Anda di halaman 1dari 11

Kemampumampatan Tanah –M.

Yusa (2004)

BAB 7
KEMAMPUMAMPATAN TANAH

Suatu tanah bila diberi beban akan mengalami pengurangan volume atau penurunan
(settlement). Perubahan volume ini dapat disebabkan oleh pemampatan butir tanah,
relokasi butir tanah, dan keluarnya air atau udara dari ruang pori. Sehingga secara
umum penurunan tanah akibat pembebanan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Penurunan segera (wi), merupakan akibat deformasi elastis tanah, tidak ada
perubahan volume selama proses. Terjadi perubahan (umumnya naik) tekanan air
pori tetapi sedikit perubahan dalam tegangan efektif.
2. Penurunan konsolidasi (wc), merupakan hasil dari keluarnya air pori dari suatu
tanah dengan permeabilitas rendah secara bertahap. Konsolidasi berjalan lambat,
merupakan fungsi waktu. Sebagain air hilang dalam proses. Tegangan total secara
bertahap ditransfer dari kelebihan tekanan air pori ke butir tanah dalam bentuk
tegangan efektif.
3. Penurunan rangkak (creep), merupakan hasil dari runtuhnya struktur tanah atau
restrukturisasi. Penurunan ini terjadi pada tegangan efektif yang konstan.

Bab ini membahas prinsip-prinsip dalam memperkirakan besar penurunan segera


dan konsolidasi pada lapisan tanah akibat pembebanan. Penurunan rangkak tidak
dibahas dalam bab ini.

7.1 Dasar-dasar konsolidasi


Konsolidasi adalah pengurangan volume tanah jenuh air dengan permeabilitas tanah
secara bertahap akibat drainase air dari dalam ruang pori. Konsolidasi dapat
dijelaskan secara sederhana dengan menggunakan analogi kotak pegas (box of
springs) Terzaghi. Kotak tersebut terdiri dari sekat-sekat dengan lubang kecil dan
pegas diantara lapisan sekat. Kotak diisi penuh dengan air. Air mewakili air pori pada
tanah sedangkan pegas mewakili butir tanah. Pipa-pipa kecil dihubungkan pada
berbagai kedalaman untuk mengukur tekanan air pori. Jumlah air yang ditransfer
dari kotak pegas ke pipa tidak signifikan.

t=0

h1=v/w

Gambar 7.1 Kotak pegas Terzaghi

Copyright2004 1/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

Tutup atas dapat bergerak naik turun. Pada tahap awal lubang di atas ditutup
sehingga air tidak dapat keluar dari kotak. Kemudian beban luar diletakkan diatas
kotak. Selama bagian atas ditutup, air tidak dapat keluar. Hal ini berarti pegas tidak
dapat berdeformasi sehingga tidak dapat memikul beban luar. Pegas tidak dapat
berdeformasi selama air belum keluar dari kotak. Karena air secara praktis tidak
termampatkan maka semua beban luar ditransfer ke air dalam bentuk tekanan air
sampai semua titik didalam kotak tekanan air pori sama dengan beban luar v.

Dari prinsip tegangan efektif  v   v ' u dan karena v ‘ =0 maka u=v
Air didalam pipa-pipa akan naik sampai ketingggian tertentu dimana sama semua
yaitu sama dengan v /w. Tekanan air ini disebut tekanan air berlebih (excess pore
water pressures) yang bersifat sementara.

Langkah selanjutnya adalah membuka lubang-lubang pada bagian atas sehingga air
dapat keluar. Hal yang terjadi pertama adalah air didekat lubang atas akan
berkurang tekanannya ke nol (tegangan atmosfir). Hal ini menyebabkam perbedaan
head dengan elemen pada kedalaman didekatnya dan mengakibatkan gradien
hidrolik dan air akan mulai keluar dari atas. Semakin kecil lubang, semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air. Air didekat atas akan keluar lebih
dulu artinya tekanan air akan berkurang dari bagian atas. Air dibagian dasar tidak
akan dapat keluar sebelum air diatasnya keluar sehingga ada jeda waktu. Hal ini
mengakibatkan tekanan air berlebih berbentuk parabola terhadap kedalaman. Pada
akhirnya semua tekan air berlebih akan terdisipasi dan berkurang menjadi nol.

Air mengalir sepanjang gradien hidrolik maksimum sehingga air akan mengambil
lintasan terpendek atau tegak lurus terhadap batas drainase. Ketika air mulai keluar,
pegas akan dapat berdeformasi dan memikul beban. Bersamaan dengan tekanan air
berkurang, tegangan efektif akan bertambah sehingga pada akhirnya semua
tambahan tegangan akan dirubah menjadi tegangan efektif v=v’.

u u
v
v’
t= v
u=0
waktu
v’
v
u
z
waktu

Gambar 7.2 Variasi tegangan air pori , tegangan total dan tegangan efektif akibat
beban

Pada kebanyakan masalah geotknik, konsolidasi adalah masalah tiga dimensi artinya
akibat beban tanah akan berdeformasi secara vertical dan lateral. Hal ini merupakan
memerlukan analisa yang sangat komplek. Namun pada beberapa kasus konsolidasi
dapat diasumsikan hanya terjadi dalam arah vertikal (konsolidasi satu dimensi)
antara lain pada kasus luasan beban yang besar dan penurunan muka air tanah.
Penyederhaan jadi 1 dimensi mengasumsikan beban tak berhingga (Gambar

Copyright2004 2/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

∞ ∞

drainase

Arah aliran air tergantung kondisi drainase. Lempung selama proses


pembentukannya menghasilkan anisotropi pada orientasi partikelnya. Lempung
mempunyai permeabilitas yang lebih tinggi pada arah horisontal dibandingkan arah
vertikalnya. Makin besar permeabilitas makin cepat proses konsolidasinya selesai.
Jika diperlukan untuk mempercepat konsolidasi maka drainase horisontal dapat
diterapkan contoh vertikal drain.

7.2 Teori Konsolidasi Terzaghi


Teori konsolidasi satu dimensi Terzaghi ditrurunkan dengan anggapan-anggapan
sebagai berikut:
1. Tanah adalah homogen
2. Kondisi tanah jenuh air
3. Butir tanah dan air tidak termampatkan
4. Pemampatan dan aliran terjadi hanya dalam arah vertical (satu dimensi)
5. Regangan adalah kecil
6. Hukum Darcy berlaku untuk semua gradien hidrolik
7. Koefisien permeabilitas dan koefisien pemampatan volume konstan selama
proses
8. Terdapat hubungan yang unik, tidak tergantung waktu, anatara angk apori
dan tegangan efektif

Tinjau sebuah elemen tanah dengn luas tetap, dx.dy, dan tebal dz, drainase hanya
dalam arah z. Jika elemen tersebut dibebani tambahan tegangan , secara tiba-tiba
dan dijaga tetap. Jika Hukum Darcy berlaku, maka kecepatan aliran air menuju
elemen adalah
h
v z .dx.dy   k dx.dy
z
Maka, kecepatan aliran air keluar dari elemen adalah
  h  2h
  k dx.dy dz   kdx.dy.dz. 2
z  z  z

Copyright2004 3/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

Setiap perubahan pada total head (h) disebabkan hanya perubahan tegangan air pori
( head elevasi konstan), kecepatan aliran air keluar dari elemen menjadi
k  2u
 dx.dy.dz (7.1)
w z 2
e
Volume pori adalah dx.dy.dz sehingga, kecepatan perubahan volume
1  e0
pori adalah
 e 1 e
( dx.dy.dz )  dx.dy.dz (7.2)
t 1  e0 1  e0 t
Karena tanah diasumsikan jenuh dan butir tanah dan air dianggap tidak
termampatkan kecepatan pengurangan volume pori harus sama dengan kecepatan
aliran air keluar dari elemen, sehingga persamaan (7.1)=persamaan (7.2)
1 e k  2u
dx.dy.dz   dx.dy.dz
1  e t w z 2
1 e k  2u

1  e0 t w z 2
e 1
Jika didefinisikan mv  maka
1  e0  '
 ' k  2u
mv 
t w z 2
 ' u
juga  karena total beban tetap
t t
Jadi
u k  2u
mv 
t w z 2
u k  2u

t mv  w z 2
u  2u k
 cv 2 dimana cv  (7.3)
t z mv  w
Persamaan 7.3 dapat diselesaikan dengan kondisi batas sebagai berikut:
 u=ui untuk 0  z  2d pada t=0
 u=0 pada z=0 dan z=2d untuk t>0

Penyelesaian untuk tegangan air pori berlebih pada kedalaman z setelah waktu t
adalah
uz m  2  Mz   M 2Tv
  sin  e
ui m 0 M  d 
Dimana

M  (2m  1)
2
d= panjang jalur drainase terpanjang
ui= tegangan air pori awal, diasumsikan tetap dan
cv t
Tv  merupakan parameter tidak berdimensi (factor time)
d2

Copyright2004 4/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

uz
Derajat kejenuhan U z  1
ui
m 
2 Mz  M 2Tv
Uz  1   (sin )e
m0 M d
Proses konsolidasi ditunjukkan oleh isochrones Uz vs z untuk berbagai nilai waktu

Dalam masalah praktis derajat konsolidasi rata=rata Uz sepanjang kedalaman


biasanya merupakan hal yang menjadi perhatian. Derajat konsolidasi rata-rata pada
waktu t untuk ui konstan diberikan oleh:
2d
1
2d  u .dz
z
u m
2
U  1 0
 1  1   2 e  M 2Tv (Konstan untuk sebuah Tv)
ui ui m0 M

Hubungan antara U dan Tv dari persamaan diatas ditunjukkan oleh gambar dibawah

Copyright2004 5/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

Bagaian awal grafik dapat didekati dengan rumus



Tv  U 2 untuk U<0.6
4
Tv =-0.9332 log (1 - U) – 0.0851 untuk U>0.6

7.3 Pengujian konsolidasi di laboratorium


Pengujian konsolidasi di laboratorium dilakukan dengan alat oedometer. Alat ini
terdiri dari wadah cincin dengan diamter 3’ sebagai tempat contoh tanah. Alat ini
mempunyai batu poros diatas dan dibawah untuk mengalirkan air. Dinding alat kaku
untuk mensimulasikan konsolidasi satu dimensi. Pelat atas sebagai penyalur beban
juga dibuat kaku untuk memodelkan beban kaku ( beban fleksibel akan memberikan
hasil yang berbeda). Beban diberikan pada pelat atas dan penurunan tanah terhadap
waktu diukur.

Copyright2004 6/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

beban
batu poros

air

cincin
wadah

Benda uji
Gambar 7.3 Oedometer

Batu poros diatas dan dibawah mempercepat proses konsolidasi bila dibandingkan
hanya satu batu poros disalah satu ujung contoh tanah. Parameter-parameter yang
diperoleh dari kedua macam pengujian tersebut tetap memberikan hasil yang sama
karena panjang drainase diperhitungkan.

Hasil pengujian konsolidasi biasanya diplot antara penurunan dengan waktu. Pada
awalnya penurunan besar dan berkurang menurut waktu. Penuruan akan berkurang
secara signifikan namun tidak akan berhenti (creep). Penurunan maksimum tidak
diukur tetapi dapat dihitung.

waktu

penurunan

Gambar 7.4 Hubungan penurunan dengan waktu

Pehitungan angka pori selama pengujian


Konsolidasi berhubungan dengan perubahan volume dari benda uji. Jika konsolidasi
hanya berlangsung dalam arah vertical atau satu dimensi saja maka perubahan
e H
volume sama dengan perubahan tinggi sehingga  . Nilai e0 biasanya
1  e0 H 0
diketahui (e0=wGs) sehingga perubahan angka pori dapat dihitung dari pengujian.
Berikut ini langkah-langkah menentukan angka pori selama pengujian
1. Hitung tinggi butir padat dari benda uji yang telah dikeringkan
Ms
Hs  dimana:
AGs  w
Ms = massa benda uji setelah dioven
A = luas penampang contoh tanah
Gs = berat jenis tanah
w = berat isi air

Copyright2004 7/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

2. Tentukan tinggi awal ruang pori Hv=H0-Hs dimana H0 adalah tinggi awal
benda uji
3. Hitung angka pori awal e0
Hv
e0  ; (untuk tanah jenuh air e0=wGs)
Hs
4. Jika tegangan pada beban pertama adalah p1 maka perubahan angka pori
H 1
e1  dimana H1 diperoleh dari pembacaan awal dan akhir untuk
Hs
beban tersebut.
5. Angka pori yang bersesuian dengan beban pertama adalah e1=e0-e1,
demikian pula untuk beban berikutnya en=e n-1-en.

Sehingga dapat diplot hubungan antara angka pori dengan beban seperti pada
gambar 7.5

e0
e1 pc

e2

p1 p2

Gambar 7.6 Hubungan angka pori e dan log p

7.3 Lempung terkonsolidasi berlebih dan terkonsolidasi normal

Dari gambar 7.6 terlihat bahwa pada bagian awal kurva relatif landai. Hal ini
dikarenakan benda uji telah kehilangan tekanan overburden yang diterimanya
dilapangan. Tekanan maksimum yang pernah diterima tanah disebut tekanan
prakonsolidasi. Tekanan ini berhubungan erat dengan sejarah geologis tanah.
Selama beban yang diterima tanah masih lebih kecil dari tekanan prakonsolidasi
maka penurunan yang terjadi relafif kecil karena tanah memiliki ‘memori’ bahwa
tanah pernah mengalami tekanan yang lebih besar. Tanah ini disebut dengan tanah
terkonsolidasi berlebih (p1 pada gambar 7.6). Sebaliknya jika beban yang diterima
tanah pada saat ini adalah beban terbesar yang pernah diterimanya maka tanah
tersebut terkonsolidasi normal (p2). Dari kedua definisi dasar tersebut dikenal istilah
Overconsolidation ratio (OCR) yaitu perbandingan antara tekanan prakonsolidasi
pc
dengan tekanan vertikal efektif ( OCR  ).
p

Copyright2004 8/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

Cara menentukan tekanan prakonsolidasi antara lain dikemukakan oleh Cassagrande


(1936) sebagai berikut:
1. Dari grafik e vs log p, tentukan titik a dengan jari-jari terkecil.
2. Gambar garis horizontal ab
3. Gambar garis singgung ac pada titik a
4. Gamabr garis ad sebagai garis bagi sudut bac
5. Perpanjang bagian grafik yang berupa garis lurus hingga memotong garis ad
dititik f. Koordinat sumbu x untuk titik f adalah tekanan prakonsolidasi.

a b
d

Pc
7.4 Pengaruh gangguan sample terhadap kurva e vs log p

Analisa penurunan konsolidasi

Koreksi penurunan konsoidasi


Penurunan konsolidasi wc sebelumnya cenderung memberikan penurunan yang lebih
besar dari hasil sebenarnya (overestimate). Pada beberapa kasus bisa dua kali lipat
dari nilai aktualnya. Hal ini disebabkan : (1) pengaruh perhitungan yang dihitung
satu dimensi (2) distribusi tegangan Boussinesq yang didasarkan teori elastis (3)
pengujian konsolidasi umumnya memberikan nilai Mv yang sangat besar. Hai ini
berhubungan erat dengan persiapan prosedur, swelling sample, dan defleksi elastis
oedometer.

Jadi penuruan yang didapat dari perhitungan diatas lebih tepat disebut nilai
oedometer woe dan terdapat beberapa cara untuk melakukan koreksi. Salah satu
metode yang dapat dipakai adalah metode dari Burland, Broms, dan de Mello (1977)
sebagai berikut:
Jenis Lempung
Kaku wi=0.5-0.6woed
wc=0.5-0.4woed
wi+wc=woed
Lunak wi=0.1woed
wc=woed
wi+wc=1.1woed

Contoh Soal
1.Pada sebuah uji konsolidasi tanah lempung jenuh drainase dua arah, tebal
sample mula-mula 20mm dan setelah tekanan dinaikkan dari 50kPa menjadi

Copyright2004 9/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

100kPa, tebal sample menjadi 18.4mm. 90% derajat konsolidasi dicapai


dalam waktu 30 menit. Jika kadar air mula-mula 28% dan spesifik gravity 2.7
tentukan
a)angka pori awal dan final(0.756;0.616)
b)mv(1.6*10-3m2/kN)
c)cv(4.3x10-8m2/det)
d)k(6.88*10-10m/det)

2.Sebuah tank minyak memberikan beban 50kPa (tanki+ isi). Muka air tanah
dipermukaan.

Timbunan batu
=20kN/m3

=18kN/m3
Lempung e0=1.2
4m Cc=0.36

Sebelum tanki diisi direncanakan melakukan preloading lapisan


lempungdengan timbunan batu, dengan memberikan waktu yang cukup
untuk disipasi kelebihan tegangan air pori.
a) berapa tebal timbunan batu yang diperlukan sehingga penurunan
konsolidasi yang terjadi kurang dari 0.2m ketika tanki diisi(1.64m)
b) Jika tidak digunakan preloading, berapa penurunan yang terjadi ketika
tanki diisi?(0.4m)

3.Konstruksi sebuah pabrik menyebabkan kenaikan tegangan efektif rata2


pada lapisan lempung sebesar 80 kPa.Diketahui drainase dua arah, mv=2x10-
4m2/kN dan cv=1.35m2/thn.

a)Tentukan penuruan konsolidasi final(0.064)


b)Berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk turun 0.025m(0.35thn)
c) Berapa penurunan setelah waktu satu bulan?(0.0122m)
d)Pihak pabrik akan memasang sebuah mesin yang sensitive dan
mensyaratkan penuruan tidak lebih dari 0.01m setelah alat dipasang. Berapa

Copyright2004 10/11
Kemampumampatan Tanah –M.Yusa (2004)

derajat konsolidasi yang harus dicapai, berapa kelebihan tekanan air pori
rata2 di lapisan lempung pada saat itu?(84.4%;12.84kPa)
e) berapa koefisien permeabilitas lempung(8.6x10-11m/det)

4.
1.5m =18kN/m3

4m =18kN/m3

5m mv=4.5x10-4m2/kN
Cv=2m2/thn

Jika penurunan konsolidasi setelah surcharge diangkat tidak boleh lebih dari
0.05m , berapa lama surcharge dapat diangkat(7.43 bulan)

5.Berapa tebal surcharge(=20kN/m3) sebuah timbunan dengan tinggi


6m(=16kN/m3) yang dibangun diatas tanah lempung tebal
8m(cv=9.6m2/tahun) dengan drainase dua arah sehingga ketika diangkat
setelah 8 bulan tidak terjadi penurunan lagi( 2.06m)

1m =16kN/m3

4m =16kN/m3

6m Cv=5.4m2/thn

Asumsi drainase dua arah


Tentukan waktu konstruksi terpendek jika kelebihan tegangan air pori rata-
rata pada lapisan lempung tidak boleh lebih dari 50kPa (2*2.21=4.42 bulan)

Tentukan waktu konstruksi terpanjang sedemikian sehingga ketika surcharge


diangkat setelah waktu 15 bulan dari awal konstruksi tidak ada penurunan
lagi(2*3.66=7.32bulan)

Copyright2004 11/11

Anda mungkin juga menyukai