Anda di halaman 1dari 13

LATAR BELAKANG

PIAGAM JAKARTA

TUGAS PANCASILA PERTEMUAN 12


KELOMPOK 1
NO NAMA NIM NO NAMA NIM

1 IMRON ROBANGI 2184202039 12 SULTAN PRAYOGI 2184202050

2 YULIANA SAPUTRI 2184202075 13 PENTI ARISKA 2184202044

3 IIS SUPIANI 2184202124 14 WARIYAH 2184202091

4 FEBRIAN PRATAMA 2184202121 15 ANDRIYANTO 2184202082

5 AHMAD ALI SOBIRIN 2184202113 16 AYU WULANDARI 2184202060

6 M. SOFYAN 2184202090 17 RENA OCTALIA 2184202122

7 YUNITA SARI 2184202109 18 SELPIYANA 2184202047

8 YENI SUNDARI 2184202020 19 KHAIRUNNISA 2184202081

9 FEBRI WAHYUNI 2184202031 20 AIMATUL QIPTIYAH 2184202084

10 JUNAH NURHAYATI 2184202080 21 SITI AMINAH 2184202099

11 UMI KUNASIAH 2184202111


Isi dan sejarah perumusan
Piagam Jakarta
Pancasila yang hingga kini dijadikan ideologi serta dasar negara Indonesia
dan seperti yang kita ketahui bahwa nilai Pancasila terdiri dari 5 sila yang
dibuat oleh Ir. Soekarno tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945 melalui pidato
spontannya di depan anggota BPUPKI.

Namun, tepatnya pada pertengahan 1945 para tokoh nasional seperti Moh
Yamin, Soepomo, serta Soekarno merumuskan versi dasar negara
masing-masing yang pada akhirnya juga disepakati rumusan yang dikenal
sebagai Piagam Jakarta.
Apa Itu Piagam
Jakarta ?
Piagam Jakarta merupakan sebuah bentuk dari
dokumen historis yang menjadi hasil dari adanya
kompromi silang antara pihak Islam dengan pihak
kebangsaan atau nasionalis yang terbentuk di
dalam BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia serta
digunakan untuk menjadi sebuah jembatan
penghubung perbedaan dalam agama
serta negara yang ada.
—Piagam Jakarta
Piagam Jakarta juga sering disebut dengan Jakarta Charter, hal tersebut
dikarenakan Piagam Jakarta merupakan piagam atau sebuah naskah
yang disusun pada rapat Panitia Sembilan atau 9 tokoh Indonesia
tepatnya pada tanggal 22 Juni 1945.
Panitia Sembilan yang dibentuk pada 1 Juni 1945. Terbentuk dari
sembilan tokoh yang terdiri dari sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno sebagai ketua dari Panitia Sembilan
2. Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dari Panitia Sembilan
3. Mr. Achmad Soebardjo sebagai anggota dari Panitia Sembilan
4. Mr. Muhammad Yamin sebagai anggota dari Panitia Sembilan
5. KH. Wachid Hasyim sebagai anggota dari Panitia Sembilan
6. Abdul Kahar Muzakir sebagai anggota dari Panitia Sembilan
7. Abikoesno Tjokrosoejoso sebagai anggota dari Panitia Sembilan
8. H. Agus Salim sebagai anggota dari Panitia Sembilan
9. Mr. A.A. Maramis sebagai anggota dari Panitia Sembilan
Sejarah Perumusan
Piagam Jakarta
Pada awal sejarah Piagam Jakarta dicetuskan bermula dari dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau yang dapat disingkat
dengan BPUPKI. Pada saat dibentuknya badan BPUPKI tersebut, memiliki tugas untuk
mempersiapkan bangsa Indonesia terhadap proses kemerdekaannya menjadi Republik
Indonesia.
Setelah dibentuk, para anggota BPUPKI mulai mengemukakan pendapat mereka
mengenai berbagai nilai yang dapat dijadikan dasar negara Indonesia yang kemudian
dibentuk dan disebut sebagai Pancasila. Dalam perumusan Pancasila tersebut, terdapat
beberapa rumusan teks yang dikemukakan oleh tiga tokoh, yaitu Muhammad Yamin,
Soepomo, serta Soekarno.
Rumusan Pancasila dari ketiga
tokoh
Pancasila menurut Pancasila menurut Pancasila menurut Ir.
Muhammad Yamin pada Soepomo pada tanggal Soekarno pada tanggal 1
tanggal 29 Mei 1945 30 Mei 1945 Juni 1945

● Peri kebangsaan ● Persatuan ● Kebangsaan Indonesia


● Peri kemanusiaan ● Kekeluargaan ● Internasionalisme atau peri
● Peri ketuhanan ● Mufakat atau demokrasi kemanusiaan
● Peri kerakyatan ● Musyawarah ● Mufakat atau demokrasi
● Kesejahteraan rakyat ● Keadilan sosial ● Kesejahteraan sosial
● Ketuhanan yang Maha Esa
Rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta
Piagam Jakarta tersebut memiliki isi rumusan dasar negara yang merupakan hasil
yang pertama kali disepakati di dalam sidang. Rumusan dari dasar negara tersebut
yang terdapat di dalam naskah Piagam Jakarta terdiri dari sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah tersebut yang merupakan hasil kerja dari Panitia Sembilan yang dibentuk
tersebut kemudian diterima oleh BPUPKI untuk dijadikan Rancangan Mukadimah
Hukum Dasar Negara Indonesia Merdeka tepatnya pada tanggal 14 Juli 1945.
NASKAH PIAGAM
JAKARTA
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Hukum Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang
berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada: ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
jakarta, 22-06-1945
_Ejaan yang disempurnakan.
Perubahan Isi Piagam Jakarta
Setelah dibacakan pada proklamasi kemerdekaan negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi
perubahan pada isi Piagam Jakarta.
Hal ini terjadi di sore hari tepat setelah pembacaan proklamasi kemerdekaan, dimana Wakil Presiden Indonesia
saat itu Mohammad Hatta didatangi oleh perwakilan atau utusan dari angkatan laut Jepang yang bernama
Maeda.
Pada pertemuan tersebut, Maeda menyampaikan bahwa beberapa wakil Protestan serta Katolik yang berasal
dari wilayah yang dikuasai oleh Angkatan Laut Jepang merasa keberatan terhadap bagian kalimat rumusan
dasar negara yang ada di dalam naskah Piagam Jakarta tersebut.
Kalimat rumusan yang dimaksud pada Piagam Jakarta tersebut memiliki bunyi “... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Dalam menanggapi keberatan dari pihak wakil Protestan serta Katolik tersebut, Mohammad Hatta mengajak
beberapa tokoh seperti Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, serta Mr.
Teuku Mohammad Hasan untuk membuat sebuah rapat terlebih dahulu sebelum sidang PPKI dimulai.
Pada rapat pendahuluan tersebut, dikeluarkanlah sebuah keputusan untuk menghilangkan bagian kalimat
Piagam Jakarta tersebut serta menggantikannya dengan kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka agar tidak terjadinya perpecahan di antara masyarakat Indonesia yang
terdiri dari beragam keyakinan di dalamnya. Setelah terjadinya perubahan tersebut, nama Piagam Jakarta
diubah menjadi Pembukaan UUD 1945, yang kemudian diresmikan kembali oleh PPKI tepatnya pada tanggal
18 Agustus 1945.
Perbandingan Isi Pancasila
Isi Pancasila yang disampaikan pada Piagam Jakarta, sebagai berikut:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Isi Pancasila yang kemudian disempurnakan dan ditetapkan kembali pada 18


Agustus 1945, sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Social Media Partner

Ig unu_lampungkampusb

Ig himatika_unula_kampusb

Fb Universitas Nahdlatul Ulama

Anda mungkin juga menyukai