Anda di halaman 1dari 47

REAKTANSI KAPASTIF DAN RANGKAIAN R C SERI

OLEH :
Abdul Aziz Qurays
Ardia Mufti
Fiqya
Taufiq Yudi

1. Latar Belakang
Rangkaian elektronika terdiri dari dua jenis komponen yaitu koponen aktif
dan komponen pasif. Untuk komponen aktif terdiri dari dioda, transistor,dll.
Sedangkan untuk komponen pasif terdiri dari hambatan ( R ) , kapasitor ( C ),
dan inductor ( L ). Pada kehidupan sehari – hari komponen pasif sangat sering
di gunakan untuk menunjang komponen aktif. Oleh karenanya sebelum kita
mempelajari komponen aktif kita sangat perlu untuk memahami komponen
pasif terlebih dahulu. Untuk kali ini kita akan mempelajari reaktansi kapasitif
yaitu hambatan listrik yang terdapat pada kapasitor serta rangkaian seri dari R
dan C.
2. Tujuan
a. Dapat mengetahui karakteristik reaktansi kapasitif
b. Dapat mengetahui factor yang mempengaruhi reaktansi kapasitif
c. Dapat memahami rangkaian RC seri
d. Dapat mengetahui karaktristik – karakteristik pada rangkaian R dan
C seri.
e. Dapat merangkai rangkaian dengan benar.

3. Alat dan Komponen yang di gunakan


Generator fungsi
Oscilloscope
Protoboard kit
Multimeter
R( )
C( )
Probe
T- connector
Kabel penghubung

4. Dasar Teori
a. Generator fungsi
Generator fungsi adalah bagian dari peralatan uji coba elektronik yang
digunakan untuk menciptakan gelombang listrik. Sistem generator
fungsi ini dapat menghasilkan gelombang sinus, segitiga, persegi dan
pulsa dengan range frekuensi yang lebar.
Generator fungsi umumnya menghasilkan gelombang segitiga
sebagai dasar dari semua outputnya. Segitiga ini dihasilkan oleh
kapasitor yang dimuat dan dilepas secara berulang-ulang dari sumber
arus konstan. Hal ini menghasilkan ramp atau voltase menanjak dan
menurun secara linier. Ketika voltase output mencapai batas atas dan
batas bawah, proses pemuatan dan pelepasan dibalik menggunakan
komparator, menghasilkan gelombang segitiga linier. Dengan arus
yang bervariasi dan ukuran kapasitor, frekuensi yang berbeda dapat
dihasilkan. generator fungsi bekerja dalam daerah frekuensi mulai
dari kurang satu hertz sampai lebih dari 10 MHz.
Generator fungsi yang baik
1. Bentuk isyarat yang dihasilkan adalah gelombanag sinus, segitiga,
persegi dan pulsa.
2. Semakin besar nilai tahanan pengatur frekuensi dari komponen luar
menyebabkan frekuensi gelombang semakin tinggi dan semakin
nilai kapasitansi kapasitor dari komponen luar mengakibatkan
frekuensi semakin kecil
3. Tegangan keluaran gelombang berbanding lurus terhadap nilai
tahanan pengatur amplitudo.
4. Jika Ketelitian generator fungsi untuk setiap perubahan nilai tahanan
pengatur frekuensi dan perubahan nilai kapasitansi kapasitor
masing-masing adalah 99.99%, serta kestabilan generator fungsi
terhadap perubahan nilai fekuensi dan tegangan keluaran pada nilai
tertentu berturut-turut adalah 99.96% dan 100%, berarti kestabilan
generator fungsi ini sangat tinggi.
Fungsi umum generator fungsi
Jika Anda akan melakukan pengujian atau merancang rangkaian
elektronika, dari yang sederhana sampai yang paling rumit, generator
fungsi adalah instrumen yang akan sangat membantu. Gelombang
sinus yang dihasilkan oleh sebuah generator fungsi biasanya dipakai
untuk memeriksa tanggapan frekuensi dan keluaran daya dari
sebuah penguat balans, dan untuk menepatkan filter.
Hasil pengoperasian

Hasil pengoperasian generator fungsi


dalam bentuk gelombang segitiga

Hasil pengoperasian generator fungsi


dalam bentuk gelombang sinus

Panel belakang generator fungsi Panel depan generator fungsi


b. Oscilloscope
Dalam bidang elektronika, osiloskop merupakan instrumen ukur yang
memiliki posisi yang sangat vital mengingat sifatnya yang mampu menampilkan
bentuk gelombang yang dihasilkan oleh rangkaian yang sedang diamati. Dewasa
ini secara prinsip ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real
time oscilloscope, ) dan tipe digital (DSO - digital storage osciloscope), masing-
masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun
praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing
agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan
dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang
sedang diperiksa atau diuji kinerjanya. Untuk itulah di sini akan ditinjau karakter
masing-masing tipe osiloskop tersebut.

Osiloskop Analog

Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang


listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah
tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Pancaran elektron
dari bagian senapan elektron ( electron gun) yang membentur atau menumbuk
dinding dalam tabung tersebut mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor pada
layar tabung sehingga terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang
menggambarkan bentuk dasar gelombang. Dalam perjalanannya dari senapan
elektron menuju layar yang berfosfor tadi, elektron-elektron dipengaruhi oleh
medan listrik dalam arah vertikal (ke atas maupun ke bawah) oleh sepasang pelat
pembelok (defleksi) vertikal dan dalam arah horisontal oleh sepasang pelat
defleksi horisontal. Apabila tegangan pada semua pelat tersebut nol Volt, elektron
akan berjalan lurus membentur layar sehingga hanya terlihat sebuah bintik nyala
ditengah layar saja. Untuk "membuat" gambar garis pada layar, diperlukan
gelombang gigi gergaji yang diberikan kepada pasangan pelat horisontal tersebut.
Tegangan gigi gergaji ini dihasilkan oleh time base generator/sweep generator
atau generator sapu, yang kemudian diperkuat oleh penguat horisontal. Tegangan
gigi gergaji ini naik secara linier terhadap waktu sehingga berkas elektron pada
layar bergerak dari kiri ke kanan. Setelah sampai di bagian paling kanan layar,
tegangan gigi gergaji turun dengan cepat ke nol sehingga memulai gerakan
berulang dari bagian kiri layar. Gerakan balik yang cepat ini tidak dapat ditangkap
oleh mata sehingga yang terlihat adalah gambar garis horisontal lurus pada layar
yang tidak terputus. Agar osiloskop dapat menggambarkan bentuk gelombang
yang sedang diamati maka gelombang tersebut diumpankan ke rangkaian vertikal.
Rangkaian vertikal ini berfungsi memperkuat atau melemahkan simpangan
vertikal dari gelombang masukan, sehingga tegangan yang diberikan ke pasangan
pelat defleksi vertikal menghasilkan medan listrik yang dapat mempengaruhi
gerakan vertikal elektron secara proporsional selagi ia bergerak menuju ke layar,
yang berakibat bentuk gelombang pada layar dapat diperbesar atau diperkecil.
Karena arah gerak elektron berdasar vektor medan listrik horisontal dan vertikal,
CRT nya disebut direct viev vector CRT. Dari prinsip kerja yang demikian itu,

Gambar 2
gambar blok ART secara prinsip dapat disederhanakan seperti terlihat pada
Gambar 2. Agar gambar pada layar dapat stabil, digunakan rangkaian picu
(trigger). Jika suatu gelombang listrik dihubungkan ke ART, rangkaian picu akan
memonitor gelombang masukan tersebut dan menunggu event - yakni saat
terjadinya peristiwa atau kondisi yang dapat dipakai untuk- pemicuan. Event picu
ini berupa suatu sisi atau tebing gelombang yang memenuhi persyaratan yang
telah didefinisikan atau ditentukan melalui suatu pilihan tombol pada panel depan
osiloskop. Sekali event picu ini terjadi, osiloskop akan menstart generator sapu
dan meragakan bentuk gelombang yang sedang diukur. Proses ini akan berulang
sepanjang osiloskop tersebut dapat mendeteksi event-event picu.

Selain menyangkut vertikal dan horisontal, osiloskop analog mempunyai dimensi


ketiga yang disebut dengan gray scaling (skala/tingkatan atau intensitas kelabu).
Tingkatan kelabu ini diciptakan melalui intensitas pancaran elektron pada tabung
gambar, yang meragakan detil gambar bagian tertentu secara sekilas saja. Kondisi
ini terjadi karena kecepatan pancaran elektron mempengaruhi kecerahan jejaknya.
Makin cepat pancaran bergerak dari satu titik ke titik lain pada bagian tertentu,
makin sedikit waktu ia dapat mengeksitasi elektron-elektron pada fosfor yang
terdapat pada dinding layar. Akibatnya jejak yang membentuk gambar gelombang
bagian tersebut akan lebih redup daripada gambar bagian gelombang yang
lainnya.

Skala kelabu ini juga menunjukkan frekuensi relatif dari event-event individual
(gejala khusus) yang terjadi dalam suatu gelombang yang sifatnya berulang
(repetitif). Pancaran elektron yang mengambarkan bagian gelombang yang
bentuknya sama secara berulang akan menyebabkan bagian yang dapat tergambar
dengan terang di layar, sedangkan event lekuk gelombang yang jarang terjadi
akan mendapat lebih sedikit waktu eksitasi. Akhirnya menjadi jelas bahwa daerah
dari lapisan fosfor yang dirangsang/dieksitasi secara berulang nampak lebih terang
daripada daerah yang kurang distimulasi.

Kesimpulannya, gambar yang diragakan oleh ART kadang begitu redupnya


sehingga sulit untuk dilihat baik karena sinyal masukannya mempunyai sisi-sisi
yang begitu cepat (seperti halnya gelombang kotak dari suatu astable
multivibrator yang bagian sisi tegak gelombangnya hampir tak terlihat) , atau
karena gelombang repetitif menghasilkan event-event tertentu yang demikian
jarangnya.

Cahaya yang dihasilkan oleh fosfor mempunyai waktu hidup yang sangat pendek
setelah pancaran elektron berlalu. Untuk fosfor yang sering digunakan pada CRT
yakni P31, cahaya yang dihasilkan akan turun sampai ke suatu harga yang masih
dapat dilihat dengan nyaman dalam ruang yang bercahaya sedang, dalam waktu
38 mikrodetik. Jika laju kecepatan pancaran elektron untuk mengeksitasi ulang
terjadi di bawah 1/38 mikrodetik atau 26 kHz, maka akan terjadi penurunan
cahaya secara dramatis di layar.

Kedipan (flicker) merupakan suatu fenomena lain yang membatasi kinerja CRT.
Jika laju eksitasi ulang jatuh dibawah harga minimum tertentu, umumnya sekitar
15 sampai 20 Hz, maka akan terjadi kedipan, yakni peragaan di layar akan tampak
nyala dan padam bergantian.

Gambar 3

menyatakan hubungan antara kecepatan sapuan (horisontal) sebagai fungsi dari


laju perulangan (repetition rate) sinyal masukan (vertikal). Untuk memahaminya
diberlakukan kondisi sebagai berikut: laju perulangan dari sinyal masukan
dipertahankan pada harga yang konstan pada peragaan gelombang yang nyaman
dipandang, kemudian kecepatan sapuannya diturunkan secara perlahan sampai
kedipan mulai terjadi. Penurunan lebih lanjut akan menghasilkan kedipan yang
makin jelas sehingga akhirnya peragaannya tidak bermanfaat sama sekali karena
hanya tinggal berupa titik yang bergerak. Sekarang jika diberlakukan hal yang
sebaliknya, yakni kecepatan sapuan dijaga konstan pada suatu keadaan di mana
masalah cahaya maupun kedipan pada kondisi minimum, kemudian laju
kecepatan sinyal masukannya diturunkan, maka cahaya peragaan akan menjadi
redup. Batas terendah pada Gambar 3 akan dicapai saat peragaannya tidak dapat
dilihat sama sekali di ruang yang penerangannya cukup. Peragaan bagian
gelombang yang nampak redup baik karena sinyal yang diamati mempunyai sisi-
sisi atau tebing gelombang yang begitu cepat atau pada gelombang repetitif yang
menghasilkan event-event tertentu yang demikian jarang, kini dapat diatasi
dengan dengan teknologi MCP ( microchannel plate) dari Tektronix, yang mampu
meningkatkan intensitas peragaan bagian-bagian yang redup dari sebuah
gelombang sampai 1000 kali kecerahan aslinya tanpa menaikkan intensitas
peragaan pada bagian-bagian yang lebih kuat.

Osiloskop Digital (DSO)


Jika dalam osiloskop analog gelombang yang akan ditampilkan langsung
diberikan ke rangkaian vertikal sehingga berkesan "diambil" begitu saja (real
time), maka dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu
disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan
nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di
memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan
demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan
lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah
cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang
yang akan diukur.

Seperti ART, DSO melakukan akuisisinya dalam satu event pemicuan. namun
demikian ia secara rutin memperoleh, mengukur dan menyimpan sinyal masukan,
mengalirkan nilainya melalui memori dalam suatu proses kerja dengan cara;
pertama yang disimpan, yang pertama pula yang akan dikeluarkan, sambil
menanti picu terjadi. Sekali osiloskop ini mengenali event picu yang didefinisikan
oleh penggunanya, osiloskop mengambil sejumlah cuplikan yang kemudian
mengirimkan informasi gelombangnya ke peraga (layar). Karena kerja pemicuan
yang demikian ini, ia dapat menyimpan dan meragakan informasi yang diperoleh
sebelum picu (pretrigger) sampai 100 persen dari lokasi memori yang disediakan.

DSO mempunyai dua cara untuk "menangkap" atau mencuplik gelombang, yakni
dengan teknik single shot atau real time sampling. Dengan kedua teknik ini,
osiloskop memperoleh semua cuplikan dengan satu event picu. Sayangnya laju
cuplik DSO membatasi lebar pita osiloskop ketika beroperasi dalam waktu nyata
(real time). Secara teori (sesuai dengan Nyquist sampling theorema), osiloskop
digital membutuhkan masukan dengan sekurang-kurangnya dua cuplikan per
periode gelombang untuk merekonstruksi suatu bentuk gelombang. Dalam
praktek, tiga atau lebih cuplikan per periode menjamin akurasi akuisisi. Jika
pencuplik tidak dapat sama cepat dengan sinyal masukannya, osiloskop tidak akan
dapat mengumpulkan suatu jumlah yang cukup yang berakibat menghasilkan
suatu peragaan yang lain dari bentuk gelombangnya aslinya. yakni osiloskop akan
menggambarkan struktur keseluruhan sinyal masukan pada suatu frekuensi yang
jauh lebih rendah dari frekuensi sinyal sesungguhnya.

Ketika menangkap suatu gelombang bentuk tunggal (single shot waveform )


dengan cuplikan waktu nyata, osiloskop digital harus secara akurat menangkap
frekuensi sinyal masukan. Osiloskop digital biasanya menspesifikasikan dua lebar
pita; real time dan analog. Lebar pita analog menyatakan frekuensi tertinggi jalur
masukannya yang dapat lolos tanpa cacat yang serius pada sinyalnya. Lebar pita
real time menunjukkan frekuensi maksimum dari osiloskop yang dapat secara
akurat mencuplik menggunakan satu event picu. Bergantung dari osiloskopnya,
kadang-kadang kedua lebar pita tersebut mempunyai harga yang sama, kadang
mempunyai nilai yang berbeda jauh. Sebagai contoh misalnya lebar pita analog
dari suatu DSO 350 MHz dan lebar pita real time-nya hanya 40MHz.

Dengan metode alternatif yakni menggunakan equivalent-time sampling DSO


secara akurat dapat menangkap sinyal-sinyal sampai pada lebar pita osiloskopnya,
tetapi hanya pada sinyal-sinyal yang sifatnya repetitif. Dengan teknik ini,
osiloskop digital menerima cuplikan-cuplikan pada banyak event-event picu yang
kemudian secara berangsur-angsur mengkonstruksi keseluruhan bentuk
gelombangnya. Hanya lebar pita analog yang membatasi osiloskop pada frekuensi
berapa dapat menerima teknik ini.

Kebanyakan DSO, apakah ia menggunakan teknik real time atau equivalent time
akan mencuplik pada laju maksimum tanpa mengacu berapa dasar waktu (time
base) yang di pilih. Pada kecepatan sapuan yang lebih rendah osiloskop digital
menerima jauh lebih banyak cuplikan daripada yang dapat disimpannya.
Bergantung kepada mode akuisisi yang kita pilih, suatu DSO akan membuang
cuplikan ekstra atau menggunakannya untuk pemrosesan sinyal-sinyal tambahan
seperti deteksi puncak gelombang (peak detect), maupun sampul gelombang
(envelope)

osiloskop sangat penting untuk analisa rangkaian elektronik. Osiloskop penting


bagi para montir alat-alat listrik, para teknisi dan peneliti pada bidang elektronika
dan sains karena dengan osiloskop kita dapat mengetahui besaran-besaran listrik
dari gejala-gejala fisis yang dihasilkan oleh sebuah transducer. Para teknisi
otomotif juga memerlukan alat ini untuk mengukur getaran/vibrasi pada sebuah
mesin. Jadi dengan osiloskop kita dapat menampilkan sinyal-sinyal listrikyang
berkaitan dengan waktu. Dan banyak sekali teknologi yang berhubungan dengan
sinyal-sinyal tersebut.
Contoh beberapa kegunaan osiloskop :

Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.


Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
Membedakan arus AC dengan arus DC.
Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap
waktu.
Setting Osciloscope
On/Off : Untuk menghidupkan/mematikan Oscilloscope
Ilumination : Untuk menyalakan lampu latar.
Intensity : Untuk mengatur terang/gelapnya garis frekuensi
Focus : Untuk mengatur ketajaman garis frekuensi
Rotation : Untuk mengatur posisi kemiringan rotasi garis frekuensi
CAL : Frekuensi Sample yg dpt diukur utk mengkalibrasi Oscilloscope
Vertical Block
Position : Untuk mengatur naik turunnya garis.
V. Mode : Untuk mengatur Channel yg dipakai
Ch1 : Menggunakan Input Channel1
Ch2 : menggunakan Input Channel 2
Alt : (Alternate) menggunakan bergantian Channel1 dan Channel 2
Chop : Menggunakan potongan dari Channel 1 dan Channel2
Add : Menggunakan penjumlahan dari Ch1 dan Ch2
Coupling : Dipilih sesuai input Channel yg digunakan,
Source : Sumber pengukuran bisa dari Channel1 atau Channel2
Slope : Normal digunakan yang +. Gunakan yang – untuk kebalikan gelombang.
AC-GND-DC : Pilih AC utk gelombang bolak-balik (peak to peak)
Pilih DC utk gelombang/tegangan searah DC
Pilih GND utk menonaktifkan gelombang mis:Utk menentukan posisi awal
VOLTS/DIV : Untuk menentukan skala vertikal tegangan dlm satu kotak/DIV
Vertikal.
Horizontal Block
Position : Untuk mengatur posisi horizontal dari garis gelombang.
TIME/DIV : Untuk megatur skala frekuensi dlm satu kotak/DIV Horizontal.
X10 MAG : Untuk memperbesar/ Magnificient frekuensi menjadi 10x lipat.
Variable : Untuk mengatur kerapatan gelombang horizontal.
Trigger Level : Untuk mengatur agar frekuensi tepat terbaca.
Rumus frekuensi dengan Time(Waktu):
Frekuensi satuannya Hertz (Hz)
Time satuannya Detik/Second (s)

c. Resistor

Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan
arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya
sesuai dengan arus yang mengalirinya, berdasarkan hukum Ohm:

Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik,
dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat
dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat
yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium). Karakteristik
utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat diboroskan.
Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak,
bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit,
resistor harus cukup besar secara fisik agar tidak menjadi terlalu panas saat
memboroskan daya. Ohm (simbol: Ω) adalah satuan SI untuk resistansi listrik,
diambil dari nama George Simon Ohm. Biasanya digunakan prefix miliohm,
kiloohm dan megaohm.

Pita Pita
Pita Pita Pita kelima
Warna ketiga keempat
pertama kedua (koefisien suhu)
(pengali) (toleransi)

Hitam 0 0 × 100

Cokelat 1 1 ×101 ± 1% (F) 100 ppm

Merah 2 2 × 102 ± 2% (G) 50 ppm

Oranye 3 3 × 103 15 ppm

Kuning 4 4 × 104 25 ppm

Hijau 5 5 × 105 ± 0.5% (D)

Biru 6 6 × 106 ± 0.25% (C)

Ungu 7 7 × 107 ± 0.1% (B)

Abu-
8 8 × 108 ± 0.05% (A)
abu

Putih 9 9 × 109
Emas × 10-1 ± 5% (J)

Perak × 10-2 ± 10% (K)

Kosong ± 20% (M)

d. Kapaitor

Sebuah kapasitor (sebelumnya dikenal sebagai kondensor) adalah pasif


komponen elektronik yang terdiri dari sepasang konduktor yang dipisahkan oleh
sebuah dielektrik (isolator). Ketika ada beda potensial (tegangan) di konduktor,
sebuah statis medan listrik berkembang dalam dielektrik yang menyimpan energi
dan menghasilkan tenaga mekanik antara konduktor. Sebuah kapasitor ideal
adalah ditandai dengan nilai konstan tunggal, kapasitansi , diukur dalam farad .
Ini adalah rasio dari muatan listrik pada masing-masing konduktor dengan beda
potensial antara mereka.

Kapasitor adalah model yang cukup umum untuk medan listrik dalam rangkaian
listrik. Sebuah kapasitor ideal adalah sepenuhnya ditandai dengan kapasitansi C
konstan, yang didefinisikan sebagai rasio biaya ± Q pada setiap konduktor V
tegangan antara mereka: [8]

Kadang-kadang biaya membangun-up mempengaruhi kapasitor mekanis,


sehingga kapasitansi untuk bervariasi. Dalam hal ini, kapasitansi didefinisikan
dalam hal perubahan incremental:
Paling sederhana kapasitor terdiri dari dua pelat konduktif paralel yang dipisahkan
oleh dielektrik dengan permitivitas ε (seperti udara). Model ini juga dapat
digunakan untuk membuat prediksi kualitatif untuk geometri perangkat lain. Pelat
dianggap untuk memperpanjang seragam di area A dan kepadatan muatan ± ρ = ±
Q / A ada pada permukaannya. Dengan asumsi bahwa lebar pelat jauh lebih besar
daripada perpisahan mereka d, medan listrik di dekat pusat perangkat akan
seragam dengan besarnya E = ρ / ε. Tegangan didefinisikan sebagai garis integral
dari medan listrik antara pelat

Penyelesaian ini untuk C = Q / V mengungkapkan bahwa kapasitansi meningkat


dengan luas dan menurun dengan pemisahan

kapasitansi Oleh sebab itu terbesar dalam perangkat terbuat dari bahan dengan
permitivitas tinggi.
e. Reaktasi kapasitif

Reaktansi kapasitif adalah berbanding terbalik dengan sinyal frekuensi dan


kapasitansi . [1]

Sebuah kapasitor terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh isolator , juga
dikenal sebagai dielektrik .

Pada frekuensi rendah sebuah kapasitor rangkaian terbuka , karena tidak ada arus
mengalir dalam dielektrik. Sebuah DC tegangan diterapkan di sebuah kapasitor
positif menyebabkan biaya untuk mengumpulkan di satu sisi dan negatif muatan
menumpuk di sisi lain, dalam medan listrik karena muatan akumulasi sumber
oposisi dengan arus. Ketika potensi yang terkait dengan muatan persis
menyeimbangkan tegangan yang diberikan, arus pergi ke nol.

Didorong oleh suplai AC, kapasitor hanya akan mengumpulkan jumlah terbatas
biaya sebelum perubahan polaritas beda potensial dan mengisi menghilang.
Semakin tinggi frekuensi, biaya kurang akan terakumulasi dan semakin kecil
menentang arus.

f. Rangkaian R dan C seri

Ketika kita menerapkan tegangan dc ke resistor dan kapasitor seri,


kapasitor dibebankan pada tegangan yang diberikan sepanjang kurva
eksponensial, dan kemudian hanya duduk di sana. Hal ini tidak terjadi
ketika tegangan ac diterapkan untuk kombinasi ini seperti ditunjukkan
dalam diagram skematik ke kanan. Di sini, tegangan input terus berubah,
sehingga kapasitor akan terus pengisian dan pengosongan karena terus
mencoba untuk menentang perubahan.

Pada dasarnya, R dan C dalam rangkaian ini sekarang membentuk


pembagi tegangan untuk ac. Kita dapat berharap bahwa bagian dari
tegangan yang diberikan akan muncul di R, dan bagian akan muncul di C.
Data Hasil Percobaan Xc
Ket Vab Vac
C=
0,01µF

R=
1kohm

Frekuensi
= 200 Hz

Skala :
Vab =
0,2
v/div
1 ms/div
Vac =
1
mv/div
1 ms/div

C=
0,1µF

R=
1kohm

Frekuensi
= 200 Hz

Skala :
Vab =
0,2
v/div
1 ms/div
Vac =
1
mv/div
1 ms/div

C=
1µF

R=
1kohm

Frekuensi
= 200 Hz

Skala :
Vab =
0,2
v/div
1 ms/div
Vac =
1
mv/div
1 ms/div
Ket Vab Vac
C=
10µF

R=
1kohm

Frekuensi
= 200 Hz

Skala :
Vab =
20mv/di
v
1 ms/div
Vac =
1 mv/div
1 ms/div

C=
100µF

R=
1kohm

Frekuensi
= 200 Hz
Skala :
Vab =
2 mv/div
1 ms/div
Vac =
1 mv/div
1 ms/div

C=
0,01µF
R=
100ohm
Frekuensi
= 200 Hz

Skala :
Vab =
0,2 v/div
1 ms/div
Vac =
1 mv/div
1 ms/div
Ket Vab Vac
C=
0,1µF
R=
100ohm
Frekuens
i = 200
Hz
Skala :
Vab =
0,2
v/div
1
ms/div
Vac =
1
mv/div
1
ms/div
C=
1µF
R=
100ohm
Frekuens
i = 200
Hz

Skala :
Vab =
0,2
v/div
1
ms/div
Vac =
1
mv/div
1
ms/div
C=
10µF

R=
100ohm

Frekuens
i = 200
Hz
Skala :
Vab =
0,2
v/div
1
ms/div
Vac =
1
mv/div
1
ms/div
Ket Vab Vac
C=
100µF
R=
100ohm
Frekuensi
= 200 Hz
Skala :
Vab =
20mv/di
v
1 ms/div
Vac =
1 mv/div
1 ms/div
C=
0,01µF
R=
100ohm
Frekuensi
= 2 kHz

Skala :
Vab =
0,2v/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,1
ms/div
C=
0,1µF

R=
100ohm

Frekuensi
= 2 kHz

Skala :
Vab =
0,2v/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,1
ms/div
Ket Vab Vac
C=
1µF

R=
100ohm

Frekuensi
= 2 kHz

Skala :
Vab =
0,2v/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,1
ms/div
C=
10µF

R=
100ohm

Frekuensi
= 2 kHz

Skala :
Vab =
20mv/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,1
ms/div
C=
100µF

R=
100ohm

Frekuensi
= 2 kHz
Skala :
Vab =
20mv/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,1
ms/div
Ket Vab Vac
C=
0,01µF

R= 1kohm

Frekuensi
= 2 kHz
Skala :
Vab =
0,2v/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,1
ms/div
C=
0,1µF

R= 1
kohm

Frekuensi
= 2 kHz
Skala :
Vab =
0,2v/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,1 ms/di
C=
1µF

R= 1kohm

Frekuensi
= 2 kHz
Skala :
Vab =
20mv/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,5
ms/div
Vab Vac

C=
10µF

R=
1kohm

Frekuensi
= 2 kHz
Skala :
Vab =
2mv/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,5
ms/div
C=
100µF

R=
1kohm

Frekuen
si = 2
kHz
Skala :
Vab =
1mv/div
0,1ms/di
v
Vac =
1 mv/div
0,5
ms/div
DATA RANGKAIAN R-C SERI
F C Gambar Dual
(kHz) (µF) Osiloskop Multisim

0,01

CH1 : 1 V/div ; 0,2 mS/div


CH2 : 1 V/div ; 0,2 mS/div

1 0,1

CH1 : 1 V/div ; 0,2 mS/div


CH2 : 1 V/div ; 0,2 mS/div

CH1 : 1 V/div ; 0,2 mS/div


CH2 : 1 V/div ; 0,2 mS/div
100

CH1 : 1 V/div ; 0,2 mS/div


CH2 : 2 mV/div ; 0,2 mS/div

C Gambar Dual
F (kHz)
(µF) Osiloskop Multisim

0,01

CH1 : 1 V/div ; 0,1


mS/div
CH2 : 1 V/div ; 0,1
mS/div
2

0,1

CH1 : 1 V/div ; 0,1


mS/div
CH2 : 1 V/div ; 0,1
mS/div
1

CH1 : 1 V/div ; 0,1


mS/div
CH2 : 1 V/div ; 0,1
mS/div

100

CH1 : 1 V/div ; 0,2


mS/div
CH2 : 1 mV/div ; 0,2
mS/div
F Gambar Dual
(k C
Hz (µF) Osiloskop Multisim
)

3 0,01

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 50 µS/div
0,1

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 50 µS/div

CH1 : 1 V/div ; 0,1mS/div


CH2 : 0,1 V/div ; 0,1mS/div

100

CH1 : 1 V/div ; 0,1 mS/div


CH2 : 1 mV/div ; 0,1 mS/div
F C Gambar Dual
(kHz) (µF) Osiloskop Multisim

5 0,01

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 50 µS/div
0,1

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 50 µS/div

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 50 mV/div ; 50 µS/div

100

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 0,5 mV/div ; 50 µS/div

C Gambar Dual
F (kHz)
(µF) Osiloskop Multisim

6 0,01

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 50 µS/div
0,1

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 50 µS/div

CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div


CH2 : 50 mV/div ; 50
µS/div

100
CH1 : 1 V/div ; 50 µS/div
CH2 : 0,5 mV/div ; 50
µS/div
C Gambar Dual
F (kHz)
(µF) Osiloskop Multisim
0,01
CH1 : 1 V/div ; 20
µS/div
CH2 : 1 V/div ; 20
µS/div

0,1
8 CH1 : 1 V/div ; 20
µS/div
CH2 : 1 V/div ; 20
µS/div

1 CH1 : 1 V/div ; 50
µS/div
CH2 : 20 mV/div ; 50
µS/div
100
CH1 : 1 V/div ; 50
µS/div
CH2 : 0,5 mV/div ; 50
µS/div

C Gambar Dual
F (kHz)
(µF) Osiloskop Multisim

0,01

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 20 µS/div
10

0,1

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 20 µS/div
1

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 20 mV/div ; 20 µS/div

100

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 0,2 mV/div ; 20 µS/div

C Gambar Dual
F (kHz)
(µF) Osiloskop Multisim

12 0,01

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 20 µS/div
0,1

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 20 µS/div

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 20 mV/div ; 20
µS/div

100

CH1 : 1 V/div ; 20
µS/div
CH2 : 0,2 mV/div ; 20
µS/div
F Gambar Dual
(k C
Hz (µF) Osiloskop Multisim
)
0,01

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 1 V/div ; 20 µS/div

20 0,1

CH1 : 1 V/div ; 20 µS/div


CH2 : 0,5 V/div ; 20 µS/div

CH1 : 1 V/div ; 10 µS/div


CH2 : 10 mV/div ; 10 µS/div
100

CH1 : 1 V/div ; 10 µS/div


CH2 : 0,2 mV/div ; 10 µS/div
f C V/div V/div Time/div Xc Ic
(kHz) (µF) (input) (output) (mA)
1 0,01 1 V/div 1 V/div 2,57 kOhm 4,2 mA
0,1 1 V/div 1 V/div 0,2 ms 1,123 kOhm 4,2 mA
1 1 V/div 1 V/div 631,14 Ohm 4,2 mA
100 1 V/div 2 mV/div 996,44 Ohm 4,2 mA
2 0,01 1 V/div 1 V/div 1,8 kOhm 4,2 mA
0,1 0,5 V/div 1 V/div 0,1 µs 950,8 Ohm 4,2 mA
1 0,5 V/div 1 V/div 1,023 kOhm 4,2 mA
100 1 V/div 2 mV/div 998,71 Ohm 4,2 mA
3 0,01 1 V/div 1 V/div 1,71 kOhm 4,2 mA
0,1 1 V/div 1 V/div 0,1 µs 471,2 Ohm 4,2 mA
1 0,5 V/div 1 V/div 885,17 Ohm 4,2 mA
100 0,5 V/div 2 mV/div 1 kOhm 4,2 mA
5 0,01 1 V/div 0,5 V/div 23,92 M Ohm 4,2 mA
0,1 0,5 V/div 0,5 V/div 50 µs 1,35 kOhm 4,2 mA
1 1 V/div 50 mV/div 1,325 k Ohm 4,2 mA
100 1 V/div 2 mV/div 1,326 k Ohm 4,2 mA
6 0,01 1 V/div 1 V/div 21,47 M Ohm 4,2 mA
0,1 1 V/div 1 V/div 50 µs 1,235 k Ohm 4,2 mA
1 1 V/div 50 mV/div 1,326 k Ohm 4,2 mA
100 1 V/div 5 mV/div 1,324 k Ohm 4,2 mA
8 0,01 1 V/div 1 V/div 400 Ohm 4,2 mA
0,1 1 V/div 1 V/div 50 µs 800 Ohm 4,2 mA
1 1 V/div 0,1 V/div 950,13 Ohm 4,2 mA
100 0,5 V/div 1 mV/div 1 kOhm 4,2 mA
10 0,01 1 V/div 1 V/div 400 Ohm 4,2 mA
0,1 1 V/div 1 V/div 50 µs 350 Ohm 4,2 mA
1 1 V/div 0,1 V/div 400 Ohm 4,2 mA
100 1 V/div 2 mV/div 400 Ohm 4,2 mA
12 0,01 1 V/div 2 V/div 2,2 k Ohm 4,2 mA
0,1 1 V/div 0,5 V/div 20 µs 1,7 k Ohm 4,2 mA
1 1 V/div 50 mV/div 3 k Ohm 4,2 mA
100 1 V/div 2 mV/div 2,2 k Ohm 4,2 mA
20 0,01 1 V/div 2 V/div 2,2 k Ohm 4,2 mA
0,1 1 V/div 0,2 V/div 10 µs 1,7 k Ohm 4,2 mA
1 1 V/div 50 mV/div 3 k Ohm 4,2 mA
100 1 V/div 5 mV/div 2,2 k Ohm 4,2 mA

Analisa 2KHz
Ket Nilai Pengukuran Nilai Perhitungan Xc
Xc
C=0,01µF, 150Ω
R=100Ω

C=0,1µF, 140Ω
R=100Ω

C=1µF, R=100Ω 130Ω

C=10µF, 120Ω
R=100Ω

C=100µF, 140Ω
R=100Ω

C=0,01µF, 800Ω
R=1KΩ
C=0,1µF, 900Ω
R=1KΩ

C=1µF, R=1KΩ 900Ω

C=10µF, 900Ω
R=1KΩ

C=100µF, 800Ω
R=1KΩ

Analisa 200Hz
Ket Nilai Pengukuran Nilai Perhitungan Xc
Xc
C=0,01µF, 150Ω
R=100Ω

C=0,1µF, 140Ω
R=100Ω

C=1µF, R=100Ω 130Ω

C=10µF, 120Ω
R=100Ω

C=100µF, 140Ω
R=100Ω

C=0,01µF, 800Ω
R=1KΩ
C=0,1µF, 900Ω
R=1KΩ

C=1µF, R=1KΩ 900Ω

C=10µF, 900Ω
R=1KΩ

C=100µF, 800Ω
R=1KΩ
Analisa data RC
A. Reaktansi kapasitif

f C Xc(Ω) Xc(Ω) Error(%)


(kHz) (µF) 1/2∏fc Pengukuran 1/2∏fc dengan
osciloscope
1 0.01 15923566.8790 2570 99.9839
0.1 1592.3567 1123 29.4756
1 159.2357 631.14 296.3559
100 1.5924 996.44 62476.4320
2 0.01 7961783.4395 1800 99.9774
0.1 796.1783 950.8 19.4205
1 79.6178 1023 1184.8880
100 0.7962 998.71 125337.9760
3 0.01 5307855.6263 1710 99.9678
0.1 530.7856 471.2 11.2259
1 53.0786 885.17 1567.6603
100 0.5308 1000 188300.0000
5 0.01 3184713.3758 23920000 651.0880
0.1 318.4713 1350 323.9000
1 31.8471 1325 4060.5000
100 0.3185 1326 416264.0000
6 0.01 2653927.8132 21470000 708.9896
0.1 265.3928 1235 365.3480
1 26.5393 1326 4896.3680
100 0.2654 1324 498783.2000
8 0.01 1990445.8599 400 99.9799
0.1 199.0446 800 301.9200
1 19.9045 950.13 467.4531
100 0.1990 1000 502300.0000
10 0.01 1592356.6879 400 99.9749
0.1 159.2357 350 119.8000
1 15.9236 400 2412.0000
100 0.1592 400 251100.0000
12 0.01 1326963.9066 2200 99.8342
0.1 132.6964 1700 1181.1200
1 13.2696 3000 22508.0000
100 0.1327 2200 1657820.0000
20 0.01 796178.3439 2200 99.7237
0.1 79.6178 1700 2035.2000
1 7.9618 3000 37580.0000
100 0.0796 2200 2763100.0000

B. Beda fase

f C Ø Ø Error(%)
(kHz) (µF) Osciloscope Multisim Mulltisim dengan
Oscilloscope
0,4 0,05
1 0.01 / 4,8 x 360 = /5x
29,99o 360 = 3,6o 733.056
0,2 0,4
0.1 / 4,8 x 360 = /5 x 360
o
15 = 28,8o 47.91667
1 1,2
1 / 4,8 x 360 = /5 x 360
74,99o = 86,4o 13.31019
0 0,8
100 / 4,8 x 360 = / 5x 360
o
0 = 57,6o 100
0,2 0,1
2 0.01 / 5 x 360 = /5x
14,4o 360 = 7,2o 100
0,2 0,7
0.1 / 5 x 360 = /5x
14,4o 360 =
50,4o 71.42857
1 0,8
1 / 5 x 360 = / 5x 360
90o = 57,6o 56.25
0
100 / 5 x 360 = 0o 0,7
/5x
360 =
50,4o 100
0,2 0,1
3 0.01 / 3,4 x 360 = /5x
21,17o 360 = 7,2o 201.389
0,4 0,6
0.1 / 3,4 x 360 = /5x
42,35o 360 =
43,2o 1.967593
0,7 0,6
1 / 3,4 x 360 = /5x
74,12o 360 =
43,2o 71.5741
0,4 0,25
100 / 3,4 x 360 = /5x
42,35o 360 =
42,35o 0
0,2 0,2
5 0.01 / 4 x 360 = /5x
18o 360 =
14,4o 25
0,8 0,8
0.1 / 4 x 360 = / 5x 360
72o = 57,6o 25
0,9 1
1 / 4 x 360 = / 5 x 360
o
81 = 72o 12.5
0,2 0,2
100 / 4 x 360 = /5x
o
18 360 =
14,4o 25
0,2 0,2
6 0.01 / 3,3 x 360 = / 3,4 x
21,82o 360 =
21,17o 3.07038
0,6 0,7
0.1 / 3,3 x 360 = / 3,4 x
65,45o 360 =
74,11o 11.68533
0,8 0,8
1 / 3,3 x 360 = / 3,4 x 3.40047
87,27o 360 =
84,7o
0,1 0,2
100 / 3,3 x 360 = / 3,4 x
10,9o 360 =
21,17o 48.51205
0,2 0,2
8 0.01 / 2,6 x 360 = / 2,5 x
27,69o 360 =
28,8o 3.854167
0,5 0,6
0.1 / 2,6 x 360 = / 2,5 x
69,23o 360 =
86,4o 19.87269
0,8 0,6
1 / 2,6 x 360 = / 2,5 x
110,77o 360 =
86,4o 28.206
0,2 0,1
100 / 2,6 x 360 = / 2,5 x
27,69o 360 =
14,4o 92.2917
0,2 0,2
10 0.01 / 2 x 360 = /2x
36o 360 = 36o 0
0,4 0,4
0.1 / 2 x 360 = /2x
72o 360 = 72o 0
0,6 0,3
1 / 2 x 360 = /2x
108o 360 = 54o 100
0,6 1
100 / 2 x 360 = / 2 x 360
108o = 180o 40
0,6 1
12 0.01 / 4,3 x 360 = / 4,2 x
50,23o 360 =
85,71o 41.3954
1,2 1
0.1 / 4,3 x 360 = / 4,2 x
100,46o 360 =
85,71o 17.2092
0,6 1
1 / 4,3 x 360 = / 4,2 x
50,23o 360 =
85,71o 41.3954
0,8 0,2
100 / 4,3 x 360 = / 4,2 x
66,97o 360 =
17,14o 290.723
0,2 0,7
20 0.01 / 5 x 360 = /5x
14,4o 360 =
50,4o 71.42857
1,3 1,2
0.1 / 5 x 360 = /5 x 360
93,6o = 86,4o 8.33333
1,3 1,2
1 / 5 x 360 = /5 x 360
93,6o = 86,4o 8.33333
0
100 / 5 x 360 = 0o 0
/ 5 x 360
= 0o 0
Dari tabel analisa data dan data hasil percobaaan di atas, dapat dilihat
bahwa semakin besar frekuensi, maka nilai rektansi kapasitif (Xc) semakin kecil.
Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa fasa gelombang pada rangkaian RC
seri mendahului 90o terhadap input .Tetapi pada percobaan ini, nilai reaktansi
kapasitif (Xc) dan beda fasa tidak stabil naik ataupun turun, hal ini disebabkan
oleh kesalahan yang umum terjadi pada percobaan, misalnya salah pembacaan
nilai dll. Selain itu faktor komponen dan peralatan percobaan yang kurang presisi
juga menyebabkan percobaan tidak sesuai dengan yang semestinya atau sama
dengan teori.
KESIMPULAN

1. Reaktansi kapasitif berbanding terbalik terhadap frekuensi, jika


frekuensi meningkat maka reaktansi kapasitif akan menurun dan begitu
juga sebaliknya.
2. Simbol reaktansi induktif adalah 'XC', pada rangkaian AC sederhana,
reaktansi kapasitif dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.

Dimana :
XC = Reaktansi kapasitif (Ohm / Ω)
π= Pi ≈ 3,14
f= Frekuensi (Hertz / Hz)
C= Kapasitansi (Farad / F)

3.

Dari grafik diatas karakteristik disipasi daya kapasitor pada rangkaian


AC sama seperti pada karakteristik daya induktor yaitu sama dengan
‘0’ (Nol), karena daya yang diserap dan disalurkan oleh kapasitor sama
besar dan ini hanya berlaku untuk kapasitor ideal.
4. Hubungan arus dan tegangan pada kapasitor adalah:
i=C V/dt
=C d/dt (Vm cos(ωt))
= - C ω Vm sin(ωt)
= ωC Vm sin(-ωt)
= ωC Vm cos(π/2+ωt)
= ωC Vm cos(ωt+π/2)

5. Hubungan arus terhadap tegangan linier dengan fasa arus mendahului


tegangan 90˚.
6.

Gambar karakteristik pada arus lead


7. Hukum Ohm pada reaktansi kapasitif
Reaktansi Kapasitif =

8. Fasa pada RC
VI R (R+j/(ωC))
VR = (R2+1/(ω2C2))

VI (1/(ωC)-jR)
VC = ωL (R2+1/(ω2C2))

Anda mungkin juga menyukai