Perkembangan Kognitif Peserta Didik Imam Bantani Ok
Perkembangan Kognitif Peserta Didik Imam Bantani Ok
MAKALAH
Oleh :
Nama : Imam Bantani
NIM : 191210032
A.Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-
masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain :
1.Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2.Bagaimana proses perkembangan kognitif ?
3.Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik ?
4.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta didik ?
C.Sistematika Uraian
Sistematika uraian yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dari
berbagai sumber baik dari buku maupun dari internet yang kami anggap cukup relivan dengan
permasalahan. Kemudian kami memberikan pendapat-pendapat dari para ahli untuk
mendukung argument-argumen yang kami berikan dalam perkembangan kognitif peserta didik.
D.Tujuan
Sebagai suatu pembahasan yang sangat penting, makalah ini bertujuan agar guru dan
orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak. Selain itu, makalah ini juga dapat
memperdalam pengetahuan kita dalam perkembangan kognitif pada peserta didik
E.Manfaat
1.Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya
penyusunan makalah mengenai perkembangan kognitif peserta didik, dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan kognitif.
2.Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan wawasan mengenai
perkembangan kognitif. Dengan adanya makalah ini peserta didik dapat berpartisipasi dalam
meningkatkan kemampuan kognitif yang dimilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga
mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita,
2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir
lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan
wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Menurut Mayers (1996), “cognition refers to all the mental activities associated with
thinking, and remembering.” Pengertian yang hampir serupa dengan pengertian yang diberikan
oleh Margaret W. Matlin (1994), yaitu: “cognition, or mental activity, involves the acquisition,
storage, retrieval, and use of knowledge.”
Dalam Dictionary of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah
umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yaitu persepsi, imajinasi, penangkapan
makna, penilaian dan penalaran” (Kuper & Kuper, 2000). Pengertian ini pun hampir senada
dengan pengertian pada Dictionary of Psychology karya Chaplin (2002), dijelaskan bahwa
“kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk
didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga, dan menilai. Secara tradisional, kognisi ini dipertentangkan dengan
konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).”
Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau fikiran ini untuk
menunjukkan pengertian yang sama dengan cognition, yang mencakup berbagai aktifitas
mental, seperti: penalaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep-konsep, dan lain-lain.
Sehingga dalam hal ini, Myers (1996) menjelaskan bahwa, “thinking, or cognition, is the mental
activity associated with processing, understanding, and communicating information…these
mental activities, including the logical and sometimes illogical ways in which we create
concepts, solve problems, make decisions, and from judgments.” Atkinson, dkk, (1991)
mengartikan berfikir sebagai “kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau
peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah
yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan pemecahan masalah melalui manipulasi yang
nyata.”
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak
dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget meyakini bahwa pengalaman-
pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.
Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan
berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu
menjadi lebih logis (Nur, 1998), dalam posting (Anwar Holil, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif
atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi
yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
Ide-ode dasar Teori Piaget dalam Perkembangan Kognitif.
Beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak menurut piaget,
antara lain :
3.Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Ketika anak menggunakan dan beradaptasi terhadap skema yang mereka buat, ada dua proses
yang bertanggung jawab yaitu assimilation dan akomodasi. Asimilasi terjadi apabila seorang
anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yaitu anak
mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak
menyesuaikan diri pada informasi baru, yaitu anak menyesuaikan skema yang dimilikinya
dengan lingkungannya.
1)Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu (secara perseptual,
emosional-motivational, dan konsepsual) untuk mengambil perspektif orang lain.
2)Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan
situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu
dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan
hubungannya antara dimensi-dimensi ini.
3)Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum mampu untuk
meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
6)Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan suatu objek tidak berdasarkan
realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya saja.
1)Sifat deduktif-hipotesis
Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka akan membentuk strategi-strategi
penyelesaian berdasarkan hepotesis permasalahan tersebut. Maka dari itulah berpikir
operasional formal juga disebut berpikir proporsional.
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan
benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan akhirnya saja tetapi belum
memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret opersional, anak memahami proses apa
yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
b.Hubungan timbal balik (resiprokasi)
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa
deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan
lain. Karena anak mengetahui hubungan timbale balik antara panjang dan kurang rapat atau
sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda
yang ada pada kedua deretan itu sama. Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anah
mulai mengerti tentang hubungan timbal balik.
c.Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada dalam suatu
deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di pindah, anak tetap
mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada usia
sekolah (masa Konkrit operasional) dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai
memahami akan susunan dan urutan tertentu.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan
kognitif tersebut. Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan dua cara yaitu
dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh
Piaget dan dengan caran system pemprosesan informasi. Pada teori pemprosesan informasi
lebih menekankan bagaimana proses-proses terjadinya perkembangan kognitif, tetapi pada
teori Piaget membagi proses tersebut ke dalam berbagai tahapan.
Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami
semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar
dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai
dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu
yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Tidak kalah penting, pengajar juga harus mengetahui tentang factor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan
lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal-bakal perkembangan
kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh secara tidak sesuai dengan semestinya, ini akan
berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan pada perkembangan mental anak
tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk
lingkungan maupun pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada
perkembangan kognitif anak semakin besar.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif agar cara pengajaran kita sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.
B.Saran
1.Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi
dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2.Selalu belajar serius agar menjadi peserta didik yang nantinya dapat dengan mudah memahami
tentang perkembangan kognitifnya.
3.Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik.
Daftar Pustaka
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka
Setia.
Holil, A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online).
(http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-
piaget.html, diakses 2 November 2010).
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-
anak/, diakses 2 November 2010).
Joesafira. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-pada-
anak.html, diakses 2 November 2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak ,
diakses 4 November 2010).