Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BIOTANAH DAN PUPUK HAYATI

Pengujian Mikroba sebagai Pupuk Hayati terhadap


Pertumbuhan
Tanaman Acacia Mangium pada Pasir Steril di Rumah Kaca

Kelompok 5:

1. Pilar Rosatria F. (1611201005)


2. Putri Cahya U. (1611201006)

PROGRAM STUDI S1 BIOTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan
kemampuan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah Biotanah dan pupuk hayati
ini dengan tepat waktu.
Makalah “Pengujian Mikroba sebagai Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan Tanaman
Acacia Mangium pada Pasir Steril di Rumah Kaca” ini ditulis untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Biotanah dan pupuk hayati. Kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini. Dalam
proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini
Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
kami secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa
yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat
umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Yogyakarta, 10 Desember 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acacia Mangium yang juga dikenal dengan nama akasia adalah salah satu spesies
pohon yang cepat tumbuh yang paling banyak digunakan dalam program ilmu perhutanan
dan ilmu perkebunan di seluruh asia dan pasifik. Pertumbuhan yang cepat kualitas kayu yang
baik dan kemampuan toleransinya terhadap berbagai jenis tanah dan lingkungan. Selain itu
tanaman ini mampu bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen (Rhizobium) dan
melaksanakan proses penambatan N bebas dari udara, sehingga tanaman dapat memenuhi
kebutuhan unsur N melalui penambatan secara hayati sehingga mengurangi ketergantungan
terhadap penggunaan pupuk N buatan. Namun secara alami unsur nitrogen ini dapat tersedia
apabila lingkungan kaya bakteri penambat nitrogen yang biasanya bersimbiosis dengan
kelompok tanaman dari famili Legumonosae. Oleh karna itu salah satu alternatif untuk
memperbaiki kondisi tanah dan lingkungan serta meningkatkan kesuburan tanah
menggunakan pupuk hayati dengan cara menginokulasi mikroba pemacu pertumbuhan
(bakteri penambat nitrogen) pada benih/bibit atau tanah maupun keduanya pada tanaman,
karena tidak semua biakan Rhizobium mampu hidup bersimbiosis dan efektif melaksanakan
proses penambatan nitrogen dari udara bebas. Berdasar hal tersebut, dilakukan penelitian ini
untuk mendapatkan inokulum yang cocok dan efektif serta efisien dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Biakan yang efektif diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk hayati, terutama untuk tanaman A. Mangium.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme mikroba sebagai pupuk hayati terhadap tanaman Acacia


Mangium pada pasir steril di rumah kaca ?
2. Bagaimana pengaruh pemberian mikroba terhadap pertumbuhan tanaman Acacia
Mangium pada spasir stgeril rumah kaca ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas didapatkan tujuan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme mikroba sebagai pupuk hayati terhadap tanaman Acacia
Mangium pada pasir steril di rumah kaca ?
2. Bagaimana pengaruh pemberian mikroba terhadap pertumbuhan tanaman Acacia
Mangium pada pasir steril rumah kaca ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pupuk Hayati

Pupuk hayati didefinisikan sebagai zat yang mengandung mikroorganisme


hidup dan bila diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, dapat
berkolonisasi dengan rhizosfer atau bagian dalam tanaman dan mendorong
pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan pasokan atau ketersediaan nutrisi utama
bagi tanaman inang (Vessey, 2003). Pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri
dari mikroorganisme yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan dan
kesehatan tanah, sedangkan komposisi mikroorganisme/ mikrofauna dan bahan
pembawa penyusun pupuk hayati merupakan formula pupuk hayati (PERMENTAN
No. 28/Permentan/SR.130/5/2009). Pupuk hayati berperan menjaga lingkungan tanah
melalui fiksasi N pada tanah yang kaya jenis mikro dan makro-nutrisi, pelarutan P dan
kalium atau mineralisasi, pelepasan zat pengatur tumbuh tanaman, serta produksi
antibiotik dan biodegradasi bahan organik (Sinha et al., 2014). Ketika pupuk hayati
diaplikasikan pada benih atau tanah, mikroorganisme yang terkandung di dalamnya
akan berkembang biak dan berperan aktif dalam pemberian nutrisi dan meningkatkan
produktivitas tanaman (Singh et al., 2011).

2. Rhizobium

Rhizobium (root nodulating bacteria) adalah bakteri yang mampu menambat


nitrogen dari udara melalui simbiosis dengan membentuk bintil akar pada tanaman
Leguminoceae (Kyuma 2004). Bakteri Rhizobium secara umum termasuk golongan
heterotrof yaitu sumber energinya berasal dari oksidasi senyawa-senyawa organik
seperti sukrose dan glukose. Dengan demikian, untuk mendapatkan senyawa organik
tersebut, bakteri membutuhkan tanaman inang. Bakteri penambat nitrogen
(Rhizobium) mempunyai kemampuan menambat nitrogen bebas (N2) dari udara dan
merubahnya menjadi amonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang
akan digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
3. Acacia Mangium
Acacia Mangium merupakan tanaman yang termasuk dalam famili
Leguminosae (polongpolongan) dan merupakan salah satu jenis tanaman HTI (Hutan
Tanaman Indrustri). Tanaman ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan
cepat, perakarannya luas, mampu beradaptasi pada tanah yang miskin unsur hara dan
tahan terhadap kekeringan, serta mempunyai nilai ekonomi tinggi, kayunya
mempunyai kualitas yang cukup baik khususnya sebagai bahan pulp/kertas maupun
mebel. Pohon Mangium pada umumnya besar dan bisa mencapai ketinggian 30 m,
dengan batang bebas cabang lurus yang bisa mencapai lebih dari setengah total tinggi
pohon. Pohon Mangium jarang mencapai diameter setinggi dada lebih dari 60 cm,
akan tetapi di hutan alam Queensland dan Papua Nugini, pernah dijumpai pohon
dengan diameter hingga 90 cm. Di tempat tumbuh yang buruk, pohon Mangium bisa
menyerupai semak besar atau pohon kecil dengan tinggi rata-rata antara 7 sampai 10
m. Batang pohonnya beralur memanjang. Pohon yang masih muda umumnya berkulit
mulus (Gambar 1) dan berwarna kehijauan; celah-celah pada kulit mulai terlihat pada
umur 2–3 tahun. Pohon yang tua biasanya berkulit kasar, keras, bercelah dekat
pangkal, dan berwarna coklat sampai coklat tua. Mangium dapat beradaptasi dengan
baik pada berbagai jenis tanah dan kondisi lingkungan. Mangium dapat tumbuh cepat
di lokasi dengan level nutrisi tanah yang rendah, bahkan pada tanah-tanah asam dan
terdegradasi. Selain itu tanaman ini mampu bersimbiosis dengan bakteri penambat
nitrogen (Rhizobium) dan melaksanakan proses penambatan N bebas dari udara,
sehingga tanaman dapat memenuhi kebutuhan unsur N melalui penambatan secara
hayati sehingga mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk N buatan.
BAB III
METODOLOGI

Penelitian dilakukan di rumah kaca Bidang Mikrobio-logi, Pusat Penelitian Biologi-


LIPI. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan masing-masing
perlakuan 3 kali ulangan. Kontrol yang digunakan adalah tanaman tanpa diinokulasi dan
tanpa ditambah pupuk N (K1), dan tanaman tanpa diinokulasi dan ditambah pupuk N setara
dengan 100 kg/ha (K2). Kemudian komposisi larutan hara adalah sebagai berikut:

Bahan yang digunakan pasir steril, dalam pot-pot plastik berukuran 0,5 galon.
Sebanyak 1,8 kg pasir steril digunakan sebagai media tumbuh, kemudian setelah biji ditanam
di atasnya ditambah pasir yang telah dicampur dengan parafin dan benzol (steril) setinggi
2cm sebagai penutup biji yang ditanam. Tanaman dipanen pada umur 70 hari dengan
parameter yang diamati adalah bobot kering tajuk, akar, bintil akar, tanaman total, dan jumlah
bintil, komponen tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Biakan
yang digunakan adalah (i) Bio 199R (isolat dari Acacia villosa), (ii) Bio 203 R (isolat dari
Albizia sinensis), (iii) Bio 205R (isolat dari Albizia saponaria), (iv) Bio 238R (isolat dari
Erythrina fusca), (v) Bio 251R (isolat dari Pterocarpus indicus), (vi) Bio 7R (isolat dari
Vigna silindrica), dan (vii) biakan campuran (Bio 199R+Bio 203R+Bio 205R+Bio 238R+Bio
251R+Bio7R).
Untuk mengetahui kemampuan bersimbiosis (Sc) biakan-biakan Rhizobium yang
diinokulasikan dilakukan penetapan dengan menggunakan cara Brockwell et al (1965)
sebagai berikut:
Nilai Sc dibagi dalam 4 katagori yaitu: E (sangat efektif) jika Sc>0,67, e (efektif) jika
0,33<Sc<0,67, e-(kurang efektif) jika Sc<0,33, dan I (tidak efektif) jika Sc<0. Selain dengan
Sc, pengujian tingkat keefektifan dilakukan juga dengan membandingkan bobot kering
tanaman total yang diuji dengan bobot kering tanaman kontrol yang ditambah dengan pupuk
N (K2) yang dinyatakan dengan persen seperti yang dikemukakan oleh Date.
DAFTAR PUSTAKA

Vessey, J. K. 2003. Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizers. Plant Soil 255 :
571-586.

Singh, J.S, V.C. Pandey, D.P. Singh. 2011. Efficient soil microorganisms: a new dimension
for sustainable agriculture andenvironmental development. Agric Ecosyst Environ 140:339–
353.

Sinha, R.K., D. Valani, K. Chauhan, S. Agarwal. 2014. Embarking on a second green


revolution for sustainable agriculture by vermiculture biotechnology using earthworms:
reviving the dreams of Sir Charles Darwin. Int J Agric Health Saf. 1:50–64

Permentan. 2009. Permentan No. 28 th. 2009: Pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah
tanah. Bab I. Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 2 dan 5. Hlm. 3.

Kyuma Kazutake. 2004. Paddy soil science. Kyoto Univ. Press and Trans Pacific Press.
Kyoto.

Anda mungkin juga menyukai