Anda di halaman 1dari 5

UAS THORIQOH MU'TABAROH

STAI AL-FITHRAH
Nama: Imam Romli
NIM : 201812137148
Dosen: Abdul Munim Cholil, Lc., M.Ag.
Mata Kuliah: Thariqah Mu'tabarah
Prodi: Akhlak Tasawuf
Semester: VI

1. Sebutkan kriteria tarekat yang dianggap mu'tabarah (legal) dalam ajaran Ahlus Sunnah
Wal Jama'ah?
2. Ceritakan tentang tarekat Rifa'iyah secara singkat! Bagaimana menjawab kontroversi
bahwa Rifa'iyah mengajarkan kekebalan dan anti racun?
3. Apa saja rukun-rukun tarekat Qadiriyah? Apa alasan Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani
memilih zikir jahr (suara keras)?
4. Sebutkan rukun tarekat Naqshabandiyah! Kenapa tarekat Naqshabandiyah memilih zikir
sirr (suara pelan)? Apa yang disebut Khawajagan?
5. Ceritakan tarekat Khalwatiyah secara singkat!
6. Apa yang kamu tahu tentang tarekat Syahrawardiyah? Ada 3 tokoh dengan penisbatan
sama (As-Syahrawardi). Sebutkan perbedaannya!
7. Ceritakan tentang tarekat Syaziliyah dan juga pendirinya Imam As-Syazili? Apa ajaran inti
Syaziliyah?
8. Tarekat Tijaniyah menjadi tarekat yang paling sulit diterima oleh JATMANU. Sebutkan
alasan-alasannya!
9. Sebutkan proses baiat dalam tarekat Sammaniyah!
10. Kenapa tasawuf harus dilembagakan dalam institusi tarekat?
Jawaban
1. Kriteria Tarekat Mu'tabaroh
- Memperhatikan shari’ah Islam dalam pelaksanaannya;
- Mengikat tarekat dan mengharuskannya berpegang teguh kepada salah satu madzhab yang
empat (fiqh), Imam Junayd dan Imam al-Ghazali (tasawwuf), Imam al-As’ari dan Imam al-
Maturidli (aqidah);
- Mengikuti kehidupan haluan dari Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah;
- Mengikuti ijazah sanad yang muttasil.
2. Tarekat Rifa'iyyah
Tarekat Rifa’iyah didirikan oleh Ahmad bin Ali Abu Al-Abbas Ar-rifa’i (578 H1182 M)
nama beliau yan masyhur adalah Syeh Rifa’i dari Turki, beliau wafat di Umm Abidah pada
tanggal 22 Jumadil awal tahun 578 H. Bertetapan dengan tanggal 23 September 1106 M,
Tarekat ini banyak tersebar di daerah Aceh, Jawa, Sumatra Barat, Sulawesi dll.
Di Indonesia ajaran ini banyak tersebar di Aceh, tarekat ini memiliki ciri khas melantunkan
dzikirnya menggunakan tabuhan rebana, tarekat ini dalam beberapa refrensi telah banyak
memiliki kiprah dalam membantu suksesnya kemeredekaan indonesia. tarekat ini juga harus
mengasingkan diri dan melakukan penyendirian setidaknya paling sedikit satu minggu saja
ada awal bulan muharrom. Dan inti dari semua pokok ajaran tarekat rifaiyah ini adalah : tidak
meminta sesuatu, tidak menolak, dan tidak menunggu.
Kekebalan dan anti racun dalam tarekat rifa'iyah sebenarnya tidak terlalu menjadi
kontroversi, karena hal tersebut sudah sangat mendesak dan menjadi kebutuhan sesuai
dengan zamannya yaitu melawan penjajahan dari bangsa Asing, kesimpulannya hal tersebut
merupakan salah satu bentuk hubbul wathon minal iman
3. Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu:
Tentang kesempurnaan suluk, adab(etika), dzikir, dan muraqabah.
Supaya zikir itu berkesan, ucapkanlah kuat-kuat ayat yang dijadikan zikir (kalimah tauhid)
atau sifat-sifat Allah. Bila perkataan itu diucapkan, usahakan berada di dalam kesadaran
(tidak lalai). Dengan cara ini hati akan mendengar ucapan zikir dan diterangi oleh apa yang
dizikirkan. Ia menerima tenaga dan menjadi hidup, bukan saja hidup di dunia bahkan juga
hidup abadi di akhirat.
4. (1) ilmu, maksudnya berilmu pengetahuan tentang segala yang berhubungan dengan
agama; (2) hilm, yaitu penyantun, lapang hati, tidak mudah marah yang bukan karena Allah
SWT; (3) sabar atas segala cobaan dan musibah yang menimpa ketika dalam melaksanakan
ibadah, taat kepada Allah, maupun ketika menjauhi segala larangan-Nya; (4) rida atau rela
terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Allah SWT; (5) ikhlas dalam setiap amal dan
perbuatan yang dilakukan; dan (6) berakhlak yang baik.
Guru Naqsyabandi memilih zikir dalam hati, karena hati itu tempat melihat Allah yang Maha
Pengampun, tempat iman, tempat sumber Rahasia dan sumber cahaya. Dengan keadaan hati
yang baik, maka seluruh jasad pun baik. Sebaliknya, jika hati rusak maka seluruh jasad pun
rusak. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi SAW.
Seorang hamba tidak bisa dikatakan seorang mukmin kecuali dia mengikat hatinya atas
kewajiban iman, dan tidak sah apabila beribadah tanpa disertai dengan niat (Tanwîr al-Qulûb,
halaman: 508).
5. Tarekat Khalwatiyah berasal dari tarekat al-Sahrawardiyah. Penamaannya tidak diambil
dari tokoh pendirinya. Di Indonesia dikenal dua macam tarekat yaitu:
Tarekat Khalwatiyah Yūsuf dan Tarekat Khalwatiyah Sammān.
Ajaran Khalwatiyah
a) Mengkultuskan para syekh
b) Amalan yang disebut al-Asmā’ al-Sab’ah
c) Baiat
d) Dzikir tertentu
e) Wiḥdatul wujūd
Tarekat Khalwatiyah tetap eksis di Sulawesi Selatan sampai saat ini, bahkan daerah ini
merupakan basis terkuat tarekat ini.
6. Tarekat Syuhrawardiyah
Tarekat ini dinisbatkan kepada Syaikh Syihab al-Din Abu Hafsh Umar bin Abdillah bin
Muhammad al-Taimi al-Sufi al-Syafi’i al-Suhrawardi, atau pamannya yaitu Syaikh
Dhiyauddin Abu Najib bin Muhammad al-Taimi al-Suhrawardi (wafat tahun 1167).
Keduanya orang yang berjasa dalam penyebaran Tarekat Suhrawardi
Syaikh Syihab al-Din Suhrawardi lebih banyak mengambil pelajaran tasawuf (tarekat) dan
ilmu nasihat dari pamannya sendiri yaitu Syaikh Dhiyauddin Abu Najib bin Muhammad al-
Taimi al-Suhrawardi sampai diberi khirqah (baju sufi) khusus oleh pamannya sebagai tanda
untuk meneruskan ajaran tarekat tersebut.
Setelah mempelajari ilmu, mengamalkan, mendalami, dan memantapkan keilmuannya
dengan sikap wira’i, zuhud, riyadlah, mujahadah, dan khalwat, maka tampillah Syaikh
Syihab al-din Abu Hafsh Umar bin Muhammad al-Suhrawardi sebagai ulama’ yang sangat
berpengaruh hingga tidak ada ulama yang mampu menandingi pengaruhnya pada zamannya.
Yang mengikuti pengajiannya banyak dari kalangan ulama, umara, dan masyarakat umum
- Syihab Al-Din Yahya ibn Habasy Ibn Amirak Abu Al-Futuh Suhrawardi sangat terkenal
dalam sejarah filsafat Islam sebagai Guru Iluminasi (Syaikh Al-Isyraq), suatu sebutan bagi
posisinya yang lazim sebagai pendiri mazhab baru filsafat yang berbeda dengan mazhab
Peripatetik (madzhab, atau maktab al-masysya’un).
7. Tarekat Syadziliyah
Thoriqoh Syadziliyah ini didirikan oleh Abu Hasan As Syadzili yang mana kemudian di
nisbatkan menjadi nama Syadziliyah, Nama lengkap Syadzili adalah Ali bin Abdullah bin
Abd Al Jabbar Abu al Hasan al Syadzili, yang mana silsilah keluarganya berasal dari
keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib atau dengan kata lain adalah keturunan Siti Fatimah
anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Beliau pernah menuliskan garis keturnannya
menjadi Ali bin Abdullah bin Abd Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Hasan bin Ali bin Abi
Thalib. Abu Hasan As Syadzili Lahir di desa Amman, Afrika sekitar tahun 573 Hijriyah, di
masa mudanya ia sempat pergi ke Tunisia untuk belajar di sana dan sempat pergi ke Mekkah
untuk menunaikan haji beberapa kali dan di sana ia bertemu dengan Syekh Abdul Qadir Al
Jilani setelah itu ia bertolak ke Iran dan bertemu dengan Abu Fatah al-Wasithi seseorang
yang pertama kali berteman dengan As-Syadzili. Abu hasan Syadzili adalah murid dari Abd.
Al SalamIbn Masyisy. Sejak kecil beliau telah menunjukkan sifat-sifat saleh dan sufi.
Abu Hasan al-Syadzili merupakan salah seorang sufi yang luar baiasa, seorang tokoh sufi
terbesar, yang dipuja dan dipuji di antaranya oleh wali-wali kebatinan dalam kitab-kitabnya,
baik karena kepribadiaanya maupun dalam fikiran dan ajaran-ajaranya. Hampir tak ada kitab
tasawuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan ucapan-ucapan yang penuh
dengan rahasia dan hikmah untuk menguatkan suatu uraian atau pendirian.
Aboebakar Atjeh menjelaskan bahwa Thoriqoh Syadziliyah ini merupakan tarekat yang
silsilahnya sambung sampai kepada Hasan bin Ali, melalu Ali bin Abi Thalib dan sampai
pada Nabi Muhammad saw, dapat dikatakan bahwa tarekat ini merupakan tarekat termudah
mengenai ilmu dan amal, ihwal dan maqam, ilham dan maqal, dapat menghantarkan
penganutnya kepada jazab, mujahadah, hidayah, asrar dan keramat.
Dan dijelaskan oleh kitab-kitabnya Thoriqoh Syadziliyah bahwa Thoriqoh ini tidak memberi
syarat yang sulit pada syaikh Thoriqoh, hanya saja seorang syaikh tersebut harus
meninggalkan segala maksiat, memelihara ibadah yang diwajibkan, melakukan ibadah-ibadah
sunnah semampunya, zikir kepada Allah sebanyak 1000 kali atau lebih sehari semalam,
istighfar 100 kali, shalawat kepada Nabi 100 kali atau lebih sehari semalam, serta dzikir yang
lain.
Pokok ajarannya:
1. Bertaqwa kepada Allah lahir dan batin di dalam pribadi sendiri maupun di muka
umum.
Pelaksanaanya ialah: harus berlaku Wara’ (menjauh dari semua barang-barang
syubhat dan haram) dan istiqomah.
2. Mengikuti sunnah Rasul dalam semua perkataan dan perbuatan.
Pelaksaannya ialah: harus selalu waspada (menjaga diri) dan melakukan budi pekerti
yang baik (luhur).
3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan atau kebencian mereka (tidak
menghiraukan apakah mereka benci atau suka).
Pelaksaannya ialah: tidak menghiraukan makhluk dengan sabar dan tawakkal
(berserah diri kepada Allah).
4. Rela (ridha kepada Allah) tentang pemberian sedikit atau banyak.
Pelaksanaanya ialah: ridha kepada Allah dengan Qana’ah (menerima dengan rela hati
atas pemberian Allah meskipun sedikit) dan berserah diri kepada Allah.
5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka.
Pelaksanaannya ialah: kembali kepada Allah dalam suka dan duka dengan cara
memuji dan bersyukur dalam suka dan duka.
8. Alasan mengapa Tarekat Tijaniyah Sulit diterima sebagai tarekat mu'tabarah oleh
Jatmanu:
Salah satu perdebatan yang ramai dan menjadi kontroversi sampai sekarang seputar tarekat
Tijaniyah adalah mengenai kesinambungan sanad. Di dalam tarekat Tijaniyyah, tidak ada
jalur sanad yang mentransmisikan antara pendiri tarekat (Aḥmad al-Tijānī) dan Rasulullah
Saw. Sehingga banyak pihak yang menyangsikan akan keautentikan tarekat ini karena tidak
adanya transmisi (sanad) yang jelas atau bahkan tidak ada sama sekali. Pada umumnya suatu
tarekat dapat dianggap muktabarah apabila ada kejelasan perseorangan dalam
mentransmisikan dari satu guru ke guru yang lain sampai bersambung (muttasil) kepada
Rasulullah Saw. Lantas bagaimana dengan tarekat Tijaniyah. Apakah dengan demikian status
tarekat ini menjadi tidak autentik (ghayr mu‘tabarah) karena tidak muttasil ke Nabi Saw.

9. Proses Bai'at Tarekat Sammaniyah


Untuk masalah ritual baiat dalam Sammâniyah adalah dengan keihklasan dan kesungguhan
dalam hati untuk menuju Allah, lalu sang mursyid beserta yang akan dibaiat bersama-sama
mengucapkan shalawat. Setelah itu mursyid berjabat tangan (bersalaman) dengan orang yang
akan dibaiat. Sang mursyid membimbing atau memberitahu kepada si salik perihal bacaan
yang akan dilafalkan yaitu dua kalimat syahadat tanpa disertai dengan “waw”. “asyhadu an
lâ ilâha illa Allâh asyhadu anna muhammadarrasulullâh”, alasan-nya karena maknanya
muhammad itu berasal dari zat Allah.

10. Alasan Pelembagaan Tasawuf dalam institusi Tarekat


Boleh jadi bahwa asal usul lahirnya tarekat ialah adanya doktrin yang menyatakan bahwa
belajar tasawuf harus melalui guru (syekh), sebab barang siapa yang tidak berguru, maka
syaitanlah gurunya. Dari sini muncullah perkumpulan-perkumpulan kecil yang disebut
organisasi kaum sufi yang, melegalisasikan kegiatan tasawuf. Organisasi ini kemudian
menjadi gerakan populer yang diikuti oleh sekelompok orang, yang dipimpin oleh seorang
guru, syekh atau mursyid.
Jadi, ungkapan di atas mengapa Tasawuf perlu dilembagakan dalan tarekat adalah sebagai
legitimasi penambah keabsahan Tasawuf sebagai jalan menuju Allah yang kredibel agar
mudah diterima oleh orang banyak.

Anda mungkin juga menyukai