Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah kesatuan individu yang terikat oleh suatu tata cara,
kebiasaan atau adat istiadat tertentu, yang dianut oleh anggota anggotanya. Dari
sudut formalnya dapat dikatakan hidup bermasyarakat adalah suatu bentuk
kehidupan bersama manusia. Antara manusia satu dengan manusia lainnya
saling menghubungkan sikap, tingkah laku, dan perbuatannya, bersama-sama
menunjukkan kesediaan menjunjung tinggi dan melaksanakan tata cara yang
dianggap perlu dan penting yang menganggap orang atau sebagai sesama
anggotanya sebagai suatu kelompok. Dalam hal bertingkah laku inilah manusia
harus mempunyai pedoman dan pegangan agar tingkah lakunya tidak
menyeleweng, yaitu yang disebut dengan lembaga kemasyarakatan. Lembaga
kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social-
institution. Lembaga kemasyarakatan ataupun lembaga social itu mempunyai
pengertian, yaitu keseluruhan peraturan, norma-norma, adapt istiadat yang
mendapat dukungan dari masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai yang
penting dan kemudian mengatur hubungan-hubungan social antara para anggota
masyarakat dalam memenuhi hubungan social antara para anggota masyarakat
dalam memenuhi kebutuhannya, demi kesejahteraan mereka sendiri.
Selama manusia satu dengan manusia lain mengganggap sebagai
sesama warga atau anggota masyarakat, berarti masing-masing telah menyadari
dan menghargai adanya lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah
terbentuk. Dengan demikian, kita perlu mempelajari lembaga kemasyarakatan
karena lembaga kemasyarakatan itu sendiri mempunyai fungsi sebagai pedoman
pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau
bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama
yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan; menjaga kebutuhan masyarakat;
memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan system
pengendalian social (social control) yang artinya system pengawasan
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lembaga social?
2. Apa saja fungsi Lembaga Kemasyarakatan?
3. Bagaimana proses pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan?
4. Bagaimana perkembangan Lembaga Kemasyarakatan?
5. Apa ciri-ciri lembaga kemasyarakatan?
6. Apa syarat norma terlembaga?
7. Apa syarat Lembaga Kemasyarakatan?
8. Apa saja tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan?
9. Apa saja jenis-jenis Lembaga Kemasyarakatan?
10. Bagaimanakah cara-cara mempelajari lembaga kemasyarakatan?
11. Apa yang dimaksud dengan conformity dan deviation?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Kemasyarakatan
Pengertian istilah lembaga kemasyarakatan dalam bahasa Inggris adalah
social institution, namun socil institution juga diterjemahkan sebagai pranata
social. Hal ini dikarenakan socil institution merujuk pada perlakuan mengatur
perilaku para anggota masyarakat. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa
pranata social merupakan system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat
pada aktifitas- aktifitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga Kemasyarakatan
merupakan satuan norma khusus yang menata serangkaian tindakan yang
berpola untuk keperluan khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Istilah lain yang digunakan adalah bangunan sosial yang diambil dari bahasa
Jerman sozialegebilde dimana menggambarkan dan susunan institusi tersebut.
Sedangkan menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah
sebuah bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah
organisasi. Lembaga (institutations) adalah suatu system norma untuk mencapai
suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara
formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu
kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang
terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.

B. Fungsi Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Soerjono Soekanto, Lembaga Kemasyarakatan memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana
mereka harus bersikap atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-
masalah yang muncul atau berkembang di lingkungan masyarakat,
termasuk yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
3. Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap
anggota-anggotanya.
Menurut Horton dan Hunt, fungsi Lembaga Kemasyarakatan adalah:
1. Fungsi Manifes atau fungsi nyata yaitu fungsi lembaga yang disadari dan
di akui oleh seluruh masyarakat
2. Fungsi Laten atau fungsi terselubung yaitu fungsi Lembaga
Kemasyarakatan yang tidak disadari atau bahkan tidak dikehendaki atau
jika di ikuti dianggap sebagai hasil sampingan dan biasanya tidak dapat
diramalkan.

C. Proses pertumbuhan lembaga kemasyarakatan.


Timbulnya lembaga kemasyarakatan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :
1. Secara tidak terncana
Secara tidak terencana maksudnya adalah institusi itu lahir secara
bertahap dalam kehidupan masyarakat, biasanya hal ini terjadi ketika
masyarakat dihadapkan pada masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat penting. Contohnya adalah dalam
kehidupan ekonomi, dimasa lalu, untuk memperoleh suatu barang orang
menggunakan system barter, namun karena dianggap sudah tidak efisien dan
menyulitkan, maka dibuatlah uang sebagai alat pembayaran yang diakui
masyarakat, hingga muncul lembaga ekonomi seperti bank dan sebagainya.
2. Secara terencana
Secara terencana maksudnya adalah institusi muncul melalui suatu
proses perncanaan yang matang yang diatur oleh seseorang atau kelompok
orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Contohnya lembaga
transmigrasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai cara untuk mengatasi
permasalahan kepadatan penduduk. Singkat kata bahwa proses terbentuknya
lembaga social berawal dari individu yang saling membutuhkan. Saling
membutuhkan ini berjalan dengan baik kemudian timbul aturan yang disebut
norma kemasyarakatan. Norma kemasyarakatan dapat berjalan baik apabila
terbentuk lembaga social.

D. Perkembangan Lembaga Kemasyarakatan


Terbentuknya lembga kemasyarakatan bermula dari kebutuhan
masyarakat akan keteraturan kehidupan bersama. Sebagaimana diungkapkan
oleh Soerjono Soekanto Lembaga Kemasyarakatan tumbuh karena
manusiadalam hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk mendapatkan
keteraturan hidup bersama dirumuskan norma-norma dalam masyarakat sebagai
paduan bertingkah laku.
Mula-mula sejumlah norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja.
Namun, lama-kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar. Contohnya “dahulu
di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan.
Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus
mendapat bagiannya, di mana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu,
yaitu pembeli ataukah penjual.”
Sejumlah norma-norma ini kemudian disebut sebagai lembaga social.
Namun, tidak semua norma-norma yang ada dalam masyarakat merupakan
Lembaga Kemasyarakatan karena untuk menjadi sebuah Lembaga
Kemasyarakatan sekumpulan norma mengalami proses yang panjang. Menurut
Robert M.Z. Lawang proses tersebut dinamakan pelembagaan atau
institutionalized, yaitu proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola atau
bagaimana suatu pola perilaku yang mapan itu terjadi. Dengan kata lain,
pelembagaan adalah suatu proses berjalan dan terujinya sebuah kebiasaan
dalam masyarakat menjadi institusi/ lembaga yang akhirnya harus menjadi
paduan dalamkehidupan bersama.
E. Ciri-Ciri Kelembagaan Masyrakat
Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul “Ciri-ciri Umum
Lembaga Kemasyarakatan” (General Features of Social Institution) menguraikan
sebagai berikut :
1. Lembaga Kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan
perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-
hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata kelakukan, dan unsur-
unsur kebudayaan lain yang tergabung dalam suatu unit yang fungsional.
2. Lembaga Kemasyarakatan juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan
tertentu. Oleh karena Lembaga Kemasyarakatan merupakan himpunan
norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya
apabila terus dipelihara dan dibakukan.
3. Lembaga Kemasyarakatan memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu.
Lembaga pendidikan sudah pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga
lembaga perkawinan, perbankan, agama, dan lain- lain.
4. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
Lembaga Kemasyarakatan. Misalnya, rumah untuk lembaga keluarga serta
masjid, gereja, pura, dan wihara untuk lembaga agama.
5. Lembaga Kemasyarakatan biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang
atau simbol-simbol tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis
menggambar tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Misalnya,
cincin kawin untuk lembaga perkawinan, bendera dan lagu kebangsaan
untuk negara, serta seragam sekolah dan badge (lencana) untuk sekolah.
6. Lembaga Kemasyarakatan memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang
merumuskan tujuan, tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan
hukum perkawinan untuk lembaga perkawinan. Sedangkan seorang ahli
sosial yang bernama John Conen ikut pula mengemukakan karakteristik dari
Lembaga Kemasyarakatan.
Menurutnya terdapat sembilan ciri khas (karakteristik) Lembaga
Kemasyarakatan sebagai berikut :
1. Setiap Lembaga Kemasyarakatan bertujuan memenuhi kebutuhan
khusus masyarakat.
2. Setiap Lembaga Kemasyarakatan mempunyai nilai pokok yang
bersumber dari anggotanya.
3. Dalam Lembaga Kemasyarakatan ada pola-pola perilaku permanen
menjadi bagian tradisi kebudayaan yang ada dan ini disadari
anggotanya.
4. Ada saling ketergantungan antarLembaga Kemasyarakatan di
masyarakat, perubahan Lembaga Kemasyarakatan satu berakibat
pada perubahan Lembaga Kemasyarakatan yang lain.
5. Meskipun antarLembaga Kemasyarakatan saling bergantung, masing-
masing Lembaga Kemasyarakatan disusun dan di- organisasi secara
sempurna di sekitar rangkaian pola, norma, nilai, dan perilaku yang
diharapkan.
6. Ide-ide Lembaga Kemasyarakatan pada umumnya diterima oleh
mayoritas anggota masyarakat, terlepas dari turut tidaknya mereka
berpartisipasi.
7. Suatu Lembaga Kemasyarakatan mempunyai bentuk tata krama
perilaku.Setiap Lembaga Kemasyarakatan mempunyai simbol-simbol
kebudayaan tertentu.
8. Suatu Lembaga Kemasyarakatan mempunyai ideologi sebagai dasar
atau orientasi kelompoknya.

F. Syarat Norma Terlembaga


Menurut H.M. Johnson suatu norma terlembaga (institutionalized) apabila
memenuhi tiga syarat sebagai berikut:
a) Sebagian besar anggota masyarakat atau sistem sosial menerima norma
tersebut.
b) Norma tersebut menjiwai seluruh warga dalam sistem sosial tersebut.
c) Norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota
masyarakat.
Dikenal empat tingkatan norma dalam proses pelembagaan, pertama cara
(usage) yang menunjuk pada suatu perbuatan. Kedua, kemudian cara bertingkah
laku berlanjut dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan (folkways), yaitu
perbuatan yang selalu diulang dalam setiap usaha mencapai tujuan tertentu.
Ketiga, apabila kebiasaan itu kemudian diterima sebagai patokan atau norma
pengatur kelakuan bertindak, maka di dalamnya sudah terdapat unsur
pengawasan dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan dikenakan sanksi.
Keempat, tata kelakuan yang semakin kuat mencerminkan kekuatan pola
kelakuan masyarakat yang mengikat para anggotanya. Tata kelakuan semacam
ini disebut adat istiadat (custom). Bagi anggota masyarakat yang melanggar adat
istiadat, maka ia akan mendapat sanksi yang lebih keras. Contoh, di Lampung
suatu keaiban atau pantangan, apabila seorang gadis sengaja mendatangi pria
idamannya karena rindu yang tidak tertahan, akibatnya ia dapat dikucilkan dari
hubungan bujang-gadis karena dianggap tidak suci.
Keberhasilan proses institusinalisasi dalam masyarakat dilihat jika norma-
norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi terlembaga dalam masyarakat,
akan tetapi menjadi terpatri dalam diri secara sukarela (internalized) dimana
masyarakat dengan sendirinya ingin berkelakuan sejalan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Lembaga Kemasyarakatan umumnya didirikan berdasarkan nilai dan norma
dalam masyarakat, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan
aturan-aturan yang isebut norma sosial yang membatasi perilaku manusia dalam
kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma.
Inilah awalnya Lembaga Kemasyarakatan terbentuk. Sekumpulan nilai dan
norma yang telah mengalami proses penerapan ke dalam institusi atau
institutionalization menghasilkan lembaga social.
G. Syarat Lembaga Kemasyarakatan
Menurut Koentjaraningrat aktivitas manusia atau aktivitas kemasyarakatan untuk
menjadi Lembaga Kemasyarakatan harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Persyaratan tersebut antara lain:
a) Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan adat
istiadat yang hidup dalam ingatan maupun tertulis.
b) Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas bersama dan
saling berhubungan menurut sistem norma-norma tersebut.
c) Suatu pusat aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks- kompleks
kebutuhan tertentu, yang disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok
yang bersangkutan.
d) Mempunyai perlengkapan dan peralatan.
e) Sistem aktivitas itu dibiasakan atau disadarkan kepada kelompok- kelompok
yang bersangkutan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu yang lama.

H. Tipe-Tipe Lembaga Kemasyarakatan


Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, tipe-tipe Lembaga
Kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan sudut perkembangan
 Cre sive institution yaitu institusi yang tidak sengaja tumbuh dari adat
istiadat
 masyarakat. Contoh: lembaga perkawinan, hak milik dan agama
 Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Contoh: lembaga utang piutang dan
lembaga pendidikan
b. Berdasarkan sudut nilai yang diterima oleh masyarakat
 Basic institution yaitu institusi sosial yang dianggap penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
Contoh: keluarga, sekolah, dan negara.
 Subsidiary institution yaitu institusi sosial yang berkaitan dengan hal-
hal yang dianggap oleh masyarakat kurang penting dan berbeda di
masing-masing masyarakat seperti rekreasi.
c. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
 Approved dan sanctioned institution yaitu institusi sosial yang diterima
oleh masyarakat, misalnya sekolah atau perusahaan dagang.
 Unsanctioned institution yaitu institusi yang ditolak masyarakat
meskipun masyarakat tidak mampu memberantasnya. Contoh:
sindikat kejahatan, pelacuran, dan perjudian.
d. Berdasarkan sudut penyebarannya
 General institution yaitu institusi yang dikenal oleh sebagian besar
masyarakat dunia. Contoh: institusi agama
 Restricted institution yaitu institusi sosial yang hanya dikenal dan
dianut oleh sebagian kecil masyarakat tertentu. Contoh: lembaga
agama Islam, Kristen Protestan, Hindu, dan Budha.
e. Berdasarkan sudut fungsinya
 Operative institution yaitu institusi yang berfungsi menghimpun pola-
pola atau cara-cara yang diperlukan dari masyarakat yang
bersangkutan. Contoh: institusi ekonomi.
 Regulative institution yaitu institusi yang bertujuan mengawasi adat
istiadat atau tata kelakuan dalam masyarakat. Contoh: institusi hukum
dan politik seperti pengadilan dan kejaksaan.

I. Jenis-jenis Lembaga Kemasyarakatan


Ada 5 jenis Lembaga Kemasyarakatan, yakni :
a. Pranata Keluarga
Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat dan juga
institusi pertama yang dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan.Proses
Terbentuknya Keluarga Pada umumnya keluarga terbentuk melalui
perkawinan yang sah menurut agama, adat atau pemerintah dengan proses
seperti dibawah ini :
• Diawali dengan adanya interaksi antara pria dan wanita
• Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang
lebih intim sehingga terjadi proses perkawinan.
• Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian
terbentuklah keluarga inti.
b. Pranata Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi
yang nyata (manifes) berikut:
• Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
• Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
• Melestarikan kebudayaan.
• Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
• Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang
tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada
sekolah.
• Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi
untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin
dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat
tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
• Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan
dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima
perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat.
Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial
yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
• Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula
memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung
secara ekonomi pada orang tuanya.
• Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni
sebagai berikut:
1. Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
2. Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
3. Menjamin integrasi sosial.
4. Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
5. Sumber inovasi sosial.
c. Pranata Ekonomi
Tujuan dan fungsi lembaga ekonomi
Pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga ekonomi
adalah terpenuhinya kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup
masyarakat.
Fungsi dari lembaga ekonomi adalah:
• Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan
• Memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter
• Memberi pedomantentang harga jual beli barang
• Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerjaMemberikan
pedoman tentang cara pengupahan
• Memberikan pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja
• Memberi identitas bagi masyarakat
d. Pranata Agama
Pranata Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam
masyarakat yang telah dirumuskan dan dibakukan.Fungsi pranata agama
adalah:
• Sebagai pedoman hidup
• Sumber kebenaran
• Pengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia
dengan Tuhan
• Tuntutan prinsip benar dan salah
• Pedoman pengungkapan perasaan kebersamaan di dalam agama
diwajibkan berbuat baik terhadap sesame
• Pedoman keyakinan manusia berbuat baik selalu disertai dengan
keyakinan bahwa perbuatannya itu merupakan kewajiban dari Tuhan dan
yakin bahwa perbuatannya itu akan mendapat pahala, walaupun
perbuatannya sekecil apapun.
• Pedoman keberadaan yang pada hakikatnya makhluk hidup di dunia
adalah ciptaan Tuhan semata
• Pengungkapan estetika manusia cenderung menyukai keindahan karena
keindahan merupakan bagian dari jiwa manusia
• Pedoman untuk rekreasi dan hiburan. Dalam mencari kepuasan batin
melalui rekreasi dan hiburan, tidak melanggar kaidah-kaidah agama
e. Pranata Politik
Pranata politik merupakan pranata yang menangani masalah administrasi
dan tata tertib umum demi tercapainya keamanan dan ketentraman
masyarakat. Pranata yang merupakan pembantunya adalah seperti sistem
hukum dan perundang-undangan, kepolisian, angkatan bersenjata,
kepegawaian, kepartaian, hubungan diplomatik. Bentuk pranata atau institusi
politik yang mengkoordinasi segala kegiatan diatas disebut negara. Fungsi
lembaga politik :
• Pelembagaan norma melalui Undang-Undang yang disampaikan oleh
badan-badan legislatif.
• Melaksanakan Undang-Undang yang telah disetujui.
• Menyelesaikan konflik yang terjadi diantara para warga masyarakat yang
bersangkutan.
• Menyelenggarakan pelayanan seperti perawatan kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan dan seterusnya.
• Melindungi para warga masyarakat atau warga negara dari serangan
bangsa lain.
• Memelihara kesiapsiagaan/kewaspadaan menghadapi bahaya.
J. Cara-Cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan
Betapa pentingnya penelitian terhadap lembaga kemasyarakatan, dapat
disimpulkan dari uraian-uraian diatas. Telah lama para ahli berusaha untuk
meneliti dengan cara atu metode-metode yang menurut anggapannya paling
efisien.Apabila cara atu metode-metode tersebut di himpun, maka akan dapat di
jumpai 3 golongan pendekatn (approach) terhadap masalah tersebut , yaitu
sebagai berikut:
1) Analisis secara hitoris
Analisis secara historis bertujuan meneliti sejarah timbul dan
perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu. Mislnya diselediki
asal mula serta perkembangan lembaga demokrasi, perkawinan yang
monogami, keluarga batih, dan lain sebagainya.
2) Analisis komparatif
Anlisi komparatif bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyrakatan
tertentu dalam berbagai masyarkat berlainan ataupun berbagai lapisan
soosial masyarkat tersebut. Bentuk-bentuk milik, praktik-praktik pendidikan
kanak-kanak dan lain-lainnya, banyak di telaah secara komparatif. Cara
anlisis ini bnyk sekli di gunakn oleh para ahli seperti Ruth Benedict, Mrgaret
Mead, dan lain-lain.
3) Analisis Fungsional
Lembaga- lembaga kemasyarakatan dapat pula diselidiki dengan jalan
menganalisis hubungan antara lembaga- lembaga tersebut didalam suatu
masyarakat tertentu. Pendekatan ini, yang lebih menekankan hubungan
fungsi sebenarnya, seringkali mempergunakan analisis- analisis histories
dan komparatif. Sesunggugnya suatu lembaga kemasyarakatan tidak
mungkin hidup sendiri terlepas dari lembaga-lembaga kemasyarakatan
lainnya. Misalnya penelitian tentang lembaga perkawinan mau tak mau kan
menyangkut pula penelitian terhadap lembaga pergaulan muda mudi,
lembaga keluarga, lembaga harta perkawinan, lembaga kewarisan, dan lain
sebagainya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga pendekatan
tersebut bersifat saling melengkapi. Artinya, didalam meneliti lembaga-
lembaga kemasyarakatan salah satu pendekatan akan dipakai sebagai
alat pokok, sedangkan yang lain bersifat sebagai tambahan untuk
melengkapi kesempurnaan cara- cara penelitian.

K. Conformity Dan Deviation


Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan
cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, deviation
adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Diadakannya kaidah serta lain- lain peraturan didalam masyarakat adalaah
dengan maksud supaya ada conformity warga masyarakat terhadap nilai- nilai
yang berlaku didalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam masyarakat yang
homogen dan tradisional conformity warga masyarakat cenderung kuat.
Misalnya, didesa- desa yang terpencil, dimana tradisi dipelihara dan
dipertahankan dengan kuat, warga masyarakat desa tersebut tidak mempunyai
pilihan lain kecuali mengadakan conformity terhadap kaidah- kaidah serta nilai
yang berlaku. Didalam masyarakat desa terpencil, apabila seseorang mendirikan
rumah dia akan meniru bentuk- bentuk rumah yang telah ada, jika mendirikan
rumah dengan bentuk yang berbeda maka dia akan dicelah oleh para anggota
masyarakat lain.
Masyarakat dikota- kota berlainan keadaannya, karena anggota-
anggotanya selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan
yang terjadi dengan kotanya. Hal ini juga disebabkan karena kota merupakan
pintu gerbang masuknya pengaruh- pengaruh luar misalnya peralatan yang
modern dibidang mass comunication seperti surat kabar, film, televisi dan lain-
lain. Dengan demikian, kaidah- kaidah dalam kota, juga mengalami
perkembangan dan perubahan sehingga conformity dikota- kota (terutama
dikota- kota besar) juga sangat kecil, shingga proses institutionalization apabila
dibandingkan dengan masyarakat yang ada didesa. Deviation atau penyimpann
dalam masyarakat tradisoinal yang relative statis yidak akan disukai. Deviation
terhadap kaidah-kaidah dalam masyarakat yang tradisonal memerlukan suatu
keberanian dan kebijaksanaan tersendiri. Namun, apabila masyarakat tradisional
tersebut merasakan manfaat dari suatu deviation tertentu, penyimpangan akan
diterimanya. Biasanya proses tersebut dimulai oleh generasi muda yang pernah
pergi merantau. Kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya dari luar mulai ditiru oleh
orang-orang di sekitarnya, kemudian menjalar ke seluruh masyarakat. Untuk
mengkaji deviation telah banyak teori yang dikembangkan oleh para sarjana
ilmu-ilmu social dan sosiologi. Menurut Robert K. Merton, sosiologi ini meninjau
penyimpangan (deviation) dari sudut struktur social dan budaya. Menurut
Merton, diantara segenap unsure social dan budaya, terdapat dua unsur
terpenting yaitu kerangka aspirasi dan unsure-unsur yang mengatur segala
kegiatan untuk mencapai aspirasi tersebut.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Lembaga kemasyarakatan merupakan satuan norma khusus yang menata
serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya, lembaga kemasyarakatan berfungsi
untuk sebagai pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan; menjaga kebutuhan
masyarakat; memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan system
pengendalian social (social control) yang artinya system pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota-anggotanya. Proses pertumbuhan Lembaga
Kemasyarakatan ada dua, yang pertama terbentuk dari norma-norma masyarakat
dan yang kedua dari sistem pengendalian sosial (social control). Dari norma-norma
masyarakat, Lembaga Kemasyarakatan dapat timbul secara tidak terencana dan
terencana.
Ciri-ciri umum lembaga kemasyarakatan adalah suatu lembaga
kemasyarakatan mempunyai suatu pola pemikiran dan juga pola perilaku; suatu
lembaga kemasyarakatan juga mempunyai tingkat kekekalan, tujuan, alat-alat
kelengkapan, lambang, dan suatu tradisi tertentu.
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan menurut sudut
perkembangan: cresive institutions dan enacted institutions; menurut sudut sistem
nilai-nilai yang diterima masyarakat: basic institutions dan subsidiary institutions;
menurut sudut penerimaan masyarakat: approved-social sanctioned institutions;
menurut sudut penyebarannya: general institutions dan regulative institutions; dan
menurut sudut fungsinya: operative institutions dan restricted institutions.
Jenis-jenis Lembaga Kemasyarakatan ada 5 yaitu pranata keluarga, pranata
pendidikan, pranata ekonomi, pranata agama, dan pranata politik. Ada pula cara
mempelajari Lembaga Kemasyarakatan dengan tiga golongan pendakatan yaitu
analisis secara historis, analisis komparatif, dan analisis fungsional. Ada juga
masalah yang berhubungan dengan Lembaga Kemasyarakatan yaitu convormity
dan deviation. Conformity yaitu proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan
cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sedangkan deviation adalah
penyipangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.

2. Saran
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada
pembaca mengenai lembaga kemasyarakat pada masyarakat petani di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1987. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Leibo, Jefta. 1994. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi offset
Rahardjo. 1993. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: UGM Press
Worang, Buddy L. 1983. Pengantar Sosiologi; Suatu Ringkasan. Yogyakarta:
Universitas
Atmajaya.
ILMU SOSIAL DASAR
PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT

Disusun oleh :
KELAS C3

JURGHEN SALOMBE 51821011131

RAHMI RAHAYU 51521011169

FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR
2021

Anda mungkin juga menyukai