Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga

hingga enam tahun (potter dan perry, 2009). Pada masa ini anak sedang

menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga

membutuhkan stimulasi yang intensif dari orang di sekelilingnya agar

mempunyai kepribadian yang berkualitas dalam masa mendatang. Anak usia

prasekolah memiliki masa keemasan (the golden age) dalam perkembangannya

yang disertai dengan terjadinya pematangan fungsi fungsi fisik dan psikis yang

siap merespon dari berbagai aktivitas yang terjadi di lingkungannya.

Pada masa ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan berbagai

potensi dan kemampuan antara lain motorik halus dan kasar, social, emosi serta

kognitif. Pada mada usia prasekolah terus meningkatkan kewaspadaan terhadap

kemampuan anak untuk mengontrol dan senang dengan keberhasilan usaha

keterampilan baru. Keberhasilan ini membuat mereka mengulangi usaha

untuk mengontrol lingkungan anak. Ketidakberhasilan usaha pada

pengontrolan dapat menimbulkan perilaku negatif dan temper tantrum.

Akibat yang ditimbulkan dari temper tantrum ini cukup berbahaya, anak

yang melampiaskan kekesalannya dengan cara berguling-guling dilantai yang

keras, membenturkan kepala, membanting, menendang, memukul dapat

menyebabkan anak menjadi cedera (Wong, 2015). Prevalensi cedera pada anak

usia prasekolah di Indonesia sebesar 8,2% Sedangkan di Provinsi Jawa Timur

prevalensi cedera anak prasekolah sebesar 10,7%, dan pada Kabupaten Madiun

1
sebesar 9,1%. (Riskedas, 2013). Selain itu menurut Wong (2015) anak

prasekolah cenderung mengalami temper tantrum karena kecenderungan untuk

autonomy dan penguasaan tidak diperhatikan oleh orang dewasa atau karena

rendahnya ketrampilan motorik dan kognitif.

Penelitian yang dilakukan di Chicago 50-80% temper tantrum ini terjadi

pada usia 2-3 tahun terjadi seminggu sekali, dan 20% terjadi hampir setiap hari,

dan 3 atau lebih temper tantrum terjadi selama kurang lebih 15 menit (Tiffany,

2012). di Indonesia, balita yang biasanya mengalami temper tantrum dalam

waktu satu tahun, 23 sampai 83 persen dari anak usia 2 hingga 4 tahun pernah

mengalami temper tantrum (Psikologizone, 2012). Hasil penelitian Esti,(2015)

Beberapa faktor penyebab tantrum adalah terhalangnya keinginan untuk

mendapatkan sesuatu, ketidakmampuan anak mengungkapkan diri, lelah, kurang

tidur, pola asuh orangtua (Hasan, 2011). Satu hal penting yang mempengaruhi

temper tantrum adalah pola asuh orang tua (Maryana, 2014). Cara orang tua

yang mengasuh anaknya berperan menyebabkan tantrum misalnya, orang tua

yang terlalu memanjakan anak sehingga anak mendapatkan apa keinginannya,

bisa tantrum ketika permintaannya ditolak, orang tua yang terlalu mendominasi

anak, orang tua yang mengasuh tidak konsisten, ayah dan ibu yang tidak

sependapat (Hasan, 2011).

Berdasarkan latar belakang diaatas peneliti tertarik untuk mengambil

penelititan tentang kejadian temper tantrum di PAUD BUNDA LINA Kec.

Gandapura Kabupaten Bireuen.

2
B. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang

tua dengan kejadian temper tantrum pada anak usia prasekolah (3-5

tahun) di PAUD BUNDA LINA Kec. Gandapura Kabupaten Bireuen.

b. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orangtua pada anak usia prasekolah (3-

5 tahun) di PAUD BUNDA LINA Kec. Gandapura Kabupaten

Bireuen.

2. Mengidentifikasi kejadian temper tantrum pada anak usia

prasekolah (3-5 tahun) di PAUD BUNDA LINA Kec. Gandapura

Kabupaten Bireuen.

3. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian

temper tantrum pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di PAUD

BUNDA LINA Kec. Gandapura Kabupaten Bireuen.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

a. Teori variable I

Independent Variable adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menetukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti,

menciptakan suatu dampak pada variabel terikat. Independent Variable biasanya

memanipulasi, diamati, diukur untuk pengaruhnya terhadap variabel lain

(Nursalam, 2013). Independent Variable dalam penelitian ini adalah Pola asuh

orangtua.

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008) bahwa “pola adalah model, sistem, atau cara kerja”,

Asuh adalah “menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih,

dan sebagainya” Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008). Casmini (dalam Palupi,

2007) menyebutkan bahwa: Pola asuh sendiri memiliki definisi bagaimana orang

tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta

melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya

pembentukan norma- norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.

Baumrind (dalam Santrock, 2013) menjelaskan bahwa pengasuhan yang

otoriter (authorian parenting) ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang

menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati

pekerjaan dan usaha. Baumrind (dalam Santrock, 2013) menjelaskan bahwa

pengasuhan yang permisif ialah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak. Anak mengembangkan perasaan bahwa aspek- aspek lain

4
kehidupan orangtua lebih penting daripada diri mereka. Baumrind (dalam

Santrock, 2013) menjelaskan bahwa pola asuh demokratis mendorong anak-anak

agar mandiri tetapi masih menetapkanbatas-batas dan pengendalian atas tindakan-

tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan dan orang tua

memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan yang

otoritatif diasosiasikan dengan kompeten social anak.

b. Teori variable II

Dependent Variable adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan

oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari memanipulasi

variable-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, Dependent Variable ad lah aspek

tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus (Nursalam,

2013). Dalam penelitian ini variabel dependent adalah temper tantrum usia

prasekolah.

Temper tantrum adalah indikasi ketidakmapuan anak mengontrol emosi,

anak prasekolah cenderung mengeluarkan tantrum, karena ada keinginan untuk

menguasai dan autonomi tidak diperhatikan oleh orang dewasa atau kekurangan

akan keahliaan kognitif dan motorik. (Wong, 2015). Temper tantrum adalah

episode dari kemarahan dan frustrasi yang ekstrim, yang tampak seperti

kehilangan kendali seperti dicirikan oleh perilaku menangis, berteriak, dan

gerakan tubuh yang kasar atau agresif seperti membuang barang, berguling di

lantai, membenturkan kepala, dan menghentakkan kaki ke lantai. Pada anak yang

lebih kecil (lebih muda) biasanya sampai muntah, pipis, atau bahkan nafas

sesak karena terlalu banyak menangis dan berteriak. Dalam kasus tertentu, ada

5
pula anak yang sampai menendang atau memukul orang tua atau orang dewasa

lainnya misalnya pada baby sitter (Tandry, 2010)

Temper tantrum umumnya muncul ketika anak sakit, lapar, frustrasi, atau

lelah. Beberapa anak menggunakan temper tantrum untuk mendapatkan

perhatian orangtua, untuk mendapatkan keinginan anak tersebut, atau untuk

menghindari sesuatu yang mereka tidak inginkan (Daniels, Mandleco dalam

Wong, 2015). Potegal et al dalam Wong (2015) menganalisis temper tantrum dan

proses tingkah laku marah dan stress. Menurut Hurlock (2010) temper tantrum

adalah ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak

masuk akal. Hal ini tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 dan 5,5

sampai 6,5 tahun.

6
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain deskriptif analitik dengan

jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian

korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana

variasi pada suatu variable berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variable

lain, berdasarkan koefisien korelasional (Azwar, 2010). Penelitian korelasional

bisa memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, yaitu

hubungan antara pola asuh dengan temper tantrum pada anak prasekolah (3-5

tahun).

b. Kerangka Konsep

Variable independen Variable dependen

Pola asuh orang tua :


1. Pola asuh otoriter
2. Pola asuh Temper trantrum
demokrasi
3. Pola asuh
permisif

7
c. Hipotesis

Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan pikiran

ke arah tujuan yang dicapai (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis pada penelian ini ada

hubungan antara pola asuh orang tua dengan temper tantrum pada anak

prasekolah usia 3-6 tahun.

Ha: Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengtan temper tantrum pada anak

usia prasekolah

H0 : Tidak ada hubungan antara pola asuh orangtua dengtan tempen tantrum pada

anak usia prasekolah

d. Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan suatu variabel menyangkut masalah yang diteliti berupa

orang, kejadian perilaku atau sesuatulain yang akan dilakukan peneliti (Nursalam, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Orangtua dan anak usia prasekolah (3-6

Tahun) yang berada di PAUD BUNDA LINA yang berjumlah 60 anak.

Sampel merupakan bagian populasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakansebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah orangtua anak usia prasekolah (3-6 Tahun).

e. Teknik pemilihan sampel

Sampling adalah proses yang menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Tekhnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

subjek penelitian (Sastroasmoro dan Ismail, 1995 dalam Nursalam, 2013).

Pengambilan sample dilakukan dengan total sampling yaitu Menurut Sugiyono

8
(2011) sampel jenuh yaitu tekhnik penentuan sampel dengan cara mengambil

seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Jadi sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh Orangtua anak usia prasekolah (3-6tahun) di PAUD

BUNDA LINA yang berjumlah 60 anak.

f. Teknik penetapan jumlah sampel

Menurut Notoatmodjo (2012), sampel adalah objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik

penetapan jumlah sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi

sebagai responden atau sampel.

g. Analisa data

Tekhnik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

statistik menggunakan program SPSS 16.0, analisa data pada penelitian ini menggunakan

statistik inferensial. Analisis statistik inferensial bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh, perbedaan hubungan, antara sampel yang diteliti pada taraf signifikansi

tertentu.

1. Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap variable dari hasil

penelitian. (Notoadmojo, 2012). Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian pola asuh orangtua, temper

tantrum pada anak prasekolah dan data umum seperti usia, pendidikan, pendapatan,

pekerjaan. Penyajiannya dalam bentuk distribusi dan prosentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah variabel independent adalah

pola asuh orang tua dan variabel dependent adalah temper tantrum pada anak prasekolah.

9
Data yang akan dianalisa dengan menggunakan Distribusi frekuensi sedangkan umur

akan menggunakan tendensi sentral

2. Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukanterhadap dua variable yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa akan dilakukan di program

SPSS 16.0 for Windows Analisa statistik dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

bekorelasi atau berhubungan (Notoatmodjo, 2012). Analisa statistik yaitu analisa yang

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat

dengan menggunakan uji statistik. Dalam penelitian ini analisa statistik dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara Pola asuh orangtua dengan temper tantrum pada anak usia

prasekolah . Karena data dalam penelitian ini seluruhnya berskala nominal maka uji

statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square tabel 2x3 dengan taraf signifikansi 0,05.

REFERENSI

10
Subhan Syam. 2018. Hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian temper

tantrum anak usia toodler di paud dewi kunti Surabaya. FKM UNAIR.

Aziz. 2008.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Listiana, Esti.2015.Perbedaan Resiko Temper Tantrum Anak Usia Prasekolah

antara Ibu tidak Bekerja dan Bekerja di RA MAN Gebang Kelurahan

Patran.Skripsi.Universitas Jember. http://repository.unej.ac.id/

[Diakses tanggal 20 Februari 2017]

11

Anda mungkin juga menyukai