Kode/UPBJJ : 83/KENDARI
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
JUSNILA
BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)
1. 1). Pengusaha yang dikenakan PPN (Pajak Pertambahan Nilai), wajib melaporkan usahanya pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha
dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP. Pengusaha Orang Pribadi atau
Badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha tersebar di beberapa tempat, wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha. Pengusaha kecil yang
memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai
PKP. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu
masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang
ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling
lambat akhir Masa Pajak berikutnya.
Adapun batasannya diatur didalam PMK-197/PMK.03/2013. Wajib Pajak (WP) wajib mendaftarkan
diri sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak) apabila omzet setahun telah melebihi nilai Rp. 4,8 Milyar. Hal
ini sesuai di dalam Pasal 4 mengatur tentang batasan pengusaha yang wajib dikukuhkan menjadi
Pengusaha Pajak, sebagai berikut :
Pasal 4
Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila
sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan
brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Dalam ketentuan tersebut diatas menjelaskan, jadi apabila pengusaha kecil sampai dengan suatu masa
pajak dalam suatu tahun buku dimana seluruh nilai peredaran bruto telah melebihi Rp. 4,8 miliyar
wajib mendaftarkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
2). Menurut saya wajib pajak harus secara mandiri melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
sebelum melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak bagi yang memenuhi
ketentuan PKP. Hal tersebut seperti tercantum pada pasal 2 ayat (2) UU KUP Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang No 9 Tahun 2009 bahwa “Setiap wajib pajak
sebagai pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan
untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak”
3). Sanksi
Jika pengusaha yang memiliki omzet lebih dari Rp 4.800.000, namun tidak mengukuhkan diri
untuk sebagai PKP maka pihak fiskus dapat melakukan pengukuhan PKP secara jabatan.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU KUP, kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang
dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling
lama 5 tahun sebelum dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Fungsi
Mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya.
Melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
Sebagai bentuk pengawasan administrasi perpajakan.
Manfaat
1. Dapat menjadi rekanan pemerintah dalam mendaftarkan/memperoleh tender proyek
pemerintah.
2. Untuk memperoleh pembayaran dari kantor pengelola keuangan negara (KPKN) dan
sebagainya.
3. Pengusaha akan dinilai memiliki sistem yang lebih baik, serta legal secara hukum karena sudah
menjadi PKP dan tertib membayar pajak.
4. Pengusaha dianggap memiliki perusahaan yang besar, dan tentu akan berpengaruh saat
menjalin kerja sama dengan perusahaan lain.
5. Dapat melakukan transaksi penjualan kepada Bendaharawan Pemerintah.
6. Pola produksi dan investasi menjadi lebih baik.
4) Bangunan hotel terdiri dari 20 lantai dengan luas bangunan 15.000 m2 di atas tanah seluas 1 hektar
termasuk area untuk parkir. Beberapa fasilitas yang dimiliki Hotel Khairi antara lain fasilitas kolam
renang, salon, pusat kebugaran (gym), area bermain anak, dan restoran. Selain itu, hotel juga memiliki
ball room yang disewakan. Sebagai tambahan, perusahaan memberikan jasa catering, jasa dekorasi, dan
jasa penyewaan sound system untuk penyewa ball room yang ingin mengadakan event seperti resepsi
pernikahan, workshop, dan lain-lain.
2. 1) Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal:
a. surat ketetapan pajak dikirim; atau
b. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga
kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak
Dasar Hukum Surat Keberatan Pajak
pengajuan keberatan pajak memiliki dasar hukumnya sendiri, yakni:
UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah beberapa kali
mengalami perubahan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 202/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pengajuan
dan Penyelesaian Keberatan (penyempurnaan dari No 9/PMK.03/2013).
2) Berdasarkan Pasal 25 ayat (3a) Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP), apabila wajib pajak ingin mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, wajib pajak
diwajibkan untuk melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah
disetujui oleh wajib pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Kewajiban pelunasan pajak
dimaksud harus dilakukan pada saat sebelum surat keberatan disampaikan ke KPP. Dengan
demikian, kewajiban pembayaran pajak yang masih harus dibayar oleh perusahaan Saudara adalah
paling sedikit sebesar jumlah pajak yang masih harus dibayar yang tercantum pada
“pemeriksaanPembahasan Akhir (Disetujui)”.
3) dalam hal pengajuan keberatan yang disampaikan oleh wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,
Pasal 25 ayat (9) UU KUP menyatakan bahwa wajib pajak akan dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan Keputusan Keberatan dikurangi dengan pajak yang
telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Namun demikian, apabila wajib pajak mengajukan
permohonan banding terhadap Keputusan Keberatan tersebut, pengenaan sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (9) tidak dikenakan.
Berdasarkan penjelasan diatas, pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal
25 ayat (9) didasarkan oleh pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak sebelum mengajukan
keberatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan berikut:
kewajiban pembayaran pajak yang masih harus dibayar oleh wajib pajak hanya berlaku apabila
terdapat jumlah pajak yang disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan;
pembayaran pajak yang masih harus dibayar sebelum mengajukan keberatan dapat dilakukan
untuk mengurangi pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya
Dasar hukumnya adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Pokok Kekuasaan
dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan. Permohonan banding harus diajukan kepada panitera
Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan (pasal 7 UU No 20/1947).
Urutan banding menurut pasal 21 UU No 4/2004 jo. pasal 9 UU No 20/1947 mencabut ketentuan
pasal 188-194 HIR, yaitu:
1. ada pernyataan ingin banding
2. panitera membuat akta banding
3. dicatat dalam register induk perkara
4. pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling lama 14 hari sesudah pernyataan
banding tersebut dibuat.
5. pembanding dapat membuat memori banding, terbanding dapat mengajukan kontra memori
banding.
4) Wajib pajak yang akan berperkara di lembaga keberatan pajak, diancam dengan denda yang cukup
besar yaitu sanksi administrasi berupa denda sebesar 50 %. Adanya ancaman ini tentunya dapat
menimbulkan “ketakutan” bagi wajib pajak untuk mengajukan upaya hukum keberatan, karena
biayanya sangat tinggi apabila sampai kalah di lembaga keberatan Apalagi apabila wajib pajak kalah
di lembaga keberatan, kemudian mengajukan banding, ancamannya lebih menakutkan lagi, dendanya
menjadi 100 % apabila permohonan bandingnya ditolak. Ketentuan ini menurut penulis dari aspek
keadilan kurang adil karena wajib pajak pada posisi yang lemah. Ketentuan ini juga tidak sesuai
dengan asas equality before the law (asas kesamaan di depan hukum) karena ada perbedaan perlakuan
antara pihak yang bersengketa. Harusnya ketentuan tentang ancaman denda 50 % untuk keberatan
yang ditolak maupun 100 % untuk banding pajak yang ditolak, ini dihilangkan, walaupun pajak
mempunyai fungsi budgeter , namun jangan mengabaikan aspek keadilan.