Anda di halaman 1dari 4

Nama : Galih Syifa Haula

NIM : 20.01.061.070

Kelas : Psikologi B 2020

1. -Landasan filosofis adalah penggunaan hasil-hasil pemikiran filsafat kebangsaan dan sejarah
bahasa Indonesia adalah sejarah bangsa Indonesia itu semua untuk mengembangkan
bahasa Indonesia. Secara praktis nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup)
berbangsa.
-Bahasa yang menjadi lambang atau identitas bangsa dengan nilai-nilai yang tercakup di
dalamnya tentunya harus kita jaga dan lestarikan.
Landasan historis bahasa Indonesia , sejarah bangsa adalah sejarah bahasa Indonesia, yang
berawal dari bahasa Melayu, sudah menjadi saksi bisu bagi pembentukan bangsa kita dan
menjadi alat perjuangan kemerdekaan.

2. - Tersusunya ejaan resmi Melayu oleh CH. A. Van Ophusyen tahun 1901, dibantu oleh
Nawani Soetan Ma’mur dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim yang kemudian diterbitkan
dalam kitab ber-Logat Melayu.

- taman bacaan rakyat dengan nama “Commission voor de Volkslectuur” oleh Belanda tahun
1908 yang kemudian pada tahun 1917 dirubah menjadi “Balai Pustaka”.

-Adanya keputusan Ratu Belanda memberikan kebebasan kepada anggota Dewan Rakyat
(Voksraad) tanggal 25 Juni 1918 menggunakan bahasa Melayu (Bahasa Indonesia) pada
setiap perundingan-perundingan. Haji Agus Salim adalah orang yang pertama menggunakan
bahasa Indonesia pada sidang Voksraad di Batavia tahun 1920 – an.

-Dideklarasikannya persatuan pemuda seluruh Indonesia atau yang dikenal dengan Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, dan menjadi awal diubahnya bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia

-Berdirinya Pujangga Baru tahun 1933 oleh Sultan Alisyahbana dan beberapa orang lainnya
dengan menerbitkan sebuah majalah bernama “Pujangga Baru”.

- Kongres Bahasa Indonesia pertama kali di Solo tahun 1938 dengan usulan, (a) mengambil
kata-kata asing untuk ilmu pengetahuan; (b) menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa
resmi; (c) perubahan ejaan, pengembangan istilah-istilah dan penyusunan tata bahasa baru
sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia, dan (d) pendirian institusi resmi bahasa
Indonesia.

-Pada tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), penggunaan bahasa Belanda dilarang
dan digantikan dengan komunikasi bahasa Indonesia, selain bahasa Jepang.

Melalui momentum kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia mendapat


kedudukan resmi sebagai bahasa resmi negara, bahasa nasional dan bahasa persatuan
Republik Indonesia yang dimuat dalam UUD 45, Bab XV, pasal 36. Pada kurun waktu itulah,
mulai munculnya sastrawan dengan menamakan diri angkatan 45.Tanggal 19 Maret 1947,
pemerintah Indonesia menetapkan ejaan bahasa baru bagi bahasa Indonesia dengan nama
Ejaan Republik Indonesia. Ejaan itu juga sering disebut dengan ejaan Suwandi sekaligus
selaku Menteri PP dan Kebudayaan. Tanggal 28 Oktober 1954, diadakan kongres kedua di
Medan, dengan menetapkan, (1) bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu; (2) bahasa
daerah atau serumpun digunakan untuk memperkaya bahasa Indonesia; (3) mengusulkan
agar ada badan yang menangani perkembangan dan pembinaan bahasa Indonesia; (4)
istilah-istilah nasional untuk kegiatan ilmiah diselaraskan dengan lisan orang Indonesia
apabila tidak merusak pengertiannya.
Tanggal 16 Agustus 1972, ditetapkan ejaan baru oleh Presiden Republik Indonesia dengan
nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang merupakan penyempurnaan dari ejaan
Suwandi/ejaan Republik. Tanggal 17 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan” dan “Pedoman Umum
Pembentukan Istilah” resmi yang berlaku di seluruh Indonesia.
Tanggal 11 Februari 1975, Lembaga Bahasa Nasional diubah menjadi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa yang dengan kegiatan mempublikasikan aktivitas kebahasaan, baik
berupa majalah dan buku-buku yang berkaitan dengan bahasa dan sastra. Tanggal 25 – 28
Februari 1975, diadakan seminar Bahasa Nasional yang mengambil mengusulkan dan
menetapkan, (1) pengertian dasar; dan (2) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia (lih.
Zahari, 2011: 23-30)

3. 1. Data buku atau identitas buku


a). Judul buku. Jika buku yang akan kamu resensi adalah buku terjemahan, akan
lebih baik jika kamu menuliskan judul asli buku tersebut.
b). Penulis atau pengarang. Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan, kamu
harus menyebutkan penulis buku asli dan penerjemah.
c). Nama penerbit
d). Cetakan dan tahun terbit
e). Tebal buku dan jumlah halaman

2. Judul Resensi. Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi tetap dalam konteks
buku itu.

3. Rangkuman Isi Buku


Dalam meresensi buku, seorang peresensi harus menulis buku yang hendak diresensi.
Rangkuman bukan Ikhtisar. Lihat Pengertian Rangkuman dan Ikhtisar. Ada pun untuk
merangkum diperlukan untuk memperhatikan hal sebagai berikut:
a. Membaca naskah/buku asli. Penulis harus membaca buku asli secara keseluruhan
untuk mengetahui gambaran umum, maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan yang dianggap penting ke
dalam karangan singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu.

4. Kelebihan dan Kekurangan Buku. Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai
kelebihan dan kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif.
5. Kesimpulan. Penulis resensi harus mengemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang
diresensi dan imbauan kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku
peresensi.

-Identitas.
-Pendahuluan.
-Isi ( sinopsis )
-Analisis unsur intrinsik.
-Analisis unsur ekstrinsik.
-Kekurangan & kelebihan.
-Penutup.
4. A). Perbedaannya Terletak pada cakupannya. Judul memili cakupan yang lebih sempit dari
pada

dan tema. Tema merupakan cakupan yang paling luas, dan topik memiliki cakupan yang
lebih sempit dari tema.

• Tema : Bencana Alam (cakupan lebih luas dari topik)


• Topik : Kebakaran Hutan (cakupan lebih luas dari judul)
• Judul : analisis kebakaran hutan di Taman nasional gunung gede pangrango
berdasarkan teori pemanasan global (cakupan sempit)

B). -Mencari aspek yang diinginkan,

-Mencari arti yang berhubungan dengan topik,

-Mencari arti yang lebih luas atau lebih sempit dari topik,

-Perubahan kata dasar,

-Istilah ilmiah dan sebagainya

5. 1. Pendahuluan

2. Potensi Akademik Mahasiswa


2.1 Potensi Kecerdasan
2.2 Keahlian Bidang Studi
2.3 Tenaga Kerja Intelektual

3. Kewirausahaan
3.1 Potensi Kewirausahaan
3.2 Sumber Kreatif Baru
3.3 Budaya Kewirausahaan

4. Strategi Berwirausaha
4.1 Strategi Awal
4.2 Evaluasi Strategi Awal,
4.3 Perencanaan dan Pengembangan Tahun Pertama
4.4 Evaluasi, Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua

5. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai