fakta yang berasal dari bahasa latin farace yang berarti
membuat atau berbuat sesuatu dalam wacana modern, dengan memperhatikan
kata asalnya itu, dapatlah diartikan semua hasil perbuatan atau buatan manusia.
karena konsep dan realitas yang secara bergantian sebenarnya tidaklah terlalu
mengundang keberatan.

Fenomena berasal dari kata Yunani phainomena (yang berakar kata


phanein dan berarti menampak) sering digunakan untuk merijuk ke semua objek
yang masih dianggap eksternal dan secara paradikmatik harus disebut objektif.
Fenomena adalah gejala dalam situasi alaminya yang kompleks, yang hanya
mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia. Realitas sosial sebagai
objek kajian ilmu-ilmu sosial itu dapat dibedakan menjadi dua, yakni realitas
sebagai empiric dan realitas simbolik. Perbedaan realitas sosial seperti itu
memang diperlukan guna memungkinkan dilaksanakannya kegiatan operasional
penelitian yang lebih sahih, dalam arti relevan. Berikut konsekuensi atau aliran
dalam metodologinya

A. Aliran Empirisme, aliran empirisme ini disebut klasik karena perspektif,


dan cara pendekatan serta metodologi aliran ini dianalogikan dari
perspektif dan cara pendekatan serta metodologi saintifik yang semula
terpakai untuk mengkaji struktur dan fungsi. Kajian tentang realitas sosial
dengan pendekatan dan metodelogi klasik ini jelas akan muncul sebagai
kajian-kajian yang umumnya bisa bersifat kuantitatif, dengan data yang
amat banyak untuk direduksi ke dalam simpulan-simpulan yang mampu
menggambarkan suatu realitas sosial pada umumnya.

B. Aliran simbolisme, mendefinisikan realitas sosial sebagai makna-makna.


Menurut pahm ini, objek-objek kajian sosial sebenarnya bukanlah apa
yang sebatas penampakannya si alam indrawi. Menurut aliran ini,
mengkaji setiap institusi sosial sebagai suatu realitas sosial tidaklah akan
cukup berhasil apabila dilakukan hanya dengan mempelajari data tentang
perilaku atau pola perilakau sosial yang boleh dianggap sebagai
manifestasi realitas yang sesungguhnya.
BAB I

No Pertanyaan Jawaban

1 Jelaskan bentuk faktor sosial Durkheim mengatakan bahwa


menurut Durkheim ! fakta social terdiri dari dua
macam, yaitu fakta sosial yang
berbentuk material dan
nonmaterial. Fakta social
material yaitu hal-hal atau benda
yang dapat diungkapkan secara
indrawi, berupa benda di alam
nyata. Sedangkan fakta social
nonmaterial yaitu fakta yang tak
tampak namun nyata di dunia
intersubjektif masyarakat,
seperti opini, egoisme, dan
altruisme
2 Apa yang dimaksud dengan Fenomena adalah gejala dalam
fenomena ? situasi alaminya yang kompleks,
yang hanya mungkin menjadi
bagian dari alam kesadaran
manusia.
3 Sebutkan macam-mavcam Realitas sosial sebagai objek
realitas sosial ! kajian ilmu-ilmu sosial itu dapat
dibedakan menjadi dua, yakni
realitas sebagai empiric dan
realitas simbolik.
4 Apa perbedaan dari aliran Pendekatan serta metodologi
empirisme dan aliran aliran empirisme dianalogikan
simbolisme ? dari perspektif dan cara
pendekatan serta metodologi
saintifik yang semula terpakai
untuk mengkaji struktur dan
fungsi. Sedangkan, aliran
simbolisme mendefinisikan
realitas sosial sebagai makna-
makna.
GLOSARIUM
1 Paradigma Model utama, pola atau mode (untuk
meraih beberapa jenis tujuan)
2 Intersubjektif Nilai yang terjadi jika sebuah subjek
berpotongan dengan subjek lain dalam
mengamati objek
3 Egoisme Motivasi untuk mempertahankan dan
meningkatkan pandangan yang hanya
menguntungkan diri sendiri
4 Altruisme Perhatian terhadap kesejahteraan orang
lain tanpa memperhatikan diri sendiri.

BAB II
VARIAN DAN DESAIN PENELITIAN SOSIAL

Varian-Varian Kontemporer Penelitian Sosial

Semenjak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua


mazhab penelitian sosial, yaitu mazhab penelitian sosial yang menggunakan
pendekatan kuantitatif, serta mazhab penelitian sosial yang menggunakan
pendekatan kualitatif. Munculnya dua mazhab pendekatan penelitian tersebut
merupakan konsekuensi metodologis dari perbedaan asumsi masing-masing
tentang hakikat realitas sosial dan hakikat manusia itu sendiri. Pendekatan
penelitian kuantitatif lahir dan berkembang biak dari tradisi ilmu-ilmu sosial
Perancis dan Inggris yang kental dipengaruhi oleh tradisi ilmu-ilmu kealaman.
Sedangkan pendekatan kualitatif, lahir dan berkembang biak dari tradisi ilmu-ilmu
Jerman yang sangat erat diwarnai pemikiran filsafat ala Platonik sebagaimana
yang kental tercermin pada pemikiran Kant maupun Hegel.

Dalam tradisi pemikiran positivism, manusia dipandang sebgai makhluk


jasmaniah biasa, yang sehari-hari berperilaku bergantung pada stimulus yang
menerpa dirinya dan/atau bergantung pada tuntutan organismic yang secara
alamiah tersimpan dalam diri manusia itu sendiri. Suatu fenomena sosial
dipandang sebagai akibat atau fungsi dari bekerjanya faktor organismic dan/atau
struktur sosial itu sendiri. Dari situ lahir tradisi penelitian yang berupaya
mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor apa saja atau variabel-variabel apa
saja yang mempengaruhi atau menyebabkan suatu fenomena. Format penelitian
yang dianggap paling handak adalah eksperimen. Sebab, melalui format
eksperimen bisa secara sistematik dan terkendali melakukan manipulasi terhadap
faktor atau variabel sehingga dapat tercapai tingkat validitas enternal yang tinggi.
Format survey, memanipulasi dan pengendalian variabel secara eksperimental
tidak dimungkinkan, karea ia bersifar expost facto, ia hanya mengandalkan
pengendalian secara statistical, dengan memanfaatkan teknis analisis statistic
inferensial.

Sedangkan pada tradisi ilmu sosial interpretivisme, manusia lebih dikenal


sebagai makluk rohaniah. Dalam pandangan ini, manusia selaku makhluk-
makhluk sosial, sehari-hari bukanlah berperilaku namun bertindak. Sebab, istilah
perilaku bersifat otomatis, padahal, tingkah laku sosial manusia senantiasa
melibatkan niat tertentu, pertimbangan tertentu, atau alasan-alasan tertentu. Istilah
bertindak memiliki konotasi tidak otomatis atau mekanistik, melainkan
melibatkan niat, kesadaran, dan alasan-alasan tertentu. Atas dasar itu, realitas
sosial sesungguhnya bersifat maknawi, yang berarti bergantung pada makna dan
interpretasi yang diberikan oleh manusia yang memandangnya.

Tradisi untuk menemukan reason atau makna sosial dibalik suatu fenomena
sosial tidaklah tunggal. Beberapa diantaranya adalah : 1) studi fenomenologi, 2)
studi observasi partisipatif-interaksionisme Simbolik, 3) studi etnometodologi, 4)
studi etnografi, 5) studi untuk menemukan teori grounded atau penelitian
gounded, 6) studi life history, 7) studi hermeneitika, 8) studi analisis isi, dan 9)
studi kasus. Studi analisis isi dan studi kasus tidak sepenuhnya menggunakan
pendekatan kualititatif, namun keduanya dapat menggunakan pendekatan
kuantitatif.

Desain Penelitian sosial (Format Kuantitatif-Kualitatif)

Perbedaan dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif bukan saja di tingkat


teknis kemetodean tetapi juga ditingkat paradigma beserta tujuan penelitian yang
hendak dituju. Suatu eksperimen yang baik harus mengandung tiga elemen, yaitu :
(1) merandom subjek atau kelompok yang dikenai ekperimen, (2) mengontrol
peluang pengaruh variabel-variabel imbuhan atau extraneous variables, dan (3)
melakukan manipulasi variabel bebas. Suatu penelitian ekperimen harus memiliki
atau mengandung langkah-langkah, sebagai berikut :

1. Menyeleksi dan merandom subjek-subjek ke dalam kelompok-kelompok


yang dikenai eksperimen, yaitu mencakup yang akan masuk ke dalam
kelompok control maupun kelompok eksperimen.

2. Pengukuran prates atau observasi keadaan awal, yaitu keadaan sebelum


diberikan perlakukan atau tritmen eksperimental terhadap variabel
tergantung.

3. Pemberian tritmen yang berbeda kepada kelompok-kelompok yang


dikenai ekperimen, atau melakukan manipulasi variabel bebas.

4. Pengukuran pascates atau observasi keadaan akhir setelah siberikan


tritmen terhadap variabel tergantung.

Format penelitian survey, jika menggunakan desain penelitian, biasanya untuk


menujukkan apakah suatu penelitian tergolong studi korelasional ataukah studi
komparasi. Penelitian kualitatif dituntut memiliki strategi penyelidikan yang
handal sehingga hasil temuannya bisa dipertanggungjawabkan kepercayaannnya
dan kejituannnya. Untuk itu, strategi penyelidikan menjadi amat penting
dipaparkan secara gambling. Strategi yang sudah ditentukan harus sejalan dengan
format penelitian kualitatif yang akan mau dipakai, apakah itu format
fenomenologi, etnometodologi, observasi partisipatif-interaksionalisme simbolik,
ataukah yang lainnya.

BAB II

No Pertanyaan Jawaban

1 Sebutkan 2 mazhab penelitian Mazhab penelitian sosial yang


sosial ! menggunakan pendekatan
kuantitatif, serta mazhab
penelitian sosial yang
menggunakan pendekatan
kualitatif.
2 Mengapa penelitian kualitatif Penelitian kualitatif dituntut
sangat penting untyk memiliki strategi penyelidikan
dipaparkan ? yang handal sehingga hasil
temuannya bisa
dipertanggungjawabkan
kepercayaannnya dan
kejituannnya. Untuk itu, strategi
penyelidikan menjadi amat
penting dipaparkan secara
gambling.
3 Sebutkan 3 elemen suatu Suatu eksperimen yang baik
eksperimen harus mengandung tiga elemen,
yaitu : (1) merandom subjek atau
kelompok yang dikenai
ekperimen, (2) mengontrol
peluang pengaruh variabel-
variabel imbuhan atau
extraneous variables, dan (3)
melakukan manipulasi variabel
bebas.
GLOSARIUM
1 Etnometodologi Studi atau ilmu tentang metode yang
digunakan untuk meneliti bagaimana
individu-individu menciptakan dan
memahami kehidupan mereka sehari-hari
2 Mekanistik Sesuai dengan prosedur atau aturan baku
3 Mazhab Penggolongan suatu hukum atau aturan
setingkat dibawah firkah (denominasi)

BAB III
Ragam Metodelogis Penelitian Kualitatif dan Beerapa Pengalaman Empiris
Metode pengumpulan Data dan Kasus Penelitian Remunerasi dan
Manajemen Kinerja di Kalimantan Timur serta Keselamatan dan Kesehatan
kerja di Jawa Timur

A. PENDAHULUAN
Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui
serangkaian proses yang panjang. Dalam konteks ilmu sosial, kegiatan
penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam
terhadap munculnya tenomena tertentu. Dengan didukung oleh penguasaan
teori dan konseptualisasi yang kuat atas tenomena tertentu, peneliti
mengembangkan gagasannya ke dalam kegiatan lainnya berupa listing
berbagai alternatif metode penelitian untuk kemudian ditentukan secara
spesilik mana yang paling sesuai. Hasil akhir dari berkembangnya minat
kajian terhadap fenomena tertentu, adanya gagasan, serta penguasaan teori
dan konsep, dengan didukung oleh metode penelitian tertentu yang sesuai
adaah lahirnya gagasan dan teori baru. Dalam konteks yang demikian inilah
penelitian akhirnya dapat dipahami sebagai jantung ilmu pengetahuan yang
bertungsi memompa semangat keilmuan yang tiada hentinya untuk selalu
melahirkan gagasan dan teori yang up to date. Dalam makalah ini dibahas
salah satu elemen dalam kegiatan penelitian, yaitu berkenaan dengan
metodologi penelitian yang secara spesifik difokuskan pada proses
pengumpulan data. Makalah ini diakhiri dengan gambaran singkat tentang
contoh proses pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan penulis di
Bontang-Kalimantan Timur tentang Remunerasi dan Manajemen Kinerja
serta di Gresik-Jawa Timur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

B. METODOLOGI PENELITIAN
Titik tolak penelitian bertumpu pada minat untuk mengetahui masalah
atau fenomena sosial yang timbul karena berbagai rangsangan, dan bukannya
pada metodologi penelitian. Sekalipun demikian, tetap harus dingat bahwa
metodologi penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga reliabilitas
dan validitas hasil penelitian. Posisi peran dan fungsi metodologi yang sangat
penting tersebut dapat dilihat pada langkah-langkah yang lazim dilakukan
dalam tahapan penelitian, yaitu:
1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuannya
2. Menentukan konsep dan hipotesis serta eksplorasi pustaka
3. Pengambilan sampel atau contoh penelitian
4. Pembuatan alat-alat pendukung survei, misalnya kuesioner
5. Pengumpulan data yang dapat disebut pula sebagai field working
6. Editing data, serta
7. Analisis data dan pelaporan.
Dari tahapan tersebut dapat dilihat banwa peran dan fungsi metodologi
penelitian sangat menentukan khususnya untuk kegiatan Il, IV, dan V. Oleh
karena itu, persoalan penting yang patut dikedepankan dalam metodologi
penelitian adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat
dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian nampu menyajikan informasi
yang valid dan reliable. Dengan cara apa dan bagaimana data dapat
dikumpulkan secara benar merupakan kegiatan untuk menentukan metode
pengumpulan data.

C. PENGUMPULAN DATA
Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau sasaran penelitian
yang objek atau sasaran tersebut umumnya eksis dalam jumlah yang besar
atau banyak. Dalam suatu survei penelitian, tidaklah harus untuk meneliti
semua individu yang ada dalam populasi objek tersebut. Dalam hal ini hanya
diperlukan sampel atau contoh sebagai representasi objek penelitian. Oleh
karena itu, persoalan penting dalam pengumpulan data yang harus
diperhatikan adalah bagaimana dapat dipastikan atau diyakini bahwa sampel
yang ditetapkan adalah representative. Setelah sampel ditentukan, selanjutnya
adalah bagaimana atau dengan cara apa informasi dapat digali sedemikian
rupa sehingga dapat diperoleh data sesuai kebutuhan. Umumnya
pengumpulan data penelitian dari sampel yang sekaligus juga merupakan
informan dilakukan dengan menggunakan alat berupa kuesioner. Dalam
konteks yang demikian inilah persoalan yang harus diperhatikan adalah
'bagaimana kuesioner dapat dibuat sehingga pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung di dalamnya mampu melahirkan intormasi yang memang betul-
betul dibutuhkan'.
Kuesioner yang 'handal' tidak memiliki arti yang signifikan untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan jika tidak didukung oleh teknik
wawancara yang memadai. Oleh karena itu, persoalan wawancara yang acap
dikesampingkan sebetulnya merupakan kegiatan yang harus mendapat
perhatian pula.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
pengumpulan data setidaknya meliputi:
1. Penentuan sampel
2. Pembuatan kuesioner
3. Teknik wawancara

Dalam tulisan ini hanya dibahas masalah penentuan sampel dan


pembuatan kuesioner secara singkat.

D. PENENTUAN SAMPEL
Persoalan besar yang dihadapi setiap peneliti adalah terbatasnya sumber
daya khususnya dana dan waktu. Oleh karena itu, berlaku prinsip efisiensi
tanpa melemahkan arti dari penelitian itu sendiri. Cara yang lazim digunakan
untuk menekan biaya dan menghemat waktu adalah dengan tidak meneliti
semua elemen (individu) dalam suatu populasi sasaran atau menentukan
sampel penelitian yang menggambarkan sifat populasi yang diteliti. Prinsip-
prinsip dasar penentuan sampel mengacu pada masalah teknis pelaksanaan
dan kualitas produk yang dihasilkan. Berkaitan dengan masalah teknis
pelaksanaan, cara-cara penentuan sampel haruslah sederhana-tidak terlalu
rumit-sehingga mudah dipahami oleh-khususnya petugas lapangan -dan
mudah diaplikasikan. Cara yang sederhana pada dasarnya juga mendukung
prinsip efisiensi di mana selain mudah dilaksanakan juga berbiaya rendah.
Berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan, sampel populasi
penelitian yang sudah ditentukan nantinya harus dapat menghasilkan
gambaran yang reliable atau dapat dipercaya dari seluruh populasi. Dalam hal
ini sampel yang dipilih haruslah betul-betul merepresentasikan keadaan
populasi yang sesungguhnya. Selain itu, penentuan sampel yang ideal dapat
menentukan ketepatan atau presisi hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan standar dari perkiraan yang cliperoleh serta dapat memberikan
informasi sebanyak mungkin. Persoalan lain yang umumnya muncul di
kalangan para peneliti sosial adalah seberapa besar sampel yang harus
diambil dari populasi sasaran cehingga betul-betul representatif. Dari
beberapa literatur atau bacaan tentang metodologi penelitian dapat diperoleh
informasi bahwa besarnva sampel tidak boleh kurang (paling tidak) dari 10
persen populasi. sementara ada pula yang menyatakan minimal 5 persen dari
populasi. Besar kecilnya sampel tentu masih terbuka untuk diperdebatkan.
Namun demikian hendaknya diingat bahwa terdapat sejumlah prinsip
dasar dalam menentukan besar sampel penelitian. Pertama adalah tingkat
keragaman atau diversity levels dari populasi sasaran. Tingkat keragaman
populasi merujuk pada dua kondisi, yaitu populasi yang sangat beragam
(heterogen) dan yang sangat tidak beragam (homogen). Semakin tinggi
tingkat heterogenitas suatu populasi, maka semakin besar jumlah sampel yang
dibutuhkan. Sebaliknya semakin tinggi tingkat homogenitasnya, bahkan satu
sampel dapat dikatakan cukup representatif.
Prinsip kedua adalah tingkat ketepatan atau presisi yang dinginkan. Jika
peneliti menghendaki hasil penelitan dengan tingkat ketepatan yang tinggi,
maka sampel yang dibutuhkan juga semakin besar untuk diambil dari
populasi. Dalam hal ini sampel berjumlah besar atau banyak dapat dikatakan
memberikan perkiraan yang mendekati nilai sesungguhnya dan karena itu
tingkat kesalahannya juga semakin mengecil, Prinsip ketiga adalah berkaitan
dengan rencana analisis penelitian yang akan dilakukan peneliti. Pengalaman
menunjukkan bahwa acap peneliti menghadapi persoalan stagnasi dalam
tahapan analisis karena sampel yang diambil tidak atau kurang mencukupi
sekalipun tingkat presisinya sudah sesuaidengan keinginan.
Sebagai contohnya misalnya jika peneliti ingin mengetahui hubungan
tingkat kemampuan dalam pengambilan keputusan dengan tingkat pendidikan
di mana variabel terakhir ini dibagi secara rinci dari mulai belum sekolah,
sekolah tidak tamat SD, tamat SD sampai tamat perguruan tinggi. Rincian
variabel seperti inilah yang membutuhkan sampel dalam jumlah yang sangat
besar. Bahkan 100 responden dapat dikatakan belum mencukupi untuk
analisis karena terdapat begitu banyak sel-sel matriks data yang tidak terisi.
Persoalan jadi bertambah rumit jika peneliti menggunakan metode
perhitungan statistik yang tidak sederhana.
Sedangkan prinsip keempat sifat lebih pragmatis, yaitu berkenan dengan
ketersediaan sumber daya berupa tenaga, biaya, dan waktu yang dimiliki
peneliti. Kadang peneliti menginginkan tingkat presisi tinggi dengan
mengambil sampel dalam jumlah besar, namun keinginan tersebut terbentur
dengan kendala kepemilikan sumber daya. Dalam kondisi seperti inilah
peneliti harus dapat secara cermat menyeimbangkan antara efisiensi dan
presisi, Inilah bagian dari seni dalam penelitian.

E. PEMBUATAN KUESIONER
Umumnya dalam penelitian survei lapangan, sarana berupa kue sioner
atau panduan pertanyaan merupakan elemen yang esensial (harus ada) untuk
kepentingan pengumpulan data. Produk akhir pengumpulan data melalui
kuesioner umumnya berupa angka, tabel, analisis statistik, dan deskripsi serta
kesimpulan hasil penelitian. Sebagai pemandu peneliti dalam wawancara,
tujuan utama penyusunan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian di mana informasi tersebut
memiliki nilai reliability dan validity yang setinggi mungkin.
Dengan mengingat segala keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka
semua berkaitan dengan tujuan penelitian itu sendiri. Setidaknya memuat
empat pertanyaan pokok, yaitu:

1. Pertanyaan tentang fakta (evidence) misalnya identitas responden berupa


umur, pendidikan, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan seterusnya.

2. Pertanyaan tentang persepsi yang ditujukan pada pendapat dan sesuai


sikap responden tentang fenomena atau kejadian tertentu
3. Pertanyaan tentang informasi di mana peneliti ingin menggali tentang apa
saja yang diketahui oleh responden serta bagaimana dan sampai sejauh
mana pengetahuan tersebut dapat diperolehnya.

4. Pertanyaan tentang persepsi diri yang berkaitan dengan penilaian


responden terhadap perilaku mereka sendiri dalam interaksinya dengan
pihak lain.

Sekalipun demikian harus tetap diperhatikan untuk sedemikian rupa


peneliti sosial mencermati setiap item pertanyaan dan relevansinya dengan
tujuan-tujuan analisis. Oleh karena itu, setiap kali kuesioner selesai disusun
hendaknya dikoreksi lagi:

1. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang ada tersebut memang betul- betul


diperlukan?
2. Apakah pertanyaan tersebut relevan dengan tujuan penelitian
(analisis)?
3. Apakah pertanyaan tersebut nantinya dapat dijawab oleh responden?
4. Apakah pertanyaan tersebut menghasilkan data yang sesuai dengan
rencana tabulasi atau bagaimana bentuk jawaban dari pertanyaan
tersebut dalam tabulasi? Dan seterusnya.

Koreksi diri tersebut sangat diperlukan untuk memastikan bahwa semua


pertanyaan yang dicantumkan dalam kuesioner memiliki fungsi penuh baik
dalam arti relevansinya maupun kegunaannya.

Untuk memudahkan responden menjawab pertanyaan, penyusun


kuesioner hendaknya:

1. Menggunakan kata-kata sederhana (simple) dan dapat dimengerti


oleh semua strata sosial dan hindari istilah-istilah 'mentereng' namun
sulit dimengerti. Misalnya pertanyaan bagaimana status perkawinan
anda" akan lebih baik diganti dengan "apakah anda sudah menikah".
2. Upayakan agar pertanyaan disusun secara lugas dengan penggunaan
istilah yang jelas dan khusus. Misalnya pertanyaan Berapa siswa
yang ada di sini' akan lebih baik diganti dengan berapa siswa yang
ada di SMP 2 tersebut'. Kata di sini' mengandung Ketidakjelasan,
sedangkan penggunaan 'SMP 2' menunjuk pada kejelasan dan
kekhususan
3. Hindari dalam satu pertanyaan yang membuka peluang lebih dari satu
jawaban. Misalnya pertanyaan apakah setelah lulus sekolah akan
melanjutkan lagi di tempat lain mengandung dua kemungkinan dalam
waktu sama dengan jawaban ya, melanjutkan sekolah' dan tidak di
tempat lain' atau 'di tempat lain'. Oleh karena itu, pertanyaan tersebut
lebih baik diganti dengan susunan akan melanjutkan sekolah ke
mana.
4. Hindari pertanyaan yang menggiring responden pada jawaban
tertentu dan menutup peluang responden menjawab lainnya.
Misalnya pertanyaan 'apakah setelah lulus sarjana akan bekerja di
pemerintahan atau berwiraswasta' akan lebih baik jika diganti dengan
'apa yang anda lakukan setelah lulus sarjana'.
5. Pertanyaan harus bersifat umum (general) dalam arti berlaku bagi
semua responden terpilih. Misalnya pertanyaan tentang 'dimanakah
saudara kuliah' ternyata ada yang tidak kuliah. Oleh karena itu,
hendaknya pertanyaan tersebut diawali dengan pertanyaan pendahulu
misalnya 'apakah anda kuliah".

Selain berkaitan dengan pembuatan kuesioner, dalam pengumpulan data


juga penting diketahui tentang bagaimana cara penggunaan kuesioner. Dari
berbagai penelitian, terdapat berbagai cara pula dalam penggunaan kuesioner,
yaitu:

1. Wawancara tatap muka langsung antara peneliti (petugas lapangan)


dengan responden.
2. Kuesioner diisi oleh responden.
3. Wawancara tidak langsung yang umumnya digunakan oleh peneliti
sosial di negara-negara maju dengan menggunakan sarana telepon.
Cara ini dinilai lebih murah dibanding wawancara langsung. Saat ini
juga berkembang pemakaian surat elektronik (e-mail) melalui sarana
internet yang dipandang jauh lebih baik daripada menggunakan
telepon.
4. Pengiriman kuesioner melalui jasa pos atau kurir yang dilampiri
dengan amplop dan perangko jawaban yang nantinya akan
dikirimkan kembali oleh responden. Pengalaman menunjukkan
bahwa cukup besar peluang responden untuk tidak mengembalikan
atau mengirimkan kembali jawabannya.

Setiap peneliti memiliki otoritas untuk memilih cara penggunaan yang


dianggap terbaik dengan berlandaskan pada nilai-nilai inti penelitian (efisien,
representil, presisif).

Contob Kasus Penelitian

Penggunaan Fasilitas E-mail dan Telepon Internasional untuk


Pengumpulan Data. Dalam makalah ini dikemukakan dua contoh penelitian
yang dilakukan penulis.
Penelitian Pertama

Penelitian pertama tentang Kebijakan Remunerasi dan Manajemen


Kinerja yang diambil oleh PT. Pupuk Kaltim (PKT) Bontang Kalimantan Timur.
Penulis melakukan penelitian ini saat berstatus aktif sebagai mahasiswa di
UNSW. Persoalannya adalah bagaimana data dapat dikumpulkan secara efisien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kebijakan remunerasi dan
dampaknya pada kinerja karyawan di PKT.

Dengan mengingat ketersediaan dana yang ada, maka pengumpulan data


dilakukan dengan wawancara jarak jauh Sydney-Bontang antara peneliti dengan
pejabat berwenang di PKT dengan menggunakan fasilitas e-mail sebagai sarana
utama. Semua pertanyaan yangn telah disusun dalam kuesioner dikirimkan kepada
responden melalui e-mail dan jawabannya dikirimkan dengan menggunakah
tasilitas yang pula.

Persoalannya adalah bagaimana informasi yang diperoleh dapat dipercaya


dan dapat dihandalkan. Untuk itu penulis mendapat kemudahan dengan adanya
seorang manajer lini PKT yang mendapat tugas belajar di perguruan tinggi yang
sama. Berdasarkan informasi dari manajer inilah penulis menerapkan metode
pengambilan sampel secara snowball yang kemudian memperoleh alamat e-mail
beberapa contact person di PKT. Berdasarkan informasi (dan rekomendasi
manajer) penulis dapat menentukan dan menghubungi para manajer lini di PKT
sebagai responden yang memiliki otoritas untuk menjawab semua persoalan
tentang remunerasi dan manajemen kinerja. Untuk menjaga keabsahannya,
penulis mendokumentasikan semua kontak e-mail dalam bentuk print-out.

Bagaimana jika ada jawaban yang tidak jelas? Pertama-tama penulis


menghubungi manajer yang sedang tugas belajar tersebut untuk melakukan
konfirmasi dan menanyakan apa saja yang perlu mendapat kejelasan. Langkah
kedua dilakukan jika penulis merasa jawaban tersebut tidak atau kurang
memuaskan dengan menghubungi manajer di PKT melalui fasilitas telepon
saluran langsung internasional (international direct). Dengan menggunakan e-mail
dan saluran telepon internasional akhirnya penulis dapat mengumpulkan data yang
diperlukan sekalipun tanpa harus hadir di lokasi penelitian. Dengan berbagai
pertimbangan akhirnya supervisor penulis menerima data dengan menggunakan
sarana elektronik. Oleh karena itu, peneliti tidak usah ragu-ragu untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan fasilitas e-mail.

Penelitian Kedua

Penelitian kedua adalah tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


sebuah perusahaan di Gresik Jawa Timur Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hazardous factors atau faktor-faktor berpotensi bahaya dan
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diperusahaan tersebut
sekaligus mengevaluasi kebijakan dan prosedur K3 yang diambil perusahaan.

Untuk mengidentifikasi bazardous factors peneliti diharuskan untuk


melakukan observasi lapangan, Ini berarti bahwa peneliti harus menghadirkan
dirinya di lokasi penelitian. Oleh karena itu, pengumpulan data dalam penelitian
ini tidak lagi menggunakan fasilitas e-mail atau telepon internasional, namun
dilakukan dengan observasi dan wawancara langsung.

Penutup

Dari contoh pengumpulan data pada dua kasus penelitian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa:

 Sesuai dengan tujuan tertentu dalam penelitian, pengumpulan data dapat


dilakukan dengan menggunakan fasilitas elektronik. Cara ini dilakukan
dengan tujuan efisiensi.
 Sekalipun demikian, prinsip-prinsip reliability dan validity data harus tetap
dapat dipertahankan dengan cara melakukan konfirmasi, recheck dan
langkah lain yang diperlukan untuk memastikan bahwa informasi yang
digali dan diperoleh adalah benar.
 Untuk tujuan-tujuan lain dalam penelitian yang mengharuskan adanya
observasi atau pengamatan langsung, peneliti harus menghadirkan dirinya
di lokasi penelitian. Cara ini tidak dapat dilakukan dengan menggunakan
sarana e-mail. Akibat perkembangan teknologi, peneliti dapat
memanfaatkan kamera video yang gambarnya ditransmisikan melalui
satelit yang memungkinkan peneliti tersebut tidak harus turun langsung ke
lokasi. Namun, demikian harus tetap dingat berapa besar biaya pengadaan
alat tersebut dan sampai sejauh mana observasi melalui kamera video
dapat memberikan picture yang memang betul-betul relevan.
 Untuk penggunaan fasilitas elektronik, dengan demikian dibutuhkan faktor
kejujuran semua pihak, khususnya peneliti yang bersangkutan. Proses
pengumpulan data yang tidak jujur akan menghasilkan informasi bohong
dan oleh karena itu hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya

Pokok Pokok Penting Tentang Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkontruksi


mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan
sebagainya, yang dilakukan du pihak, yaitu pewawancara yeng mengajukan
pertanyaan dengan yang diwawancarai. Wawancara adalah metode pengumpulan
data yang amat sangat popular, karena itu banyak digunakan diberbagai
penelitian.
A. Macam wawancara
1. Wawancara oleh Tim atau Panel. Wawancara ini dilakukan tidak hanya oleh
satu orang.
2. Wawancara tertutup dan terbuka, wawancara tertutup dilakukan dalam
kondisi subjek tidak mengetahui kalau wawancarai. Sedangkan wawancara
terbuka dilakukan dengan subjek menyadari dan tahu tujuan dari wawancara.
3. Wawancara riwayat secara lisan. Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-
orang yang pernah membuat sejarah atau yang telah membuat karya lainnya.
4. Wawancara terstruktur dan tak terstruktur, wawancara terstruktur adalah
wawancara yang pewawancaranya menerapkan sendiri masalah dan
pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara tak struktur merupakan
wawancara yang pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu.

B. Bentuk-bentuk pertanyaan dalam wawancara


1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
2. Pertanyaan yang berkaitab dengan pendapat atau nilai
3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
4. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan
5. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
6. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

C. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud
mendapatkan gambaran lengkap tentang topic yang diteliti. Wawancara mendalam
dilakukan secara intensif dan berulang-ulang. Pada penelitian kualitatif,
wawancara mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan observasi
partisipasi.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi wawancara


Keberhasilan sebuah wawancara tergantung kepada beberapa hal, yaitu
informan, topic, situasi, kemampuan pewancara menggunakan metode wawancara
dan faktor-faktor sosial-budaya yang mempengaruhi interaksi antara pewancara
dan subjek wawancara. Wawancara amat ditentukan oleh kelihaian penelitian di
dalam berwawancara. Sebagaimana diketahui, wawancara selaian metode
pengumpulan data, wawancara adalah seni bicara dengan orang. Tidak jarang juga
kesulitan-kesulitan berinteraksi karena perbedaan sosial budaya terjadi di antara
pewancara dengan informan. Hal ini sering terjadi jika pewancara tidak mengenal
dengan jelas, budaya, bahasa, symbol-simbol informan. Dan hal ini dapat
menyebabkan peneliti membutuhkan waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri
dengan informan.

E. Saran-saran untuk wawancara yang baik


1. Hindari pertanyaan peka pada awal wawancara
2. Pertanyaan dimulai dengan siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana sebagai kerangka awal pembicaraan
3. Bila pertanyaan menimbulkan kebisuan, hindari memberikan jawaban
alternative
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti
5. Hindari memberikan komentar, pengetahuan, serta kesimpulan dari informan
6. Hindari pertanyaan yang menimbulkan jawaban “ya/Tidak”
7. Buatlah pertanyaan sesingkat mungkin
8. Tanyakan satu pertanyaan saja pada satu saat
9. Hindari pertanyaan yang mengarahkan jawaban informan
10. Perhatikan komunikasi nonverbal informan yang menunjukkan kebenaran
jawaban
11. Hindari kesan yang menunjukkan ketidakpercayaan pada jawaban informan
12. Usahakan agar wawancara tidak lebih dari 1 jam.

BAB III

No Pertanyaan Jawaban

1 Sebutkan macam –macam  Wawancara oleh Tim atau


wawancara ! Panel
 Wawancara tertutup dan
terbuka
 Wawancara riwayat secara
lisan
 Wawancara terstruktur dan tak
terstruktur

2 Apa yang dimaksud dengan Wawancara adalah proses


wawancara ? percakapan dengan maksud
untuk mengkontruksi mengenai
orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, motivasi, perasaan
dan sebagainya, yang dilakukan
du pihak, yaitu pewawancara
yeng mengajukan pertanyaan
dengan yang diwawancarai.
3 Apa faktor keberhasilan dari Keberhasilan sebuah wawancara
wawancara ? tergantung kepada beberapa hal,
yaitu informan, topic, situasi,
kemampuan pewancara
menggunakan metode
wawancara dan faktor-faktor
sosial-budaya yang
mempengaruhi interaksi antara
pewancara dan subjek
wawancara.
GLOSARIUM
1 Peka Mudah merasa, mudah menerima
2 Komunikasi nonverbal Proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-
kata (menggunkan gerak isyarat, bahasa
tubuh, ekpresi wajah, dll)

BAB IV
ETNOMETODOLOGI

Peran Etnometodelogi dalam Penelitian Sosial

Menurut Bogdan dan Biklen, etnometodelogi tidaklah mengacu kepada


suatu model atau teknik mengumpuklan data ketika seorang sedang melakukan
suatu penelitian, tetapi lebih mengarahkan pada masalah apa yang akan diteliti.
Etnometodelogi mengacu pada suatu studi mengenai bagaimana seorang individu
dalam masyarakat bertindak dan berkreasi serta memahami hidup keseharian
mereka. Spradley, mengatakan bahwa etnografi ingin belajar dari masyarakat dan
ingin mengetahui bagaimana masyarakat itu sendidri memberi konsep tentang
dunia yang sedang mereka jalani, tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan
dalam merespon lingkungan dimana mereka hidup.

Etnometodelogi mengisyaratkan, upaya upaya mendeskripsikan dan


memahami masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya bagaimana pola
interaksi, cara berfikir, perasaan mereka, cara berbicara. Dari apa yang telah
dikemukakan mengenai etnometodelogi, tampaknya banyak hal yang menarik
dalam kehidupan masyarakat kota untuk dikaji.

Etnometodelogi dan Kasus Beberapa Penelitian Sosial

Etnometodelogi termasuk rumpun penelitian kualitatis yang beranjak dari


paradigma fenomenologi. Fenomenologi adalah aliran sejarah filsafat
kontemporer yang asumsi-asumsi dasarnya diletakkan oleh Edmund Husserls
(1859-1938). Sebagai suatu epistemology, fenomenologi menggunakan intuisi
(kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa dipelajari) sebagai sarana untuk
mencapai kebenaran. Garfinkel, tokoh penemu tradisi etnometodologi, berusaha
mengarahkan studi empiris dalam aktivitas sehari-hari yang sifatnya umum dan
rutin. Ia berpendapat bahwa ciri utamanya adalah ciri reflektifnya. Ini berarti
bahwa cara orang bertindak dan mengatur struktur sosialnya adalah sama dengan
prosedur pemberian nilai terhadap struktur tersebut.

BAB IV

No Pertanyaan Jawaban

1 Maksud dari ciri utama ciri utamanya adalah ciri


etnometodelogi ! reflektifnya. Ini berarti bahwa
cara orang bertindak dan
mengatur struktur sosialnya
adalah sama dengan prosedur
pemberiannilai terhadap struktur
tersebut.

2 Apa yang dimaksud dengan Fenomenologi adalah alirab


Fenomenoligi ? sejarah filsafat kontemporer
yang asumsi-asumsi dasarnya
diletakkan oleh Edmund
Husserls (1859-1938). Sebagai
suatu epistemology,
fenomenologi menggunakan
intuisi (kemampuan untuk
memahami sesuatu tanpa
dipelajari) sebagai sarana untuk
mencapai kebenaran.
GLOSARIUM
1 Studi empiris Studi tentang penelitian sebelumnya
2 Etnografi Suatu bidang penelitian ilmiah yang
sering digunakan dalam ilmu sosial

BAB V
ANALISIS ISI MEDIA DAN FOCUS GRUP DISCUSSION DALAM
PENELITIAN KUALITATIF

Analisis Isi Media Metode dan Pemanfaatannya

Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untik
menganalisis isi pesab dan mengolah pesan, atau suatu alat mengobservasi dan
menganalisis isi perilaku komunikasi yang tebuka dari komunikator yang dipilih.
Prinsip sistematik diartikan bahwa ada perlakuan prosedur yang sama pada semua
isi yang dianalisis. Prinsip obyektif, berarti hasilnya tergantung pada prosedur
penelitian bukan pada orangnya. Sedang kuantitatif, diartikan dengan mencatat
nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang
didefinisikan. Sementara isi yang nyata, diberi pengertian yang diteliti dan
dianalisis hanyalah isi yang tersurat, yang tampak, bukan makna yang dirasakan
oleh si penulis.

Ada banyak manfaat dalam penggunaan metode analisis ini. Penggunaan


metode analisis ini bukan hanya untuk mempelajari karakteristik isi komunikasi,
tapi juga untuk menarik kesimpulan mengenai sifat komunikator, keadaan
khalayak, maupun efek komunikasi. Penelitian analisis ini pernah digunakan
untuk menganalisis gaya dan teknik propaganda, membandingkan kecenderungan
politik media satu dengan yang lainnya. Tahapan penelitian analisis isi, meliputi
(1) menentukan permasalahan, (2)menyususn kerangka pemikiran, (3) menyususn
perangkat metodelogi, (4)menganalisis data, dan terkhir (5) interpretasi terhadap
hasil analisis data

Kelebihan utama dalam metode ini adalah tidak digunakannya manusia


sebagai subjek penelitian. Menyebabkan penelitian relative lebih mudah, tidak ada
reaksi dari populasi ataupun sampel yang diteliti karena tidak ada orang yang
diwawancarai, diminta mengisi kuesioner, ataupun diminta datang di
laboraturium. Kelebihan lainnya ialah ketika peneliti tidak dapat melakukan
penelitian survey atau pengamatan terhadap populasi, analisis ini dapat digunakan.
Kekurangan dari analisis ini ialaha penelitian ini hanya meneliti pesan yang
tampak, sesuatu yang disembunyikan dalam pesan bisa luput dari analisis isi.
Karena itu, analisis isi kualitatif seperti semiotic, discourse, analisis framing,
ataupun textual analysis dapat menutupi kekurangan ini. Kelemahan lain adalah
pesan komunikasi tidak selamanya merefleksikan fakta, terkadang memang ada
usaha untuk membelokkannya, karena itu untuk penelitian analisis isi yang
bertujuan untuk memahami realitas sosial, penelitian ini perlu dikonfirmasi
dengan penelitian yang lain.

Ragam Penelitian Isi Media Kualitatif dan Kuantitatif

Prinsip-prinsip analisis kuantitatif yang selama ini diterapkan adalah


prinsip objektivitas yang diukur dari pembuatan atau penyususnan kategorisasi.
Prinsip objektivitas yang dimaksud adalah kategorisasi yang disusun atau dibuat
dalam sebuah penelitian analisis isi media haruslah operasional. Artinya, item-
item kategorisasi yang dibuat mempunyai definisi operasional yang sifatnya
mutually exclusive tidak menimbulkan pemaknaan ganda atau interpretasi yang
bervariasi, sehingga jika penelitian yang sama dilakukan oleh peneliti lain akan
dapat digeneralisasikan.

Analisis isi media kualitatif lebik banyak dipakai untuk meneliti dokumen
yang dapat berupa teks, gambar, symbol, dan sebgainya untuk memahami budaya
dari suatu konteks sosial tertentu. Analisis isi media kualitatif merujuk pada
metode analisis integrative dan lebih secara konseptual untuk menemukan,
mengidentifikasi, mengolah danmenganalisis dokumen untuk memahami makna,
signifikansi, dan relevansinya.

BAB V

No Pertanyaan Jawaban

1 Sebutkan tahapan penelitian ! Tahapan penelitian analisis isi,


meliputi (1) menentukan
permasalahan, (2)menyususn
kerangka pemikiran, (3)
menyususn perangkat
metodelogi, (4)menganalisis
data, dan terkhir (5) interpretasi
terhadap hasil analisis data.
2 Apa yang dimaksud dengan Prinsip objektivitas yang
prinsip objektivitas ? dimaksud adalah kategorisasi
yang disusun atau dibuat dalam
sebuah penelitian analisis isi
media haruslah operasional.
3 Apa yang dimaksud dengan Metode analisis merupakan
metode analisis ? suatu teknik sistematik untik
menganalisis isi pesab dan
mengolah pesan, atau suatu alat
mengobservasi dan menganalisis
isi perilaku komunikasi yang
tebuka dari komunikator yang
dipilih.
GLOSARIUM
1 Frekuensi Ukuran jumlah putaran ulang per peritiwa
dalam satuan detik dengan satuan Hz
2 Propaganda Mengembangkan atau memekarkan
3 Semiotic Studi tentang makna keputusan
4 Discourse Ceramah
5 Analisis framing Cara pandang yang digunakan untuk
menyeleksi isu

BAB VI
LAPORAN PENELITIAN

Hal Hal Penting Dalam Membuat Laporan Penelitian

Kegiatan penelitian merupakan titik yang sangat menentukan dalam


pengembangan disiplin ilmu. Laporan penelitian merupakan salah satu karya
ilmiah dari proses yang panjang untuk menemukan fakta-fakta di lapangan. Baik
tidaknya suatu kegiatan penelitian akan tecermin pada laporan penelitian. Melalui
laporan penelitian inilah semua kegitan penelitian diekspresikan. Laporan
penelitian merupakan suatu kegiatan atau wahana peneliti dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Sebagai wahana komunikasi maka laporan penelitian harus
disusun dalam format tertentu yang berkaitan dengan susunan bagaian-bagian
dalam laporan penelitian, sedangkan bagian-bagian tersebut sangat tergantung
dengan tujuan penelitian dan penyandang dana.

Dalam menyusun laporan penelitian hendaknya memperhatikan hal-hal


berikut :
1. Keobjektifan Penelitian
Laporan penelitian hendaknya mencerminkan objektivitas peneliti. Dalam
membuat laporan, hendaknya peneliti berusaha semaksimal mungkin
untuk menjaga keobjektifannya dalam mengumpulkan data menganalisis
maupun dalam menulis laporan.

2. Gaya Penulisan
Dalam menyusun laporan penelitian hal yang tidak kalah penting adalah
perlu adanya gaya penulisan yang dianut oleh peneliti secara konsisten.
Hal ini berkaitan dengan aturan-aturan ilmian yang harus ditaati oleh
peneliti. Dengan gaya penulisan tertentu maka laporan penelitian akan
tampak lebih sitematis dan mudah dipahami oleh pembaca.

3. Pembaca
Laporan penelitian harus memperhatikan siapa yang menjadi sasaran
penting dari hasil penelitian tersebut. hal ini harus diperhatikan karena
peneliti dalam membuat laporan harus memperhatikan siapa yang
diharapkan akan menjadi pembaca utamanya dari laporan yang dibuatnya.

4. Waktu
Laporan penelitian harus memperhatikan waktu yang tepat. Dalam
penelitian kuantitatif mungkin akan menjadi masalah yang tidak begitu
rumit akan tetapi dalam penelitian kualitatif akan menjadi sulit apabila
data yang dapat di lapangan terus berkembang semakin kompleks
sehingga peneliti tidak tahu kapan harus mengakhiri penelitiannya.

5. Kerahasiaan Sumber Informasi


Menjaga sumber informasi untuk tidak diketahui oleh para pembaca
merupakan hal hendaknya tetap dirahasiakan oleh peneliti. Nama-nama
sumber dapat dimunculkan kalau memang dituntut untuk itu terutama
sumber data sekunder. Kerahasiaan sumber informasi menjadi semakin
penting apabila berkaitan dengan keselamatan dan rahasia pribadi atau
menyangkut nama baik sumber informasi.

6. Jumlah Halaman
Tebal tipisnya laporan penelitian tidak menunjukkan kualitas dari hasil
penelitian. Ini berarti bahwa laporan penelitian dengan jumlah halaman
yang banyak tidak selalu baik dari laoran penelitian yang jumlah
halamannya sedikit.

Terdapat dua format dalam laporan penelitian, yaitu format laporan penelitian
kuantitatif dan format laporan penelitian kualitatif.
1. Format Laporan Penelitian Kuantitatif
Bagian awal
Judul Penelitian
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis
E. Definisi Konsep
F. Definisi Operasional
G. Kepustakaan
H. Metodelogi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
b. Unit Analisis
c. Populasi
d. Teknik Sampling
e. Sampel
f. Instrument Penelitian
g. Analisis Data

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENITUP
a. Kesimpulan

b. Rekomendasi (saran)
Bagian Akhir

Daftar Rujukan

Lampiran-lampiran

2. Format Laporan Penelitian Kualitatif

BAB I PENDAHULUAN

A. Lakar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Definisi Konsep
E. Kepustakaan
F. Metodologi Penelitian
1) Latar Penelitian
2) Teknik Koleksi Data
3) Instrumen Penelitian
4) Tahap Tahap Penelitian
5) Analisis Data
6) Teknik Keabsahan Data

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA


Dalam penelitian kualitatif dalam mendeskripsikan data hendaknya
peneliti tidak memberikan interpretasi sendiri. Temuan lapangan hendaknya
dikemukakan dengan berpegangan pada prinsip emik dalam memahami realitas.
Penulisan hendaknya bersifat penafsiran atau evaluative.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Rekomendasi (saran)

Aspek moral Dalam Membuat Laporan Penelitian

Aspek moral sehubungan dengan laporan penelitian ini berhubungan


dengan bagaimana ia harus membuat laporan penelitian itu, seperti (1) haruskah ia
membuat laporan yang tidak benar tentang hasil penelitiannya, padahal peneliti
sadar ia berbuat kesalahan (2) etiskah ia menggunakan laporan orang lain untuk
melaporkan hasil penelitian itu, padahal ia tahu itu tindakan plagiat (3) haruskah
ia memanipulasi data penelitian, padahal ia tahu data penelitiannya tidak lengkap,
salah, bahkan tidak ada (4) haruskah laporan penelitian itu menyudutkan
kkelompok tertentu, padahal ia menyadari semestinya laporan penelitian itu netral.

Biasanya di masyarakat ilmu pengetahuan memiliki tradisi mengkritisi


hasil penelitian melalui dua cara (1) laporan penelitian yang dianggap benar, tetap
saja dikritik untuk melihat apakah tingkat kebenaran hasil penelitian itu dapat
diuji, (2) laporan penelitian yang dianggap tidak benar akan mendapat koreksi
pula dari banyaknya kalangan untuk mempertanyakan keabsahan laporan
penelitian itu, namun laporan penelitan itu enggan digunakan sebagai acuan oleh
peneliti lainnya. Aspek moral lain yang perlu diperhatikan juga adalah laporan
yang bertendensi terhadap maksud-maksud tertentu. Tendensi penulisan laporan
penelitian sangat subjektif, ketika peneliti mengira laporannya itu akan
menyudutkan kelompok tertentu, maka sebenarnya ia lupa bahwa ia telah
mengubah karya penelitiannya menjadi bagian dari sumber futnah, sumber
kesesatan dan menjerumuskan masyarakat.

BAB VI

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa yang dimaksud dengan Laporan penelitian merupakan


laporan penelitian ? suatu kegiatan atau wahana
peneliti dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
2 Hal apa yang perlu diperhatikan  Keobjektifan Penelitian
dalam pembuatan laporan  Gaya Penulisan
penelitian ?  Pembaca
 Waktu
 Kerahasiaan Sumber
Informasi
 Jumlah Halaman

3 Bagaiman cara mengkritisi hasil Biasanya di masyarakat ilmu


penelitian ? pengetahuan memiliki tradisi
mengkritisi hasil penelitian
melalui dua cara (1) laporan
penelitian yang dianggap benar,
tetap saja dikritik untuk melihat
apakah tingkat kebenaran hasil
penelitian itu dapat diuji, (2)
laporan penelitian yang
dianggap tidak benar akan
mendapat koreksi pula dari
banyaknya kalangan untuk
mempertanyakan keabsahan
laporan penelitian itu, namun
laporan penelitan itu enggan
digunakan sebagai acuan oleh
peneliti lainnya.
GLOSARIUM
1 Tendensi Kecenderungan, kecondongan
2 interpretasi Pemberian kesan, pendapat, atau
pandangan teoritis terhadap sesuatu

Anda mungkin juga menyukai