Anda di halaman 1dari 3

Davin Nathan / 6131801181 / A

1. 12 titik saluran pembuangan limbah pabrik di sepanjang Sungai Cisuminta ditutup


oleh Satgas Citarum karena melakukan pembuangan limbah tanpa diolah terlebih
dahulu di Instalasi Pengelolaan Limbah. 12 bypass dari pembuangan terpaksa
ditutup karena melakukan pembuangan langsung air limbah ke Sungai Cisuminta.
Sepanjang 2018, total penghentian pembuangan air limbah di sepanjang sungai
Cisuminta sebanyak 12 titik. Pembuangan ini tidak hanya bersumber dari satu
namun banyak pabrik garmen karena dilayangkan 28 sanksi administrasi termasuk 8
diantaranya proses pidana.

Sumber : https://jabarekspres.com/berita/2018/10/01/12-saluran-limbah-pabrik-
garmen-di-cor/

2. Diagram Stakeholder :

Stakeholders :

- Masyarakat umum : Masyarakat umum pada kasus pembuangan limbah dari industry
garment ini berperan sebagai pemegang persepsi terhadap industry terkait. Apalagi
melihat dari media bahwa industry garment ini membuang limbah secara langsung
ke sungai secara bersamaan, persepsi masyarakat umum akan mengecap garment
sebagai industry yang buruk dan citra perusahaan dan industry tercoreng.
- Pemerintah Kabupaten Bandung : Pemerintah Kab. Bandung bertindak sebagai
inisiator untuk para aparatur dalam melakukan tugasnya dan pemangku kepentingan
untuk memperketat regulasi dan kebijakan mengenai pengolahan limbah industry
dan sanksi yang diberlakukan.
- Aparatur Negara (Satgas & TNI) : Satgas dan TNI bertindak sebagai stakeholder
yang langsung terjun ke lapangan menangani kasus pembuangan limbah serta
pengecoran saluran pembuangan dari perusahaan yang melanggar. Pihak ini
berkoordinasi secara langsung dengan pemerintah dan Dinas Lingkungan Hidup
dalam melaksanakan tugas di lapangan.
- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Kepala DLH : Menangani kasus-kasus
pelanggaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar termasuk pencemaran oleh
perusahaan terhadap lingkungan. Kepala DLH bertugas menginisiasi penggalakan
dari penanganan limbah perusahaan.
- Lingkungan : Pilar yang sangat penting dari kasus ini. Walaupun secara langsung
bukan pemangku kepentingan, namun dianggap sebagai kepentingan itu sendiri
karena tujuannya adalah meminimasi dampak lingkungan dari limbah.
- Masyarakat terdampak : masyarakat sekitar yang terdampak dari limbah langsung
yang dibuang perusahaan. Populasi ini terdampak secara negatif dari residu yang
dikeluarkan dan dari residu tersebut berpotensi menimbulkan resiko untuk
Kesehatan dari masyarakat sekitar.
- Media : Berperan sebagai publikasi kasus sehingga kasus pembuangan limbah ini
diketahui banyak kalangan dan diharapkan perusahaan lebih berhati-hati karena
peran media dapat juga sebagai disiplinator tidak langsung karena sekali diliput
maka industry terkait akan tercoreng citranya.

3. Limbah yang dihasilkan :


a. Berbentuk padat : berupa kain yang tidak lewat dari QC, biasanya kancing,
logam pada resleting, nikel, kromium, perekat, dan karet.
b. Berbentuk cair : karakteristik untuk limbah cair adalah nilai padatan yang
tersuspensi tinggi, berwarna, pH tidak netral (8-10), kandungan oil dan
grease cukup tinggi, BOD yang tinggi, dan mengandung logam berat dan
materi berbahaya.
 Materi berbahaya dari karakteristik kimiawi untuk limbah cair dari
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD),
Dissolved Oxygen (DO), Ammonia, sulfida, fenol, pH, dan adanya
logam berat (sangat beracun seperti Cd,Cr,As,Sb,Ti,dan U ; moderat
seperti Ba, Be,Au,Li,Mn,Sc,Te,Va,Co, dan Rb ; kurang beracun
seperti Bi,Fe,Mg,Ni,Ag,Ti, Zn).
Limbah yang paling berbahaya adalah yang berbentuk cair dengan reaksi limbah cair
yang mengandung logam berat dari Pb dan/atau Cr. Reaksi ini bersifat sangat
beracun dan dapat mengakibatkan kematian atau gangguan Kesehatan yang tidak
pulih dalam jangka waktu singkat. Selain itu ada juga fenol yang mudah masuk elwat
kulit dan dapat menimbulkan gejala gastero (intestinal, sulit menelan dan
hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, dapat menimbulkan kematian).

4. Dampak limbah berbentuk padat adalah adanya waste yang memakan tempat dan
menambahkan sampah sehingga memakan banyak ruang (apalagi jika tidak di
recycle, akan ada makin banyak penumpukan sampah).
Untuk dampak dari limbah berbentuk cair, berdasarkan karakteristik kimiawi nya
antara lain zat ammonia dapat menyebabkan iritasi dan korosi serta meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses disinfeksi dengan chlor.
Sulfida bersifat korosif terhadap logam dan dapat merusak mesin. Fenol
menimbulkan gejala gastero. Zat yang mengandung logam berat terdapat tiga
golongan, yang sangat beracun seperti Pb dan Cd dapat mengakibatkan kematian
dan gangguan Kesehatan kronis, moderat seperti Ba dan Au dapat mengakibatkan
gangguan Kesehatan dari ringan ke kronis, serta ada yang kurang beracun namun
tetap dapat menimbulkan gangguan Kesehatan seperti Fe dan Mg.

5. Pada pengolahan limbah dari industry garment dan tekstil memiliki kemiripan karena
residu yang dikeluarkan dari produk tergolong sama. Pada proses pengolahan
limbah yang didominasi dari limbah cair ini terdapat pre treatment, primary treatment,
secondary treatment, dan tertiary treatment.
Pada pre treatment bersifat pengolahan fisik dengan memisahkan partikel bersifat
cukup besar, pada primary treatment dilakukan proses eliminasi zat mengambang
dan mengendap pada limbah (padatan tersuspensi dan bahan organic), tahap
secondary treatment merupakan proses eliminasi bahan organic biodegradable dan
padatan tersuspensi, dan tahap tertiary treatment merupakan penghilangan sisa
padatan tersuspensi.
Adapun pengolahan lain yang dapat dilakukan pada zat kimia cair yang mengandung
logam berat yang sangat beracun, yaitu dengan menggunakan aktivasi arang tulang
dengan larutan NaOH. Aktivasi NaOH pada arang tulang sapi dapat meningkatkan
kemampuan adsorpsi dalam penurunan karakteristik tingkat kekeruhan, COD, dan
kandungan Cr dan Pb.

6. Pencegahan dan pengendalian Covid-19 pada industry garment antara lain adalah
pemberlakukan protocol Kesehatan dan prosedur baru. Prosedur yang dilakukan
adalah screening awal kepada seluruh karyawan dengan melakukan pemeriksaan
suhu dan vaksinasi (telah dua kali vaksin). Pemantauan gejala dilakukan saat
memasuki area produksi dan pergantian shift serta memastikan adanya sirkulasi
udara yang baik dan fasilitas kebersihan yang memadai. Adanya hand sanitizer dan
ketentuan mencuci tangan setiap keluar masuk shift dan stasiun digalakkan.
Pembersihan fasilitas dan area-area yang berpotensi sering dilalui dan ditempati oleh
disinfektan diberlakukan dan sosialisasi protocol Kesehatan. Penempatan stasiun
kerja pun dilakukan dengan pembatasan sosial dan jaga jarak serta selalu memakai
masker.

Referensi :
http://www.saka.co.id/news-detail/limbah-cair-industri-tekstil
https://www.universaleco.id/limbah-industri-tekstil
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e96ac2e2c65a/penting--ini-protokol-
kesehatan-cegah-covid-19-di-kawasan-pabrik/?page=1

Anda mungkin juga menyukai