Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini.
Laporan akhir ini berisi mengenai proses ekstraksi pelarut diharapkan agar
laporan akhir ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya, serta dapat
dijadikan sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan.
Dengan terselesaikannya laporan akhir ini, kami mengucapkan
alhamdulillah. kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk masa
yang akan datang.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi pelarut adalah pemisahan satu atau lebih bahan dari
padatan atau cairan dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi juga
merupakan proses yang memisahkan a atau dari komponen dari suatu
campuran homogen dari menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai zat
pemisah. Pemisahan terjadi atas dasar kelarutan yang berbeda dari
komponen-komponen dalam campuran.
Prinsip didasarkan pada distribusi pelarut dalam rasio tertentu antara
dua pelarut sumbang. Perolehan senyawa kimia ini didasarkan pada
kesamaan polaritas dengan pelarut yang digunakan. Senyawa polar akan
larut dalam senyawa polar, sedangkan senyawa non polar akan larut dalam
senyawa non polar. Temuan ini dikenal sebagai prinsip kelarutan.
2.1.1 Ekstraksi padat-cair
Dalam ekstraksi padat-cair, satu atau lebih komponen terlarut
dipisahkan dari padatan menggunakan pelarut. Selama ekstraksi,
yaitu ketika bahan yang diekstraksi dicampur dengan pelarut, maka
pelarut memasuki kapiler - kapiler dalam bahan padat dan terlarut
ekstrak. Konsentrasi tinggi ekstrak terbentuk di dalam ekstrak.
Dengan difusi akan terjadi kesetimbangan konsentrasi antara
larutan adalah dengan larutan terluar berupa padat. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk mencapai efisiensi ekstraksi yang tinggi
atau laju ekstraksi yang tinggi dalam ekstraksi padat-cair adalah:
a. Perpindahan massa terjadi di antarmuka padat-cair, memaksa
mateial untuk memiliki luas permukaan terbesar yang
mungkin
b. Laju aliran pelarut setinggi mungkin relatif terhadap laju
aliran bahan ekstraksi.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah,
kelarutan ekstraksi lebih tinggi) umumnya meningkatkan
efisiensi ekstraksi
2
2.1.2 Ekstraksi cair-cair
Dari ekstrak cair, suatu komponen komponen atau dari
campuran dipisahkan dari menggunakan pelarut. Ekstraksi cair cair
terutama digunakan, ketika memisahkan campuran dengan distilasi
tidak memungkinkan secara termal) atau tidak ekonomis. Seperti
ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu melibatkan setidaknya
dua tahap, yaitu mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan
memisahkan dua fase cair selengkap mungkin. Komponen campuran
dipisahkan dari menggunakan pelarut. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi
cair, ekstraksi pelarut): zat terlarut dipisahkan dari cairan pembawa
(pengencer) oleh pelarut cair. Campuran pengencer dan pelarut ini
tidak homogen (tidak bercampur, tidak saling bercampur), jika
dipisahkan akan ada 2 fase yaitu pengenceran (raffinate) dan fase
pelarut (ekstraksi).
Perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam fase dengan
konsentrasi dalam keadaan tunak adalah kekuatan pendorong untuk
untuk melarutkan (melepaskan) zat terlarut dalam larutan hadir .
Kekuatan pendorong di belakang ekstraksi dapat ditentukan dengan
mengukur jarak antara sistem dan kesetimbangan. Fase rafinat = fase
residu, mengandung pengencer dan kelebihan zat terlarut. Fase
ekstraksi = fase yang mengandung zat terlarut dan pelarut. Proses
ekstraksi menggunakan pembagian zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak larut untuk memindahkan zat terlarut dari satu pelarut ke
pelarut lainnya (Oxtoby et al., 2001).
Menurut Anam (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi
proses ekstraksi antara lain ukuran bahan baku, pemilihan pelarut,
lamanya proses ekstraksi, dan suhu ekstraksi. Ukuran material yang
kecil akan memberikan hasil yang rendah. Pemilihan pelarut akan
mempengaruhi suhu ekstraksi dan lamanya proses ekstraksi.
Temperatur yang tinggi juga akan menghasilkan residu pelarut yang
tinggi..
3
2.2 Tetapan Distribusi
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap
dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut
tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan dengan rumus:
𝐶2 𝐶𝑜
𝐾𝑑 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾𝑑 =
𝐶1 𝐶𝑎
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tujuan Praktikum
1 Megetahui proses pemisahan dengan metode ekstraksi pelarut
2 Mengetahui cara menentukan tetapan distribusi (Kd) asam asetat
dalam sistem organik
3.2 Waktu Pelaksanaan
Hari : Senin
Tanggal : 13 Desember 2021
Pukul : 13.00-18.00
Tempat : Laboratorium Politeknik TEDC Bandung
3.3 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Buret 50 mL
b. Labu Erlenmeyer 250 mL
c. Statif dan Klem
d. Gelas kimia 150 mL
e. Botol Semprot
f. Labu ukur 100 mL
g. Corong
h. Corong pisah
i. Pipet volume 10 mL
2. Bahan
a. Asam Asetat
b. NaOH
c. Indikator PP
d. Klorofoam
e. Aquades
5
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penentuan Konsentrasi Asam Asetat
1. 20 mL As. Asetat dipipet dan dimaukan kedalam lau
Erlenmeyer 250 mL
2. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes
3. Buret dirangkat dan dipasang pada klem dan statif
4. Larutan NaOH 0,5263 dimasukan ke dalam buret
5. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali.
6. Catat dan hitung konsentrasi As. Asetat
3.4.1 Ekstraksi 1x
1. 20 mL asam asetat dimasukan ke dalam corong pisah
2. 20 mL Klorofoam ditambahkan ke dalam corong pisah
3. Corong diguncangkan lalu didiamkan hingga terbentuk 2
lapisan kemudian dikeluarkan dan dipisahkan.
4. As. Asetat diencerkan sebanyak 100 mL
5. 20 mL As. Asetat encer dipipet dan dimaukan kedalam lau
Erlenmeyer 250 mL
6. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes
7. Buret dirangkat dan dipasang pada klem dan statif
8. Larutan NaOH 0,5263 dimasukan ke dalam buret
9. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali.
10. Catat dan hitung konsentrasi As. Asetat
3.4.2 Ekstraksi 2x
1. 20 mL asam asetat dimasukan ke dalam corong pisah
2. 10 mL Klorofoam ditambahkan ke dalam corong pisah
3. Corong diguncangkan lalu didiamkan hingga terbentuk 2
lapisan kemudian dikeluarkan dan dipisahkan.
4. 20 mL asam asetat dimasukan kembali ke dalam corong pisah
5. 10 mL Klorofoam lalu ditambahkan ke dalam corong pisah
6. Corong diguncangkan lalu didiamkan hingga terbentuk 2
lapisan kemudian dikeluarkan dan dipisahkan.
7. As. Asetat diencerkan sebanyak 100 mL
6
11. 20 mL As. Asetat encer dipipet dan dimaukan kedalam lau
Erlenmeyer 250 mL
12. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes
13. Buret dirangkat dan dipasang pada klem dan statif
14. Larutan NaOH 0,5263 dimasukan ke dalam buret
15. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali.
16. Catat dan hitung konsentrasi As. Asetat
7
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Penentuan Konsentrasi Asam Asetat
No Perlakuan hasil
10 mL asam asetat glasial Tidak Berwarna
1 ditambahkan dengan 3 tetes
indikator PP
dititrasi dengan larutan NaOH Berwarna merah muda
2
0,5263 N
dicatat volume NaOH yang
3 9,5 + 14,7
digunakan = 12,1 𝑚𝐿
2
Ρ = m/v
1,05 = m/20
4 dihitung
m = 1,05 x 20
m = 21 graam
4.2 Ekstraksi 1x
No Perlakuan Hasil
20 mL asam asetat ditambahkan Tidak Berwarna
1 dengan 20 mL kloroform, diguncang
kemudian didiamkan
larutan kloroform pada corong pisah Tidak Berwarna
2
dibuang
larutan asam asetat yang tersisa
3
diencerkan lagi dengan 100 mL
kemudian diambil 20 mL untuk 3,0 + 3,6
= 3,3 𝑚𝐿
dititrasi dengan larutan NaOH 2
menggunakan indikator PP 1%
4.3 Ekstraksi 2x
No Perlakuan Hasil
20 mL asam asetat ditambahkan Tidak Berwarna
1 dengan 20 mL kloroform, diguncang
kemudian didiamkan
larutan kloroform pada corong pisah Tidak Berwarna
2
dibuang
larutan asam asetat yang tersisa
3
diencerkan lagi dengan 100 mL
kemudian diambil 20 mL untuk 2,9 + 2,9
= 2,9 𝑚𝐿
dititrasi dengan larutan NaOH 2
menggunakan indikator PP 1%
8
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Praktikum
1. Konsentrasi Asam Asetat dalam Sampel
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
0,5263 𝑁 . 12,1 𝑚𝐿
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
20 𝑚𝐿
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 0,32 𝑁
2. Massa asam Asetat dalam sampel
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥𝑒
𝑀𝑀 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑀𝑀 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑒
0,32 . 60. 0,2
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
1
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 3,84 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Konsentrasi Asam Asetat 1x Ekstraksi
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
0,5263 𝑁 . 3,3 𝑚𝐿
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
20 𝑚𝐿
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 0,087 𝑁
4. Massa asam Asetat dalam 1x Ekstraksi
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥𝑒
𝑀𝑀 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑀𝑀 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑒
0,087 . 60. 0,2
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
1
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 1,044 𝑔𝑟𝑎𝑚
9
5. Konsentrasi Asam Asetat 2x Ekstraksi
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
0,5263 𝑁 . 2,9 𝑚𝐿
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
20 𝑚𝐿
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 0,076 𝑁
6. Massa asam Asetat dalam 2x Ekstraksi
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥𝑒
𝑀𝑀 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑁𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑀𝑀 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑒
0,076 . 60. 0,2
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
1
𝑀𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 0,912 𝑔𝑟𝑎𝑚
7. Koefisien Distribusi (Kd)
a) Kd untuk 1x Ekstraksi
[𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡]𝐴𝑖𝑟 = 0,087 𝑁
10
b) Kd untuk 2x Ekstraksi
[𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡]𝐴𝑖𝑟 = 0,076 𝑁
8. Persen Ekstraksi
a) 1x Ekstraksi
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
% 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝑥 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
1,044
% 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝑥 100%
3,84
% 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 27,18%
b) 2x Ekstraksi
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
% 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝑥 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
0,912
% 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝑥 100%
3,84
% 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 23,75%
11
5.2 Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini asam asetat yang digunakan untuk ekstraksi
pelarut adalah asam asetat yang sebelumnya belum diketahui
konsentrasinya. Asam asetat yang belum diketahui konsentrasinya tersebut,
diambil 20 mL dan selanjutnya di titrasi menggunakan larutan NaOH yang
telah diketahui konsentrasinya yaitu 0,5263 N. Setalah mencapai titik akhir
titrasi, volume NaOH yang digunakan adalah 9,5 mL dan 14,7 mL. Dari
hasil titrasi tersebut, maka konsentrasi Asam Asetat dapat diketahui yaitu
0,32 N. Setelah mengetahui konsentrasi dari asam asetat, massa asam asetat
untuk dihitung untuk mengetahui massa total sampel yang akan digunakan
dalam ekstraksi. Massa sampel asam asetat tersebut diperoleh 3,84 gram.
Ekstraksi kali ini dilakukan dengan 1 kali ekstraksi dan 2 kali
ekstraksi. Perbedaan nya terletak pada pencampuran koloform pada asam
asetat. Pada 1 kali ekstraksi, 20 mL asam asetat langsung dicampurkan
dengan 20 mL kloroform. Sedangkan 2 kali ekstraksi, 20 mL asam asetat
dicampurkan secara berkala dengan 10 mL tiap 1 kali ekstraksi. Kedua
ekstraksi tersebut selanjutnya di titrasi kembali menggunakan larutan NaOH
0,5263.
Pada 1 kali ekstraksi dilakukan titrasi duplo dengan menggunakan
NaOH. Setelah titik akhir titrasi, volume NaOH yang digunakan adalah
sebanyak 3 mL dan 3,6 mL. Dengan mengambil nilai rata-rats dari volume
NaOH yang digunakan, maka konsentrasi asam asetat yang telah di ekstraksi
1 kali adalah 0,087 N dengan massa asam asetat sebesar 1,044 gram.
Sedangkan pada 2 kali ekstraksi dilakukan titrasi duplo dengan
menggunakan NaOH. Setelah titik akhir titrasi, volume NaOH yang
digunakan adalah sebanyak 2,9 mL dan 2,9 mL. Dengan mengambil nilai
rata-rats dari volume NaOH yang digunakan, maka konsentrasi asam asetat
yang telah di ekstraksi 1 kali adalah 0,076 N dengan massa asam asetat
sebesar 0,912 gram.
12
Setelah dilakukan ekstraksi untuk 1 kali dan 2 kali ekstraksi, maka
nilai tetapan distribusi (Kd) dan persen ekstraksi tiap ekstraksi dapat
dihitung. Nilai Kd untuk 1 kali ekstraksi adalah 2,67 dengan persen ekstraksi
sebesar 27,18%. Sedangkan nilai Kd untuk 2 kali ekstraksi adalah 3,12
dengan persen ekstraksi sebesar 23,75%.
13
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa nilai Kd untuk 1 kali
ekstraksi adalah 2,76 dan untuk 2 kali ekstraksi adalah 3,12. Masing-masing
ekstraksi menghasilkan konsentrasi asam asett yang berbeda satu sama
lainnya hingga nilai Kd nya berubah-ubah. Pengaruh 1 kali ekstraksi dan 2
kali ekstraksi pun dapat berdaampak pada hasil yang akan diperoleh.
14
LAMPIRAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadani Nina, dkk. 2018. Penerapan Metode Ekstraksi Pelarut dalam Pemisahan
Minyak Atsiri Jahe Merah _(Zingiber Officinale Var. Rubrum)._ Kovalen,
4(1): 74 - 81
Kristijarti Prima, dan Ariestya Arlene. 2012. Isolasi Zat Warna Ungu pada
_Ipomoea batatas Poir_ dengan Pelarut Air. Laporan hasil penelitian,
Bandung: Universitas Katholik Parahiyangan.
Aprilia Fitri, dkk. 2011. Koefisien Distribusi Iod. Laporan Praktikum Kimia
Analitik II. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Dewi Prestysiana, dkk. 2010. Pengaruh Metanol dan Metanol-Asam Asetat-Air
Terhadap Efisiensi _Dye Sensitized Solar Cell_ dari Ekstrak bunga rosela
_(Hibiscus Sabdariffa)._ Jurnal Sains dan Matematika (JMS). 18 (4): 132-
138.
Gamaliel. (2018). Ekstraksi. _(https://id.scribd.com/document/364556117/
MAKALAH-EKSTRAKSI,_ diakses pada tanggal 17 Desember 2021).
16