Jur/Off : AP / C7
Mata Kuliah : Metodelogi Penelitian Kualitatif
Oleh :
Burhan Bungin (Ed.)
BAB I
TERORI SOSIAL DAN FENOMENA REALITAS SOSIAL
Realitas dunia sosial berdiri sendiri diluar individu, dan memiliki kesan
bahwa realitas itu “ada” dalam diri sendiri dan hokum mengetahuinya. Realitas
adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan kontruksi sosial terhadap
dunia sosial sekelilingnya. Max weber melihat realitas social sebagai perilaku
social yang memiliki makna subjektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan
motivasi. Durkheim mengatakan bahwa fakta social terdiri dari dua macam, yaitu
fakta sosial yang berbentuk material dan nonmaterial. Fakta social material yaitu
hal-hal atau benda yang dapat diungkapkan secara indrawi, berupa benda di alam
nyata. Sedangkan fakta social nonmaterial yaitu fakta yang tak tampak namun
nyata di dunia intersubjektif masyarakat, seperti opini, egoisme, dan altruisme
(Ritzer, 1992:17).
Penggolongan toeri-teori social yang banyak dipakai orang saat ini adalah
memasukkannya ke dalam paradigm-paradigma. Contohnya dimasukkan dalam
paradigm fakta social, paradigm defisi social, dan paradigm perilaku sosial. Teori-
teori mikro sebagian tergolong pada paradigm definisi sosial, yang tertarik pada
bagaimana pelaku mendefinisikan situasi-situasi kemasyarakatan dan bagaimana
pula definisi ini kemudian membawa efek pada aksi dan interaksi. Dalam
paradigm ini tergolong teori-teori mikro seperti teori aksi, interaksionisme
simbolik, etnometodologi, dan teori-teori yang didasari oleh filsafat fenomenologi
maupun eksistensialisme. Tujuan utama ilmu-ilmu sosial dalam berteori adalah
berupaya mengidentifikasi dan menganalisis realitas sosial.
No Pertanyaan Jawaban
BAB II
VARIAN DAN DESAIN PENELITIAN SOSIAL
Tradisi untuk menemukan reason atau makna sosial dibalik suatu fenomena
sosial tidaklah tunggal. Beberapa diantaranya adalah : 1) studi fenomenologi, 2)
studi observasi partisipatif-interaksionisme Simbolik, 3) studi etnometodologi, 4)
studi etnografi, 5) studi untuk menemukan teori grounded atau penelitian
gounded, 6) studi life history, 7) studi hermeneitika, 8) studi analisis isi, dan 9)
studi kasus. Studi analisis isi dan studi kasus tidak sepenuhnya menggunakan
pendekatan kualititatif, namun keduanya dapat menggunakan pendekatan
kuantitatif.
BAB II
No Pertanyaan Jawaban
BAB III
Ragam Metodelogis Penelitian Kualitatif dan Beerapa Pengalaman Empiris
Metode pengumpulan Data dan Kasus Penelitian Remunerasi dan
Manajemen Kinerja di Kalimantan Timur serta Keselamatan dan Kesehatan
kerja di Jawa Timur
A. PENDAHULUAN
Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui
serangkaian proses yang panjang. Dalam konteks ilmu sosial, kegiatan
penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam
terhadap munculnya tenomena tertentu. Dengan didukung oleh penguasaan
teori dan konseptualisasi yang kuat atas tenomena tertentu, peneliti
mengembangkan gagasannya ke dalam kegiatan lainnya berupa listing
berbagai alternatif metode penelitian untuk kemudian ditentukan secara
spesilik mana yang paling sesuai. Hasil akhir dari berkembangnya minat
kajian terhadap fenomena tertentu, adanya gagasan, serta penguasaan teori
dan konsep, dengan didukung oleh metode penelitian tertentu yang sesuai
adaah lahirnya gagasan dan teori baru. Dalam konteks yang demikian inilah
penelitian akhirnya dapat dipahami sebagai jantung ilmu pengetahuan yang
bertungsi memompa semangat keilmuan yang tiada hentinya untuk selalu
melahirkan gagasan dan teori yang up to date. Dalam makalah ini dibahas
salah satu elemen dalam kegiatan penelitian, yaitu berkenaan dengan
metodologi penelitian yang secara spesifik difokuskan pada proses
pengumpulan data. Makalah ini diakhiri dengan gambaran singkat tentang
contoh proses pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan penulis di
Bontang-Kalimantan Timur tentang Remunerasi dan Manajemen Kinerja
serta di Gresik-Jawa Timur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Titik tolak penelitian bertumpu pada minat untuk mengetahui masalah
atau fenomena sosial yang timbul karena berbagai rangsangan, dan bukannya
pada metodologi penelitian. Sekalipun demikian, tetap harus dingat bahwa
metodologi penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga reliabilitas
dan validitas hasil penelitian. Posisi peran dan fungsi metodologi yang sangat
penting tersebut dapat dilihat pada langkah-langkah yang lazim dilakukan
dalam tahapan penelitian, yaitu:
1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuannya
2. Menentukan konsep dan hipotesis serta eksplorasi pustaka
3. Pengambilan sampel atau contoh penelitian
4. Pembuatan alat-alat pendukung survei, misalnya kuesioner
5. Pengumpulan data yang dapat disebut pula sebagai field working
6. Editing data, serta
7. Analisis data dan pelaporan.
Dari tahapan tersebut dapat dilihat banwa peran dan fungsi metodologi
penelitian sangat menentukan khususnya untuk kegiatan Il, IV, dan V. Oleh
karena itu, persoalan penting yang patut dikedepankan dalam metodologi
penelitian adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat
dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian nampu menyajikan informasi
yang valid dan reliable. Dengan cara apa dan bagaimana data dapat
dikumpulkan secara benar merupakan kegiatan untuk menentukan metode
pengumpulan data.
C. PENGUMPULAN DATA
Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau sasaran penelitian
yang objek atau sasaran tersebut umumnya eksis dalam jumlah yang besar
atau banyak. Dalam suatu survei penelitian, tidaklah harus untuk meneliti
semua individu yang ada dalam populasi objek tersebut. Dalam hal ini hanya
diperlukan sampel atau contoh sebagai representasi objek penelitian. Oleh
karena itu, persoalan penting dalam pengumpulan data yang harus
diperhatikan adalah bagaimana dapat dipastikan atau diyakini bahwa sampel
yang ditetapkan adalah representative. Setelah sampel ditentukan, selanjutnya
adalah bagaimana atau dengan cara apa informasi dapat digali sedemikian
rupa sehingga dapat diperoleh data sesuai kebutuhan. Umumnya
pengumpulan data penelitian dari sampel yang sekaligus juga merupakan
informan dilakukan dengan menggunakan alat berupa kuesioner. Dalam
konteks yang demikian inilah persoalan yang harus diperhatikan adalah
'bagaimana kuesioner dapat dibuat sehingga pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung di dalamnya mampu melahirkan intormasi yang memang betul-
betul dibutuhkan'.
Kuesioner yang 'handal' tidak memiliki arti yang signifikan untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan jika tidak didukung oleh teknik
wawancara yang memadai. Oleh karena itu, persoalan wawancara yang acap
dikesampingkan sebetulnya merupakan kegiatan yang harus mendapat
perhatian pula.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
pengumpulan data setidaknya meliputi:
1. Penentuan sampel
2. Pembuatan kuesioner
3. Teknik wawancara
D. PENENTUAN SAMPEL
Persoalan besar yang dihadapi setiap peneliti adalah terbatasnya sumber
daya khususnya dana dan waktu. Oleh karena itu, berlaku prinsip efisiensi
tanpa melemahkan arti dari penelitian itu sendiri. Cara yang lazim digunakan
untuk menekan biaya dan menghemat waktu adalah dengan tidak meneliti
semua elemen (individu) dalam suatu populasi sasaran atau menentukan
sampel penelitian yang menggambarkan sifat populasi yang diteliti. Prinsip-
prinsip dasar penentuan sampel mengacu pada masalah teknis pelaksanaan
dan kualitas produk yang dihasilkan. Berkaitan dengan masalah teknis
pelaksanaan, cara-cara penentuan sampel haruslah sederhana-tidak terlalu
rumit-sehingga mudah dipahami oleh-khususnya petugas lapangan -dan
mudah diaplikasikan. Cara yang sederhana pada dasarnya juga mendukung
prinsip efisiensi di mana selain mudah dilaksanakan juga berbiaya rendah.
Berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan, sampel populasi
penelitian yang sudah ditentukan nantinya harus dapat menghasilkan
gambaran yang reliable atau dapat dipercaya dari seluruh populasi. Dalam hal
ini sampel yang dipilih haruslah betul-betul merepresentasikan keadaan
populasi yang sesungguhnya. Selain itu, penentuan sampel yang ideal dapat
menentukan ketepatan atau presisi hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan standar dari perkiraan yang cliperoleh serta dapat memberikan
informasi sebanyak mungkin. Persoalan lain yang umumnya muncul di
kalangan para peneliti sosial adalah seberapa besar sampel yang harus
diambil dari populasi sasaran cehingga betul-betul representatif. Dari
beberapa literatur atau bacaan tentang metodologi penelitian dapat diperoleh
informasi bahwa besarnva sampel tidak boleh kurang (paling tidak) dari 10
persen populasi. sementara ada pula yang menyatakan minimal 5 persen dari
populasi. Besar kecilnya sampel tentu masih terbuka untuk diperdebatkan.
Namun demikian hendaknya diingat bahwa terdapat sejumlah prinsip
dasar dalam menentukan besar sampel penelitian. Pertama adalah tingkat
keragaman atau diversity levels dari populasi sasaran. Tingkat keragaman
populasi merujuk pada dua kondisi, yaitu populasi yang sangat beragam
(heterogen) dan yang sangat tidak beragam (homogen). Semakin tinggi
tingkat heterogenitas suatu populasi, maka semakin besar jumlah sampel yang
dibutuhkan. Sebaliknya semakin tinggi tingkat homogenitasnya, bahkan satu
sampel dapat dikatakan cukup representatif.
Prinsip kedua adalah tingkat ketepatan atau presisi yang dinginkan. Jika
peneliti menghendaki hasil penelitan dengan tingkat ketepatan yang tinggi,
maka sampel yang dibutuhkan juga semakin besar untuk diambil dari
populasi. Dalam hal ini sampel berjumlah besar atau banyak dapat dikatakan
memberikan perkiraan yang mendekati nilai sesungguhnya dan karena itu
tingkat kesalahannya juga semakin mengecil, Prinsip ketiga adalah berkaitan
dengan rencana analisis penelitian yang akan dilakukan peneliti. Pengalaman
menunjukkan bahwa acap peneliti menghadapi persoalan stagnasi dalam
tahapan analisis karena sampel yang diambil tidak atau kurang mencukupi
sekalipun tingkat presisinya sudah sesuaidengan keinginan.
Sebagai contohnya misalnya jika peneliti ingin mengetahui hubungan
tingkat kemampuan dalam pengambilan keputusan dengan tingkat pendidikan
di mana variabel terakhir ini dibagi secara rinci dari mulai belum sekolah,
sekolah tidak tamat SD, tamat SD sampai tamat perguruan tinggi. Rincian
variabel seperti inilah yang membutuhkan sampel dalam jumlah yang sangat
besar. Bahkan 100 responden dapat dikatakan belum mencukupi untuk
analisis karena terdapat begitu banyak sel-sel matriks data yang tidak terisi.
Persoalan jadi bertambah rumit jika peneliti menggunakan metode
perhitungan statistik yang tidak sederhana.
Sedangkan prinsip keempat sifat lebih pragmatis, yaitu berkenan dengan
ketersediaan sumber daya berupa tenaga, biaya, dan waktu yang dimiliki
peneliti. Kadang peneliti menginginkan tingkat presisi tinggi dengan
mengambil sampel dalam jumlah besar, namun keinginan tersebut terbentur
dengan kendala kepemilikan sumber daya. Dalam kondisi seperti inilah
peneliti harus dapat secara cermat menyeimbangkan antara efisiensi dan
presisi, Inilah bagian dari seni dalam penelitian.
E. PEMBUATAN KUESIONER
Umumnya dalam penelitian survei lapangan, sarana berupa kue sioner
atau panduan pertanyaan merupakan elemen yang esensial (harus ada) untuk
kepentingan pengumpulan data. Produk akhir pengumpulan data melalui
kuesioner umumnya berupa angka, tabel, analisis statistik, dan deskripsi serta
kesimpulan hasil penelitian. Sebagai pemandu peneliti dalam wawancara,
tujuan utama penyusunan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian di mana informasi tersebut
memiliki nilai reliability dan validity yang setinggi mungkin.
Dengan mengingat segala keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka
semua berkaitan dengan tujuan penelitian itu sendiri. Setidaknya memuat
empat pertanyaan pokok, yaitu:
Penelitian Kedua
Penutup
Dari contoh pengumpulan data pada dua kasus penelitian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
C. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud
mendapatkan gambaran lengkap tentang topic yang diteliti. Wawancara mendalam
dilakukan secara intensif dan berulang-ulang. Pada penelitian kualitatif,
wawancara mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan observasi
partisipasi.
BAB III
No Pertanyaan Jawaban
BAB IV
ETNOMETODOLOGI
BAB IV
No Pertanyaan Jawaban
BAB V
ANALISIS ISI MEDIA DAN FOCUS GRUP DISCUSSION DALAM
PENELITIAN KUALITATIF
Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untik
menganalisis isi pesab dan mengolah pesan, atau suatu alat mengobservasi dan
menganalisis isi perilaku komunikasi yang tebuka dari komunikator yang dipilih.
Prinsip sistematik diartikan bahwa ada perlakuan prosedur yang sama pada semua
isi yang dianalisis. Prinsip obyektif, berarti hasilnya tergantung pada prosedur
penelitian bukan pada orangnya. Sedang kuantitatif, diartikan dengan mencatat
nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang
didefinisikan. Sementara isi yang nyata, diberi pengertian yang diteliti dan
dianalisis hanyalah isi yang tersurat, yang tampak, bukan makna yang dirasakan
oleh si penulis.
Analisis isi media kualitatif lebik banyak dipakai untuk meneliti dokumen
yang dapat berupa teks, gambar, symbol, dan sebgainya untuk memahami budaya
dari suatu konteks sosial tertentu. Analisis isi media kualitatif merujuk pada
metode analisis integrative dan lebih secara konseptual untuk menemukan,
mengidentifikasi, mengolah danmenganalisis dokumen untuk memahami makna,
signifikansi, dan relevansinya.
BAB V
No Pertanyaan Jawaban
BAB VI
LAPORAN PENELITIAN
2. Gaya Penulisan
Dalam menyusun laporan penelitian hal yang tidak kalah penting adalah
perlu adanya gaya penulisan yang dianut oleh peneliti secara konsisten.
Hal ini berkaitan dengan aturan-aturan ilmian yang harus ditaati oleh
peneliti. Dengan gaya penulisan tertentu maka laporan penelitian akan
tampak lebih sitematis dan mudah dipahami oleh pembaca.
3. Pembaca
Laporan penelitian harus memperhatikan siapa yang menjadi sasaran
penting dari hasil penelitian tersebut. hal ini harus diperhatikan karena
peneliti dalam membuat laporan harus memperhatikan siapa yang
diharapkan akan menjadi pembaca utamanya dari laporan yang dibuatnya.
4. Waktu
Laporan penelitian harus memperhatikan waktu yang tepat. Dalam
penelitian kuantitatif mungkin akan menjadi masalah yang tidak begitu
rumit akan tetapi dalam penelitian kualitatif akan menjadi sulit apabila
data yang dapat di lapangan terus berkembang semakin kompleks
sehingga peneliti tidak tahu kapan harus mengakhiri penelitiannya.
6. Jumlah Halaman
Tebal tipisnya laporan penelitian tidak menunjukkan kualitas dari hasil
penelitian. Ini berarti bahwa laporan penelitian dengan jumlah halaman
yang banyak tidak selalu baik dari laoran penelitian yang jumlah
halamannya sedikit.
Terdapat dua format dalam laporan penelitian, yaitu format laporan penelitian
kuantitatif dan format laporan penelitian kualitatif.
1. Format Laporan Penelitian Kuantitatif
Bagian awal
Judul Penelitian
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis
E. Definisi Konsep
F. Definisi Operasional
G. Kepustakaan
H. Metodelogi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
b. Unit Analisis
c. Populasi
d. Teknik Sampling
e. Sampel
f. Instrument Penelitian
g. Analisis Data
BAB IV PENITUP
a. Kesimpulan
b. Rekomendasi (saran)
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran-lampiran
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi (saran)
BAB VI
No Pertanyaan Jawaban