Anda di halaman 1dari 11

Volume 13 No 2, Oktober 2020 Hlm.

159-169
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
ISSN: 1829-7935

Proyeksi Ekspor Beras Nasional Melalui Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor
(Gratieks) Pertanian Indonesia

Siti Aminatus Sa’diah1, Novi Diana Badrut Tamami2*


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang No 02 Kamal Bangkalan Jawa Timur 69162

*Email: novidiana.agb@gmail.com

Naskah diterima 24 Juli 2020, Revisi 15 September 2020, Terbit 29 Oktober 2020

DOI: doi.org/10.21107/pamator.v13i2.8527
Abstrak
Indonesia memiliki neraca perdagangan beras yang selalu negatif, artinya impor beras jauh lebih tinggi
dari ekspornya. Merujuk pada strategi dan target Kementerian Pertanian Kabinet Indonesia Maju,
pemerintah menggalakan kebijakan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) oleh petani dan
pengusaha. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui perkembangan produksi, konsumsi, dan
impor beras di Indonesia pada tahun 1999-2018, serta (2) mengetahui proyeksi ekspor beras Indonesia
pada tahun 2019-2023 dengan metode forecasting Moving Average, Double Exponential Smoothing, dan
ARIMA terhadap data ekspor tahun 1999-2018. Hasil peramalan menunjukkan bahwa permodelan
terbaik adalah ARIMA ordo tentatif p,d,q 101 dengan MAPE 0,94. Berdasarkan target pemerintah
tentang tiga kali lipat ekspor dari tahun 2018, masih terdapat marjin yang harus dicapai untuk
memenuhi target dengan asumsi kebijakan yang diterapkan sama dengan yang berlaku sebelumnya.

Kata Kunci: Peramalan, beras, ARIMA


Abstract
Indonesia always has a negative rice trade balance, it’s mean that rice import is higher than export.
Acording to the strategy and target of the Ministry of Agriculture of the “Indonesia Maju”s Cabinet, the
government promoted the policy of the Triple Export Movement (Gratieks) by farmers and entrepreneurs.
The purposes of this study are to: (1) find out the development of rice production, consumption and import
in Indonesia, and (2) find out the projection of Indonesian rice export in 2019-2023 by forecasting method
Moving Average, Double Exponential Smoothing, and ARIMA on export data years 1999-2018. Forecasting
results show that the best modeling is ARIMA tentative ordo p, d, q 101 with MAPE 0.94. Based on the treble
targeting by goverment of export from 2018, there is still a margin that must be achieved to the target,
assuming the policies applied are the same as those previously applied.

Keywords : Forecasting, rice, ARIMA

PENDAHULUAN (Fortunika et al., 2017). Peran padi sebagai


Indonesia sebagai negara agraris tidak komoditas penyumbang pendapatan negara
terlepas dari sumbangsih berbagai di Indonesia ditunjukkan dengan tingkat
komoditas yang dapat dikembangkan di produksi 9.44% dari keseluruhan total
Indonesia. Pertanian bagi Indonesia produksi dunia (BPS, 2018). Padi
merupakan sektor unggulan yang merupakan tanaman pangan yang sangat
memegang peran penting dalam penting, karena beras masih digunakan
pemenuhan kebutuhan dalam negeri, sebagai bahan makanan pokok serta
terutama kebutuhan pangan. Hasil survei komoditas strategis di Indonesia (Djafar et
Badan Pusat Statistik (2018) terkait al, 2017). Hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi Triwulan II Tahun indikatornya sebagai bahan pangan pokok
2018 yang menyatakan kontribusi pertanian utama bagi sebagian besar masyarakat
pada laju pertumbuhan produk domestik (90%), melibatkan lebih atas 14 juta rumah
bruto (PDB) mencapai 13.63 %. tangga petani, dan menyerap lebih dari 40%
Sektor pertanian didominasi oleh tenaga kerja terhadap total tenaga kerja di
subsektor tanaman bahan makanan memiliki Indonesia (Hermawan, 2016).
kontribusi besar terhadap perekonomian
160 Jurnal Pamator

Tabel 1. Perkembangan Ketersediaan Beras Dalam Negeri


Tahun Persediaan Konsumsi Sisa Stok akhir Ekspor Tidak terserap
beras domestik (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
(ton) (dikurangi
stok bulog)
2014 42.226.619 32.555.485 9.671.134 8.671.134 2.491 8.668.643
2015 44.939.375 30.919.317 14.020.058 13.020.058 1.902 13.018.156
2016 47.297.822 32.592.392 14.705.430 13.705.430 2.247 13.703.183
2017 48.366.996 31.399.538 16.967.458 15.967.458 4.349 15.963.109
2018 33.698.209 31.399.538 2.298.671 1.298.671 3.996 1.294.675

Terhitung hingga tahun 2018, Indonesia diminta akan semakin sedikit, dan
memiliki neraca perdagangan beras yang sebaliknya”.
selalu negatif, artinya impor beras lebih Penawaran (supply) merupakan
tinggi dari ekspornya. Merujuk pada strategi sejumlah produk tertentu yang akan dijual
dan target Kementerian Pertanian Kabinet kepada konsumen pada berbagai tingkat
Indonesia Maju, pemerintah menggalakan kemungkinan harga dalam jangka waktu
kebijakan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor tertentu dan dengan asumsi hal-hal lain
(Gratieks) oleh petani dan pengusaha. tetap sama atau Cetereis Paribus (Hanafie,
Berbagai upaya untuk mencapai percepatan 2010). Menurut Sukirno (2013), faktor para
produksi dan kualitas komoditas pertanian penjual dalam menawarkan produknya pada
telah diusung oleh pemerintah, mulai dari berbagai tingkat harga ditentukan oleh harga
PELITA, Revolusi hijau, hingga saat barang itu sendiri, harga barang lain, biaya
reformasi yaitu bantuan alsintan, subsidi produksi, tujuan operasional perusahaan,
input pertanian, kartu tani, dan lainnya dan tingkat teknologi yang digunakan.
masih belum dapat menyelesaikan kasus Secara teorema, kurva penawaran bergerak
neraca perdagangan beras yang selalu dari kiri bawah ke kanan bawah, sesuai
negatif. Berdasarkan uraian di atas, adapun dengan hukum penawaran, semakin tinggi
tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) tingkat harga, maka jumlah barang yang
mengetahui perkembangan produksi, ditawarkan akan tinggi pula, sebaliknya, jika
konsumsi, dan impor beras di Indonesia tingkat harga semakin rendah, maka jumlah
tahun 1999-2018, serta (2) mengetahui barang yang ditawarkanpun semakin sedikit.
proyeksi ekspor beras Indonesia pada tahun Faktor terpenting yang menentukan
2019-2023. ekspor adalah kemampuan dari negara
Permintaan (demand) adalah sejumlah tersebut untuk menghasilkan produk-produk
produk yang akan dibeli oleh konsumen dan yang dapat bersaing di pasar luar negeri.
konsumen dapat membelinya pada berbagai Ekspor secara langsung mempengaruhi
tingkat kemungkinan harga dalam jangka pendapatan nasional. Apabila nilai ekspor
waktu tertentu dan dengan anggapan hal-hal neto positif, berarti nilai ekspor lebih besar
lain tetap sama atau Cetereis Paribus dari nilai impor dan sebaliknya (Benny,
(Hanafie, 2010). Faktor-faktor yang 2013). Proses impor umumnya adalah
mempengaruhi permintaan meliputi harga tindakan memasukan barang atau
barang itu sendiri, harga barang lain, komoditas dari negara lain ke dalam negeri.
pendapatan rumah tangga dan pendapatan Impor barang secara besar umumnya
rata-rata masyarakat, corak distribusi membutuhkan campur tangan dari bea cukai
pendapatan dalam masyarakat, cita rasa di negara pengirim maupun penerima.
masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi
mengenai keadaan di masa yang akan kebutuhan penduduk suatu negara. Produk
datang (Sukirno, 2013). Secara teorema, impor merupakan barang-barang yang tidak
kurva permintaan bergerak dari kiri atas ke dapat dihasilkan oleh suatu negara atau
kanan bawah, sesuai dengan hukum yang sudah dapat dihasilkan namun tidak
permintaan yang berbunyi “Semakin tinggi dapat mencukupi kebutuhan domestiknya
tingkat harga, maka jumlah barang yang (Benny, 2013).
Sa’diyah, S.A & Tamami, N.D.B Proyeksi Ekspor Beras 161

Gambar 1. Kurva perdagangan internasional

Perdagangan internasional terjadi akibat Peralaman merupakan kegiatan


kelebihan penawaran di negara A dan penerapan model yang telah dikembangkan
kelebihan permintaan di negara B. Pada pada waktu yang akan datang. Peramalan
negara A, harga komoditas sebesar Pa, digunakan untuk memperkirakan aktivitas
sedangkan harga komoditas di negara B atau kejadian di masa depan dengan
sebesar Pb, dan cateris paribus. Pada pasar menggunakan referensi data di masa lalu
internasional, harga yang dimiliki oleh untuk meminimumkan pengaruh
negara A lebih kecil (P*), sehingga negara ketidakpastian. Sedangkan proyeksi
A akan mengalami kelebihan penawaran menerapkan model yang telah
(excess supply) di pasar internasional. Pada dikembangkan pada waktu yang lalu
negara B, terjadi harga yang lebih besar (Aritonang, 2002). Sebelum model
dibandingkan harga pada pasar dikembangkan, model akan diuji terlebih
internasional. Hal ini akan menyebabkan dahulu pada kegiatan proyeksi untuk
kelebihan permintaan (excess demand) di mengetahui apakah model tersebut sudah
pasar internasional. tepat atau belum.
Pada keseimbangan di pasar Metode rata-rata bergerak merupakan
internasional, kelebihan penawaran negara metode yang dilakukan dengan menghitung
A menjadi penawaran pada pasar rata-rata suatu nilai runtut waktu dan
internasional ditunjukkan pada kurva ES. kemudian menggunakannya untuk meramal
Sedangkan kelebihan permintaan negara B pada periode selanjutnya (Aritonang, 2002).
menjadi permintaan pada pasar Double exponential smoothing merupakan
internasional yaitu sebesar ED. Kelebihan metode yang tepat bagi data yang memiliki
penawaran dan permintaan tersebut akan pola data musiman dan trend. Koefisien
terjadi keseimbangan harga sebesar P*. yang digunakan pada motode ini adalah α
Peristiwa tersebut akan mengakibatkan (alfa). Jika nilai α rendah maka akan
negara A melakukan ekspor, dan negara B menyebabkan jarak lebih lebar dengan
mengimpor komoditas tertentu dengan trend. Sehingga akan menghasilkan bobot
harga sebesar P* di pasar internasional. kecil pada permintaan sekarang. Metode
Perdagangan internasional (ekspor-impor) ARIMA merupakan analisis yang tidak
terjadi karena terdapat perbedaan antara menggunakan variabel independen,
harga domestik (Pa dan Pb), dan harga melainkan menggunakan nilai sekarang dan
internasional (P*); permintaan (ED), dan nilai masa lalu dari variabel independen.
penawaran (ES) pada suatu komoditas. ARIMA merupakan metode yang mampu
Selain itu, nilai tukar mata uang di pasar digunakan untuk meramalkan pola data
internasional antar negara secara tidak trend dan stasioner dan mengatasi deret
langsung akan mempengaruhi ekspor dan waktu yang rumit (terdapat variasi dari pola
impor di suatu negara. data).
162 Jurnal Pamator

Penelitian yang dilakukan Indrawati dan Terdapat tiga metode peramalan yang
Sutijo (2012) menyatakan bahwa beras akan peneliti ujikan terhadap data ekspor,
merupakan salah satu kebutuhan pangan diantaranya yaitu: metode rata-rata
pokok bagi masyarakat Indonesia. bergerak (moving average method), metode
Ketersediaan beras yang aman penting double exsponential smoothing, dan ARIMA
untuk dipenuhi oleh suatu negara. (Box Jenkins). Ketiga metode ini dipilih
Kebutuhan beras berkaitan dengan jumlah berdasarkan permodelan terbaik dari
konsumsi beras, yang merupakan fungsi penelitian yang telah dilakukan oleh
dari jumlah penduduk dan konsumsi Indrawati dan Sutijo (2012), Andani (2008),
perkapita. Model terbaik untuk meramalkan Sukiyono dan Rosdiana (2018), Setyawan
produktivitas padi adalah ARIMA ordo et al. (2016), Sugiarto, et al. (2015), Kour et
tentatif ([3],0,1) dengan deteksi efek data al. (2018), Hidayatulloh (2019), serta
outliers bertipe Additive. Berdasarkan Suleman dan Sarpong (2011).
analisis data diketahui bahwa jumlah
ketersediaan beras Jawa Timur tahun 2011- Moving Average
2013 menunjukkan surplus, sehingga dapat Metode moving average secara
dijadikan sebagai pertimbangan bahwa matematis ditulis sebagai berikut:
Jawa Timur tidak memerlukan impor beras. M(n)t = Yt+1 = (yt + yt-1 + yt-2 + ... + yt-n+1) / n
Penelitian Suleman dan Sarpong (2011) at = 2Mt-M’t
menggunakan pendekatan Box-Jenkins bt = (Mt-M't)
untuk memodelkan produksi beras giling.
Yt+p = at+btp
Permodelan terbaik untuk perkiraan
Dimana n merupakan jumlah data aktual
produksi beras giling yang dihasilkan adalah
ekspor beras, Mt adalah nilai moving
ARIMA (2, 1, 0). Meskipun demikian,
average pada periode t, Yt+p adalah nilai
ramalan sepuluh tahun dengan model ini
hasil ramalan ekspor beras, at adalah nilai
menunjukkan tren yang meningkat di
moving average pada periode t, bt
produksi Indonesia, nilai perkiraan pada
merupakan nilai trend moving average pada
2015 (283.16 ribu ton) tidak cukup baik
periode t, dan p adalah jumlah periode
untuk dibandingkan dengan produksi di
ekspor beras yang diramalkan
Nigeria (2700 ribu ton).
Double Exponential Smoothing
METODOLOGI Penggunaan metode double exponential
Penelitian ini menggunakan data smoothing dapat digunakan dengan rumus
sekunder yang diperoleh dari Kementerian sebagai berikut:
Pertanian, Badan Pusat Statistik, dan St = αXt + (1 – α) (St-1 + Tt-1)
Kementerian Perdagangan RI. Data yang Tt = β (St – St-1) + (1 – β) Tt-1
digunakan pada penelitian ini yaitu data Yt+p = St + p (Tt)
ekspor, impor, produksi, dan konsumsi St merupakan nilai pemulusan baru data
beras Indonesia. Data-data tersebut aktual beras beras, Xt adalah nilai aktual, α
merupakan data time series tahun 1999- adalah koefisien pemulusan atau smoothing
2018 (dua puluh tahun). Peramalan data (0 <α> 1), Tt merupakan nilai perkiraan
beras adalah masalah yang menantang trend, β yaitu koefisien pemulusan
dalam statistik pertanian. Kesulitannya (smoothing) untuk trend (0<β>1), p yaitu
terletak pada permintaan dan penawaran jumlah periode ekspor beras yang akan
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diramalkan, Yt+p merupakan nilai ramalan
tidak pasti yaitu kebijakan ekonomi, faktor ekspor beras untuk periode mendatang.
pertanian, kredit langkah-langkah,
perdagangan luar negeri, dan lainnya yang Autoregressive Integrated Moving
berinteraksi secara kompleks. Sejak Average (ARIMA)
beberapa dekade terakhir, teknik statistik Model Autoregressive Integrated Moving
digunakan untuk mengembangkan model Average (ARIMA) merupakan model
prediksi memperkirakan parameter yang gabungan dari AR dan MA. Model ini
diperlukan (Chauduri, 2013). membutuhkan series stasioner sebagai
fungsi dari lampaunya dan nilai sekarang
Sa’diyah, S.A & Tamami, N.D.B Proyeksi Ekspor Beras 163

serta kesalahan lampaunya. Berikut adalah HASIL PEMBAHASAN


rumusnya: Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan
Yt = b0+b1yt-1+…+bpyt-p+et-a1et-1-…-aqet-q Impor Beras di Indonesia
Yt merupakan nilai series stasioner, bo, Subsektor tanaman bahan makanan
b1…bp adalah konstanta dari koefisien menjadi sektor kunci pada sektor pertanian.
model, yt-1…yt-p adalah nilai lampau Subsektor tanaman bahan makanan
series yang bersangkutan, dan et…et-q memiliki nilai kepekaan distribusi, koefisien
yaitu kesalahan peramalan ekspor beras di distribusi, luaran, dan pendapatan tertinggi
masa lalu. dibandingkan dengan subsektor lainnya. Hal
Model analisis peramalan menggunakan tersebut menunjukkan bahwa subsektor
metode ARIMA dapat dilakukan dengan tanaman bahan makanan dalam
langkah: (1) Mengetahui dan menganalisis meningkatkan luaran dan pendapatan, serta
pola data yang akan digunakan (horizontal, kemampuan mendorong pertumbuhan
musiman, siklik, atau trend), (2) Melakukan sektor industri hulu maupun hilirnya adalah
uji stasioneritas dengan uji ACF. Dikatakan yang paling tinggi dibanding dengan
tidak stasioner apabila nilai uji ACF < nilai subsektor lainnya (Fortunika et al., 2017).
kritis 1%, 5%, dan 10%; (3) Melakukan Padi dan jagung adalah tanaman yang
differencing (pembedaan) untuk diproduksi di sebagian besar wilayah
menstasionerkan data yang dianggap pertanian di Indonesia (Urrutia et al., 2017).
sebagai nilai d; (4) Menentukan nilai p dan Produksi beras di Indonesia berasal dari
q pada model ARIMA. Nilai p merupakan petani padi yang tersebar di berbagai
ordo AR yang memiliki nilai konstanta provinsi. Padi yang dihasilkan dari panen
probabilitas < 5%. Nilai q merupakan ordo akan susut sebesar 5% akibat kegiatan
MA dengan nilai probabilitas < 5%; (5) pengangkutan dan pengeringan, yang
Selanjutnya yaitu mengestimasi model selanjutnya disebut dengan gabah siap
ARIMA, (6) Mencari model ARIMA yang giling. Beras dihasilkan menjadi sebesar
terbaik dengan cara melihat nilai SS 62.74% dari hasil total gabah siap giling.
terrendah serta p value ordo AR dan MA Jumlah beras inilah yang disebut dengan
kurang dari 5%; (7) Mengukur tingkat persediaan beras domestik atau produksi
kesalahan dengan melihat nilai MSE (Mean beras.
Square Error), MAD (Mean Absolute
Deviation), MAPE (Mean Absolute
Percentage Error), atau MPE. Peramalan
dikatakan valid apabila nilai MAPE
mendekati nol dan peramalan dengan nilai
MAPE terkecil itulah yang akan dipilih
sebagai hasil dari peramalan.
MAPE (Mean Absolute Percentage
Error) digunakan agar dapat melihat
keakuratan suatu peramalan yang membagi
nilai tingkat kesalahan peramalan (error) Gambar 2. Perkembangan Produksi Beras
dengan nilai variabel. Nilai MAPE yang Domestik (Juta ton per tahun)
terkecil menunjukkan menunjukkan bahwa Gambar 2 menunjukkan bahwa produksi
tingkat kesalahan peramalan semakin kecil beras domestik memiliki tren meningkat. Hal
sehingga mampu mencerminkan aktualnya. ini menggambarkan bahwa seiring dengan
Adapun rumus untuk mengetahui nilai berbagai masalah di bidang pertanian,
MAPE adalah: seperti alih fungsi lahan, keterbatasan
MAPE = ∑ alsintan, dan lainnya, komoditas padi masih
dapat mempertahankan volume
dengan yi merupakan nilai variabel produksinya. Kenaikan volume produksi
peramalan ekspor beras, y’i adalah nilai sangat diperlukan untuk memenuhi
ramalan ekspor beras, (yi-y’i) yaitu kebutuhan masyarakat yang semakin
kesalahan ramalan ekspor beras (error), meningkat pula. Tercatat hingga tahun 2017,
dan n merupakan jumlah data yang angka pertumbuhan penduduk di Indonesia
digunakan untuk peramalan ekspor beras. mengalami pertumbuhan sebesar 1.04%
164 Jurnal Pamator

dari tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, Sejalan dengan pendapat Sukirno (2013),
2018). Sejalan dengan penelitian yang pertambahan jumlah penduduk akan
dilakukan oleh Rusdiana dan Maesya (2017) mempengaruhi tingkat permintaan suatu
yang menyebutkan bahwa pertumbuhan barang.
komoditas pangan yang paling tinggi setiap
tahun adalah komoditas beras disusul
komoditas jagung.
Peningkatan jumlah produksi beras
dalam negeri diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri serta meningkatkan
eksistensi beras Indonesia di pasar
inernasional. Namun, kendalanya terdapat
pada kualitas atau standart yang diinginkan
oleh pasar internasional masih belum sesuai
dengan beras yang dihasilkan Indonesia.
Negara-negara di kawasan Asia menjadi Gambar 3. Perkembangan Konsumsi Beras
sentra produsen beras dunia, Indonesia Nasional Tahun 1999 – 2018 (Juta Ton)
bersaing dengan negara-negara penghasil Meskipun terjadi penurunan pada tahun
padi dengan berbagai keunggulannya, 2013 hingga 2018, namun secara linear,
seperti India dengan luasan panennya yang perkembangan konsumsi beras di Indonesia
lebih besar dari Indonesia, Vietnam dengan memiliki slope positif. Kurva
teknik budidaya yang lebih efisien, Myanmar menggambarkan bahwa dengan semakin
dengan varietas padi unggulan yang banyak bertambahnya volume produksi beras,
diminati oleh konsumen beras. Oleh karena namun tingkat konsumsi juga turut
itu, produksi beras dalam negeri menjadi meningkat. Pada skala rumah tangga,
aspek yang penting untuk dikembangkan setidaknya setiap orang harus memenuhi
untuk meningkatkan eksistensi beras kebutuhan karbohidrat dari beras sebesar
Indonesia. 330 gram perhari. Pada sektor lain, seperti
industri, beras diolah menjadi beragam
Konsumsi Beras Nasional produk turunan. Masyarakat Indonesia
Jumlah konsumsi beras nasional berasal tergolong sebagai masyarakat yang
dari konsumsi dalam rumah tangga maupun konsumtif, maka dari itu, sifat ini akan
luar rumah tangga (industri, jasa, meningkatkan tingkat konsumsi beras pula.
peternakan). Pola makan masyarakat di
Indonesia yang mengkonsumsi nasi sebagai Impor Beras
makanan sumber karbohidrat utama. Beras menjadi bahan pangan pokok yang
Preferensi penduduk Indonesia terhadap esensial bagi penduduk di Asia Tenggara,
beras sangat tinggi, bahkan penduduk yang karenanya impor beras masih dilakukan oleh
mempunyai pola pangan pokok bukan beras negara-negara Asia Tenggara untuk
beralih ke beras karena beras dianggap menjaga stok pangannya meskipun
merupakan sumber kalori yang utama. statusnya sebagai negara pengekspor beras
Disamping itu, beras juga dianggap memiliki (Hermawan, 2013). Swasembada pangan
citra pangan yang lebih baik secara sosial. atau lebih luas kedaulatan pangan telah
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh tercapai pada tahun 2016 dengan surplus
terhadap kebutuhan pangan sesuai dengan sebesar 10%. Pemerintah Indonesia
pertambahan jumah penduduk di suatu mengimpor beras untuk mengisi stok beras
negara (Rusdiana dan Maesya, 2017). Saat nasional, khususnya untuk rastra dan untuk
pertumbuhan penduduk meningkat, mendukung efektifitas kebijakan stabilisasi
semakin banyak orang yang akan mencari harga (Hermawan, 2016). Namun, dampak
penerimaan pekerjaan. Orang yang dari impor akan mempengaruhi stabilisasi
mendapat pekerjaan akan memiliki daya beli harga di pasar domestik (Kusumah, 2019).
yang lebih dalam konsep permintaan, Seiring dengan peningkatan volume
karena diiringi oleh bertambahnya produksi beras dalam negeri, hal ini
pendapatan yang ia terima. Inilah penyebab menyebabkan tingkat impor tiap tahunnya
teorema permintaan barang akan bergerak. berubah. Perubahan tingkat impor
Sa’diyah, S.A & Tamami, N.D.B Proyeksi Ekspor Beras 165

mempengaruhi kurva permintaan impor Penelitian yang dilakukan oleh


beras, yaitu bergerak dari kiri atas ke kanan Hermawan pada tahun 2013 menunjukkan
bawah. Pergerakan kurva seperti ini dapat di wilayah Indonesia pada umumnya belum
diartikan sebagai permintaan beras dari luar memiliki pola konsumsi pangan yang
negeri mengalami penurunan. Stok beras beragam dan bergizi seimbang. Konsumsi
yang tersedia di dalam negeri akan pangan penduduk masih didominasi oleh
diprioritaskan untuk dihabiskan terlebih dulu sumber karbohidrat beras. Konsumsi di
dibandingkan dengan harus mengambil beberapa sentra produksi pangan
langkah impor beras. Selain itu, menurut cenderung memiliki kualitas konsumsi
Setyawan dan Sugiarti (2016) menyatakan pangan yang rendah, seperti Provinsi Jawa
bahwa depresiasi kurs dollar menyebabkan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera
nilai rupiah juga melemah, sehingga Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Hal ini
menyebabkan ekspor meningkat dan impor menggambarkan bahwa ketersediaan
menurun. Hal ini karena setiap unit dollar pangan yang memadai pada suatu wilayah
yang diperoleh dari kegiatan ekspor akan belum menjamin konsumsi pangannya yang
memperoleh rupiah yang lebih banyak. berkualitas, karena pola konsumsi pangan
erat kaitannya dengan pengetahuan gizi,
preferensi, pola perilaku, dan budaya makan
penduduk.

Proyeksi Ekspor Beras Indonesia pada


Tahun 2019-2023
Gratieks merupakan kebijakan
pemerintah dalam upaya meningkatkan
daya saing dan produktifitas komoditas
pertanian di Indonesia yang didasarkan
pada Peraturan Menteri Pertanian No 19
tahun 2019. Menurut Menteri Pertanian,
Gambar 4. Perkembangan Impor Beras Di taraf tiga kali lipat merupakan ukuran yang
Indonesia (Juta Ton) dikatakan layak untuk sebuah negara kaya
Terjadi penurunan impor beras yang raya seperti Indonesia. Kebijakan ini akan
drastis dari tahun 1999-2000. Penurunan ini ditunjang dengan penggunaan Artificial
terjadi diakibatkan oleh krisis moneter yang Intelegent (AI) dalam skema hulu-hilir
dialami sejak akhir tahun 1997, yang komoditas pertanian. Melalui gerakan tiga
menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap kali lipat ekspor, maka akan mendorong
dollar mengalami depresiasi. Depresiasi nilai petani agar meningkatkan kuantitas dan
tukar rupiah membuat harga komoditas kualitas produk yang dihasilkan. Jumlah
impor menjadi lebih mahal, maka Indonesia produk pertanian yang tidak terserap oleh
mengurangi jumlah impor. Hal ini pasar ekspor merupakan produk yang tidak
menjelaskan bahwa perekonomian suatu memenuhi standar yang diinginkan oleh
negara akan mempengaruhi permintaan negara lain. Hal ini menyebabkan neraca
suatu produk/ komoditas, sejalan dengan perdagangan menjadi negatif.
pendapat Sukirno (2013). Perdagangan beras secara internasional
Thailand dan Vietnam menjadi negara- berfungsi untuk menjaga ketersediaan beras
negara pengekspor utama beras di wilayah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan
Asia Tenggara, sedangkan Indonesia, domestik suatu negara. Eksportir dan
Malaysia, dan Filipina sebagai negara- importir beras utama dunia di antaranya
negara pengimpor utama beras di wilayah berada di wilayah Asia Tenggara, sehingga
Asia Tenggara. Pemerintah Indonesia perubahan jumlah beras yang
berusaha mencari sumber ketersediaan diperdagangkan dapat mempengaruhi aliran
beras sebesar 3,2 juta ton untuk memenuhi perdagangan komoditas beras dari
kebutuhan stok 2 juta ton setiap tahun. Hal Indonesia.
ini dilakukan untuk melanjutkan intervensi
pasar dan program beras miskin
(Hermawan, 2013).
166 Jurnal Pamator

Gambar 5. Pola data ekspor beras tahun 1999-2018 (ton)

Secara time series plot, data ekspor (2017), Mustabsyiroh et al. (2014), dan
beras di Indonesia memiliki pola yang tidak Ramadania (2018). Dari tabel dapat dilihat
stasioner. Model peramalan yang akurat bahwa hasil peramalan ARIMA memiliki nilai
untuk suatu data runtun waktu sulit diperoleh MAPE yang paling rendah, yaitu sebesar
jika datanya kompleks (Gunaryati, 2017). 0.940. Maka pada penelitian ini akan
Berdasarkan hasil peralaman yang diperoleh memproyeksikan tingkat ekspor beras
melalui metode Moving Average, Double dengan metode ARIMA dengan ordo tentatif
Exponential Smoothing, dan ARIMA, p,d,q 101.
diperoleh hasil peramalan sebagai berikut: Pada tahun 2023, masih terdapat selisih
Tabel 2. Hasil Peramalan Data Ekspor (Ton) antara target yang diinginkan pemerintah
Tahun MA DES ARIMA dengan proyeksi volume ekspor di masa
2019 2997.0 175.3 5230.3 mendatang. Hal ini terjadi dengan asumsi
2020 2997.0 -318.7 5233.2 bahwa kebijakan dan stategi yang
diberlakukan masih sama dengan yang
2021 2997.0 -812.7 5236.1
diterapkan di tahun 2018. Maka, apabila
2022 2997.0 -1306.8 5239.0 pemerintah menargetkan Indonesia dapat
2023 2997.0 -1800.0 5242.0 mencapai Gratieks di akhir periode
MAPE 289 559 0.940 pembangunan, pemerintah disarankan agar
Berdasarkan hasil pramalan, selanjutnya memperbarui kebijakan dan strategi pada
menentukan model yang paling sesuai. sektor pertanian, terutama untuk
Menurut Makridakis et al. (1999), untuk meningkatkan produksi dan daya saing
menentukan model yang paling sesuai produk pertanian domestik.
adalah dengan membandingkan nilai MAPE, Tabel 3. Prediksi Marjin Target Ekspor
apabila nilai MAPE semakin kecil, maka Dengan Proyeksi Lima Tahun Mendatang
model tersebutlah yang paling sesuai atau Target Proyeksi Marjin
mendekati nilai aktual. Model terbaik dengan Tahun (Ton) (Ton) (Ton)
MAPE terpilih juga digunakan untuk 2019 11988 5230 6758
menduga kasus pada penelitian Nugraha
Sa’diyah, S.A & Tamami, N.D.B Proyeksi Ekspor Beras 167

Target Proyeksi Marjin KESIMPULAN


Tahun (Ton) (Ton) (Ton) Perkembangan produksi dan konsumsi
2020 11988 5233 6755 beras di Indonesia memiliki tren positif.
2021 11988 5236 6752 Ketersediaan beras domestik dapat
mencukupi kebutuhan dalam negeri, hal ini
2022 11988 5239 6749
menyebabkan kurva permintaan impor beras
2023 11988 5242 6746 meniliki slope yang negatif. Meskipun
demikian, masih terdapat stok beras yang
Salah satu program unggulan yang tidak terserap oleh pasar, baik domestik
pernah dijalankan pada komoditas pangan maupun internasional. Hasil peramalan
yaitu program Go Organic. Program Go terhadap tingkat ekspor dengan model
Organic adalah program yang diusung terbaik yaitu ARIMA ordo tentatif p,d,q 101
pemerintah bertujuan untuk meningkatkan menunjukkan tingkat ekspor beras lima
ketahanan pangan dan kesejahteraan tahun mendatang belum dapat memenuhi
masyarakat, dengan visi mewujudkan target tiga kali lipat yang diinginkan,
Indonesia sebagai salah satu produsen terhitung sebesar 11988 ton yang
pangan organik terbesar di dunia pernah merupakan tiga kali lipat dari tahun 2018
digalakan pada tahun 2010 (Sulistyana et yang sebesar 3996 ton. Maka, pemerintah
al., 2014). Selain itu, menurut Siswanto et al. disarankan agar menerapkan kebijakan
(2018), simulasi kebijakan peningkatan terbaru untuk memenuhi marjin proyeksi
subsidi pupuk memiliki dampak yang hampir ekspor dengan target yang masih di atas
sama dengan simulasi kebijakan 6000 ton. Kebijakan yang mengarah pada
peningkatan kredit pertanian, karena kedua peningkatan produksi serta daya saing
simulasi tersebut merupakan kebijakan beras Indonesia di pasar internasional.
subsidi input yang dapat dijadikan insentif
bagi petani untuk meningkatkan produksi.
Peningkatan subsidi pupuk dijadikan petani DAFTAR PUSTAKA
untuk meningkatkan jumlah produksi padi, Andani, A. 2008. Analisis Prakiraan Produksi
lalu diikuti dengan peningkatan produksi dan Konsumsi Beras Indonesia. Jurnal
beras dengan besaran yang sama. AGRISEP Vol. 8 No. 1.
Beberapa alternatif dapat dijalankan Aritonang, L. 2002. Peramalan Bisnis.
berdasarkan beberapa hasil penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
meliputi: (1) upaya-upaya untuk
meningkatkan produktivitas padi di masing- Badan Pusat Statistik. 2018. Ringkasan
masing negara melalui introduksi jenis padi Eksekutif Luas Panen dan Produksi
varietas unggul dan teknik budidaya, Beras di Indonesia 2018. Jakarta: BPS
mendorong investasi untuk meningkatkan RI.
infrastruktur dan logistisk perberasan mulai Benny, J. 2013. Ekspor dan Impor
dari subsistem hulu hingga hilir sehingga Pengaruhnya terhadap Posisi Cadangan
tingkat produktivitas padi dan industri hilir Devisa di Indonesia. Jurnal EMBA Vol. 1
padi dapat berkembang (Hermawan, 2013), No 4.
(2) mengupayakan secara sistematis dan
struktural untuk meningkatkan daya saing Chaudhuri, A. 2013. Forecasting Rice
produk pertanian Indonesia terutama Production in West Bengal State in India:
produktivitas dan kualitas, (3) Statistical vs. Computational Intelligence
mempersiapkan dengan matang rencana Techniques. International Journal of
atau tahapan agar produk pertanian Agricultural and Environmental
domestik dapat menjadi produk yang Information Systems Vol. 4 (4).
kompetitif di masa mendatang, (4) Djafar, et al. 2017. Peramalan Jumlah
menambahkan capacity building dalam Produksi Padi di Sulawesi Tenggara
beberapa aspek (Laksani dan Putri, 2015), Menggunakan Metode Fuzzy Time
karena kebijakan tunggal tidak mampu Series. Jurnal semanTIK. Vol.3 (2).
meningkatkan kesejahteraan produsen
maupun konsumen (Siswanto, 2018). Fortunika, S.O. 2017. Kontribusi Sektor
Pertanian terhadap Perekonomian
168 Jurnal Pamator

Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Ekonomi ASEAN. Universitas Muria


Agraris Vol. 3 (2). Kudus: Prosiding SNATIF Ke-1 ISBN:
978-602-1180-04-4.
Gunaryati, A. 2017. Analisis dan Model
Peramalan Data Ekspor Impor dengan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian .
Metode Gabungan Arima –Neural 2016. Outlook Komoditas Pertanian Padi.
Network. Jurnal String Vol. 2 (1). Kementerian Pertanian Republik
Indonesia.
Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi
Pertanian. CV Andi Offset. Yogyakarta. Ramadania, R. 2018. Peramalan Harga
Beras Bulanan di Tingkat Penggilingan
Hidayatulloh, A. 2019. Proyeksi Produksi
dengan Metode Weighted Moving
dan Konsumsi Daging Sapi Nasional
Average. Buletin Ilmiah Math. Stat. dan
dalam Rangka Swasembada
Terapannya (Bimaster). Volume 7 (4).
Pangan. Skripsi. Program Studi Agribisnis
329 – 334 pp.
Fakultas Pertanian Universitas Trunjoyo
Madura. Rusdiana, S & Maesya, A. 2017.
Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan
Hermawan, I. 2013. Analisis Perdagangan
Pangan di Indonesia. Jurnal
Beras dan Ketahanan Pangan di Negara-
Agriekonomika. Vol 6 (1).
Negara Asia Tenggara. Jurnal Politica
Vol. 4 (2). Sediaoetama, D A. 1989. Ilmu Gizi II.
Jakarta: Dian Rakyat.
----------------------. 2016. Kebijakan
Perberasan Indonesia dan Solidaritas Salvatore, D. 1990. Ekonomi Internasional
Pangan Asean. Jurnal Politica Vol. 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
No. 1.
Setyawan, E. 2016. Analisis Peramalan
Indrawati, F.B.N & Sutijo, B. 2012. (Forecasting) Produksi Karet (Hevea
Pemodelan Jumlah Ketersediaan Beras Brasiliensis) di PT Perkebunan Nusantara
dengan Pendekatan Fungsi Transfer. IX Kebun Sukamangli Kabupaten Kendal.
Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol.1 (1). Jurnal Mediagro. Vol. 12 (2).
Kusumah, P.F. 2019. Ekonomi Politik dalam Setyawan, E & Sugiarti, T. 2016. Daya
Kebijakan Impor Beras: Membaca Arah Saing dan Faktor Penentu Ekspor Kopi
Kebijakan Pemerintah 2014-2019 . Jurnal Indonesia ke Malaysia Dalam Skema
Politika. Vol.10 (2). Cept-Afta. Jurnal Agriekonomika. Vol 5
(2).
Laksani, D & Putri, E.R. 2015. Tarif Bea
Masuk Optimal bagi Produk Pertanian Siswanto, et al. 2018. Dampak Kebijakan
Indonesia. Jurnal Agriekonomika. Vol. 4 Perberasan pada Pasar Beras dan
(2). Kesejahteraan Produsen dan
Konsumen Beras di Indonesia. Jurnal
Makridakis, et al. 1999. Metode dan Aplikasi
Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 23 (2).
Peramalan Jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara. Sugiarto, S, et al. (2015). Peramalan Stok
Beras Bulog Pekanbaru dengan
Mustabsyiroh, et al. 2014. Peramalan
Menggunakan Model Pemulusan Winter
Tingkat Produktivitas Daerah Potensial
dan Arma (p,q) (Forecasting Rice Stocks
Pangan di Kudus. Universitas Muria
Bulog Pekanbaru Using Winter
Kudus: Prosiding SNATIF Ke-1.
Smoothing And Arma (p,q) Model).
Nugraha, D. 2017. Ketersediaan Jagung Universitas Tanjungpura Pontianak:
Berdasarkan Peramalan Produksi dan Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA
Produktivitasnya di Tengah Persaingan BKS-PTN Barat Hlm 419 – 429.
Penggunaan Lahan di Indonesia. Pusat
Suhardjo, et al. 1985. Pangan, Gizi, dan
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pertanian. Jakarta: UI Press Salemba.
Pangan: Prosiding Seminar Nasional
Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk
Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat
Sa’diyah, S.A & Tamami, N.D.B Proyeksi Ekspor Beras 169

Sukirno, S. 2013. Mikroekonomi Teori Suleman, N & Sarpong, S. 2011.


Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Forecasting Milled Rice Production in
Persada. GhanaUsing Box-Jenkins Approach.
International Journal of Agricultural
Sukiyono, K & Rosdiana. 2018. Pendugaan
Management & Development (IJAMAD)
Model Peramalan Harga Beras pada
Vol. 2 (2).
Tingkat Grosir. Jurnal AGRISEP Vol. 17
(1). 23 – 30 pp. Urrutia, et al. 2017. Forecasting the
Quarterly Production of Rice and Corn in
Sulistyana, P. 2014. Konsumsi Beras
the Philippines: A Time Series Analysis.
Organik pada Tingkat Rumah Tangga di
Journal of Physics: Conf. Series 820.
Kota Yogyakarta. Jurnal Agro Ekonomi.
Vol. 24 (1).

Anda mungkin juga menyukai