Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Komoditas sayur-sayuran berperanan penting dalam pembangunan

pertanian di Kota Pekanbaru. Pentingnya komoditas sayur-sayuran ini dapat

diamati melalui kebutuhan konsumsi sayuran yang setiap tahun makin meningkat

di kota Pekanbaru. Disadari terbatasnya kemampuan daerah menghasilkan

produksi sayuran dan jenis sayuran spesifik dataran tinggi sangatlah sulit terutama

berkaitan dengan tanaman sawi (Brassica juncea) .

Ditinjau dari aspek budidaya sawi, tanaman ini tidaklah terlalu sulit.

Sementara tanaman sawi merupakan jenis sayur yang sangat digemari

masyarakat Pekanbaru. Konsumennya dari golongan atas sampai menengah. Di

Pekanbaru sendiri, keberadaan sayuran sawi sangat erat dikaitkan sebagai

makanan pelengkap baik gado-gado, lalapan, bakso, tumis, sejumlah masakan-

masakan Cina dan lain-lainnya. Hal tersebut menunjukkan dari aspek social

bahwa masyarakat sangat mudah menerima keberadaan tanaman ini.

Sayuran sawi yang dikonsumsi baik setelah diolah maupun sebagai lalapan

ternyata mengandung berbagai macam zat makanan yang essensial bagi

kesehatan tubuh. Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan

yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Departemen kesehatan, komposisi zat-zat

makanan yang terkandung dalam setiap 100 gr berat basah sawi adalah sebagai

berikut :

1
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi dalam 100 gr sawi

Zat Gizi Sawi


Protein (gr) 2,3
Lemak (gr) 0,3
Karbohidrat (gr) 4,0
Ca (mg) 220,0
P(mg) 38,0
Fe (mg) 2,9
Vitamin A (mg) 1.940,0
Vitamin B (mg) 0,09
Vitamin C (mg) 102
Sumber : Direktorat Gizi, Depertemen Kesehatan RI (1979)

Selain memiliki kandungan gizi dan viatamin yang penting bagi kesehatan,

sawi juga dapat digunakan sebagai obat penghilang rasa gatal ditenggorokan

pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, dan bahan pembersih darah.

Kebutuhan konsumsi sayuran masyarakat Pekanbaru masih dipasok dari

daerah lain. Keadaan ini, dapat disebabkan pemerintah puasat dan daerah

maupun pelaku agribisnis terpaku dalam waktu yang lama untuk mencapai dan

melestarikan swasembada pangan (beras) yang dicapai tahun 1984. Walaupun

disadari, jika komoditas sayuran itu berpeluang besar dikembangkan dari aspek

teknis dan ekonomi untuk memanfaatkan peluang pasar domestik dan

internasional.

Usaha Perkebunan sayur merupakan usaha yang sangat potensial di Kota

Pekanbaru. Namun sangat disayangkan, di Kota Pekanbaru sangat kurang

kebijakan ataupun program yang berpihak pada para petani sayur sehingga jika

diperhatikan petani hortikultura (buah dan sayuran) di Riau menurun dari 112.688

rumah tangga (1983) menjadi 106.208 rumah tangga (1993). Jikalau usaha ini

2
tidak diantisipasi maka kebutuhan sayuran akan di pasok dari daerah lain,

sehingga peluang pasar Singapura sebanyak 37 ton perhari menjadi terabaikan

dan dapat dimanfaatkan petani daerah lain. Berkaitan dengan hal ini, maka saya

mencoba melakukan studi kelayakan pada seorang petani sayuran sawi di

Tampan Timur dengan tujuan untuk melihat keuntungan yang didapat dari

sayuran tersebut sehingga membuka peluang bagi pengusaha lain untuk

berinvestasi dalam usaha pengembangan sayuran sawi di Kota Pekanbaru. Untuk

menganalisa studi kelayakan tersebut maka saya akan mencoba melihat dari

berbagai aspek.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari studi kelayakan ini adalah untuk mengetahui jumlah

modal yang dibutuhkan, biaya produksi, penjualan dan keuntungan, rasio laba

atas keuntungan , Break even point, Return of investment dan lain-lain yang

berkenaan dengan analisa proyek pertanian.

II. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Untuk menganalisis kelayakan usaha sayuran sawi di Pekanbaru, maka

aspek yang sangat penting dipahami adalah aspek pasar dan pemasaran. Selama

ini para petani sayur dalam pemasaran hasil usaha sayuran sawi adalah dengan

3
cara menjual lansung ke konsumen. Adapun bentuk pasar bagi usaha tanaman

sawi ini adalah bentuk pasar persaingan sempurna karena usaha ini dapat

dijalankan oleh berbagai pihak selama mereka mampu sementara bentuk pasar

konsumen yang dipilih adalah dengan mengutamakan pasar konsumen.

Biasanya para konsumen datang lansung ke lokasi ketika produsen sedang

panen dan jumlah pembeli berkisar antara 20-30 orang. Sementara itu harga sawi

berkisar Rp 400,00/kg per-ikat. Untuk sawi yang ditanam adalah sawi yang

permintaannya tinggi di pasaran yaitu sawi bakso atau yang lebih populer disebut

dengan nama Caisim. Sawi ini sangat laku di pasaran karena rasanya yang

renyah, segar dengan sedikit rasa pahit membuatnya banyak diminati. Selain enak

ditumis, sawi ini banyak dicari atau dibutuhkan para pedagang mie bakso,, mie

ayam, atau restoran masakan Cina sehingga permintaannya setiap hari

bertambah tinggi.

III. ASPEK TEKNIS

1. Letak Lokasi Usaha Budidaya Sawi

Lokasi usaha tanaman sawi terletak di kelurahan Tampan Timur

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Adapun fasilitas jalan untuk memasuki

4
lokasi usaha ini tidak diaspal namun merupakan jalan tanah berpasir yang cukup

lebar, datar dan terawat dengan baik. Luas lokasi perkebunan sayur ini kurang

lebih 1 ha. Kondisi perkebunan sayuran sawi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi

para pengunjung (dalam hal ini konsumen), karena ketika para konsumen

memasuki perkebunan sayur akan terlihat pemandangan yang indah seperti

hamparan permadani hijau yang tertata indah dan teratur. Meskipun lokasi terletak

diujung desa namun dengan adanya sarana transportasi maka kebun sayur ini

akan mudah dijangkau oleh pembeli /konsumen.

Standar yang digunakan pengusaha sayuran sawi ini adalah ketersediaan

benih sawi, pupuk kandang, pestisida, air, fasilitas transportasi dan letak pasar

yang dituju.

2. Konstruksi Lahan

Adapun konstruksi lahan kebun meliputi bentuk bedeng penanaman dan

rumah penjaga kebun. Lahan dibentuk menjadi bedeng-bedeng penanaman

berbentuk empat persegi panjang yang membujur dari arah barat ke timur dan

dibuat dengan ukuran 120 cm, sementara panjang disesuaikan dengan ukuran

petak tanah. Tinggi bedeng penanaman adalah sekitar 20-30 cm dengan jarak

antar bedeng adalah 30 cm. Jarak antara bedeng ini merupakan tempat lalu lalang

pekerja dan juga berfungsi sebagai parit drainase.

3. Pengelolaan Kebun

5
pengelolaan kebun meliputi usaha pemeliharaan tanaman sawi . Tindakan

ini meliputi : penyiraman, penyulaman, penyiangan, penggemburan, pemupukan

tambahan serta pengendalian hama penyakit.

a. penyiraman. Penyiraman alami adalah air hujan dan dimusim hujan kebutuhan

air yang diperlukan biasanya telah mencukupi keperluan tanaman sawi. Jika

hujan turun deras maka air yang berlimpah harus dikeluarkan dari areal

pertanaman , sehinggga parit dijaga agar tidak manfat dan mampu

menyalurkan kelebihan air. Dimusim kemarau atau hujan tidak menentu maka

penyiraman tambahan dilakukan dengan menggunakan sprayer dan selang

100 meter.

b. penyulaman. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati, sehingga

tanaman yang mati dibuang dan diganti tanaman sulaman

c. penyiangan dan penggemburan. Penyiangan dilakukan2-4 kali selama

penanaman sawi. Penyiangan dilakukan sesuai pertumbuhan gulma dan

berfungsi untuk menfungsikan parit drainase. Penggemburan dilakukan

serentak dengan penyiangan dengan mencacah tanah.

d. pemupukan tambahan. Pemupukan tambahan dilakukan pada saat 3 minggu

setelah tanam yaitu urea dengan dosis 25 gr/liter (untuk setiap 5 m

bedengan)dengan melarutkannya diair.

e. Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Dilakukan apabila ada hama dan penyakit yang merusak tanaman sawi.

Pemberian insektisida dan pestisida tergantung hama dan penyakit yang

berjangkit pada tanaman sawi.

6
4. pemilihan dan Perencanaan Jenis Sawi

Adapun sawi yang dipilih untuk dibudidayakan adalah sawi Caisim (sawi

bakso) atau sawi cina. Sawi ini paling banyak digemari masyarakat kota

Pekanbaru karena rasanya yang renyah, segar, manis dan sedikit rasa pahit. Sawi

ini banyak dibutuhkan oleh pedagang mie bakso, mie ayam, restoran masakan

cina sehingga permintaannya kian hari makin tinggi.

5. Sarana Produksi

Sarana produksi disini meliputi penyediaan benih sawi, pupuk kandang dan

pupuk buatan, pestisida serta tenaga kerja. Benih sawi yang akan dibudidayakan

adalah benih berlabel biru. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk

kandang yang sudah matang. Sementara pupuk buatan dan pestisida dibeli pada

toko pertanian yang berada tidak jauh dari lokasi penanaman. Tenaga kerja

diupah berdasarkan hari kerja.

6. Panen

Pemanenan dilakukan setelah sawi berumur 40 hari. Keadaan melihat

kondisi fisik tanaman yaitu seperti bentuk, warna dan ukuran daun. Jika daun

bawah sudah menguning maka sawi secepatnya dipanen karena menandakan

tanaman memasuki fase generatif.. pemanenan dilakukan dengan cara tradisional

dengan memotong bagian pangkal batang yang berada diatas tanah dengan

menggunakan pisau tajam. Setelah panen, maka sawi dibersihkan/dicuci

selanjutnya disortasi dan pengemasan dilakukan pada ikatan yang kecil. Satu

ikatan terdiri dari 2-3 batang saja.

7. Transportasi

7
Sarana transportasi merupakan factor penunjang kelancaran sarana

produksi, memberi pelayanan yang terbaik terhadap konsumen dan pengangkutan

hasil usaha (kelancaran dalam pengangkutan hasil ke pasar atau ke konsumen)

apalagi jalan dari arah lokasi tidak mengalami hambatan yang cukup berarti.

8. Keamanan Di Sekitar Lokasi

Untuk keamanan disekitar lokasi seperti mengantisipasi gangguan binatang

pemangsa ataupun perusak maka perlu penjagaan, pengamanan dan

pengawasan yang cukup ketat yaitu disamping adanya rumah penjaga kebun juga

dengan pemagaran kebun/lokasi usaha.

III. ASPEK MANAJEMEN

A. Pembangunan Usaha Penanaman Sawi

Pembuatan bedeng penanaman, sarana dan prasarana produksi dan

fasilitas penunjang kebun sawi dilakukan secara lansung dengan menggunakan

8
tenaga mesin pengolah tanah (traktor) untuk pemerataan tanah dan pembuatan

bedengan sementara itu untuk pemeliharaan tanaman (dalam hal ini persemaian,

penanaman, pemupukan, penyiangan, penyemprotan dan penyiraman)

menggunakan tenaga kerja manusia.

B. Implementasi Usaha Tanaman Sawi

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi pada usaha ini menggunakan organisasi sederhana

yang terdiri dari sekretaris, urusan pelayanan penjualan sawi, urusan

perlengkapan dan perawatan tanaman sawi. Kegiatan yang menyangkut seluruh

aktivitas administrasi, personalia dan keuangan ditangani dan dikelola oleh

seorang sekretaris (tenaga kerja keluarga). Sementara itu, untuk urusan

operasional yakni: urusan pemasokan/penjualan sawi di tangani oleh urusan

pelayanan penjualan sawi. Untuk urusan pemeliharaan tanaman sawi seperti

pemberian pupuk dan penjagaan keamanan dilakukan oleh urusan perlengkapan

dan perawatan lahan/kebun. Sistim organisasi dilakukan dengan pelimpahan

wewenang pada masing-masing pihak yang terkait sesuai dengan tugas yang

diembannya.

2. Deskripsi Jabatan

Adapun struktur organisasi pengusahaan tanaman sawi ini adalah terdiri

dari seorang kepala, seorang sekretaris dan dua orang kepala urusan yang

9
masing-masing dipercaya untuk membawahi beberapa orang staf sesuai dengan

tugas dan fungsi yang diembannya.

Adapun tugas masing-masing pemegang jabatan adalah :

 Kepala : memimpin usaha, mengawasi usaha dan bertanggung jawab

terhadap kelancaran dan peningkatan asset usaha penanaman sawi.

 Sekretaris : melakukan kegiatan yang berkaitan dengan neraca keuangan dan

pembukuannya, administrasi umum usaha dan personalia.

 urusan pelayanan penjualan sawi : melayani kebutuhan konsumen, membuat

data laporan hasil serta penjualan. Bertanggung jawab terhadap proses

penyaluran dan penjagaan kualitas stok produksi yang akan dijual.

 Urusan perlengkapan dan perawatan kebun/lahan : merawat atau memelihara

tanaman sawi, pemberian pupuk/sarana pelengkap dalam pemeliharaan

tanaman sawi, penjagaan keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan

kebun/lahan.

IV. ASPEK TENAGA KERJA

10
Aspek tenaga kerja merupakan pendukung kegiatan usaha penanaman

sawi. Pada usaha ini terdapat 2 tenaga kerja yaitu : tenaga kerja mesin dan

tenaga kerja yang menggunakan tenaga manusia. Untuk kegiatan pengolahan

tanah, pemerataan tanah dan pembuatan bedengan menggunakan tenaga traktor.

Sementara itu untuk persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan,

penyemprotan dan penyiraman dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja

manusia. Tenaga kerja manusia yang digunakan pada usaha ini adalah tenaga

kerja lansung yang telah berpengalaman dalam usaha budidaya tanaman

hortikultura. Pengaturan system kerja disesuaikan dan ditetapkan sehingga

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar, efisien, tertib dan sistematis.

Adapun system kerja pada usaha penanaman sawi ini adalah:

1. Untuk urusan penyiraman sawi dilakukan apabila musim kemarau/hujan tidak

menentu sehingga penyiraman dilakukan dengan sprayer atau selang pada

pagi dan sore hari.

2. Penyulaman dilakukan ketika ada tanaman yang mati, kerdil, rusak terserang

hama diambil pada bibit tanaman yang masih tersisa dibedeng

pembenihan/pembibitan sehingga tingkat dan umur tanaman tidak jauh beda.

3. Penyiangan dilakukan sesuai dengan tingkat pertumbuhan gulma dilakukan

dengan hati-hati dan penyiangan juga dilakukan untuk menfungsikan parit

drainase . Pengemburan dilakukan hati-hati yakni dengan mencacah tanah

disekitar penanaman dilakukan pagi hari atau sore hari.

4. Kegiatan pemanenan dilakukan pada sore atau pagi hari tergantung

permintaan dan perjanjian dengan konsumen.

11
V. ASPEK FINANSIAL

12
Untuk memperoleh keuntungan yang besar dari usaha tani maka terlebih

dahulu harus dianalisis usaha taninya. Hal ini untuk mengetahui bagaimana upaya

untuk merintis usaha besar dan pasar yang menguntungkan bagi penjualan hasil

usaha tani tersebut .

Analisis Usaha Budidaya Sawi

1. Modal tetap

- Sprayer 1 buah Rp 50.000,00

- Selang 100 m Rp 100.000,00

- Penyusutan alat

- Sprayer Rp 50.000,00 x 16 % Rp 8.000,00

- Selang Rp 100.000 x 30 % Rp 30.000,00

Rp

2. Modal lancar

a. Bahan

- Benih 750 gr Rp.102.000,00

- Pupuk kandang Rp.500.000,00

- Pupuk:

*Urea 155 kg Rp 45.000,00

*TSP 100 kg Rp 34.000,00

*KCl 75 kg Rp 30.000,00

- Pestisida:

*Antracol 70 WP 4 kg Rp 50.000,00

*Benlate 1kg Rp 70.000,00

13
*Sevin 85 SP 2 kg Rp 25.500,00

b. Tenaga Kerja

- Persemaian 7 HKP Rp 35.000,00

- Pengolahan tanah (traktor) Rp 500.000,00

- Penanaman 20 HKW + 10 HKP Rp 100.000,00

- Pemupukan 20 HKP Rp 70.000,00

- Penyiangan 20 HKW (2 Kali) Rp 40.000,00

- Penyemprotan dan penyiangan Rp 90.000,00

c. lain-lain

- Sewa traktor Rp 1.000.000,00

- Transportasi Rp 90.000,00

- Penjaga lahan Rp 100.000,00

- Pajak Rp 30.000,00

Rp

Total Modal lancar Rp

3. Jumlah modal yang dibutuhkan

Jumlah modal = modal tetap + modal lancar

= Rp

5. Penjualan dan keuntungan

a. Hasil penjualan

14 ton x Rp 700,00/kg =Rp

b. Keuntungan = Hasil penjualan - Biaya produksi

14
=Rp

c. Rasio laba atas penjualan (L/R)

d. Break Even Point (BEP)

BEP = Penyusutan biaya tetap


1- Modal lancar

8. Return of Investment (ROI)


ROI = keuntungan x 100 %
Total modal
Artinya : dari setiap modal Rp 100,00 yang ditanam, pengusaha sawi

mendapatkan keuntungan sebesar Rp

Tabel 2. Biaya produksi usaha penanaman sawi dari tahun 1999 sampai tahun

2002

Jenis Biaya Tahun 1999 Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002
(Rp 1.000) (Rp 1.000) (Rp 1.000) (Rp 1.000)
I. Biaya Tetap
- sprayer 50 50 50 50
-selang 100 100 100 100
-penyusutan 38 38 38 38
Jumlah 188 188 188 188
II. Biaya Tidak Tetap
a. Bahan
-benih 102 203 300,5 400
-pupuk kandang 500 850 950 950
-urea 45 50 55 60
-TSP 34 45 60 65,5
-KCl 30 40 55 75
-Antracol 70 WP 50 70 80 90
-benlate 70 80,5 81 85
-sevin 85 Sp 25,5 35 50 60

15
-upah tenaga kerja 835 900 1000 1500
-lain-lain 1.220 1.350 1.500 1.800
Jumlah
Total I + II

Tabel 3. Benefit dan R/C usaha penanaman sawi dari tahun 1999 sampai dengan
Tahun 2002
Tahun Cost (Rp1000) Benefit (Rp1000) Net benefit (Rp 1000)
1998 4.000 -
1999 3.099,5 2.700,5
2000 3.811,5 5.000
2001 4.319,5 5.800
2002 5.273,5 7.000

16

Anda mungkin juga menyukai