Laporan Kasus Bedah III Struma Nontoksik Nodosa
Laporan Kasus Bedah III Struma Nontoksik Nodosa
1. Definisi
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel-
folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah berahun-tahun sebagian folikel tumbuh
semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersbut menjadi noduler. Struma nodosa
nontoksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih
tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme.
2. Etiologi
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak diketahui, namun
sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala tiroiditis ringan; oleh karena itu, diduga
tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan
sekresi TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang progresif dari bagian
kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan mengapa kelenjar ini
biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun bagian yang lain rusak
akibat tiroiditis.
1. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air
minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
a. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai).
b. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
3. Klasifikasi
Berdasarkan American Society for Study of Goiter, terdapat 4 macam klasifikasi
struma, yaitu:
a. Struma nontoksik difusa
Penyebab dari penyakit ini bermacam-macam, misalnya defisiensi iodium; autoimun
thyroiditis; hashimoto atau postpartum thyroiditis; stimulasi reseptor TSH oleh TSH
dari tumor hipofisis; resistensi hipofisis terhadap hormon tiroid, gonadotropin
dan/atau tiroid stimulating immunoglobulin; inborn errors metabolisme yang
menyebabkan kerusakan dalam biosintesis hormon tiroid; terpapar radiasi; resistensi
hormon tiroid; agen-agen infeksi; suppuratif akut: bakterial; kronik: myobacteria,
fungal, dan penyakit granulomatosa parasit; keganasan tiroid.
b. Struma nontoksik nodusa
Penyebab dari penyakit ini, misalnya: kekurangan atau kelebihan iodium yang terjadi
pada pasien dengan preexisting penyakit tiroid autoimun; goitrogenik (obat-obatan:
propiltiourasil, litium; makanan: kubis, lobak;dan agen lingkungan: resorsinol,
phenolic), riwayat radiasi kepala dan leher.
c. Struma toksik difusa
Termasuk penyebab dalam struma toksik difusa adalah Grave’s disease, yang
merupakan penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab pastinya.
d. Struma toksik nodusa
Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4; aktivasi reseptor TSH;
Mutasi somatik reseptor TSH dan protein Gα
4. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi
darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar tiroid, iodium
dioksidasi menjadi bentuk yang aktif yang distimulsi oleh Tiroid Stimulating Hormon,
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diiodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul iodotironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari
sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedangkan
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan
dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat
sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan
TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
5. Manifestasi klinis
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya
kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan
menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus
tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Pada penyakit ini tidak ditemukan keluhan
karena tidak ada hipo atau hipertirodisme. Peningkatan metabolisme karena adanya hiperaktif
dengan meningkatnya denyut nadi, peningkatan simpatis seperti: jantung menjadi berdebar-
debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.
6. Diagnosis banding
1. Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin saat masa
pertumbuhan, pubertas, laktasi, menstruasi, kehamilan, menopause, infeksi, stres
2. Tiroiditis akut/subakut/kronis
3. Simple goiter
4. Struma endemix
5. Kista tiroid, kista degenrasi
6. Adenoma
7. Karsinoma tiroid primer, metastasis
8. Limfoma
7. Penatalasanaan
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah perubahan kearah keganasan (karsinoma tiroid)
Komplikasi post operasi: perdarahan, lesi n.laringeus superior, kerusakan n.rekuren
9. Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis nodul dan tipe histologisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidrajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004
2. De Jong, syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005
3. Kumpulan Naskah Ilmiah Mukhtamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia. Semarang 2007
4. Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan. Jakarta, 2003
Laporan Kasus
I. Identitas pasien
No rekam medik : 33 89 34
Tanggal masuk RS : 10 november 2019
Nama : Ny. T
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa sijantung julu
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
II. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher sudah 3 tahun.
Mata
Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
Conjunctiva tidak anemis
Sklera tidak tampak ikterik
Pupil: isokor
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis
Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan
Telinga
Daun telinga : normal
Liang telinga : lapang
Membrana timpani : intake
Nyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekan
Sekret : tidak ada
Leher
JVP : (5+2) cm H2O
Kelenjar tiroid : teraba membesar
Trakea : letak di tengah
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : sesak nafas (+)
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra,
ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat pelebaran vena
Auskultasi : bising usus 3x/menit
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), benjolan (-)
Ekstremitas atas : akral hangat +/+, odema -/-
Ekstremitas Bawah : akral hangat +/+, odema -/-
V. Pemeriksaan Penunjang
USG tiroid
Profil tiroid
- T3 : 1,33 mmol/L
- T4 : 6,19 mmol/L
- TSH : 1,55 uIU/mL
Hematologi
- Hb : 14,5 mg%
- Ht : 47,2 %
- Leukosit : 11.400/mm3
- LED : 10 mm/jam
- Trombosit : 362.000 μ/L
- Eritrosit : 5,08 jt/mm3
- GDS : 68 mg/dL
Kimia darah
- SGOT : 15 μ/L
- SGPT : 12 μ/L
- Ureum : 39 mg/dL
- Kreatinin : 0,6 mg/dL
IX. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam