Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH KEPADATAN PENDUDUK TERHADAP

INTENSITAS KEMACETAN LALU LINTAS DI BANDUNG

KARYA TULIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktik Mata Pelajaran Geografi dan Prasyarat

Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Tahun Pelajaran 2021/2022

Penyusun

Nama : Angel Nathalie

Kelas/Program : XII D/IPS

Nomor Induk : 16177293

SEKOLAH MENENGAH ATAS KRISTEN 1 BPK PENABUR

JALAN DURSASANA 2 – 6 BANDUNG

1
2021

Table of Contents
BAB I 5

1.1 Latar Belakang Penelitian 5

1.2 Perumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Hipotesis Penelitian 8

1.5 Manfaat Penelitian 8

1.5.1 Manfaat Teoritis 8

1.5.2 Manfaat Praktis 8

1.6 Sistematika Penelitian 9

BAB II 11

2.1 Kepadadatan penduduk 11

2.1.1 Pengertian Penduduk 11

2.1.2 Pengertian Kepadatan Penduduk 11

2.1.3 Faktor penyebab terjadinya kepadatan penduduk 12

2.2 Kemacetan Lalu Lintas 12

2.2.1 Pengertian Transportasi 12

2.2.2 Pengertian Lalu Lintas 13

2.2.3 Pengertian Kemacetan Lalu lintas 13

2.2.4 Faktor terjadinya kemacetan lalu lintas 14

2
2.3 Hasil Penelitian Sebelumnnya 16

BAB III 18

METODE PENELITIAN 18

3.1 Jenis Penelitian 18

3.2 Unit Analisis 18

3.3 Populasi Dan Sampel 19

3.3.1 Populasi 19

3.3.2 Sampel 20

3.4 Waktu Dan Lokasi Penelitian 20

3.4.1 Waktu Penelitian 20

3.4.2 Lokasi Penelitian 20

3.5 Teknik Pengumpulan Data 21

3.6 Teknik Analisis Data 21

BAB IV 23

4.1 HASIL 23

4.1.1 Letak dan Luas 23

4.1.2 Jumlah penduduk 24

4.1.3 Luas Wilayah 25

4.1.4 Kepadatan penduduk 28

Table : klasifikasi penduduk 29

BAB V 30

DAFTAR PUSTAKA 31

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

terbesar di dunia serta memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup padat di

sebagian daerah. Pertumbuhan penduduk di Indonesia bertambah secara

eksponensial dari tahun ke tahun seiring dengan jumlah angka kelahiran yang

lebih tinggi dibandingkan angka kematian. Hal ini yang menyebabkan Indonesia

berada di peringkat keempat jumlah penduduk terbesar di dunia setelah Tiongkok,

India dan Amerika Serikat. Hasil dari Sensus Penduduk tahun 2020 ini diambil

melalui proses pendataan di lapangan yang kemudian disinkronisasi dengan data

Administrasi kependudukan. Pada tahun 2020, sensus mencatatkan bahwa jumlah

penduduk Indonesia berjumlah  271.349.889 jiwa yang terdiri dari 134.229.988

perempuan dan 137.119.901 laki laki.  Dari keseluruhan jumlah penduduk saat

ini, Lebih dari separuh jumlah penduduk di Indonesia (55,94 persen) menetap di

pulau jawa diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,73 persen. Sisa 22,33 persen

dari jumlah penduduk menempati berbagai pulau lainnya seperti Kalimantan (7,43

persen), Bali dan Nusa Tenggara (5,57 persen), Papua (2,02 persen), dan Maluku 

(1,17 persen). 

Perbandingan hasil Sensus Penduduk 2020 dengan Sensus Penduduk

2010 menghasilkan bahwa Indonesia mengalami penambahan jumlah penduduk

5
sebanyak 32,56 juta jiwa atau rata rata sebanyak 3,26 juta setiap tahunnya. Maka

dari itu kita bisa lihat bahwa jumlah penduduk Indonesia dari waktu ke waktu

akan terus mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa dalam

beberapa dekade terakhir laju pertumbuhan Indonesia melambat. Dari Hasil

Sensus Penduduk 2020 sepanjang 2010-2020 rata rata laju pertumbuhan

penduduk Indonesia sebesar 1,25 persen, menurun dibandingkan dengan periode

1971-1980 yang sebesar 2,31 persen. Laju pertumbuhan penduduk itu terjadi

karena pengaruh dari faktor kematian, kelahiran, dan migrasi.

Transportasi merupakan sebuah usaha memindahkan, menggerakkan,

mengangkut atau mengalihkan suatu obyek dari suatu tempat ke tempat lain, di

mana di tempat lain ini obyek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk

tujuan tertentu [ CITATION Mir04 \l 1033 ] . Masalah transportasi berkaitan erat

dengan tata ruang perkotaan yang ada di suatu wilayah. Kawasan perkotaan

adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi

[ CITATION Ama11 \l 1033 ]. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau

terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan terhambatnya mobilitas kendaraan.

Masalah kemacetan lalu lintas nampaknya sudah menjadi semacam ciri khusus

kota-kota besar di negara berkembang, termasuk Indonesia [ CITATION Ofy92 \l

1033 ] Kemacetan itu masalah yang sering kita hadapi di setiap harinya. Masalah

kemacetan lalu lintas nampaknya sudah menjadi semacam ciri khusus kota-kota

besar di Negara berkembang, termasuk Indonesia [ CITATION Ofy92 \l 1033 ].

6
Kemacetan di jalan ini akan terus meningkat diakibatkan oleh bertambahnya

kepemilikan kendaraan bermotor, Menurut Tamin (1992), masalah lalu lintas atau

kemacetan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pengguna jalan,

terutama dalam hal pemborosan waktu, pemborosan bahan bakar, pemborosan

tenaga dan rendahnya kenyamanan berlalu lintas serta meningkatnya polusi baik

suara maupun polusi udara. Kemacetan sering kali membuat pengendara cendrung

tidak sabra sehingga terjadilah Tindakan tidak disiplin yang pada akhirnya hal

tersebut menjadi pencetus terjadinya kemacetan lebih lagi [ CITATION Ett08 \l

1033 ].

I.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana kepadatan penduduk di Kota Bandung ?

2. Bagaimana pengaruh kepadatan penduduk terhadap kemacetan di Kota

Bandung?

3. Faktor apa saja yang menjadi pencetus terjadinya kemacetan di Kota

Bandung ?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis kondisi kepadatan penduduk di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepadatan penduduk terhadap

kemacetan di Kota Bandung.

3. Untuk mengelaborasi faktor apa saja yang menjadi pencetus kemacetan di Kota

Bandung.

7
I.4 Hipotesis Penelitian

I.5 Manfaat Penelitian

I.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti

lainnya termasuk lembaga pendidikan dan perguruan tinggi. Diharapkan

juga dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat umum serta peneliti

khususnya terhadap pengaruh kepadatan penduduk terhadap intensitas

kemacetan lalu lintas di Kota Bandung.

I.5.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi

untuk penelitian selanjutnya terkait pengaruh kepadatan penduduk

terhadap intensitas kemacetan lalu lintas di Kota Bandung.

I.6 Sistematika Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN

8
1.1 Latar Belakang Penelitian

1.2 Perumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4 Hipotesis Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

1.6 Sistematika Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METOFOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.2. Unit Analisis

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

3.3.2 Sampel

3.4. Waktu Dan Lokasi Penelitian

3.4.1. Waktu Penelitian

3.4.2. Lokasi Penelitian

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.6. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian

4.2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

9
5.2 Saran

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

I.7 Kepadadatan penduduk

I.7.1 Pengertian Penduduk

Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas

yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah tertentu.

(Mantra, 2009)

Menurut P.N.H Simanjuntak , Penduduk adalah mereka yang

bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah Negara.

Menurut Said (2001), Penduduk adalah jumlah orang yang

bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan

hasil dari prosesproses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi.

I.7.2 Pengertian Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah suatu keadaan yang dikatakan

semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu

semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah

penduduk dengan luas wilayah yang dihuni (Mantra, 2007).

11
I.7.3 Faktor penyebab terjadinya kepadatan penduduk

a. Fisiografis

Salah satu faktor dari fisiografis merupakan keadaan wilayah, secara

fisik wilayah salah satu penentu tempat tinggal secara tetap manusia.

Indicator fisiografis terdiri dari letak ketinggian, kesuburan tanah,

iklim, ketersediaan air, dan kondisi sumber daya.

b. Ekonomi

Suatu wilayah dengan pertumbuhan ekonomi pesat akan menarik

peduduk untuk tinggal di daerah terserbut. Faktor faktor ekonomi itu

diantaranya seperti ketersediaan pekerjaan, upah yang relative tinggi.

Hal ini merupakan sebuah dampak yang membuat pemukiman

semakin padat

c. Sosial Budaya

Keadaan lingkungan yang nyaman, kondusif, aman merupakan salah

satu faktor yang menjadi daya tarik orang untuk menetap, budaya

perkotan yang semakin modern akan lebih memiliki daya tarik lebih

tinggi dari pedesaaan. Dengan adanya hal ini membuat kepadatan

penduduk semakin tinggi.

I.8 Kemacetan Lalu Lintas

I.8.1 Pengertian Transportasi

Transportasi merupakan unsur terpenting dalam perkembangan

suatu negata, dimana transportasi menjadi salah satu dasar pembangunan

ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrilisasi,

12
dimana perkembangan transportasi akan mendorong kegiatan

perekonomian dan pembangunan di suatu daerah maupun negara.

[ CITATION Sit19 \l 1033 ]

Transportasi merupakan sarana yang berperan dalam kehidupan

manusia, baik untuk keberlangsungan interaksi antara manusia, maupun

sebagai alat untuk memudahkan manusia dalam memindahkan barang

dari asatu tempat ke tempt yang lain.[ CITATION Sit19 \l 1033 ]

I.8.2 Pengertian Lalu Lintas

UU No. 2 tahun 2009 terkait aturan lalu lintas dan angkutan

jalan menjelaskan bahwa lalu lintas merupakan gerak dari kendaraan

dan individu yang berada di ruang jalan seperti prasarana untuk gerak

pindah kendaraan, orang, dan fasilitas pendukung lainnya.

Soekanto menjelaskan lalu lintas yaitu sesuatu yang berkaitan

dengan perjalanan dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Perjalanan

yang dimaksudkan tidak hanya perjalanan dari jalur darat, namun jalur

laut dan jalur udara.[ CITATION Sum13 \l 1033 ]

I.8.3 Pengertian Kemacetan Lalu lintas

Menurut Tamin (1997) permasalahan transportasi tidak hanya

terbatas pada terbatasnya prasarana transportasi yang ada, namun sudah

merambah kepada aspek aspek lainnya seperti pendapatan rendah,

urbanisasi yang cepat, terbatsnya sumber daya, khususnya dana, kualitas

dan kuantitas data yang berkaitan dengan transportasi, kualitas sumber

13
daya manusia, disiplin yang rendah, dan lemahnya perencanaan dan

pengendalian, sehingga aspek aspek tersebut memperparah masalah

transportasi [ CITATION Sit19 \l 1033 ]

Kemacetan adalah kondisi di mana arus lalu lintas yang lewat

pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut

yang mengakibatkan kecepatan mendekati 0 km/jam sehingga

menyebabkan terjadinya antrian (MKJI, 1997).

kemacetan adalah kondisi kendaraan yang sangat banyak

sehingga terjadi penumpukan yang dikarenakan kapasitas jalan tidak

sesuai dengan jumlah kendaraan [ CITATION Lub16 \l 1033 ]

I.8.4 Faktor terjadinya kemacetan lalu lintas

Menurut penelitian Administration (2005), terdapat 7 penyebab

kemacetan, yaitu:

1. Physical Bottlenecks

Physical Bottlenecks adalah kemacetan yang terjadi karena jumlah

kendaraan sudah melewati batas maksimum. Batas tersebut diperoleh

dari faktor jalan, persimpangan jalan, dan tata letak jalan.

2. Kecelakaan Lalu Lintas (traffic incident)

Kemacetan kecelakaan lalu lintas yaitu kemacetan yang diakibatkan

dari adanya insiden atau kecelakaan di jalur perjalanan. Kecelakaan

tersebut mengakibatkan kemacetan karena kendaraan yang terlibat

kecelakaan tersebut menutup sebagian ruas jalan. Hal inilah yang

14
menyebabkan adanya kemacetan karena perlu waktu dalam

mengevakuasi kendaraan yang terlibat kecelakaan.

3. Area Pekerjaan (work zone)

Kemacetan ini merupakan kemacetan yang dikarenakan oleh adanya

aktivitas kontruksi pada jalan. Aktivitas tersebut akan mengakibatkan

perubahaan kondisi lingkungan jalan. Perubahan-perubahan kondisi

lingkungan jalan tersebut seperti ketinggian jalan ataupun lebar jalan

yang berbeda, pengalihan ataupun penutupan jalan, dan lain

sebagainya.

4. Cuaca yang Buruk (bad weather)

Kondisi cuaca juga dapat mengakibatkan perubahan cara mengemudi

seorang pengendara kendaraan, sehingga hal tersebut dapat

mempengaruhi arus lalu lintas. Misalnya kondisi cuaca dalam keadaan

hujan lebat dapat mengurangi jarak penglihatan pengemudi, sehingga

banyak pengemudi menurunkan kecepatan dalam berkendara.

5. Alat Pengatur Lalu Lintas (poor signal timing)

Kemacetan yang dikarenakan alat pengatur lalu lintas merupakan

pengaturan lalu lintas yang bersifat kaku dan tidak mengikuti tinggi

rendahnya arus lalu lintas. Selain lampu merah, jalur kereta api juga

mempengaruhi tingkat kepadatan jalan, sehingga jalur kereta api yang

memotong jalan harus seoptimal mungkin.

15
I.9 Hasil Penelitian Sebelumnnya

Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Per \l 1033 ], 2015 berjudul

“Kemacetan Kota Bandung Dan Pengumpulan Data” penelitan ini berisi tentang

kepadatan penduduk Kota Bandung dengan kemacetan yang terjadi akibat

kepadatan penduduk. peneliti menuliskan bahwa kepadatan penduduk Kota

Bandung cukup tinggi sehingga memicu kemacetan. Kemacetan ini terjadi akibat

banyak penduduk yang memakai kendaraan pribadi dan kurang memanfaatkan

kendaraan umum yang telah disediakan oleh pemerintah.

Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Ali15 \l 1033 ] berjudul “

Pengaruh kepadatan penduduk terhadap intensitas kemacetan lalu lintas di

Kecamatan Rappocini Makassar” penelitian ini berisi tentang nilai kepadatan

penduduk tidak mempengaruhi tingkat pelayanan jalan (level of service) di

Kecamatan Rappocini, justru tingkat pelayanan jalan (level of service)

dipengaruhi secara signifikan oleh beberapa variabel seperti jumlah penduduk,

kepadatan penduduk, kapasitas jalan dan volume lalu lintas harian. Sedangkan,

kepadatan penduduk tidak berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan (level of

service) dikarenakan Kecamatan Rappocini merupakan salah satu kecamatan di

Kota Makassar yang menjadi pintu gerbang memasuki Kota Makassar dari arah

selatan, sehingga tingkat kepadatan jalan justru dipengaruhi oleh kaumkaum

commuter yang berasal dari Kabupaten Gowa dan Takalar.

Penelitian yang di lakukan oleh [ CITATION Eko16 \l 1033 ] yang

berjudul “ analisis kemacetan lalu lintas di kota surabaya (studi kasus titik

kemacetan di jalan ahmad yani, jalan wonokromo dan jalan dupak surabaya tahun

16
2014)” penelitian ini membahas tentang kepadatan penduduk di Kota Surabaya

dan jumlah kendaraan bermotor yanag di pakai penduduk Kota Surabaya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa titik kemacetan di jalan ahmad yani, jalan

wonokromo dan jalan dupak Surabaya disebabkan oleh volume kendaraan yang

terlalu besar melabihi batas kapasitas jaringan jalan tersebut.

17
BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk karya tulis ini adalah penelitian

korelasional. Menurut emzir (2009) metode korelasional menurutnya adalah

penelitian yang dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial,

maupun ekonomi. Dijelaskan pula oleh Emzir bahwa metode korelasional

umumnya hanya menafsirkan hubungan antara dua variabel saja. Sehingga tidak

sampai meneliti hubungan kausalitas. Meskipun demikian, hasil penelitian dengan

metode ini bisa dikembangkan untuk diteliti kembali. 

II.2 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu,

kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas

individu atau kelompok sebagai subjek penelitian” (Hamidi, 2010:95).

Unit analisi yang digunakan dalam penilitian karya tulis ini adalah wilayah

administrative menurut kecamatan Kota Bandung. Berikut ini adalah peta

administrative Kota Bandung.

18
Gambar 0-1 Peta Administratif Kota Bandung

II.3 Populasi Dan Sampel

II.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya Sugiyono (1997: 57). Menurut (Djarwanto, 1994: 420)

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-

individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut

dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi,

benda-benda, dst. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

populasi itu adalah suatu objek/ subjek yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dijadikan unit analisis. Dalam karya tulis ini populasi yang akan

19
dijadikan penelitian adalah seluruh pengguna kendaraan bermotor di

Kota Bandung.

II.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2008: 118), Sampel adalah suatu bagian dari

keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi. Jika

Populasi tersebut besar, sehingga para peneliti tentunya tidak

memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang terdapat pada

populasi tersebut oleh karena beberapa kendala yang akan di hadapkan

nantinya seperti: keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Maka dalam hal

ini perlunya menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

selanjutnya, apa yang dipelajari dari sampel tersebut maka akan

mendapatkan kesimpulan yang nantinya diberlakukan untuk Populasi.

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil sampel pengguna jalan di

Kota Bandung.

II.4 Waktu Dan Lokasi Penelitian

II.4.1 Waktu Penelitian

Penelitian karya tulis ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021

sampai Januari 2022

II.4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

pengambilan data ini dilakukan secara online dna mematuhi protokol

20
Kesehatan yang dijalankan selama pandemic Covid 19 dengan tujuan

untuk mencengah penyebaran virus corona.

II.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik analisis data yaitu suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan

sesuatu keseluruhan untuk dijadikan menjadi komponen sehingga agar lebih

mengenal tanda-tanda komponen, hubungan antara satu dengan yang lain juga

fungsi masing-masing didalam satu keseluruhan yang sudah teratur

(Komaruddin 2001).

Peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif yaitu dataset

statistik. Menurut Tohirin (2013:2) penelitian kualitatif merupakan “penelitian

yang berupaya membangun pandangan orang yang diteliti secara rinci serta

dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik (menyeluruh dan mendalam) dan

rumit.”. Dataset statistik yang digunakan peneliti itu biasanya dikumpulkan oleh

pihak ketiga. Penulis tidak perlu menyebarkan kuisioner karena hanya akan

mengakses dataset hasil survey lemaga lain terkait permaslahan yang sedang

diteliti. Peneliti mengumpulkan data sukunder berupa data kemacetan yang

terjadi di Kota Bandung, jumlah penduduk dan luas wilayah dari Disdukcapil.

II.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian karya tulis ini adalah penelitian

kasual komparatif. Menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal

komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post

facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak

mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel

21
tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat

dimanipulasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari hubungan sebab akibat

berdasarkan hasil pengamatan terhadap akibat yang ada, dan mencari fakta yang

menjadi penyebab melalui data data yang sudah dikumpulkan saat pengamatan.

22
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 HASIL

III.1.1 Letak dan Luas

Sumber:

Gambar

4.1 peta

administratif Kota Bandung

Secara geografis, kota Bandung terletak di tengah-tengah provinsi

jawa barat, serta berada pada ketinggian kurang lebih 768 meter di atas

permukaan laut. Kota Bandung terletak di antara 107032’38,91” BT dan

6055’19,94” LS. Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.067 hektar,

yang secara administratif terbagi atas 30 kecamatan, 151 kelurahan,

1.561 RW, dan 9.691 RT. kecamatan terluas adalah Kecamatan

Gedebage, dengan luas 958 hektar dan kecamatan terkecil adalah wilayah

Kecamatan Astana Anyar dengan luas 89 hektar.

23
III.1.2 Jumlah penduduk

Table : Jumlah penduduk Kota Bandung per Kecamatan Tahun 2020

Wilayah Laki Laki Perempuan Jumlah penduduk

Kecamatan 2020 2020 2020


Andir 43 671,00 42 834,00 86 505,00
Antapani 47 039,00 47 198,00 94 237,00
Arcamanik 33 331,00 32 777,00 66 108,00
Astana Anyar 30 842,00 31 022,00 61 864,00
Babakan Ciparay 78 622,00 75 421,00 154 043,00
Bandung Kidul 35 805,00 36 050,00 71 855,00
Bandung Kulon 73 221,00 72 955,00 146 176,00
Bandung Wetan 13 788,00 14 230,00 28 018,00
Batununggal 55 383,00 53 838,00 109 221,00
Bojongloa Kaler 57 420,00 54 977,00 112 397,00
Bojongloa Kidul 44 546,00 42 217,00 86 763,00
Buah Batu 51 987,00 52 131,00 104 118,00
Cibeunying Kaler 32 752,00 31 544,00 64 296,00
Cibeunying Kidul 48 592,00 47 956,00 96 548,00
Cibiru 43 306,00 42 264,00 85 570,00
Cicendo 49 733,00 49 712,00 99 445,00
Cidadap 31 563,00 30 738,00 62 301,00
Cinambo 14 423,00 13 946,00 28 369,00
Coblong 66 961,00 61 381,00 128 342,00
Gedebage 19 351,00 19 637,00 38 988,00
Kiaracondong 63 042,00 63 230,00 126 272,00
Lengkong 32 061,00 33 015,00 65 076,00
Mandalajati 39 743,00 38 944,00 78 687,00
Panyileukan 24 209,00 24 002,00 48 211,00
Rancasari 40 850,00 41 126,00 81 976,00
Regol 39 369,00 39 845,00 79 214,00
Sukajadi 53 142,00 53 411,00 106 553,00
Sukasari 39 687,00 40 320,00 80 007,00
Sumur Bandung 15 939,00 15 891,00 31 830,00
Ujung Berung 43 947,00 43 166,00 87 113,00
Kota Bandung 1 264 325,00 1 245 778,00 2 510 103,00

24
Bedasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bandung, pada tahun 2020 Kota

Bandung memiliki penduduk sebanyak 2.510.103 jiwa yang terdiri dari

1.264.325 jiwa laki laki dan 1.245.778 jiwa perempuan. Kecamatan

dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Babakan

Ciparaya dengan jumlah 154.043 jiwa. Sedakan kecamatan dengan jumlah

penduduk tersedikit berada di Kecamatan Bandung Wetan dengan jumlah

28.018 jiwa.

III.1.3 Luas Wilayah

Wilayah Luas Wilayah (Ha)

Kecamatan
Andir 422
Antapani 422
Arcamanik 759
Astana Anyar 268
Babakan Ciparay 707
Bandung Kidul 542
Bandung Kulon 695
Bandung Wetan 344
Batununggal 482
Bojongloa Kaler 312
Bojongloa Kidul 520
Buah Batu 746
Cibeunying Kaler 464
Cibeunying Kidul 414
Cibiru 684
Cicendo 779
Cidadap 842
Cinambo 426
Coblong 731
Gedebage 996
Kiaracondong 580
Lengkong 591

25
Mandalajati 480
Panyileukan 531
Rancasari 701
Regol 474
Sukajadi 528
Sukasari 636
Sumur Bandung 349
Ujung Berung 642
KOTA BANDUNG 17067

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bandung, Pada Tahun 2020 Luas

wilayah Kota Bandung sebesar 16.067 hektar. Dari data diatas kecamatan

terluar yaitu Kecamatan Gedebage dengan luas 996 hektar. Sementara

Kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Astana Anyar dengan luas 268

hektar.

26
III.1.4 Kepadatan penduduk

Table : Kepadatan Penduduk Kota Bandung per Kecamatan Tahun 2020

Wilayah Jumlah penduduk Luas Wilayah Kepadatan (jiwa/Ha)

Kecamatan 2020 (Ha)


Andir 86505 422 205
Antapani 94237 422 223
Arcamanik 66108 759 87
Astana Anyar 61864 268 231
Babakan Ciparay 154043 707 218
Bandung Kidul 71855 542 133
Bandung Kulon 146176 695 210
Bandung Wetan 28018 344 81
Batununggal 109221 482 227
Bojongloa Kaler 112397 312 360
Bojongloa Kidul 86763 520 167
Buah Batu 104118 746 140
Cibeunying Kaler 64296 464 139
Cibeunying Kidul 96548 414 233
Cibiru 85570 684 125
Cicendo 99445 779 128
Cidadap 62301 842 74
Cinambo 28369 426 67
Coblong 128342 731 176
Gedebage 38988 996 39
Kiaracondong 126272 580 218
Lengkong 65076 591 110
Mandalajati 78687 480 164
Panyileukan 48211 531 91
Rancasari 81976 701 117
Regol 79214 474 167
Sukajadi 106553 528 202
Sukasari 80007 636 126
Sumur Bandung 31830 349 91
Ujung Berung 87113 642 136
KOTA BANDUNG 2510103 16067 4683

27
Kepadatan penduduk Kota Bandung yang di peroleh dari data Badan

Pusat Statistik Kota Bandung, kecamatan yang memiliki kepadatan

tendah tertinggi yaitu Kecamtan Cibeunying Kidul dengan jumlah 233

jiwa/ Ha. Dan kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Gedebage

dengan jumlah 39 jiwa/ Ha.

28
III.1.5 Penggunaan Kendaraan di Kota Bandung

29
Bukan Umum (Pribadi dan Dinas)
Bus,,
Truk Sedan,
micro
pick jeep,
Alat
bus;
up ; minib
Berat;
2608;
6273 us;
3;7;
0%4%0% 36585
4; 23%

Seped
a
Motor,
scoote
r;
11280
79;
72%

Alat Berat Bus, microbus Sedan, jeep, minibus


Sepeda Motor, scooter Truk , pick up

30
Umum

Bus,
microbus;
Truk , pick 3249;
up ; 4495; 26%
36%

Sepeda
Motor,
Scooter; Sedan,
1; 0% jeep,
minibus;
4769;
38%

Alat Berat Bus, microbus Sedan, jeep, minibus


Sepeda Motor, Scooter Truk , pick up

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung , penggunaan

kendaraan di kota bandung terdiri dari kendaraan umum dan kendaraan

bukan umum ( pribadi dan dinas ). Kendaraan umum terdiri dari bus,

sedan, jeep, minibus, truck, pick up. Sedangkan kendaraan bukan umum

terdiri dari alat berat, bus, jeep, sedan, minibus, sepeda motor, dan

pickup.

III.1.6 Tingkat Kemacetan

31
III.2 Pembahasan

Sumber:

Gambar 4.1 peta administratif Kota Bandung

Secara geografis, kota Bandung terletak di tengah-tengah

provinsi jawa barat, serta berada pada ketinggian kurang lebih 768 meter

di atas permukaan laut. Kota Bandung terletak di antara 107032’38,91”

BT dan 6055’19,94” LS. Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.067

hektar, yang secara administratif terbagi atas 30 kecamatan, 151

kelurahan, 1.561 RW, dan 9.691 RT.

Kota bandung merupakan kota yang memiliki jumlah penduduk

yang cukup padat seperti data yang sudah diberikan sebelumnya, Kota

bandung memiliki penduduk sebanyak 2.510.103 jiwa yang terdiri dari

1.264.325 jiwa laki laki dan 1.245.778 jiwa perempuan.

32
Kepadatan penduduk dibedakan menjadi tiga jenis yaitu

kepadatan penduduk kasar, kepadatan penduduk fisiologis, dan

kepadatan penduduk agraris.

Kepadatan penduduk = Jumlah penduduk suatu wilayah/Luas wilayah

(km²)

a, Kepadatan Penduduk Aritmatika (Kasar)

Kepadatan penduduk aritmatika adalah jumlah rata-rata penduduk setiap

kilometer persegi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Kepadatan penduduk = Jumlah penduduk suatu wilayah/Luas wilayah

Kepadatan Penduduk Fisiologis

Kepadatan penduduk fisiologis adalah jumlah penduduk setiap


kilometer persegi tanah pertanian. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.

Kepadatan penduduk fisiologis = Jumlah penduduk suatu


wilayah/Luas tanah pertanian

a) Kepadatan Penduduk Agraris

Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk petani setiap


kilometer persegi tanah pertanian. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.

Kepadatan penduduk agraris = Jumlah petani suatu wilayah :


Luas tanah pertanian

33
Dari ketiga jenis kepadatan penduduk Kota Bandung termasuk

No. Kepadatan penduduk Klasifikasi


1. > 400 jiwa/Ha Sangat padat
2. 201- 400 jiwa/Ha Tinggi
3. 151- 200 jiwa/Ha Sedang
4. <150 jiwa/Ha Rendah
Kepadatan Penduduk Aritmatika (Kasar), rumus yang digunakan

yaitu Jumlah penduduk suatu wilayah dibagi dengan Luas wilayah

yang di dapat dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Dan terdapat

4 klasifikasi penduduk yang dapaat menandakan bahwa wilayah

tersebut termasuk sangat padat, tinggi, sedang atau rendah.

Table : klasifikasi penduduk

Dapat dilihat dari table Kepadatan Penduduk Kota Bandung per Kecamatan

Tahun 2020, Kota Bandung tidak memiliki kepadatan penduduk yang melebihi 400

jiwa/ha, Kecamatan yang termasuk klasifikasi tinggi yaitu Andir ,Antapani, Astana

anyar ,Babakan ciparay, Bandung kulon, Batununggal, Bojongloa Kaler, Cibeunying

Kidul , Kiaracondong, Sukajadi, kepadatan tertinggi terdapat di kecamatan Bojongloa

Kaler yang memiliki kepadatan penduduk 360 jiwa/Ha. Dan terdapat juga kecamatan

yang termasuk kedalam klasifikasi sedang yaitu kecamatan Bojonghoa Kidul, Coblong,

Mandalajati, Regol. Kecamatan Arcamanik , Bandung Kidul , Bandung Wetan, Buah

Batu, Cibeunying Kaler, Cibiru , Cicendo, Cidadap, Cinambo, Gedebage, Lengkong,

Panyileukan, Rancasari, Sukasari, Sumur Bandung, Ujung Berung termasuk kedalam

klasifikasi rendah, Kecamatan Gedebage merupakan kecamatan yang memiliki

klasifikasi terendah.

34
BAB IV

35
DAFTAR PUSTAKA

Tamin, O. Z. (1992). pemecahan kemacetan lalu lintas kota besar. Triwulan II, 3.

Soesilowati, E. (2008). Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Terhadap

Kemacetan Lalu lintas di Wilayah Pinggiran dan Kebijakan yang Ditempuhnya.

Jejak, Vol.1, 9 - 17 .

Miro, F. (2004). Perencanaan Transportasi. Erlangga .

Amalio, D. R. (2011). KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA SURAKARTA

TAHUN 2010. 1.

Didu, S., & Fauzi, F. (2016). PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PENDIDIKAN

DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KEMISKINAN DI

KABUPATEN LEBAK. JEQu, 106.

Fatimah, S. (2019). Pengantar Transportasi. Makasar: Myria Publisher.

Yusuf, L. A. (2016). Analisis Biaya Kemacetan Kendaraan Di Jalan Setiabudi (Studi

Kasus Depan Sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah) . Jurnal

Warta.

Wijanarko, I., & Ridlo, M. A. (2017). FAKTOR-FAKTOR PENDORONG

PENYEBAB TERJADINYA KEMACETAN. Jurnal Planologi.

Sumampow, A. R. (2013). Penegakan hukum dalam mewujudkan ketaatan berlalu

lintas. Lex Crimen, II(7), 63–73.

36
Perdanawati, A. O., Asfar Dwi Karlina, K. D., taraya, a. k., Wahyudi, K., Utama, M. P.,

Suyono, M. Y., . . . Umam Maulana, R. F. (n.d.). Kemacetan Kota Bandung dan

Pengumpulan Data.

Ali, M. I., & Abidin, M. R. (2015). Pengaruh kepadatan penduduk terhadap intensitas

kemacetan lalu lintas di Kecamatan Rappocini Makassar.

Utomo, E. B. (2016). NALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA

SURABAYA (STUDI KASUS TITIK KEMACETAN DI JALAN AHMAD

YANI, JALAN WONOKROMO DAN JALAN DUPAK SURABAYA TAHUN

2014). Swara Bumi.

37

Anda mungkin juga menyukai