Nama: Anhar Saputra Kelas: HTN 1E NIM: 2103020123 Matkul: Ushul Fiqhi
Nama: Anhar Saputra Kelas: HTN 1E NIM: 2103020123 Matkul: Ushul Fiqhi
KELAS : HTN 1E
NIM : 2103020123
MATKUL : USHUL FIQHI
2. Ijma’ Sakuti
Yaitu pendapat ulama tentang suatu masalah yang diketahui oleh paramujtahid
lainnya, tetapi mereka diam, tidak menyepakati ataupun pendapat itu secara jelas.
Adapun ijma’ sakuti terbagi atas dua macam yaitu sebagai berikut :
Ijma’ Qath’i , yaitu bahwa hukumnya dipastikan dan tidak ada jalan untuk
memutuskan hukum yang berlainan dengan alasan kasus ini, dan tidak ada peluang
untuk ijtihad dalam suatu kasus setelah terjadinya ijma’ yang sharih atas hukum
syara’ mengenai kasus ini.
Ijma’ Dzanni, yaitu bahwa hukumnya diduga kuat dan ijma’ ini tidak mengeluarkan
kasus ini dari kandungannya sebagao objek ijtihad, karena merupakan ungkapan dari
sekelompok mujtahid bukan keseluruhannya.
Kehujjaan Ijma'.
Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan kehujjan ijma', misalnya apakah
ijma' itu syar'i,?, Apakah ijma' itu merupakan landasan ushul fiqhi atau bukan?
Bolehkah kita nafikan atau mengingkari ijma'?.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka para ulama berbeda
pendapat sebagai berikut :
Al-Badawi berpendapat bahwa, orang-orang hawa tidak menjadikan ijma itu sebagai
hujjah secara mutlak
Menurut Al-Hamidi, bahwa para ulama sepakat mengenai ijma' itu bukan sebagai
hujjah yang wajib diamalkan. Pendapat tersebut bertentangan dengan syari'ah
khawarij dan Nizam dari golongan Mu'tazilah
Al-Hajib berkata bahwa ijma' itu hujjah tanpa menanggapi pendapat nizam, khawarij
dan syi'ah
Ar-Rahawi ko berpendapat bahwa ijma' itu pada dasarnya adalah hujjah
Dalam kitab Qawaidul Ushul dan Ma'aqidul ushul dikatakan bahwa ijma' itu hujjah
pada setiap masa. Namun pendapat ini ditentang oleh daud yang mengatakan bahwa
ijma' itu terjadi pada masa sahabat.