Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akut abdomen merupakan suatu gejala-gejala dengan onset akut dan mengarah
pada penyebab dalam abdomen. Keadaan akut abdomen merupakan keadaan darurat dan
dapat mengancam nyawa bila tidak ditatalaksana dengan tepat. Gejala utama pada akut
abdomen adalah nyeri perut. Akut abdomen biasanya memerlukan tatalaksana terapi
pembedahan segera. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena infeksi,
obstruksi, iskemia, atau perforasi.

Keadaan akut abdomen merupakan 7% gejala utama pasien datang ke Instalasi


Gawat Darurat. Prevalensi kasus akut abdomen pada rawat inap meliputi 20-40% dari
pasien rawat inap. Pada penelitian, didapatkan penyebab akut abdomen meliputi 33%
merupakan nyeri abdomen non spesifik yang banyak terdapat pada wanita muda, 23%
appendisitis akut dan 8,8% disebabkan oleh kolik bilier yang biasanya diderita oleh
wanita tua. Hampir separuh dari keadaan akut abdomen tersebut memerlukan terapi
pembedahan.

Akut abdomen dapat terjadi pada berbagai usia dan jenis kelamin. Gejala nyeri
perut merupakan gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien yang datang ke Instalasi
Gawat Darurat. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam mendiagnosis awal keadaan
akut abdomen. Dalam mendiagnosis akut abdomen diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang baik serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang lengkap. Pada keadaan akut abdomen juga
dilakukan observasi yang ketat.

1
B. Rumusan masalah

1. Apa saja anatomi dan fisiologi akut abdomen

2. Apa yang dimaksud dengan akut Abdomen ?

3. Apa dan bagaimana epidemiologi dan etiologi akut abdomen?

4. Apa dan bagaimana pengkajian pada Akut abdomen?


5. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada akut abdomen?

6. Bagaimana intervensi keperawatan pada akut abdomen tersebut?

A. Tujuan

1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi akut abdomen

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akut abdomen

3. Untuk mengetahui epidemiologi dan etiologi akut abdomen

4. Untuk mengetahui pengkajian pada akut abdomen.


5. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada akut abdomen
6. ntuk mengetahui intervensi keperawatan pada akut abdomen tersebut

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Abdomen

Regio pada abdomen dapat diklasifikasikan menjadi 9 regio maupun 4 kuadran.

Gambar 1. 9 Regio Abdomen

Pembagian abdomen berdasarkan 9 regio, yaitu

1. Regio hipokondria kanan


2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondria kiri
4. Regio lumbal kanan
5. Regio umbilikus
6. Regio lumbal kiri
7. Regio iliaka kanan
8. Regio hipogastrika
9. Regio iliaka kiri

3
Gambar 2. 4 Kuadran Abdomen

Sedangkan pembagian abdomen berdasarkan 4 kuadran, yaitu :

1. Kuadran kanan atas


2. Kuadran kiri atas
3. Kuadran kanan bawah
4. Kuadran kiri bawah

Perkembangan dari rongga abdomen dan anatomi organ-organ visera serta persarafan
sensoris viseral sangat penting untuk evaluasi penyakit akut abdomen. Setelah 3 minggu
perkembangan janin, usus primitif terbagi menjadi foregut, midgut, dan hindgut. Arteri
mesenterika superior menyuplai ke midgut (bagian keempat duodenum sampai
midtransversal kolon). Foregut meliputi faring, esofagus, lambung, dan proksimal
duodenum, sedangkan hindgut terdiri dari kolon distal dan rektum. Serabut aferen yang
menyertai suplai vaskuler memberikan persarafan sensoris pada usus dan terkait
peritoneum viseral. Sehingga, penyakit pada proksimal duodenum (foregut) merangsang
serabut aferen celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium. Rangsangan di sekum atau
apendiks (midgut) mengaktifkan saraf aferen yang menyertai arteri mesenterika superior
menyebabkan rasa nyeri di periumbilikalis, dan penyakit kolon distal menginduksi serabut

4
saraf aferen sekitar arteri mesenterika inferior menyebabkan nyeri suprapubik. Saraf
prenikus dan serabut saraf aferen setinggi C3, C4, dan C5 sesuai dermatom bersama-sama
dengan arteri prenikus mempersarafi otot-otot diafragma dan peritoneum sekitar
diafragma. Rangsangan pada diafragma menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu.
Peritoneum parietalis, dinding abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal menerima
persarafan somatik sesuai dengan segmen nerve roots.

Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal yang kaya akan inervasi saraf akan
menghasilkan sensasi yang tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada
viseral mengiritasi pada peritoneum parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir.
Banyak "peritoneal signs" yang berguna dalam diagnosis klinis dari acute abdominal pain.
Inervasi dual-sensorik dari kavum abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf somatik
menghasilkan pola nyeri yang khas yang membantu dalam diagnosis. Misalnya, nyeri pada
apendisitis akut nyeri akan muncul pada area periumbilikalis dan nyeri akan semakin jelas
terlokalisir ke kuadran kanan bawah saat peradangan melibatkan peritoneum parietal.
Stimulasi pada saraf perifer akan menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan
terlokalisir dengan baik.

Rangsangan pada saraf sensorik aferen intraperitoneal pada nyeri akut abdomen
menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas pusat nyerinya), nyeri tidak terlokalisasi
dengan baik, dengan onset gradual/ bertahap dan durasi yang lebih lama. Nervus vagus
tidak mengirimkan impuls nyeri dari usus. Sistem saraf aferen simpatik mengirimkan nyeri
dari esofagus ke korda spinalis.

Saraf aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central dari diafragma, kapsul
lien, dan perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai C5. Spinal cord dari T6
sampai T9 menerima serabut nyeri dari bagian diafragma perifer, kantong empedu,
pankreas, dan usus halus. Serabut nyeri dari colon, appendik, dan visera dari pelvis
memasuki sistem saraf pusat pada segmen T10 sampai L1. Kolon sigmoid, rektum, pelvic
renalis beserta kapsulnya, ureter dan testis memasuki sistem saraf pusat pada T11 dan L1.
Kandung kemih dan kolon rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 sampai S4. Nyeri
abdomen dapat berupa nyeri visceral, nyeri parietal atau nyeri alih

5
B. Akut Abdomen
a. Definisi
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 24 jam, biasanya menimbulkan gejala nyeri yang
dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Pada beberapa pasien dengan
akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera.
Keadaan klinis akut abdomen memerlukan pemeriksaan yang seksama dan
cepat untuk memutuskan perlunya tindakan operasi dan dimulainya terapi yang
tepat. Oleh karena itu, diagnosis awal yang tepat dapat menentukan terapi yang
dipilih seperti perlunya tindakan laparoskopi atau laporotomi segera
b. Epidemiologi
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan
gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat.Studi lain
menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh
nyeri perut
Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir
pasien dengan nyeri akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%),
obstruksi usus halus (4%), keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis akut (3%),
colic renal (3%), perforasi ulkus peptic (2,5%) atau diverticulitis akut (1,5%).
c. Etiologi
Penyebab akut abdomen dapat dibagi menjadi penyebab non bedah dan bedah.
Penyebab non bedah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Gangguan metabolik dan endokrin : uremia, krisis diabetic, krisis penyakit
Addison.
2. Gangguan hematologi : krisis anemia sel sabit, leukemia akut, dan penyakit
darah lainnya.
3. Obat-obatan dan racun : keracunan logam berat, ketergantungan obat narkotik.

6
Sedangkan penyebab bedah dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Perdarahan : Trauma organ viscera, ruptur aneurisma arteri, kehamilan ektopik
terganggu, ulkus intestinal, perdarahan pankreas.
2. Infeksi : appendicitis, kolesistitis, abses hati, abses diverticular.
3. Perforasi : perforasi ulkus gastrointestinal, perforasi kanker gastrointestinal, perforasi
diverticulum.
4. Obstruksi : adhesi yang berhubungan dengan obstruksi usus besar, hernia incarserata,
kanker gastrointestinal.
5. Iskemia : thrombosis atau emboli arteri mesenterika, colitis iskemik, torsi ovarium,
hernia strangulata.

Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan akut abdomen dapat dibagi menjadi 6


bagian besar kategori, yaitu:
1. Inflamasi
Kategori inflamasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang disebabkan
bakteri dan kimiawi. Inflamasi akibat bakterial seperti appendisitis akut divertikulitis,
dan beberapa kasus Pelvic Inflammatory Disease. Inflamasi akibat kimiawi antara lain
perforasi dan ulkus peptikum.
2. Mekanik
Penyebab mekanis misalnya keadaan obstruksi, seperti hernia inkarserata,
perlengkapan, intussusepsi, malrotasi usus dengan volvulus, atresia kongenital atau
stenosis usus. Penyebab tersering obstruksi mekanik usus besar adalah Ca kolon.
3. Vaskular
Kelainan vaskular seperti trombosis atau embolisme. mesenterika yang
menyebabkan aliran darah terhenti sehingga timbul nekrosis jaringan, dengan ganggren
usus
4. Defek Kongenital
Defek congenital yang dapat menyebabkan akut abdomen seperti atresia
duondenum, omphalocele atau hernia diaphragmatica.

7
5. Trauma
Penyebab traumatik dari akut abdomen bervariasi dari luka tusuk dan tembak sampai
luka tumpul abdominal yang menyebabkan keadaan rusaknya organ visera seperti
ruptur lien.
Penyebab nyeri perut terkadang dapat diprediksi berdasarkan lokasi dan jenis rasa
sakit sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis. Perkiraan penyebab
berdasarkan fakta bahwa patologi struktur yang mendasari di setiap regio cenderung
memberikan nyeri perut maksimal di regio tersebut

C. Nyeri Perut
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau sudah
berlangsung lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri visceral, nyeri somatic maupun
nyeri alih.
1. Jenis dan Letak Nyeri Perut
a. Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga
perut, misalnya karena cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti
organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan, atau
pemotongan. Akan tetapi, bila dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi
kontraksi yang berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia akan timbul nyeri.
Pasien yang merasakan nyeri viseral biasanya tak dapat menunjukkan secara tepat
letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk
menunjuk daerah yang yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut nyeri sentral. Penderita
memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional organ yang
terlibat. Karena tidak disertai rangsang peritoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh
gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak

b. Nyeri Somatik

8
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut.
Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang
kimiawi, atau proses radang
Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan sensasi yang
tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada viseral mengiritasi pada
peritoneum parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk atau disayat. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum
dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri
kontralateral pada apendisitis akut. Setiap gerakan penderita akan menambah rasa
nyeri, baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang dalam

2. Sifat Nyeri
a. Nyeri Alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke
bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh
perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada
kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung belikat.
b. Nyeri Proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf
sensoris akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri
phantom setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zoster
c. Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada
peradangan pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering
ditemukan pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri
peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum
sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada
tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan

9
peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit
setempat.
d. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus
menerus, misalnya pada reaksi radang. Otot dinding perut menunjukkan defans
muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meraadang dan
menghindari gerakan atau tekanan setempat
e. Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga
dan biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena
kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul. Yang khas ialah trias
kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah
dan gerak paksa
f. Nyeri Iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap,
dan tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis
g. Nyeri Pindah
Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada
tahap awal apendisitis. Sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri
viseral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk
usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum
viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri
somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang
meradang, yaitu di perut kanan bawah. Jika apendiks kemudian mengalami
nekrosis dan gangren (apendisitis gangrenosa) nyeri berubah lagi menjadi nyeri
iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat
jatuh dalam keadaan toksis

10
3. Onset dan Progresifitas Nyeri
Onset timbulnya nyeri dapat menunjukkan keparahan proses yang terjadi.
Onset dapat digambarkan dalam bahasa mendadak (dalam detik), cepat (dalam
jam), dan perlahan (dalam beberapa jam). Nyeri hebat yang terjadi mendadak
pada seluruh abdomen merupakan suatu keadaan bahaya yang terjadi intra
abdomen seperti perforasi viscus atau ruptur aneurisma, kehamilan ektopik, atau
abses. Dengan adanya gejala sistemik (takikardi, berkeringat, takipneu dan syok)
menunjukkan dibutuhkannya resusitasi dan laparotomi segera
4. Karakteristik Nyeri
Sifat, derajat, dan lamanya nyeri sangat membantu dalam mencari
penyebab utama akut abdomen. Nyeri superfisial, tajam dan menetap biasanya
terjadi pada iritasi peritoneal akibat perporasi ulkus atau ruptur appendiks, ovarian
abses atau kehamilan ektopik. Nyeri kolik terjadi akibat adanya kontraksi
intermiten otot polos, seperti kolik ureter, dengan ciri khas adanya interval bebas
nyeri. Nyeri kolik biasanya dapat reda dengan analgetik biasa. Sedangkan nyeri
strangulata akibat nyeri iskemia pada strangulasi usus atau trombosis vena
mesenterika biasanya hanya sedikit mereda meskipun dengan analgetik narkotik.
Faktor-faktor yang memicu atau meredakan nyeri penting untuk diketahui

D. Asuhan keperawatan
1. Pengakajian, meliputi :
a. Identitas klien

1)      Nama
2)      Umur
3)      Jenis kelamin
4)      Suku bangsa
5)      Pekerjaan
6)      Pendidikan
7)      Alamat
8)      Tanggal MRS
9)      Diagnosis

11
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c.  Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah
pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau
menular
d. Pola- pola fungsi kesehatan
1) Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.

2) Pola nutrisi dan metabolisme


Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran
terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi
konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
6) Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang.

12
7) Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
8) Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan
proses penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
2) Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak
tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3) Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.
4)   Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5) Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan
berkurang, muntah.
6) Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
f. Analisa Data
Data 1
Ds : Nyeri pada perut
Do : Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon
autonomic misalnya perubahan tanda vital.
Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik).
Etiologi : Proses penyakitnya.

13
Data 2
Ds : Klien terlihat gelisah
Do : Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi
wajah.
Masalah : Ansietas / cemas
Etiologi : Perubahan status kesehatan (ancaman kematian)

Data 3
Ds : Nyeri perut
Do : Muntah, intoleran terhadap makanan, mual.
Masalah : Resiko gangguan pemenuhan nutrisi
Etiologi : Anoreksia (proses penyakitnya)

2. Diagnosa keperawatan
a. Data 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya
ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan
abdomen, respon autonomik.
b. Data 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai
dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang
kontak mata, ekspresi wajah penderita.
c. Data 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.

14
3. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan kriteria hasil keperawatan
1 Gangguan rasa nyaman Tujuan : -Catat keluhan nyeri, - Nyeri tidak selalu
(nyeri akut/kronis) Nyeri berkurang termasuk lokasi ada tetapi bila
Kriteria hasil : lamanya. ada harus
- Klien -Observasi TTV klien. dibandingkan
menyatakan - Kaji ulang faktor yang dengan gejala
nyeri mulai meningkatkan atau nyeri pasien
berkurang menurunkan nyeri. sebelumnya
- Ekspresi wajah -Berikan makan sedikit dimana dapat
klien tidak tapi sering sesuai membantu
menyeringai indikasi untuk siagnosa.

pasien. - Untuk

-Identifikasi dan batasi mengetahui

makanan yang perkembangan

menimbulkan klien.

ketidaknyamanan. - Membantu dalam

-Kolaborasi dengan tim membuat

medis dalam diagnosa dan

pemberian terapi. kebutuhan terapi.


- Makanan
mempunyai efek
penetralisir asam,
juga
menghancurkan
kandungan
gaster. Makan
sedikit mencegah
distensi dan
haluaran gastrin.

15
- Makanan khusus
yang
menyebabkan
distress
bermacam-
macam antara
individu.
Penelitian
menunjukkan
merica dan kopi
berbahaya dapat
menimbulkan
dispepsia.
- Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan.

2 Ansietas (cemas) Tujuan : Cemas - Awasi respon - Dapat menjadi


berhubungan dengan status berkurang fisiologis seperti indikatif derajat
kesehatan (ancaman Kriteria hasil : takipnea, takut yang
kematian) - Menunjukkan palpitasi. dialami pasien
rileks - Catat petunjuk tetapi dapat juga
- Klien tidak prilaku seperti berhubungan
terlihat gelisah gelisah, mudah dengan kondisi
- Menunjukkan terangsang, fisik.
pemecahan kurang kontak - Indikator derajat
masalah mata. takut yang
- Dorong dialami
pernyataan takut pasien,misal :
dan ansietas : pasien akan

16
berikan umpan merasa tak
balik. terkontrol terhaap
- Dorong orang situasi atau
terdekat tinggal mencapai status
dengan pasien. panik.
- Kolaborasi - Membantu pasien
dengan tim medis menerima
dalam pemberian perasaan dan
terapi memberikan
kesempatan
untuk
memperjelas
kesalahan
konsep.
- Membantu
menurunkan
takut melalui
pengalaman
menakutkan
menjadi seorang
diri.
- Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
dan memberikan
rasa tenang pada
klien

17
3 Resiko gangguan Tujuan : Klien tidak - Kaji dan - Untuk
pemenuhan nutrisi merasa nyeri perut observasi TTV mengetahui
berhubungan dengan Kriteria hasil : klien. keadaan /
anoreksia (proses - Klien tidak - Dorong klien perkembangan
penyakitnya) merasa mual dan untuk makan klien.
muntah. makanannya - Agar isi dalam
- Klien toleran sedikit demi lambung tidak
terhadap sedikit. kosong atau
makanannya. - Berikan makan memperbaiki
sedikit tapi sering keadaan sistem
sesuai indikasi pencernaan klien.
pasien. - Makanan
- Kolaborasi mempunyai efek
dengan tim gizi penetralisir asam,
dalam pemberian juga
diet. menghancurkan
kandungan
gaster.
- Makan sedikit
mencegah
distensi dan
haluaran gastrin.
- Melakukan
fungsi
independen
perawat.

18
4. Pelaksanaan / implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan secara optimal.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akut abdomen menggambarkan keadaan klinis adanya kegawatan di rongga perut
yang biasanya timbul mendadak dengan gejala utama adalah nyeri perut. Akut abdomen
dapat disebabkan oleh adanya masalah bedah dan non bedah. Akut abdomen dapat
disebabkan oleh proses inflamasi, mekanik, neoplasma, vaskular, defek kongenital,
maupun trauma. Nyeri perut dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik dan dapat
berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut.

Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya gejala nyeri perut mulai dari
onset nyeri, karakteristik nyeri, durasi nyeri, lokasi dan penjalaran nyeri. Pemeriksaan
fisik abdomen juga harus diperhatikan terutama palpasi dan adanya defanse musculaire
yang menunjukan rangsangan peritoneum parietal, sehingga membutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan diagnosis pasti.

Akut abdomen merupakan suatu kumpulan gejala yang menunjukkan adanya


kegawatan di rongga perut sehingga akut abdomen bukanlah diagnosis. Pasien harus
segera dirujuk ke spesialis bedah apabila sudah didapatkan tanda-tanda akut abdomen
agar dapat ditegakkan diagnosis dan penanganan lebih lanjut. Penatalaksanaan pasien
sebelum dirujuk dapat dilakukan penstabilan kondisi hemodinamik dan ditundanya
pemberian analgetik karena dapat menghilangkan gejala akut abdomen pada pasien.

B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah
selanjutnya

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim, 2007. Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC

2. Sabiston, et al. 2007. Sabiston texbook of surgery the biological basis of modern surgical
practice. Edisi ke 18. Saunders, An Imprint of Elsevier

3. Dombal FT, Margulies M. 1996. Acute Abdominal Pain. Gut.bmj.com

4. Miettinen, et al. 1996. Acute Abdominal Pain in Adults.


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8739926

5. Sudoyo, A.W. dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.).

6. Graff LG, Robinson D: Abdominal pain and emergency department evaluation. Emerg Med
Clin North Am 19:123-136, 2001.

7. Cordell WH, Keene KK, Giles BK, et al: The high prevalence of pain in emergency medical
care. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.

8. Ashley H., Bennet B., & Marie C. The Evaluation of The Acute Abdomen. Springer Science
Business Media New York 2013

9. Jerome H.A., et.al Surgical Critical Care. 2nd Ed.USA: Taylor & Francis, 2005

10. Mulholland, Michael W, Lillemoe, et al. 2006. Greenfield's Surgery: SCIENTIFIC


PRINCIPLES AND PRACTICE, 4th Edition. Lippincot Williams & Wilkins.

21

Anda mungkin juga menyukai