Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ahmad abiyyu rafi wardhana

Kelas : 10 mipa 1

“Lukisan karya Sudarso”

Karya Sudarso ini merupakan tipikal karya-karya pelukis Yogyakarta, periode sanggar-
sanggar yang mengusung paradigma estetik kerakyatan. Dalam lukisan “Wanita Menanti” (1982)
digambarkan dengan kuat suatu ekspresi perempuan desa yang lugu pendukung ekspresi itu adalah
gestur tubuh yang duduk meliuk, dengan penanda pakaian kebaya dan kain panjang, bekal dalam
pembungkusan kain, serta alam perdesaan yang hijau dan sunyi. Gaya realisme Sudarso yang halus,
memang dikenal sangat piawai untuk mewujudkan sosok-sosok tubuh perempuan. Pelukis ini bahkan
identik dengan objek-objek perempuan desa yang lugu, namun selalu memiliki bentuk kaki yang
indah.
Pilihan idiom visual dalam paradigma estetik kerakyatan memang mempunyai variasi yang luas.
Nafas kehidupan rakyat bisa jadi terungkap lewat objek-objek manusia yang padat dengan aktivitas
kerja, lewat idiom seni rakyat, lewat perempuan desa, sosok pelacur, bahkan para jelata yang pilihan
hidupnya habis menjadi pengemis. Menjadi catatan sejarah yang penting bahwa pandangan estetik itu
berkembang dari kondisi sosiokultural yang galau dan berat. Dengan demikian karya-karya pelukis itu
sebenarnya menjadi cermin dari suatu jiwa zaman yang sedang tumbuh.

Karya ini bisa dimaknai sebagai dimensi absurd kehidupan universal. Penantian pada suatu
ketidakjelasan bisa dilihat dari ekspresi wajah perempuan yang kosong. Lewat penanda-penanda
visual yang ada, semakin memberi tekanan, bagaimanakah kegalauan penantian itu jika terjadi pada
manusia-manusia bersahaja dari desa. Lewat karya itu, Sudarso sebenarnya lebih menggali sisi
psikologis yang absurd daripada sekedar kecantikan sosok wanita yang sedang menanti.

Anda mungkin juga menyukai